It's Not You

Description

Annyeong haseyo, eikopark-imnida, bangawoyo ^^ sudah dini hari di sini, dan saya akan menulis sebuah fanfic! Maafkan sayaaaa jika kepanjangan, nggak pinter milih cast-nya, nggak pinter nyusun ceritanya, nggak memuaskan kalian (o_O) dan sebagainya, dan sebagainya. don't be a silent-reader yaa chingu~ dimohon untuk komentarnya, apapun pasti akan membantu untuk penulisan fanfic lainnya ke depan :) arigatou ^^

 

Title          : It's Not You

Author      : eikopark

Genre       : angst, , romance, drama

Main Cast : EXO-K, Baekhyun

                  EXO-K, Chanyeol

                  f(x), Krystal

                  Miss A, Jia

                  Kara, Jiyoung

                  AfterSchool, UEE (Kim Yujin)

Rating       : PG-17

Length       : oneshoot

Language   : Indonesian

Summary

Sebuah sekolah dan jalan raya. Kesendirian dalam keramaian. Sebuah cinta suci dan konflik batin yang terus menerus. Membuatku lelah dan tak berdaya, tetapi tak ingin mengakhirinya. Semua yang kontradiktif ini membuatku habis akal, bagai candu tak berotak. Hingga ada satu tanya yang mengitari kepalaku.

Foreword

Di tengah kesendirian, serasa kepalaku hanya mampu mengingat dan memutar kembali semua tingkah yang kau perbuat di depanku...
Di tengah keramaian, mataku hanya tertuju tajam pada satu sosok yang keberadaannya pun aku ragukan....
 
Kamu

 

Baekhyun's POV

Tachikawa, Tokyo. 07:30 a.m

 

Kriiiiiinnnggggg....... Kriiiiinnngggg....

Alarm berbunyi dengan nyaringnya, memaksaku untuk membuka mataku, sadar akan keheningan malam yang telah berakhir. Dengan malas aku mengerjapkan mataku dengan susah payah, mengambil alarm berisik yang berada di sisi kiriku. Sepertinya sudah berdering sejak lama, dan sepertinya juga ia lelah membangunkanku yang malas ini setiap pagi.

"KENAPA BISA TELAT BANGUN LAGI?! SHINE! 1)"

 

*

 

Chanyeol's POV

Musashino, Tokyo. 08:10 a.m

 

"Bisakah kau tidak bergelayut di lengan kiriku kuat-kuat begitu, Krystal?" Hey, ini Tokyo! Tak tahukah dia bahwa hal seperti ini adalah hal yang memalukan? Bermesraan di depan umum ditengah orang-orang yang sibuk bekerja sebagai salaryman, serasa public display attention. Itu menjijikkan.

Bukannya memperlonggar rangkulannya, justru ia makin menguatkannya. "Tak peduli! Mau ini di Tokyo, Seoul, Shanghai... serasa aku jauh darimu, dan aku tak ingin jauh darimu sepersekian detik pun, Baekhyun."

Dan senyumnya..... oh, betapa mengerikannya wanita posesif yang gemar pamer kemesraan macam ini!

Ah, dan lagi. Aku hanya bisa pasrah diperlakukan seperti ini. Jika tidak, mungkin akan menjadi perdebatan panjang yang melelahkan. Haaa setidaknya ini masih pagi dan aku belum sarapan.

Saat aku ingin menyebrangi zebra cross yang melintang di hadapanku, tiba-tiba aku menangkap sosok pria yang kukenal. Sosok pria yang saat aku mengingatnya.... membuat dada ini terasa nyeri, perih. Lubang yang telah kututup paksa, kembali menganga tak terkira.

Baka!2) Menurutmu, aku akan melakukan apa yang kau pinta dengan tingkahmu itu?

Manusia tak berguna!

Hina saja hidupmu kalau kau seperti itu! Hiduplah layaknya manusia normal!

Seketika aku menggeleng-gelengkan kepalaku kuat. Memejamkan mata, merasakan kesakitan yang luar biasa, tanpa menghiraukan gadis di sebelahku yang mulai mengerutkan dahi tak mengerti.

 

*

 

Baekhyun's POV

Busan, three years ago.

