Miracle Divine teaser

Description

 

Miracle Divine

Chapter 1

Fanfiction and Poster presented by Quorralicious (Q)

PG || Romance, Marriage Life

Lee Sungmin (Super Junior), Shin Minyoung (Original Cast)

It’s my imagination, MINE! so don’t be ridiculous say that my fanfic is yours! the cast is belong to their parents, agencies, and GOD.

WARNING Typo bertebaran, Don’t copy without my permission, Don’t BASH, Don’t be SIDERS. Budayakan menjadi seorang Readers yang bermartabat dengan menghargai karya orang lain. Semoga kalian suka. ^^

Happy reading

 

-Tidak ada hal yang lebih kejam daripada membiarkan seseorang yang mencintaimu menganggap kau memiliki perasaan yang sama dengannya. Saat kau belum siap membuka hatimu, jangan biarkan seseorang berharap dan menanti pintu itu akan terbuka untuknya-

-Mencintai seseorang yang tidak mencintaimu sama sulitnya dengan dicintai oleh seseorang yang tidak kau cintai. Satu-satunya kesalahan yang pernah kuperbuat dalam sepenggal hidupku yang pendek ini. Kesalahanku mencintaimu, sedang dirimu berpaling untuknya-

 

Seorang namja terlihat murung dihadapan meja kerjanya sendiri. Jari tangannya yang lentik tak urung mengetuk perlahan meja kaca yang ada didepannya, sementara tangan lain menopang dagunya yang lancip. Namja bernama Lee Sungmin itu tengah memikirkan kembali riak kejadian yang baru saja dia alami beberapa menit yang lalu. Pertengkaran dengan ibunya tadi pagi, sukses membuat kedua alisnya bertaut dan keningnya mengernyit.

Bukan salahnya jika selama ini tidak ada yeoja yang mau bersamanya, setumpuk pekerjaan dikantornya cukup menyita perhatian dan waktunya yang menurutnya 24 jam sehari itu tidaklah cukup itu. Baru beberapa hari yang lalu adik lelakinya, Lee Sungjin membiarkannya berkutat seharian di kantor polisi karena tawuran yang dipelopori adiknya itu.

Desahan halus keluar dari mulutnya yang mungil nan menggoda itu, dipijatnya perlahan keningnya yang berisi sejumlah masalah yang harus dia tangani. Namun apa daya, perkataan ibunya tadi pagi benar-benar mengusiknya. Sesapan kopi dipagi hari tadi, tak memenuhi harapannya untuk membangunkan pikirannya yang tengah kalut itu.

Tok..

Tok..

Tok..

Suara ketukan dibalik pintu kerjanya itu membuyarkan lamunannya. Sesosok yeoja menyembul muncul dibaliknya setelah suara ketukan itu hilang, suara hentakan kecil high heels putih yang dikenakannya terdengar memenuhi seisi ruangan yang cukup luas itu. Yeoja itu berjalan menghampiri Sungmin yang masih terduduk dikursinya, disibakkan pelan rambut bergelombang miliknya itu.

“Sajangnim,” ucapnya. “Ini laporan project Resort di Jeju untuk minggu kemarin,” ucapnya kemudian sembari menyodorkan setumpuk kertas-kertas kehadapan Sungmin.

“Ne, Gomawo Yoona-ssi,” ucap Sungmin, senyum kecilnya terlihat melengkung kemudian membiarkan sekretarisnya itu untuk kembali keruangannya.

Sungmin hanya memandangi tumpukan kertas yang menambah rasa pusing dikepalanya semakin menjadi,”Andwaegaetta!” serunya, “Aku bisa gila jika memaksakan untuk berpikir lagi.” ucapnya sembari mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Dirinya kemudian bangkit dari tempatnya duduk, ditekannya telepon yang tak jauh terletak dimeja besarnya itu.

Tuuuut..”Yoona-ssi, aku pergi keluar sebentar. Jika ada masalah, telepon aku saja.” Ucapnya kemudian menutup teleponnya setelah mendengar jawaban dari yeoja yang dipanggilnya Yoona itu.

