14th February

Description

Annyeong, this is my first fanfic uploaded!!! (finally,pfh) but sorry i used bahasa here ;; my english not very good so thats why.. But still people i hope you can enjoy this Fanfic! happy reading and pssst i will wait ur response gladly ~~~ ​you can pm me or yeojalicious.tumblr.com at your service! *salutes*

oh yeah i already posted this fanfic before in my tumblr *grins*

Foreword

seperti inikah jalan cerita hidupku? menelitimu dari jarak jauh, menggunakan segenap keberanian hanya untuk sedikit menelisip dikehidupanmu? inikah yang seharusnya kulakukan? apa aku sudah benar?

apa aku sudah benar untuk meneliti setiap detail gerak-gerikmu setiap hari? mencoba menerka apa yang kau lakukan disetiap detiknya, mencoba membayangkan bagaimana jika aku bisa menemanimu setiap saat. hei, aku ini sudah gila, bukan?

bahkan anak kecil juga tau, kau dan aku itu bagai langit dan bumi. kau memiliki semuanya–harta, gadis-gadis cantik yang setia mengelilingimu, kepintaran, ketampanan, dan apapun yang tidak dapat kusebutkan. Hei, kau sempurna. dan aku? bahkan aku tidak tahu apa aku memiliki kelebihan atau tidak.

yang aku tahu, aku menganggumimu. menganggumi dalam batas yang tidak dapat kubendung lagi.

aku sadar aku bukan siapa-siapa. tapi apa salah kalau aku menyukaimu?

haruskan kusalahkan dirimu?

----------

“kau lagi?”

sebuah suara baritone dibelakang membuat bulu kudukku berdiri. suara yang tidak asing, yang sangat kukenal. perlahan kusentuh dadaku, merasakan sesuatu didalam sana yang bergemuruh cepat.

“hari ini sudah empat kali aku bertemu denganmu, dan ini yang kelima kalinya.”

lagi-lagi suara itu membuat sesuatu didadaku berdetak cepat. selalu seperti ini. aku menoleh sedikit kebelakang, mencoba meresapi ekspresi yang selalu ia berikan padaku–sebuah ekspresi yang tidak pernah kuharapkan.

“aku tidak mencarimu, sebenarnya,” kataku pelan. aku kembali menatap kedepan, merutuki kebodohanku. apa aku tidak bisa lebih baik dari ini?

“lalu siapa?”

aku memutar otakku cepat. mencoba mencari sebuah nama yang terselip disela-sela pikiranku mengenai namja dibelakangku kini. “leeteuk oppa. ya, aku mencarinya.”

terdengar dengusannya yang menyebalkan. lalu ia duduk disampingku, bersimpuh dengan tangan terlipat didepan dada. ia menoleh sebentar padaku, yang lagi-lagi membuat jantungku tidak dapat bekerja normal, lalu beralih menatap beberapa mawar yang kugenggam dengan kuat–menahan perasaanku yang ingin meledak.

“kau tidak berniat menyatakan cintamu pada sepupumu sendiri dengan memberikannya bunga-bunga itu dihari valentine ini, kan?” pertanyaan panjang tanpa jedanya berhasil membuatku menoleh padanya. menatap tepat dimanik matanya.

lagi-lagi seperti ini. setiap kali aku menatap matanya, aku selalu merasakan sesuatu yang jauh didalam sana, sesuatu yang bersembunyi dariku, aku tidak tahu apa. namun aku kembali merasakan itu, merasakan hal yang tidak harusnya kurasakan, rasa yang kusesali telah kukenal selama aku hidup.

“itu bukan urusanmu, sebenarnya,”

namja disampingku mengedikkan bahunya, lalu berkata, “benar juga katamu. itu semua bukan urusanku.”

oh, sial. berapa kali aku harus merutuki kebodohanku hari ini? juga dihari-hari yang sudah lalu?

“sepertinya aku harus pergi,” aku bangkit dari dudukku, menepuk-nepuk sedikit rok belakangku, lalu melangkah meninggalkan namja bermata kelabu yang masih setia menatapku.

“dengan tangan penuh darah seperti itu?”

perkataannya membuatku menghentikan langkahku. aku menunduk sedikit, mencoba melihat kebenaran akan pertanyaannya itu. dan oh, yang benar saja? aku bahkan tidak sadar akan tanganku yang penuh dengan darah. aku harus menyalahkan mawar-mawar ini!

