True Love
This is Love (One-Shot Collection)Title: True Love // Cast: Jang Wooyoung, Nichkhun Buck // Genre: Family, Romance // Summary: “Woo, percayalah. Cinta itu tidak perlu memaksa, karena cinta sejati akan menemukan jalannya sendiri.”
Sorry For Typos ^^
***
Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit yang lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada rumah megah biru dunker, rumahku. Dia selalu duduk tenang di kursi busa berukir naga dibalik meja coklatnya. Senyumannya mahal, semahal kursi itu. Tentunya itu membuatku sedikit takut dan aku sudah terbiasa dengan rasa itu.
Satu kata saja yang keluar dari Lelaki beruban itu, maka aku akan patuh. Karena aku percaya segala hal yang diucapkannya, bukan kebohongan. Aku dapat melihat dengan jelas raut ketulusan dan kejujuran dari wajahnya yang sudah keriput. Maka, aku tak mempunyai rasa benci untuknya, secuilpun tidak ada.
Aku duduk di kursi coklat dengan memainkan kuku jariku, menunggunya bersuara. Mataku memperhatikan pena bertinta biru yang digerakkan tangan berkulit kusam itu, sampai terhenti.
“Kau, sudah mengerjakan tugas kuliahmu?” Tanyanya padaku, tanpa senyum dan menatapku dengan lekat. Wajahku tepat di dalam bola matanya.
“Sudah” jawabku mantap dan membalas tatapan itu sama lekatnya. Aku tahu benar, kakek tidak suka jika lawan bicaranya tidak membalas tatapannya.
“Besok pagi, aku akan mengantarkanmu. Kau serahkan tugasmu dan ikut aku ke kantor. Sudah waktunya kau memperkenalkan diri.”
“Iya.” Jawabku pasti. Ingat, aku akan patuh.
***
Aku sedang berkaca pada cermin besar di ruang khususku, mengenakan dasi kupu-kupu perak yang tersemat manis di kerah kemeja putihku, mengambil jam hitam yang telah tersedia di gantungan logam mulia, Memakainya dan Sempurna. Pintu terketuk dari luar dan seseorang berkata padaku.
“Maaf Tuan Muda. Tuan Jang sudah menunggu anda dalam mobil.”
Aku keluar, sedikit berlari menuruni tangga, secepat mungkin masuk dalam mobil hitam mengkilat. Satu hal lagi, kakek tidak suka menunggu.
***
Aku berdiri dihadapan belasan orang yang duduk di kursi hitam, memakai jas yang sama mahalnya. Aku berbicara dengan angkuh, meyakinkan kepada mereka bahwa aku adalah calon penerus perusahaan yang dapat diandalkan. Aku lihat dari mataku, kakek menyunggingkan senyumannya bangga, saat para pemilik saham memberikan tepuk tangan atas sambutanku yang singkat.
*
“Kakek, dapatkah aku pulang dulu?”
“Kau bosan?”
“Iya.” Jawabku jujur.
“Pulanglah. Kau bisa jalan-jalan tapi tetap dengan Taecyeon.” Jawabnya dengan senyuman yang sangat singkat.
“Terima kasih.” Aku senang. Kakek selalu tahu, apa yang ada dalam pikiranku. Sepertinya kakek bisa membaca setiap keinginan lewat gerak tubuhku. Seperti saat ini, kakek mengijinkan aku jalan-jalan yang jarang sekali aku mendapatkannya. Walaupun dengan pengawalan Taecyeon, tidak masalah karena Taec seperti kakakku jika tidak ada kakek.
***
“Maaf, dapatkah kau bantu aku untuk membawakan ini?” Kata seorang pemuda yang berdiri disebelahku dan menyerahkan tumbukan kertas. Kami di dalam lift berdua.
“Ya” aku menerima tumpukan kertas itu. Aku memperhatikannya yang terlihat sedikit kacau. Kemeja biru yang sedikit kusut, dasi yang miring, rambut yang tidak tersisir rapi. Dan dia terlihat mencari sesuatu. Tangannya masuk ke setiap kantong celana dan kemejanya.
“Aish!!! Dimana aku meletakkan kunci motorku.” Gerutunya.
“Ehm Maaf, bisakah aku meminta bantuan lagi? Aku harus menggandakan berkas-berkas itu. Semua mesin fotokopi dalam perbaikan. Sialnya, aku lupa meletakkan kunci motorku. Jadi, aku harap kau dapat mengantarku.” Katanya menjelaskan dan terlihat terburu-buru.
“Ya.” Aku tidak bisa menolak jika seseorang meminta bantuan kepadaku. Itu sedikit pelajaran yang aku dapat dari kakek. Salah satu sisi lembut yang dimiliki kakek dan jarang diketahui orang.
“Terima kasih.” Dia tersenyum lebar dan spontan memelukku. “Kau benar-benar penolongku hari ini.” Aku akui, dia sangat tampan lewat senyumannya itu.
*
“Taec hyung, tolong antarkan kami ke tempat fotokopi terdekat.” Aku melihat Taec yang sedikit bingung saat dia sudah menungguku di lobi perusahaan. Aku mengirimkan sinyal lewat beberapa kedipan mata dan dia mengerti.
Pemuda beralis tebal, bercerita panjang lebar tentang harinya yang bisa dibilang cukup sial. aku memperhatikan, bagaimana ekspresi wajahnya saat bercerita, seperti pemain drama. Dia terlihat cemberut saat dia berkata harus bangun kesiangan dan merelakan sarapannya demi tidak terlambat. Dan dia tersenyum manis saat memperkenalkan namanya. Nichkhun Buck Horvejkul, telingaku sedikit asing mendengar namanya. Ternyata dia berasal dari luar Korea. Selanjutnya dia bercerita suka duka kenapa dia bisa di bumi korea. Aku mengambil kesimpulan, dia orang yang supel, friendly, pendongeng yang baik karena aku dan Taec akan ikut cemas dan tertawa saat dia menceritakan secuil kisahnya. Sepertinya aku ingin mendengar lebih banyak kisahnya.
*
Aku dan Taec sedang duduk di kursi kayu menunggu berkas yang difotokopi. Nichkhun, aku tidak tau dia kemana. Dia pamit keluar sebentar.
“Woo, kau ingin diantarkan kemana hari ini?” Tanya Taec kepadaku.
“Aku ingin ke taman kecil itu. Aku merindukan ayunannya.”
“Apa kau ingin membeli eskrim dulu?”
“Boleh” jawabku senang. “Bisakah Hyung bilang pada kakek, jika kita akan pulang sedikit terlambat?”
Taec mengiyakan. Aku suka ini. Kemudian aku menyibukkan dengan bermain game diponselku, sampai Nichkhun datang. Dia membawa tiga cup latte yang tertata di tempat kardusnya dan satu kotak yang berisi beberapa potongan roti.
“Maaf, aku hanya bisa membelikan ini, Cuma ini yang ada di dekat sini.” Katanya dengan nada sedikit kecewa.
Aku rasa dia mencoba ingin menunjukkan rasa terima kasihnya. Menurutku ini terlalu berlebihan. Aku hanya mengantarkannya, itu saja. Tapi aku suka, aku tahu satu hal lagi darinya, Nichkhun baik dan tulus. Entahlah, rasa minatku untuk lebih mengetahuinya semakin besar.
***
Aku sedang sarapan pagi menemani kakek. Segelas susu vanila hangat sudah aku teguk habis. Aku menunggu kakek yang sedang mengunyah roti gandumnya dan akan membicarakan sesuatu kepadanya. Kakek tidak suka jika makan sambil berbicara.
“Kek, Apakah aku boleh ke Kantor lagi?” Tanyaku saat kakek sudah meminum air putihnya.
“Tentu, asalkan setelah jam kuliahmu. Kau ingin belajar materi perusahaan atau ada niatan lain? Tanyanya dengan tatapan lembutnya kali ini.
Hebat, kakek memang bisa tahu tentangku melebihi diriku sendiri. “Dua-duanya” jawabku jujur. Aku akui, aku ingin bertemu Nichkhun lagi. Aku ingin mendengar Nichkhun bercerita lagi. Dan sepertinya aku akan sering ke kantor.
***
Pemuda tampan berhidung mancung itu, sudah menungguku di taman, masih sekitar area perusahaan kakek, pada jam istirahatnya. Dengan kaleng soda ditangannya dan menyodorkankan kepadaku saat aku sudah duduk disebelahnya. Dan kami mulai bercerita.
Kalian tahu, kami sudah akrab. Aku dan Nichkhun membicarakan banyak hal, kesukaannya, keluarganya, motor gede kesayangannya, makanan apa yang akan disantapnya sebelum tidur, minuman apa yang paling tidak disukainya, bagaimana caranya menikmati wafel-dengan dibuka berlapis-lapis, film apa yang sering ia tonton, pertandingan sepak bola yang sering membuatnya bangun kesiangan, teman kerjanya yang sering dibuatnya susah, atasannya yang sedikit galak, bahkan tak sungkan-sungkan menceritakan sikap kakekku yang sedikit menakutkan menurut pandangan matanya. Terkadang kami hanya duduk-duduk saja di kursi kayu taman menikmati suasana senja.
“Woo, ayo pulang” kata Taec yang sudah berada didekatku. Aku mulai tidak suka dengan Taec jika dia berkata seperti itu. Itu artinya aku harus berpisah dengan Nichkhun. Dan aku harus menahan untuk bertemu dengannya tiga hari lagi. sedikit menyebalkan.
***
Entah perasaan macam apa yang sekarang mengisi hatiku. Aku selalu memikirkan Nichkhun dan membuatku suka termenung. Kakek sering menegurku, jika lampu kamarku tak kunjung mati saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Kakek akan menegurku, jika aku belum selesai dengan makananku dan makananku sudah menjadi dingin.
Comments