Falling In Love On An Autumn Day

Falling In Love On An Autumn Day [Indonesian Trans]

Kedinginan datang di udara, begitu kontras dengan hawa di musim panas yang telah berlalu. Warna hijau dedaunan berubah menjadi kemerahan, jingga dan juga kuning yang menandakan mulainya suatu musim tertentu.

 

Musim gugur.

 

Musim panas telah berakhir dan semuanya harus kembali ke sekolah. Kebanyakan para pelajar tidak menerima fakta ini karena itu begitu terlalu cepat untuk melepaskan musim favorit mereka.

 

Pada hari pertama sekolah di EXO High dan udara pun dipenuhi oleh erangan ketidak-puasan  dari para pelajar yang memasuki bangunan sekolah. Banyak diantaranya sangat tidak senang bahwa musim panas mereka berakhir dan mereka harus kembali ke tempat yang mereka anggap sebagai sarang penyiksaan.

 

Permulaan hari sekolah juga berarti olahraga musim gugur, seperti sepak bola akan di mulai. Para tim olahraga di EXO High sangatlah antusias untuk bertanding dengan sekolah-sekolah lain karena mereka telah berlatih sejak awal musim panas. Mereka ingin membawa kemenangan sekolah mereka.

 

“Ya, Xi Luhan!”

 

“Oh, Xiumin-ah. Ada apa?”

 

“Pelatih bilang hari ini ada latihan sehabis pulang sekolah. Kau ikut?”

 

“Tentulah. Bagaimana bisa seorang  MVP[1] melewati latihan?” Luhan bertanya dengan bercanda.

 

“Ya, jangan biarkan hal itu masuk kedalam kepalamu.” gurau Xiumin memukul punggung temannya.

 


 

 

Xi Luhan.

 

Pemain sepak bola MVP sekolah. Dia seorang altet berbakat dan merupakan bagian dari kerumunan populer. Dia orang yang sangat santai dan bisa berteman dengan siapa saja. Meskipun dia begitu populer, dia tidak membiarkan hal itu sampai ke kepalanya.[2]

 


 

 

“Seol-ah!”

 

“Oh, Shi Kyung-ah.”

 

“Ya, apakah kau ikut Mathletes[3] tahun ini? Hari ini ada pertemuan setelah pulang sekolah.” Shi Kyung bertanya. 

 

“Ya.” jawab Seol pelan.

 

“Yes! Kita pasti akan memenangkannya kali ini!” ujar Shi Kyung semangat.

 


 

 

Lee Seol

 

Murid sekolah yang kutu buku. Dia termasuk dari kerumunan yang tidak populer karena yang hanya dia lakukan adalah belajar. Dia sangat pemalu dan pendiam yang membuat orang mengira dia adalah anti-sosial. Dia beruntung mempunyai Shi Kyung sebagai sahabatnya karena dia tidak terlalu banyak bergaul.

 


 

 

“GOLL!!!”

 

Semuanya di tim sepak bola bersorak pada Luhan yang membuat gol ke-empatnya pada latihan mereka.

 

Seusainya latihan, seluruh tim pergi kedalam ruang loker untuk berganti pakaian, sehingga mereka bisa pulang.

 

“Itulah alasannya mengapa kau memanglah seorang MVP.” Xiumin bilang kepada temannya.

 

Thanks, Xiumin. Kau juga melakukannya dengan baik.”

 

“Aku tahu. Kau tak perlu mengatakannya padaku.”

 

“Jangan biarkan hal itu masuk kedalam kepalamu, Xiumin-ah.” Luhan menyalin kalimat yang sebalumnya diucapkan temannya lalu diikuti tawaan.

 

“Ya, beberapa diantara kita akan pergi makan, kau harus itu bersama kami.” kata Xiumin.

 

“Uhh.. Aku tidak bisa. Aku ada sesuatu yang harus kulakukan.” Luhan dengan pelan menolak.

 

“Ya, bilang saja jika kau tidak mau ikut dengan kami.”

 

“Aku tidak mau ikut dengan kalian.” ujar Luhan dengan wajah datar.

 

“YA!!!”  

 

“Aku bercanda. Aku akan ikut dengan kalian lain kali.” Luhan meyakinkan temannya itu.

 

“Apakah kau akan pergi kencan? Apakah dia cantik? Bolehkah aku bertemu dengannya?” Xiumin bertanya terus menerus.

 

Luhan hanya tersenyum.

 


 

 

Luhan keluar dari ruang loker, menuju sepeda motornya yang terparkir di luar sekolah, lalu mengendarainya. Udara musim gugur menyentuh kulitnya yang putih susu itu ketika dia sedang mengendarai sepeda motornya. Luhan menyukai musim gugur. Itu membuat semua hal terlihat begitu indah dan dia benar-benar sangat menghargai itu.

 

Akhirnya dia sampai ke tempat yang dia ingin kunjungi. Tempat itu adalah sungai dengan pepohonan di sekitarnya, mendukung warna musim gugur.

 

Luhan menghirup udara segar lalu menghembuskannya. Dia berbaring di rerumputan dan menutup matanya.

 

“Kurasa ini sudah 10 tahun lebih.” Luhan berbisik kepada dirinya sendiri.

 


 

 

"Seol-ah,  apa kau yakin tidak ingin tumpangan?”

 

Seol mengangguk. “Aku yakin. Kau masih harus pergi menjemput adikmu dan arahnya berlawanan dari rumahku.”

 

“Itu tidak masalah.”

 

“Aku benar tidak apa-apa, Kyung-ah. Jangan khawatirkan aku.”

 

“Oke, baiklah. Seol-ah, berhati-hatilah ketika pulang, oke?” Shi Kyung berkata kepada temannya.

 

"Kau juga, Kyung-ah."

 

Seol meninggalkan sekolah dan berjalan pulang sendirian. Musim gugur berarti waktu siang berkurang, jadi sekarang sudah sedikit agak gelap ketika dia berjalan ke rumah.

 

Dia kira dia mendengar suara langkah kaki dan mulai merasakan yang tidak nyaman sehingga dia berjalan lebih cepat untuk sampai rumah.

 

Setelah berbelok, akhirnya suara itu hilang. Tersisa keheningan dan hatinya berhenti berdetak cepat.

 

Dia  melangkah beberapa meter, tiba-tiba seorang pria menghalangi jalannya.

 

"Nona, apa kau mau minum denganku?” tawar seorang pria mabuk.

 

Seol berusaha melewati pria itu, namun pria itu memegang lengan Seol.

 

"Ayolah, Nona. Hanya beberapa tegukan.” Pemabuk itu memaksa.

 

"Mohon lepaskan aku." Seol meminta.

 

Seseorang mengambil sebelah lengan Seol yang bebas lalu menarik Seol dari pemabuk. “Jagiya, apa kau masih marah pada oppa? Jangan berjalan  mendahuluiku lagi. Hmm?”

 

Seol menjadi semakin ketakutan. Dia mengira ada pemabuk lain yang ingin mengganggunya. Namun untuk keterkejutanya, seseorang itu sangat berbeda dari apa yang dia kira sebelumnya.

 

Pria mabuk pun terkejut. “Anak manis, seharusnya kau tidak membiarkan pacarmu berjalan sendirian. Orang jahat bisa datang.” Pemabuk itu berkata lalu berjalan tidak stabil. Untung saja, pria itu masih waras dan tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.

 

Luhan mendengus. “Orang jahat? Sungguh? Oh, apa kau baik-baik saja? Apa dia melukaimu?” Luhan bertanya.

 

“Aku tidak apa-apa. Dia tidak melakukan apapun.” Seol menjawab dengan pelan.

 

“Syukurlah kalau begitu.” kata Luhan. “Seharusnya kamu tidak jalan sendirian, apalagi ketika sudah gelap. Ada banyak orang aneh belakangan hari ini dan kita tak tahu apa yang mereka akan lakukan.”

 

“Terimakasih untuk menolongku.”

 

“Tak apa. Kita dari sekolah sama kok.” ujar Luhan.

 

“Bagaimana kau tahu?”

 

“Seragam.” Luhan menjawab dengan mudah.