“oh, aku bisa mengurusnya nanti.” lalu kulanjutkan langkahku–berusaha mengelak dari tatapannya, sebenarnya.

aku membulatkan mataku ketika sebuah tangan menyentuh pergelangan tanganku, menahan langkahku. “nanti saja menyatakan cintanya,” namja itu kembali menatapku, membuatku untuk kedua kalinya mengalihkan pandangan. “kau mau tanganmu infeksi? kau mau tidak ada namja yang meyatakan cinta padamu karna tanganmu ini?”

namja itu mendudukkanku kembali, lalu berjalan kebelakang kelas untuk mengambil kotak obat. dan dengan segenap keberanian aku membalas perkataannya ketika ia sudah memulai mengolesi obat merah ketanganku.

“tidak apa.”

namja didepanku yang sedari tadi telaten mengobati tanganku mengalihkan pandangannya padaku. keningnya sedikit berkerut. “tidak apa?”

aku menunduk, untuk ketiga kalinya menghindari tatapannya.

“tidak apa jika tidak ada yang menyatakan cinta padaku.” jelasku pelan.

aku tidak tahu apa yang membuatku bisa berkata demikian. dan aku tidak tahu apa yang membuat namja didepanku menghentikan aktivitasnya mengobati tanganku dan kini menatapku dalam-dalam.

aku balas menatapnya. dalam hati kukuatkan hatiku untuk bisa bertahan menatap mata kelabunya lebih lama dari biasanya. aku tidak tahu apa yang terjadi ketika kurasakan wajah namja didepanku mulai mendekatkan wajahnya kearahku. dan dengan bodohnya mataku terpejam.

aku merasakan itu. sesuatu yang baru kali ini kurasakan. sesuatu yang lembut dan lembab menyentuh bibirku. oh tuhan. seperti inikah rasanya berciuman? dada yang bergemuruh cepat? jantung yang berdetak tidak normal? pernapasan yang tiba-tiba bermasalah?

namja itu menjauhkan bibirnya dari bibirku, lalu kembali menatapku dalam. aku tidak dapat menahan perasaanku, rasanya sesak, rasanya ingin meledak. dan aku tidak dapat menahan cairan bening yang menggenang dipelupuk mataku. aku memejamkan mataku, berusaha menahan isakan yang memalukan, menurutku.

tapi, terkutuklah kau park kyura. kau membuat suatu hal yang tidak seharusnya terjadi menjadi kenyataan. jantungku benar-benar akan meledak ketika namja itu kembali mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya dipelupuk mata kananku, lalu mata kiriku.

aku membuka mataku perlahan ketika kurasakan hembusan napas namja didepanku perlahan menjauh. lagi-lagi tatapan kami bertemu, dan lagi-lagi kualihkan pandanganku.

“tatap mataku, park kyura.” kedua tangannya menyentuh kedua pipiku, memaksaku mau tidak mau harus membalas tatapannya. “berhenti melihatku dari jauh, park kyura.”

mataku membulat dengan sempurna. bagaimana dia tahu?!

“berhenti memberikanku bekal siang dan meletakkannya dilokerku pagi-pagi sekali sebelum ada satu orangpun yang datang kekelasku.”

aku menelan ludahku susah payah.

“berhenti mengabadikan momen dihidupku dengan kameramu.”

aku mengerjapkan mataku, lalu menunduk menahan air mata yang sudah akan mengalir. bagaimana aku membalas perkataannya? bahkan aku tidak pernah merasa malu seperti ini!

“dan berhenti mengalihkan pandanganmu dariku.”

pernyataannya terakhirnya membuatku tertegun. namja didepanku mengangkat daguku, membuatku kembali membalas tatapannya. dia tersenyum, senyum pertama yang kulihat dari jarak sedekat ini. lalu kembali mendekatkan wajahnya, mengecup bibirku singkat, lalu kedua kelopak mataku.

“mulai sekarang, perhatikan aku dari dekat.”

aku menatapnya tak mengerti.

“berikan aku bekal makan siang di jam istirahat, langsung padaku, bukan pada loker yang hanya sesekali kudatangi.”

aku semakin tak mengerti.

“dan mulai sekarang, abadikan momen kita berdua.”

aku mengerjapkan mataku, mencoba mencerna tiap-tiap katanya yang tidak dapat kumengerti sepenuhnya. lagi-lagi ia mengecup kedua kelopak mataku.

“oh, ya. dan satu lagi. panggil aku dengan nama ku. kau masih ingat bahwa aku punya nama, kan?”

aku menunduk. “kau kenapa? kenapa melakukan ini?” suaraku bergetar, membuatku terlihat seperti yeoja yang lemah didepan namja ini.

“kau yang kenapa?” namja didepanku menggenggam tanganku. “kenapa kau tidak mau menyebut namaku?”

aku terdiam. tidak ada alasan yang benar-benar berarti. hanya saja…

“jawab, park kyura.”

“karena setiap aku menyebut namamu, hatiku rasanya ingin meledak.” akuku. dan, tamatlah riwayatmu, park kyura. kau akan dipermalukan oleh namja didepanmu ini! “aku pergi.” kataku cepat ketika kurasakan namja didepanku hanya membisu. belum dua langkah, tanganku kembali ditahan dan kali ini sesuatu melingkat diperutku, membuat nafasku tercekat.

“sebut namaku, kyura-ah. sekali saja,”

“aniyo..” kataku pelan. kulepaskan pelukannya, lalu kembali melangkah pergi. lebih baik seperti ini, kan, dari pada aku harus mendengar penolakannya atas rasa yang kumiliki?

“park kyura, aku akan benar-benar membuat hatimu meledak, bodoh.”

aku belum sempat berpikir, atau memperkirakan apa yang akan terjadi padaku ketika merasakan namja itu menarik tanganku hingga jatuh kepelukannya. dan lagi-lagi aku merasakan sesuatu yang lembut dan lembab itu mendarat dikeningku. kini bibir itu menyentuh kelopak mataku, membuat sesuatu yang menggenang sedari tadi mengalir pelan.

“kau tidak mengerti?” tanyanya disela-sela kegiatannya mengecup mataku. aku menunduk semakin dalam, membuatnya kini hanya mengecup puncak kepalaku. “aku ini membalas perasaanmu. bahkan dari setahun yang lalu ketika kau mulai membututiku kemanapun aku pergi.”

wajahku memerah. aku tidak tahu harus malu karena ketahuan membuntutinya kemanapun ia pergi atau karena perkataannya.

“oh, ya aku lupa mengatakannya,” ia melepaskan pelukannya dan meletakkan kedua tangannya dibahuku. “mulai sekarang berhenti beralasan ‘kekelasku untuk mencari leeteuk’ padahal dalam kenyataannya kau mencariku, arra?”

dan dengan bodohnya aku mengangguk.

“dan, kemarikan mawarnya.” ia melebarkan tangan kanannya, dan dengan takut-takut kuserahkan mawar-mawar tadi padanya. “kau tahu, ini hadiah valentine pertama yang kuterima dari sekian yeoja yang menggilaiku.” ia tertawa, menertawakan hal yang sebenarnya tidak lucu.

“cho kyuhyun, kau menyebalkan.”

tawanya berhenti seketika ketika mendengar perkataanku. matanya membulat sempurna, dan dengan cepat ia mendekatkan wajahnya kearahku.

“kau mengatakannya!” ia mengecup keningku sejenak. “katakan sekali lagi!”

aku menelan ludahku susah payah. menata kembali perasaanku yang sukses ia porak-porandakan. “cho…kyuhyun…”

kyuhyun tersenyum, lalu dengan cepat menarikku kedalam pelukannya. “aku menuggu saat-saat seperti ini, kau tahu?” kyuhyun mengusap punggungku pelan. “apakah sekarang hatimu mau meledak? jantungmu berdegup kencang?”

dan, kuakui aku bodoh ketika kepalaku mengangguk tak terkontrol. kyuhyun hanya tersenyum kecil.

“aku juga begitu. rasanya sesak, tapi menyenangkan. iya, kan?” kyuhyun melepaskan pelukannya, lalu kembali meletakkan kedua tangannya dibahuku.

“park kyura,” kyuhyun berkata pelan. “jadi yeoja-ku, ya?”

END

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet