Chapter 1

Love, Like a ....
Please Subscribe to read the full chapter

*Mian, Banyak typo berceceran*

 

Seorang bocah kecil sibuk menyiapkan teh hangat, dia memasukkan satu sendok gula rendah kalori dan satu kantong kecil teh melati kedalam cangkir bermotif ayam-ayam kecil yang lucu. Tangan lainnya terulur mengambil panci diatas kompor yang airnya sudah mendidih. Diseduhnya teh tersebut, diaduk pelan dan dihirupnya dengan hidung mancungnya- sangat menenangkan. Terakhir senyum mengembang dari bibirnya yang menunjukkan bahwa anak itu senang sekali membuat teh melati untuk orang yang sangat dia cintai. Baru beberapa langkah kakinya meninggalkan dapur kecilnya, si Jeonggam-kucing kesayangannya meloncat kearahnya-membuatnya kaget dan sekaligus cangkir digenggamannya jatuh pecah ke lantai.

 

Praaaaaang

 

“Wooyoung ada apa?” suara merdu seorang   remaja laki-laki segara mendatanginya. Mata Wooyoung berkaca kaca “ Hyung, gelasnya hiks..tehnya, hiks...”.

 

Laki-laki  itu segera memeriksa tubuh dan kaki Wooyoung dengan teliti yang menunjukkan wajah cemasnya, takut jika pecahan gelas mengenai Wooyoung. Diangkatnya tubuh Wooyoung  menuju ruang TV dan didudukkannya Wooyoung di sofa empuk mereka.

 

“Sudah Woo, tak apa, kita kan masih bisa membuatnya lagi”dihapusnya air mata dari pipi bulat Wooyoung dan ditarik kedalam pelukannya sambil mengelus rambut hitam legamnya.

 

“Kau tau Woo, jika kau melemparkan gelas dari atas awan dan saat menimpa tanah, gelas itu tidak akan pecah, bahkan retak asalkan kau punya sesuatu”Minjun bersuara pelan di telinga Wooyoung.

 

Wooyoung melepaskan pelukan Minjun dan mengerjapkan mata sipitnya kemudian menatap bingung pada hyungnya.

 

 “Kau tau sesuatu itu apa, Woo?”. Wooyoung hanya menggelengkan kepalanya.

 

“Cinta” bisik Minjun dengan suara lembutnya menandakan bahwa kata itu adalah sesuatu yang mulya.

 

“Hah, cinta?”Wooyoung masih pada kebingungannya dan tetap menatap lurus pada mata hyungnya.

 

“Iya Woo, c-i-n-t-a”Minjun mengejanya.

 

“Berarti cinta itu seperti sofa empuk  kita ini ya hyung, aku dan Jeonggam sering meloncat-loncat disini dan bokongku juga tidak sakit”Wooyoung tersenyum lebar dan menunjukkan deretan gigi kecilnya yang putih sambil meloncat-loncat dengan bokongnya di sofa.

 

“Bukan Woo, bukan seperti sofa empuk ini. Sofa ini beberapa tahun lagi pasti tidak akan empuk lagi karena busanya sudah kempis”jelas Minjun.

 

“Lalu bagaimana cinta bisa membuat gelas tidak pecah, kalau begitu apa seperti keranjang buah hyung, yang biasanya hyung pakai memetik jeruk di kebun kita, karena kita bisa menangkap gelas dengan keranjang itu saat jatuh dari atas sebelum sampai menimpa tanah” Wooyoung yang masih kecil, dengan pikiran kekanak-kanakannya masih mencoba menebaknya.

 

“Hahaa, bukan Woo.. cinta tidak seperti itu, bagaimana jika keranjang buah yang kau pegang tidak dapat menangkap gelas itu, karena tangganmu yang kecil itu belum dapat menjangkaunya, akhirnya gelas itu tetap pecah” ucap Minjun sambil mengusap-usap tangan mungil Wooyoung.

 

“Lalu seperti apa hyung..” rengek Wooyoung

 

Minjun mengusap pipi bulat Wooyoung ” Cinta memiliki sayap dengan bulu indahnya, dia akan memberikan sayapnya pada gelas ayammu, sehingga gelas itu akan mengepakkan sayapnya dan menyentuh tanah tetap dengan kondisi baik”.

“Berarti cinta itu seperti burung yang banyak terbang melintasi kebun jeruk kita”Wooyoung mulai membayangkan.

“Iya Woo, dia akan terbang tinggi dengan sayap indahnya, setinggi dia mau, kemanaupun dia mau, dan hinggap dimanapun dia mau”Minjun mengusap kembali rambut hitam legam Wooyoung.

“Kalau begitu aku ingin cinta hyung, aku ingin terbang tinggi menemui appa dan eomma”Wooyoung memeluk Minjun dengan senyum manisnya.

Sejak saat itu Wooyoung akan selalu bertanya tentang cinta pada Minjun, dia akan berimajinasi dengan pikiranya yang polos,bahwa cinta itu seperti matahari, seperti bintang, seperti air, seperti sungai bahkan seperti Jeonggam dan masih banyak seperti dalam pikiran anak-anaknya.

 

*

 

Wooyoung dan Minjun hanya tinggal berdua di rumah besar di sebuah desa yang jauh dari kota tepatnya di Pulau Jeju. Orang tuanya meninggal dua tahun lalu dalam kecelakaan mobil saat perjalanan pulang berlibur ke

Seongsan Ilchulbong. Setelah kejadian itu selama Berbulan-bulan Wooyoung sering menangis. Minjun selalu menghiburnya dan selalu mengajaknya bermain serta selalu meyakinkan Wooyoung, bahwa orangtuanya saat ini sedang berbahagia, berlibur panjang dilangit tertinggi sana dan tetap mengawasi mereka dari atas. Minjun berkata bahwa orang tuanya akan memarahi Minjun bahkan menjewer telinganya kalau ia tidak mampu menjaga Wooyoung dengan baik dan membuat Wooyoung menangis terus. Wooyoung kecil yang sangat sayang pada kakaknya, tidak mau kakaknya dimarahi oleh orangtuanya, akhirnya sedikit demi sedikit mulai tidak menangis dan mulai mengerti.

Wooyoung dan Minjun sehari-hari dibantu oleh pelayan-pelayannya. Pelayan-pelayannya tidak menginap dirumah meraka, hanya datang setiap pagi dan sore untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makanan untuk mereka, selebihnya pelayan-pelayan itu akan bekerja di perkebunan jeruk keprok peninggalan kedua orang tuanya. Masalah keuangan diserahkan pada orang kepercayaan orang tua mereka yaitu Tuan Ok, yang tinggal dirumah sedang tak jauh dari rumah mereka. Tuan Ok mempunyai anak bernama Taecyeon. Ibu Taecyeon meninggal saat melahirkannya. Taecyeon juga diasuh oleh kedua orang tua Wooyoung, disekolahkan di kota sampai lulus dari Jeju National University dan kemudian sekarang membantu ayahnya mengurus bisnis perkebunan jeruk milik orang tua Wooyoung dan Minjun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Minjun tumbuh menjadi namja yang tangguh, dewasa, dan sangat penyayang tentunya pada Wooyoung. Minjun tidak melanjutkan kuliahnya saat ini, karena universitas berada jauh di kota. Selain itu Minjun takut jika kesibukannya dengan kuliah akan membuatnya tidak bisa menjaga Wooyoung dengan baik. Ia pernah menawari Wooyoung untuk melanjutkan sekolahnya di kota tetapi wooyoung menolaknya.

Sedangkan Wooyoung yang sekarang sudah duduk dibangku menengah atas kelas satu, tumbuh menjadi namja yang manja dan sangat manja hanya pada  Minjun. Ia tidak mau meninggalkan desanya dengan alasan kalau di kota Wooyoung tidak akan bisa bermain lagi dikebun jeruknya dan tidak akan bisa memetik jeruknya dan memakannya langsung (sebenarnya diperkebunan jeruk itu adalah  tempat favorit bagi mereka, dulu mereka selalu bermain disitu, kejar-kejaran bahkan petak umpet, tentunya masih bersama orang tua mereka).

 

***

 

 Wooyoung sedang menari dengan iringan lagu-lagu GOT7 dikamarnya, tangannya bergerak sangat lues, gerakan kakinya dengan cepat berpindah pindah. Minjun masuk dan mematikan musiknya

“Hyuuuung”protes Wooyoung

“Waktunya makan, kau selalu saja lupa waktu kalau sudah ngedance”kata Minjun sambil beralih mengambil handuk kecil di lemari Wooyoung.

“10 menit lagi, ani 5 menit lagi” rengek Wooyoung

“Tidak Boleh” tegas Minjun sambil mengelap keringat Wooyoung dengan handuk kecil yang diambilnya tadi.

 

“Hyung”

 

“Ehmm”

 

“Apakah cinta seperti musik ini, yang selalu memberikan energi untukku menari”

“Kau benar, cinta seperti musik, bahkan saat musik akan mati kau akan tetap bisa menari kapanpun, karena musik itu ada dalam hatimu, berirama dengan indah, membuat tanganmu bergerak tak tentu, jantungmu berpacu, tanganmu berkeringat, walaupun orang lain tak bisa mendengarnya”Minjun memegang telapak tangan Wooyoung dan meletakkan di dada Wooyoung sendiri. Wooyoung hampir memejamkan matanya ingin mencoba merasakan musik dalam hatinya, tapi  Minjun sudah mengacak rambut atasnya dan menarik tangannya “Sudah, ayo makan”.

 

“Hyung, aku ingin disuapin” rengek Wooyoung yang berjalan dibelakang Minjun.

 

“Setiap hari kau juga minta disuapin, kenapa harus bilang lagi, kau bahkan kalah dari Jeonggam, dia saja makan sendiri”.

 

“Ya sudah,aku tidak jadi makan” Wooyoung berhenti.

 

“Terserah, aku akan menyuapi Jeonggam saja” Minjun berlalu berjalan agak cepat menuju meja makan.

 

“Hyuuuung, jadi kau lebih sayang Jeonggam”Wooyoung  berlari kemudian langsung naik ke punggung Minjun dan melingkarkan erat tangannya di leher Minjun.

 

“Yaah, kau ingin membunuhku. Lepaskan tanganmu” Minjun berusaha merenggangkan tangan Wooyoung yang mencekik lehernya

“Tidak mau, ini hukuman buat hyung karena hyung tidak lagi sayang padaku”

“Itu karena Janggeom lebih penurut daripada kau dan kau itu sudah besar tidak seharusnya....”

“Meooooong”  suara Jeonggam yang menyahut sudah duduk manis di kursi meja makan seolah membenarkan perkataan Minjun. Selanjutnya yang terdengar adalah tawa renyah kakak beradik dari ruang makan tersebut. Ya, Wooyoung memang sangat manja pada Minjun, seperti contoh tadi, walapun kadang Wooyoung memang mengambil makannya sendiri di piring dan  tidak meminta disuapin, tetap saja Minjun akan selalu mengambil porsi makan lebih banyak dan menyuapi Wooyoung  baru kemudian dirinya. Minjun tidak pernah keberatan, karena Wooyoung adalah seorang yang sangat disayanginya dalam hidupnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Wooyoung sudah lulus dari sekolah menengah atasnya, dia ingin melanjutkan kuliah, keluar dari pulaunya di Seoul bersama teman-temannya. Dia tertarik  mendengar cerita dari teman-temannya, temannya mempunyai berbagai macam mimpi dan akan mewujudkannya di Seoul. Wooyoung yang manja, dia juga mempunyai mimpi, dia ingin menjadi penari profesional dan ingin mendirikan sanggar bagi anak-anak kecil didesanya dan dia butuh bekal, club dance yang diikutinya disekolah tak akan cukup, makanya Wooyoung bertekad kuliah di Seoul, meninggalkan hyungnya dan pasti akan sulit baginya, membayangkannyanya sudah membuat kepala Wooyoung pusing.

 

 

“Hyung, misalnya  aku pergi cukup lama, apakah hyung akan merindukanku” Wooyoung mendongak menatap kakaknya karena saat ini Wooyoung berbaring dengan kepala di paha Minjun di sofa empuk mereka.

“Pasti aku akan merindukannmu, karena aku tidak akan bi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
woopoojwy
Thankyou^^

Comments

You must be logged in to comment
LenkaChakhi
#1
Adikny khun lena . Sekongkol ya ama fansgirl nya khun . Hem kalo iya ? Awas aja dh . Kasian bgt sieh minjun , sakit apa sidh . ;-( .
Fallenka #2
. Heh ;-> siapah si fangirl nya nickhun . Bikin youngie ketakutan aja ;-> ? Apa victoria ? Males dh ma orang ituh satu
Uyounggie
#3
Chapter 4: Waahhhhhhhhhh!!! Daebakk..!

Q ug baca aj serasa Nonton film di bioskop...!

Keren thorrrr...!

Kira2 siapa yaaaah penguntit itu..!

Jgn2 wanita itu? At taec?

At??

Wahhh susahx...!!

Lanjuttt thorrr pleaseeEeem keren sangatt
oryzanaranatha #4
Chapter 4: Huwaaaaaa,,,
Seru,,seru,,
Lanjut yaaaaa,,,,
Semangaaaaad,,,,
oryzanaranatha #5
Chapter 1: Baru baca chap prtama udah nangis, tp ttp mau lanjutin,,
Hehehe
jangwooyoung0730
#6
Chapter 4: apa si peneror itu park seyoung? Hahaha, guessing. emmm, ga mungkin kan, nichkhun sendiri yg neror, toh di ceritain juga khun cinta bener sama woo. Hahaha. siapa dong yg neror? uuuh, masih gelap euy. hihihi

:-)
ReLif_53 #7
Chapter 4: Hikss.. Aku paling gak tega kalo ada cerita/ fil/ sinet yg harus membunuh/ nyiksa hewann..
Walau buat lucu2an ttp aja gak tega...
Dan pas tadi ada bagian kucingnya woo harus mati.. Bener2 bikin aku nangiiss..
Pliss thor.. Aku gak pa2 kalo mau nyiksa woo.. Tapi jngn bwa2 binatng nee.. Soalnya q sayng banget ma hewn terutma kucing.. Maaf jadi curhat..
Update cepet nde thorr..
ReLif_53 #8
Chapter 3: Minjun sakit apa..? Parah kayaknya,.. Sebenrnya cewek yg jadi fans fanatik khun tuu sapa siiee..? Koq sampe segitunya banget sama orng2 yg dekt sma khun..
Semoga woo gak di apa2in..
ReLif_53 #9
Chapter 2: Wwooo.www... Khun punya musuh kah? Kyanya ujian cinta woo bakal berat nihh..
ReLif_53 #10
Anyeong..
Salam kenal.. Ijin baca nde, authornim.. #bow