 

Seol merasa bodoh ketika mendengar jawaban Luhan.

 

Luhan menaiki motornya dan memakai helm.

 

Seol mulai berjalan.

 

“Ya Lee Seol, mau kemana kamu?” Luhan memanggil Seol.

 

“Bagaimana kau tahu namaku?”

 

“Uhh.. plat namamu.” Luhan menjawab lagi.

 

Seol berbalik arah dari Luhan dan dalam hati memarahi dirinya sendiri karena menjadi sangat bodoh. Akhirnya dia berbalik lagi berhadapan Luhan kembali. “Terimakasih telah menolongku. Aku akan pergi sekarang. Bye!” Seol berjalan cepat, merasa sangat malu.

 

“Ya!” Luhan memanggil dan mengikutinya dengan motornya. Dia berhasil mencegat Seol dalam waktu yang singkat. “Bukankah aku baru saja memberitahumu seharusnya kau tidak berjalan sendirian apalagi ketika sudah gelap?.”

 

“Aku akan baik-baik saja.”

 

“Aku akan mengantarmu pulang.” Luhan mencoba untuk menawar.

 

“Tak apa. Aku bisa mengatasinya, Luhan.” Seol menjawab.

 

Luhan terkejut. “Bagaimana kau tahu namaku?”

 

Seol menundukkan kepalanya . “Kau sangat populer di sekolah.”

 

“Ahh~” Luhan mengambil helm dari tasnya dan mengangkatnya ke arah Seol . “Ini.”

 

“Aku benar tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri.” Seol menolaknya lagi.

 

Luhan turun dari motornya dan memakaikan helm itu pada Seol. “Kau adalah yeoja pertama yang menolakku beberapa kali.”

 


 

 

“Ayolah! Ayo naik ke sepedaku!”

 

“Tidak!! Aku tidak mau!”

 

“Kenapa tidak?”

 

“Karena aku tidak percaya sama kamu.”

 

“Ayolah! Hanya kali ini.”

 

“Tidak!”

 

“Apa kau tidak bisa menaikinya saja?”

 

“Apa kau tidak dengar aku tidak mau?”

 


 

 

 Luhan melepas jas seragamnya dan memberikannya pada Seol. “Ini. Pakaikan ini di sekitar pinggangmu.”

 

Seol mengambil jas Luhan dan melakukan apa yang Luhan perintahkan.

 

Keduanya menaiki sepeda motor. Luhan menyuruh Seol untuk pegangan pada pinggangnya untuk tumpuan.

 

“Aku tidak apa-apa.”

 

Luhan mulai menjalankan motornya dan melaju yang menyebabkan Seol memegang pinggangnya. “Kau sangat keras kepala, bukan?” Luhan tersenyum. “Pegang yang erat, oke?” Luhan mulai melaju lagi.

 

Mereka berdua berkendara di sekitar lingkungan yang sepi, sambil mengagumi malam musim gugur yang indah. Keduanya tidak mengatakan sepatah kata apapun satu sama lain, tetapi dengan cara yang sangat tidak biasa, tidak ada rasa canggung sama sekali. Itu semua seolah-olah mereka sudah saling kenal untuk waktu yang sangat lama.  

 


 

 

 “Ya, apa kau tahu apa musim favoritku?”

 

“Halloween?”

 

“Pabo! Halloween bukan musim.”

 

“Lalu, apa musim favoritmu, Luhan?”

 

“Musim gugur.”

 

“Mengapa?”

 


 

 

 Akhirnya keduanya sampai pada rumah Seol.

 

Seol turun dari motor dan membungkuk pada Luhan. “Terimakasih untuk sekali lagi, Luhan.” Seol masuk ke rumahnya.

 

Luhan hanya tersenyum pada Seol. “Sepertinya aku akan bertemu denganmu lagi di lain kali, Lee Seol.” Lalu, dia pergi dari rumah Seol.

 


 

 

“Eomma, aku pulang.” Seol memanggil. Ketika dia sedang melepas sepatunya, dia tersadar. “Aduh! Aku lupa mengembalikan helmnya!”