.

.

“Selamat siang,” ujar Sungmin membungkuk kecil membalas sapaan dari beberapa pegawainya dilantai bawah perusahaan miliknya itu.

“Siang sajangnim,” sapa yeoja yang berdiri dimeja resepsionis itu. “Siang,” jawab Sungmin sembari tetap melangkahkan kakinya menuju pintu luar perusahaannya itu.

“Kim, kau tidak usah menyetir hari ini. Tunggu saja dikantor,” ucap Sungmin pada assistennya itu, diambilnya kunci mobil yang sedari tadi berada ditangan assistennya itu. Kim sendiri hanya bisa membungkuk hormat pada Sungmin, membiarkan mobil lamborghini itu melesat meninggalkan area lobby perusahaan dengan dikemudikan pemiliknya sendiri.

.

.

“Andai saja setiap hari aku bisa begini!” ujar Sungmin girang, mencoba melampiaskan rasa suntuknya itu. Tombol putar musik di music player mobilnya itu dia putar kembali, sehingga lagu yang tengah didengarkannya dibiarkan berdentum menghentak seisi mobil sport hijau miliknya itu. Dipasangnya bluetooth headset mungil miliknya itu hingga terhubung pada handphone canggih miliknya itu.

“Hyung! Kau sedang bekerja? Eoh, baiklah aku akan kesana,” ucap Sungmin membalas setiap ucapan dari lawan bicaranya ditelpon, ekor matanya tak sengaja melirik seorang yeoja yang sedang mengemudi truck disebelahnya, kebetulan sekali lampu merah berada dihadapan kedua mobil yang saling berdampingan itu. Mata Sungmin membalas tatapan aneh dari yeoja itu.

“Ada apa yeoja manis?” godanya setelah sebelumnya memencet tombol agar jendela mobilnya terbuka sedikit. Bukan respon manis yang diterimanya, justru yeoja itu mencibir padanya dan matanya memutar kearah bawah Sungmin dan mengatakan beberapa kalimat yang tak terdengar oleh Sungmin karena musiknya terlalu keras.

Sikap yeoja itu membuatnya cukup kesal, dia tak menyadari yeoja tersebut sudah memajukan kembali mobilnya saat giliran lampu hijau tiba, karena itulah dengan sekali hentak Sungmin menginjak gas berusaha menyalip mobil truck yang dibawakan yeoja tersebut.

Pessssssss

Gerakan mobilnya itu terasa aneh, bergerak kekiri dan kekanan tanpa mengikuti kendali Sungmin pada stirnya. Meski kesal, Sungmin mengarahkan mobilnya kebahu jalan dimana dia bisa menghentikan laju mobilnya itu. Dia pun keluar dari kursi kemudinya, matanya langsung tertuju pada benda yang menarik perhatiannya, bentuknya terlihat berbeda.

“!” umpatnya sembari menendang keras ban mobilnya yang ternyata kempes itu.

“YAK! Kim Woobin! Kenapa kau tidak periksa terlebih dahulu kondisi mobil, hah!” cecarnya setelah Woobin-assistennya itu menekan tombol penghubung teleponnya. Pertamanya dia menjauhkan telpon yang berisik dan membuat telinganya berdengung karena teriakan kesal atasannya itu.

“Kempes atau bocor?” tanyanya polos,

“Aku tidak tahu bodoh! Cepat kemari!” umpat Sungmin kearah Woobin.

“Ne, sajangnim.” Woobin pun langsung memutus sambungan telepon dengan atasannya itu, dengan terburu-buru dia memencet tombol lift. Hatinya ingin segera menuju dimana atasannya berada, karena dia sangat takut dan tidak kuat akan omelan Sungmin.

“Kim Woobin, kau mau kemana? Dimana Sungmin?” pertanyaan seorang wanita yang berdiri dibelakangnya itu membuatnya tersadar, dan saat itu juga terperanjat. Sesaat dia menyadari siapa yang tengah mengajaknya berbicara itu.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet