PART 6
PERFECT HUSBANDAuthor’s POV
Chinen memandangi Sembilan saudara angkatnya. Ini adalah hari Senin yang mereka tunggu sejak dua hari berlalu setelah kejadian Rose Masqurade Ball Sabtu malam kemarin. Dimana tanpa mereka dua, identitas Nina sebagai Bianca terungkap. Terima kasih pada entah siapa yang kemarin tidak sengaja menabrak Nina, yang berakibat pada pecahnya topeng yang dikenakannya.
Beep
Sebuah email masuk bersamaan ke ponsel pintar mereka bersepuluh.
To : Yabu Kota; Inoo Kei; Takaki Yuya; Yaotome Hikaru; Arioka Daiki; Nakajima Yuto; Okamoto Keito; Yamada Ryosuke; Chinen Yuri; Morimoto Ryutaro
From : Kaminari Nina
Subject : Cannot wait!
Good Morning All,
Cannot wait the time we can face everything. Hope you all will help me to explain to other managing board.
And…. Too bad MY VERA WANG LIMITED EDITION MASK BROKEN BECOME TWO!!!
Someone please look that man/woman who purposedly bumping to me last Saturday!
I need my revenge. I really love that mask T____T
Don’t forget to eat you breakfast.
p.s. Nakajima-kun, can you bring me some food too? ^^ *wink*
Best regards,
Nina Kaminari
CEO Kaminari Group
Mau tak mau kesepuluh bersaudara itu tersenyum membaca email penuh curahan hati Nina. Bagaikan adik kecil mereka yang mengadu kepada kakak-kakak lakinya. Mereka bersepuluh saling menatap satu sama lalin lalu tertawa.
“Dia benar-benar menganggap kita seperti kakaknya. Astaga.” Ujar Inoo memecahkan tawa mereka bersama.
“Nakajima-kun, sepertinya kau harus membawakannya makanan untuk menghiburnya.” Suara Yaotome tak kalah kerasnya. Nakajima mengangguk-angguk, “Baiklah, sebaiknya aku bawakan apa? Ada saran.” Tanya Nakajima.
“Coklat. Semua perempuan suka Coklat.” Ujar Morimoto. Chinen dan Yamada mengangguk setuju. “Nii-chan, aku ingin membantu.” Ujar Morimoto.
“Baiklah. Sepertinya kita tidak punya pilihan lain selain menjadikannya seperti yang dia mau. Biarkan dia memilih saat waktunya tepat.” Ujar Yabu akhirnya. Mereka besepuluh mengangguk setuju.
….
Nina’s POV
Aku mengulum senyumku membaca sepuluh pesan dari sepuluh saudara angkatku.
From : Yabu Kota
Subject : Okaeri…
Selamat datang dirumah, Nina.
From : Takaki Yuya
Subject : Morning
Kita akan segera cari tahu siapa yang menabrakmu! Segera! Jangan khawatir. Sampai jumpa dikantor. Kita harus makan siang bersama.
From : Inoo Kei
Subject : Nina!!
Hei Sister!! Senang memiliki saudara perempuan! Sampai jumpa dikantor!
From : Yaotome Hikaru
Subject : Don’t forget your breakfast!
Jangan dipikirkan lagi soal kejadian hari sabtu. Selamat menikmati sarapanmu.^^
From : Arioka Daiki
Subject : Welcome our sister
Hei lill sister. Jangan sedih soal topengmu. Kita bisa mencari lagi. Atau sekalian hubungi Vera wang, pesan lagi. Aku punya kenalan disana. Sampai jumpa di kantor.
From : Yamada Ryosuke
Subject : Breakfast
Nakajima dan Morimoto memasakkan kue coklat untukmu. Kita makan bersama nanti.
From : Okamoto Keito
Subject : Family
Yahhh mau bagaimana, kita tetap keluarga. Lupakan aku menyukai Bianca Hanafiah hehehehe. Kau mau dijemput hari ini?
From : Nakajima Yuto
Subject : Cocholatte
Aku akan membawakan kue coklat untukmu sister. Morimoto membantuku.
From : Chinen Yuri
Subject : Hei
Hei… jangan khawatir. Semua baik-baik saja disini. Jangan dipikirkan soal topengmu. Akan ada ganti yang lebih baik. Anyway, Nakajima dan Morimoto bersemangat sekali memasak coklat untukmu. Kupikir, Keito akan menawarkan jemputan untukmu. Terimalah ajakannya. Dia merasa bersalah soal hari sabtu kemarin.
From : Morimoto Ryutaro
Subject : Love
Aku tahu ini waktunya tidak tepat. Tapi entahlah, aku menyukaimu. Aku sedang memasak kue coklat untukmu.
Aku tersenyum membaca semua pesan. Tapi hanya satu pesan yang benar-benar membuatku lega. Tapi tetaplah, aku memutuskan hanya membalas satu buah pesan.
To : Okamoto Keito
Subject : ride with you
Hei… its okay about that. I am totally okay.
Anyway, it will be nice if you can pick me up today before going to office.
I will waiting for you^^
Setelah memastikan pesan terkirim, aku bergegas mandi dan kemudian perasaan panik melandaku. Ini adalah kali pertama seseorang terutama pria datang menjemputku kerumah. Dan aku bingung harus mengenakan apa. Aku membuka lemariku. Mencari-cari pakaian yang pantas. Akhirnya pilihanku jatuh pada dress putih formal selutut tanpa motif keluaran Dior, dipadu dengan long coat warna marun keluaran rumah mode yang sama. Aku juga memilih sepatu model stiletto keluaran Dior warna dengan aksen Kristal di bagian kanan kirinya.
Kupatut penampilanku dicermin. Puas dengan apa yang kukenakan. Lalu kupulas wajahku dengan BBcream dan perona pipi. Tak lupa kuaplikasikan eyeliner hitam pekat pada mataku lalu membubuhkan mascara pada bulu mataku untuk membuatnya lebih lentik. Terakhir kupulas lipstick warna untuk bibirku. Riasan yang simple kan?
Tok tok
Terdengar suara ketukan dipintu kamarku, “Nona, tuan muda Okamoto sudah menunggu anda.” Suara Rosa menginformasikan tentang kehadiran Okamoto. Aku tersenyum sembari mematut penampilanku, “Aku akan segera turun.” Ujarku. Lalu kuraih handbag Coach warna favoriteku. Aku merasa sempurna.
Aku bergegas turun dan menuju teras depan. Dimana sudah kulihat Okamoto menungguku disana. “Ohayo..” sapaku. Dia berbalik menghadapiku, menggunakan setelan hitam keluaran Armani kalau aku tak salah mengenalinya. Senyumnya merekah. Entah bagaimana mungkin itu adalah anugerah, sepuluh saudara angkatku memiliki senyum yang memikat. ‘Sama seperti Kakek. Mungkin kakek mewarisi mereka senyumnya yang hangat dan menghanyutkan.’
“Kau cantik sekali hari ini.” Puji Okamoto. Wajahku memerah karena tersipu. “Kau nampak gagah.” Balasku. Dia terkekeh. “Ah, tidak mungkin kita terus menerus saling memuji disini. Mari berangkat. Tentunya semua sudah menunggumu.” Ujarnya. Aku mengangguk kemudian mengikuti langkahnya menuju mobil sport ferrarinya.
Selama diperjalanan, Okamoto bercerita mengenai Sembilan saudaranya. Bagaimana kakek selalu mengajarkan mereka dengan didikan yang keras dan tak membedakan mereka sebagai anak yang dipungut dan berbagai macam tes yang harus mereka lalui untuk mencapai kursi direksi elite Kaminari Group. Kesemuanya kudengarkan dengan seksama. Lalu keheningan melanda. Okamoto terdiam dan nampak gelisah. Aku menangkap gelagatnya.
“Anoo… bolehkah aku memanggilmu Kei Nii-chan?” ujarku berbasa-basi memecah keheningan. Dia menoleh padaku lalu tersenyum dan mengangguk, “Tentu saja. Senang sekali kau memanggilku demikian. Rasanya lebih akrab didengar.” Ujarnya. Aku mengangguk. ‘Benar-benar tidak buruk untuk sebuah permulaan.’ Batinku.
Comments