 


 

 

Di hari berikutnya, Seol menuju ke sekolah dengan helm Luhan yang lupa ia kembalikan pada kemarin malam. Dia ingin mengembalikannya pada Luhan, tapi Seol tidak ingin bertemu dengannya lagi. Hanya memikirkan berhadapan dengannya lagi, membuat kedua pipi Seol menjadi agak kemerahan.

 

 “Darimana kau tahu? – Seragam.”

 

 “Bagaimana kau tahu namaku? – Plat nama.”

 

 “Ya Lee Seol! Mengapa kau begitu bodoh?” Seol memarahi dirinya sendiri.

 

 “Seol-ah, kenapa kau membawa helm?” Shi Kyung bertanya pada sahabatnya.

 

 “Jeon Shi Kyung, apa kau ingin membantuku?”

 


 

 

 “Bagaimana dengan kencan kemarin, Luhan?”

 

“Itu bukan urusanmu, bro.” Luhan menjawab dengan bercanda.

 

“Ya! Itu urusanku. Kau sahabatku. Aku perlu tahu siapa itu orangnya.” Xiumin menuntut. “Ayolah, bilang padaku tentang kencanmu.”

 

“Apa Xi Luhan disini?”

 

Luhan langsung melihat ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, mengira itu adalah orang yang dia tunggu, namun ternyata bukan. Gadis yang baru saja memanggil namanya itu memegang helm Luhan. Helm yang dia pinjami pada Lee Seol ketika kemarin malam.

 

“Luhan-ah, mengapa dia mempunyai helm-mu?” Xiumin bertanya. “Apa dia–”

 

“Temanku meminta untuk aku yang mengembalikan ini padamu karena dia sedang ada urusan. Dia ingin mengucapkan terimakasih sekali lagi untuk menolongnya kemarin malam.” Shi Kyung bilang kepada Luhan dan memberi helmnya kembali.

 

“Ahh~” Xiumin berbicara sendiri. “Itu bukan dia. Dia adalah temannya.”

 

Luhan menghiraukan Xiumin. “Dimana dia sekarang?”

 

“Uhh...” Shi Kyung agak tercekat. Dia sebenarnya tahu bahwa Seol sedang tidak mengerjakan suatu yang penting. Seol hanya terlalu nervous untuk bertemu Luhan lagi. “Dia ada... di suatu tempat. Perkiraanku.”

 

“Apa kau bisa sampaikan padanya bahwa aku bisa memberi dia tumpangan lagi kapan saja?” Luhan bertanya.

 

“Ya. Aku akan sampaikan padanya.”

 

“Terimakasih.”

 


 

 

 Shi Kyung kembali kepada kelas Trigonometri dan melihat Seol merosot pada mejanya tidak melakukan apa-apa.

 

“Ya Lee Seol, kenapa kau membuatku yang mengembalikan helm-nya, jika kau tahu aku akan bosan jika kau tidak bisa bertemu dengannya?”

 

Seol berdiri. “Kata siapa aku bosan?” Seol membentak.

 

“Well, kau di kelas favoritmu, tidak melakukan apapun.” kata Shi Kyung.

 

Seol hanya diam. Sahabatnya terlalu memahaminya.

 

“Jadi,  apa kau akan berbicara? Apa yang terjadi antara kau dan Luhan kemarin malam? Apakah dia benar-benar mengantarmu pulang?” Shi Kyung menginterogasi temannya.

 

“. . . ya.” Seol menjawab singkat.

 

“Ya! Itu saja? Apa kau benar-benar begini, Lee Seol?”

 

 “Baiklah. Tidak ada yang terjadi. Dia hanya mengantarku pulang.” kata Seol.

 

“Jangan buat aku tertawa.” Shi Kyung mengingatkan. “Sepertinya tidak terdengar seperti itu, buktinya dia menanyakan tentangmu tadi.”

 

“Dia bertanya tentangku?”

 

Shi Kyung tertawa. “Ya Seol-ah, lihat! Mukamu merah seperti tomat!”

 

Seol menutup kedua pipinya. “Tidak, aku tidak.”

 

“Ngomong-ngomong, katanya dia bisa mengantarmu pulang kapan saja.” kata Shi Kyung.

 


 

 

Sebulan telah berlalu sejak Luhan dan Seol bertemu pada malam itu. setelah kejadian itu, mereka tidak pernah melihat satu sama lain lagi. Memang mereka di sekolah yang sama, namun mereka tidak ada satupun kelas  yang sama dan mereka berada di grup yang berbeda. Luhan mencoba mencarinya, namun dia selalu menghindar setiap dia melihat Luhan.  Seol menjadi semakin ingin sekali untuk menghindar dari Luhan dengan cara apapun. Dia sadar bahwa Luhan selalu berada dalam pikirannya, meskipun dia benar-benar tidak tahu alasanya mengapa.

 

Suatu hari, sehabis pulang sekolah, Luhan sedang berlatih dengan timnya di lapangan sepak bola sekolah . Dia membuat gol lagi dan berlari di sekitar lapangan penuh semangat untuk membuat satu dari 4 gol untuk hari ini. Sementara ia berjalan, ia melihat sekilas orang yang ia cari.

 

“Ya, Lee Seol!!!” Luhan memanggil dan berlari ke Seol.

 

“Ya Xi!!! Kembali! Latihan belum selesai!” Meski pelatih memanggilnya, dia terus berlari ke Seol.

 

“Lee Seol!!!” Luhan memanggil lagi.

 

Seol berusaha berjalan secepat dia bisa sambil berusaha menutupi wajahnya sehingga Luhan tidak melihatnya, namun tetap Luhan menangkapnya dan menyambar lengannya. Luhan menghadapi Seol dan melepas tangan yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

 

“Sudah lama tidak bertemu.”

 

Seol hanya tersenyum. “Ya.”

 

“Kenapa aku tidak pernah melihatmu disekolah? Aku sudah mencarimu ke mana-mana. Apa selama ini kau telah menghindari aku?”

 

“Tidak. Tidak sama sekali.” Seol berbohong.

 

“Tapi sekarang akhirnya aku bertemu kamu lagi. Jadi, tidak masalah  jika aku mengajakmu pergi, ‘kan?

 

“Apa?”

 

“Ikut aku.” Luhan meraih tangan Seol dan menyeretnya ke tempat parkir.

 

Dalam waktu singkat , mereka berada di depan sepeda motor Luhan.

 

Luhan mengangkat helm yang dia pinjam pada Seol sebulan yang lalu. “Ini. Ambil saja.”

 

“Kenapa?”

 

Luhan tersenyum pada Seol dan ketika mengulurkan helm padanya, dia memakaikan helm pada kepala Seol. Luhan memakai helmnya sendiri dan naik motornya. “Ayo naik.” ajak Luhan.

 

Seol agak ragu.

 

“Apa kau ingin menolakku lagi?” Luhan bertanya.

 

Seol menaiki sepeda motor Luhan dan kali ini tidak ragu karena dia memakai sweatpants di dalam roknya.

 

“Pegangan yang erat.” kata Luhan.

 

Luhan melaju pergi dari sekolah dengan Seol. Perasaan dari lengan Seol yang melilit di pinggangnya membuat Luhan merasa aman. Dia merasa nyaman. Pikirannya telah dibersihkan dan kerinduan yang dia rasakan tiba-tiba menghilang.

 


 

 

“Ya, pelan-pelan! Kau mau kita jatuh?”

 

“Kita tidak akan jatuh, dasar penakut. Tinggal pegangan pada pinggangku, kau takkan jatuh. Percayakan padaku.”

 

“Baiklah, tapi hanya kali ini.”

 


 

 

Luhan memarkir sepeda motornya di sungai yang kemarin ia kunjungi. Seol turun dari motor dan melepas helmnya dan mengagumi pemandangan indah.

 

“Indah sekali disini. Bagaimana kau tahu tempat ini?”

 

“Tempat ini adalah bagian dari masa kecilku.” kata Luhan dan berbaring di rerumputan. Dia menepuk tempat di sebelahnya, menyuruh Seol untuk berbaring disampingnya. “Cobalah. Ini sangat menyenangkan untuk berbaring di dedaunan kering.”

 

Seol mengikuti apa yang Luhan katakan dan berbaring di sampingnya. “Ini sangat menyenangkan.”

 


 

 

“Luhan-ah! Ayo dan berbaring di tanah denganku! Ini menyenangkan!”

 

 “Ya, itu kotor!”

 

 “Berhenti mengeluh dan berbaringlah!”

 


 

 

Keduanya berbaring dan menikmati pemandangan musim gugur. Makhluk kecil dari hutan yang berlarian, mempersiapkan untuk musim dingin. Pohon-pohon tercermin dalam sungai yang berkilauan. Itu menawan.

 

 “Lee Seol, kau sangat mengingatkanku pada seseorang.”

 

“Siapa?” Seol bertanya.

 

“Teman masa kecilku.” Luhan berkata. “Kita adalah tetangga, jadi kita bertemu satu sama lain setiap hari.” Luhan bilang pada Seol. “Gadis itu banyak mengeluh dan banyak merengek. Dia sangat berisik dan penyuruh. Awalnya, aku pikir dia adalah laki-laki, jika dari tingkahnya. Aku sangat salah berpikir begitu.” Luhan tersenyum mengingat teman masa kecilnya. “Di hari musim gugur, kedua keluarga kami mengadakan piknik bersama di sini. Dia datang memakai gaun cantik, dengan rambut panjangnya yang selalu diikat ekor kuda, dan itulah ketika aku sadar dia adalah perempuan. Begitu cantik, benar-benar cantik sebenarnya. Dan aku juga menyadari bahwa aku telah jatuh padanya. Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan dia.”

 

“Sekarang dia ada dimana?”

 

“Dia ada di suatu tempat.”

 

“Kau tidak tahu?”

 

“Sebenarnya aku tahu.”

 

“Dimana dia? Siapa namanya? Aku bisa coba membantumu, Luhan.”

 

Luhan hanya tersenyum pada Seol. “Cukup coba untuk mengingat. Itu akan sangat membantu, Seol-ah.” 

 


 

 

 “Saya sangat berat mengatakannya, namun Seol divonis amnesia. Dia kehilangan semua ingatannya karena otaknya hancur yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut.”

 

Ibu  Seol menangis. “Tapi dia terlalu muda. Dia baru berumur 8 tahun.”

 

“Saya sangat menyesal, Nyonya Lee.”

 

“Apa dia bisa mendapat ingatannya kembali, dok?” ibunya Seol bertanya.

 

“Jika beruntung, Seol bisa saja dapat ingatannya kembali dengan waktu beberapa bulan, namun kadang itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Mungkin membutuhkan beberapa tahun bahkan puluhan tahun untuk mengembalikan semua ingatannya. Dalam beberapa kasus, tidak semua ingatannya kembali.” 

 


 

 

 “Seol-ah, aku berjanji. Aku akan membuatmu mengingat semuanya. Aku tidak akan meninggalkanmu.” Luhan yang berumur 8 tahun itu berkata sambil memegang tangan Seol di rumah sakit ketika dia sedang berbaring. “Kau akau mengingat semua secepatnya, Seol-ah.  Aku janji.”

 


 

 

 “Lalu, apa musim favoritmu, Luhan?”

 

 “Musim gugur?”

 

 “Mengapa?”

 

“Karena aku jatuh cinta padamu di hari musim gugur, Lee Seol.”

 

 

 

 


 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Ayamaguchiya
Tenang aja, saya udah minta izin sama penulis aslinya kok :)

Comments

You must be logged in to comment
Yuikatta98 #1
Chapter 1: nice story, dalam bahasa indonesia ternyata jadi lebih sweet. ^^
zxdnaxz #2
aw indonesian readers here \^^/
cerita ini mau dibaca berapa kali pun gak bakal pernah bisa bosen hehe..
baeeeya
#3
Awww~ thanks muffin! :D I'm gonna upgrade you into a cupcake now!!! You do so much for me! <3333
baekhyuniie #4
Chapter 1: kyaaa lanjut sweet bgt sih! sampe deg degan sendiri>\\\<
aelvjgs #5
Chapter 1: Ceritanya bagus..tp msh kurang panjang y..