 

"Annyeong haseyo, naneun Byun Baekhyun-imnida. Bangaseumnida."

Entah aku harus berkata apa lagi. Aku tidak begitu tahu bahasa Korea.Ya... Aku tidak sefasih orang Korea asli. Aku hanyalah murid pindahan dari Jepang, karena sebuah alasan. Pelafalan bahasa Inggris-ku pun tidak begitu baik. Mungkin kalau aku melakukan perkenalan menggunakan bahasa Jepang, sedikit memudahkanku. Ya, sedikit. Karena belum tentu mereka yang ada di hadapanku ini mengerti artinya.

"Ya, ini adalah Baekhyun. Ia adalah murid dari SMA Joto, Tokushima, Jepang, yang mulai hari ini, akan bergabung bersama kita semua." Ibu guru itu sepertinya ramah. Aku tidak tahu namanya, tetapi aku merasakan ia adalah orang yang baik.


"Silakan duduk, Baekhyun. Di sana." Ia menunjuk pada bangku dekat jendela, ketiga dari depan. Ada sosok pria beralis lurus dan bermuka lonjong sedang memainkan pulpen kuningnya yang lucu. Sesekali - entah karena ia bosan atau bagaimana - ia membanting pelan pulpen itu sambil menggembungkan pipinya. Entah mengapa pemandangan itu terasa menarik untukku.


"Baekhyun, apa kau dengar?" suara ibu guru itu membuyarkan lamunanku. Dengan tersigap aku mengangguk kuat dan melangkahkan kakiku menuju bangku itu. Saat sampai di sana, pria itu melihatku. Matanya membesar sedikit, menelisik diriku penuh keingintahuan. Aku merasa pandangannya seolah menjuluri tubuhku dari atas hingga bawah. Kemudian tersenyum lebar, berdiri, dan mengulurkan tangan.


"Namaku Chanyeol. Mulai sekarang, kau jadi teman sebangkuku"

 

*

 

Chanyeol's POV

 

Aku mulai terbiasa dengan orang ini. Chanyeol. Yang tingginya dibawah diriku, yang ketampanannya pun dibawah diriku, kurasa. Bahasa Korea-nya masih kaku sekali. Sepertinya dia belum berani menggunakan kata-kata banmal3) kepada kami, sesamanya. Dia selalu menunduk jika bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Berbicara seperlunya pada teman sekelas. Hah! Payah sekali dia. Seringkali aku ajak dalam acara-acara sekolah agar ia juga mengenal kehidupan sekolah ini. Tapi, otaknya boleh juga. Aku merasa ia manusia jenius. Tahu saja rumus dilatasi waktu pada pelajaran fisika dan bisa memecahkannya dalam waktu cepat!


Oke, kali ini aku kalah. Tapi tetap kan, aku manusia tampan?


Hingga suatu waktu, aku melihat dia sedang ada di pojok koridor sekolah. Berdiri terpaku di depan loker miliknya. Dan ketika kuhampiri, ia sedang menatap kosong pada benda yang cukup menggangguku... jika aku menjadi dirinya.


Kumpulan ulat bulu. Ah, oke, tidak kumpulan. Setidaknya ada lima... enam... tujuh. Ah, tujuh ulat bulu. 


"Chanyeol-ssi.... siapa yang melakukan ini?" Ah ternyata ia sadar aku sudah di sampingnya.


Nada suaranya yang pelan nyaris tak terdengar membuatku iba sekali padanya. Murid baru dari Jepang, selalu menggunakan bahasa formal, diusili seperti ini? "Aku tak tahu Baek." dan bodohnya lagi, aku hanya mampu membalas seperti itu.


Aku langsung pergi meninggalkannya. Ke dalam kelas, meraih tasku untuk mencari pulpen bekas tak terpakai. Kemudian, ku sobek beberapa helai kertas dari buku tulisku. Dengan cepat pula aku menghampirinya, dan Baekhyun ternyata masih berdiri dalam posisi yang sama seperti tadi. Layaknya patung, kalau kau tidak melihatnya.


"Sini, aku bantu bersihkan lokermu" Euwh, menjijikkan juga. Tapi, rasa ibaku mengalahkan rasa jijikku. Cukup berisiko juga jika kau terkena bulunya, entah bakal jadi apa badan ini. Gatal sekali!


"Yatto!" Setelah berhasil aku menyingkirkan ulat bulu itu, ia tersenyum lega sambil berkata.... apa tadi? Yano? Yado? Ah yado tambah "ng" kan lumayan..... yadong.


Ia tersenyum lebar menatapku, dan berkata, "arigatou."


Ah, itu sama saja seperti "kamsahamnida".

 

*

 

Baekhyun's POV

 

Hari-hari yang kujalani di sini serasa menyedihkan. Ada saja yang mengerjaiku. Setelah ulat bulu, kini berganti dengan cacing tanah. Kejam sekali. Di Jepang, perilaku seperti ini disebut ijime4) dan karena ia "beda sendiri", misalnya paling kaya, atau paling cantik, atau paling pintar, akan menjadi sasaran ijime. Tetapi.... aku tidak merasa "paling" di sini. Untung saja ada Chanyeol di sini. Dengan kebaikan hatinya, dia mengajariku banyak hal. Mengenalkanku pada banyak teman, mengingatkanku untuk lebih berhati-hati, mengajakku untuk semangat dalam pelajaran olahraga, meskipun... dia sedikit malas jika ada tugas. Kalau aku boleh berkata, seharusnya dia yang lebih berhak di ijime daripada aku, karena dia lebih tampan dan tinggi.

"Baekhyun! Baekhyun!" Chanyeol mengejarku dan dengan sekejap ia sudah ada di hadapanku dengan nafas yang terengah-engah. 


Aku bingung dengannya. "Ada apa Chanyeol-ssi? Mengapa kau-"


Ia memutus pertanyaanku. "Kau... hhh.... hhh... Kau!" Ia terlihat ingin membicarakan sesuatu tetapi ia segera mengurungkan niatnya. "Haaah sudahlah! Ikutlah denganku!" dan dengan segera ia menarik tanganku dan berlari dengan cepat.


"Hah... hah... hah... lihat ini.... hhh" Dengan nafasnya yang memburu, ia menyuruhku untuk melihat ke arah papan pengumuman. Tanpa merasa apapun aku melihatnya.


BYUN BAEKHYUN KELAS 2-2
PENGHANCUR KELUARGA!
ANAK PELACUR!
MENJIJIKKAN SEKALI!


Aku hanya bisa menganga melihat tulisan-tulisan itu. Tulisan dengan guratan yang cukup rapi... dan kurasa itu tandanya siswa perempuan yang melakukannya. Penghancur keluarga... anak pelacur...


Seketika semuanya gelap

 

*

 

Two years ago....

Aku melihat ia menggunakan pakaian mini tanpa lengan berwarna fuschia sedang mengajak masuk gerombolan lelaki yang tak kukenal. Dengan raut wajah yang ramah, ia mengajak pria-pria itu berbincang dengan hangat. Sangat berbeda jika ia sedang berhadapan denganku. Sesekali ia tersenyum manja dan bergelayut di pundak salah satu pria. Menjijikkan! Semenjak ayahku meninggal karena sakit parah, ibuku berubah. Harta kami yang berlebih seketika terbuang percuma di tangan ibuku. "Ibumu ini ingin menjadi penyanyi! Semua karena ayahmu yang melarang!" itu katanya, ketika ia mabuk dan pulang saat dini hari. Aku tidak berani menanyakan "mengapa"-nya. Apa ini bentuk pelampiasan?


Aku bingung dengan semua ini. Ibuku ditaruh di posisi penasihat usaha ayahku, dan ayahku bekerja sebagai pemilik salah satu departemen store terkenal di Jepang. Setahuku, lebih menyenangkan bekerja seperti itu daripada menjadi penyanyi yang tidak jelas jadwal kerjanya, dari jam berapa hingga jam berapa, penghasilan tetapnya, dan sebagainya, dan sebagainya. Aku bingung, meskipun aku sadar bahwa pemikiran orang berbeda. Hingga suatu saat aku mendengar kabar buruk.


Ibuku masuk penjara. 


Itu dikarenakan saat ia sedang bernyanyi di sebuah pub dengan kondisi setengah mabuk, ia pergi dengan beberapa pria dewasa ke sebuah love hotel dan melakukan pesta narkoba "kecil-kecilan" di sana. Dan kurasa, tidak hanya pesta narkoba saja... Kemudian paginya, saat mereka keluar, mereka dicegat oleh beberapa mobil polisi di jalan raya.... dan berakhir dengan status tersangka.


Umurku yang lima belas tahun, dengan status pelajar SMP kelas 3 itu tak tahu harus berbuat apa. Dan aku memutuskan sendiri untuk pergi ke Busan, tinggal bersama kakekku, ayahnya ayahku.

 

*

 

Chanyeol's POV

 

Salahkan aku yang menyuruhnya membaca tulisan itu! Keterlaluan sekali. Pasti itu ulah Krystal dan teman-temannya. Aku hafal betul guratan tulisannya, karena kami pernah sekelas sewaktu kelas 1. Chanyeol pingsan tak sadarkan diri, kemudian kubawa ia ke ruang kesehatan. Kutunggu ia hingga tersadar. Dan alangkah terkejutnya aku ketika sesaat setelah sadar, ia menangis dan menceritakan semuanya padaku. Memang, ia tidak menangis histeris ala wanita yang baru saja diputus hubungannya oleh kekasihnya - itu menjijikkan! Tetapi dari cara ia menangis... aku menangkap ada guratan keputusasaan dalam hidup.

Sejak saat itu, aku semakin dekat dengannya. Aku memberinya perhatian, karena entah mengapa aku merasa sangat iba... dan tidak mau melihatnya menangis. Hey! Setidaknya dia pria, dan sekeras apapun memang diusahakan untuk tidak menangis! Kalau seorang pria sudah menangis.... berarti itu sudah keterlaluan sekali. Aku tidak keberatan jika ia berminat untuk bermalam di rumahku, atau mengerjakan tugas bersama - setidaknya ini keuntungan buatku - atau sekedar berjalan kaki bersama, mengitari sudut kota Busan hingga lelah.

Setidaknya, aku merasa bahwa kita bisa menjadi teman dekat yang baik.

 

*

 

Baekhyun's POV

 

Park Chanyeol. Park Chanyeol. Mengapa dua suku kata ini terasa indah di kepalaku? Nyaris setahun aku menjalani masa-masa kelas dua-ku dengannya. Seakan tak ingin pisah.... seakan aku ingin Chanyeol terus di sisiku. Melindungiku, menerimaku apa adanya, mencerahkan hari-hariku dengan tingkahnya, mengajakku untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengannya. Aku merasa ia bagian dari hidupku....

Meskipun aku tahu itu salah.

Kupandangi sebagian tubuhku dari pantulan jendela kelas. Bentuk badan kami sama. Ketegasan rahang kami sebagai penanda sosok pria pun sama, meskipun tidak begitu terlihat. Begitu menyedihkannya diriku, sosok wanita bijaksana dan pelindung yang kuharapkan dari seorang ibu, tak kudapat. Sekarang, aku justru mendapatkan itu dari sosok teman sebangkuku yang satu gender denganku, dan aku mencintainya.

Ya, mencintainya.

Kuarsir lukisan rambutnya dengan pensil kayu pemberian Chanyeol sewaktu kami sedang berjalan-jalan mengelilingi Busan seharian penuh. Ya, aku sedang melukisnya. Entah sudah kesekian kali aku melukisnya diam-diam. Aku ingin terus membingkai wajahnya dan tidak berniat untuk menghapusnya. Dalam keadaan apapun. Tapi.... memang, aku sering melukis wajahnya dan menaruh lukisan itu dalam satu map yang terus kusimpan dalam lokerku. Tapi.... beberapa lukisan itu hilang. Sempat terpikir apa jangan-jangan Chanyeol yang mengambilnya? Tapi setahuku, dia tidak semenyebalkan itu. Dia sangat menghargai privasi orang lain, karena ia pun tidak suka jika privasinya diganggu.

Srakkkk

Dengan tiba-tiba, kertas yang sedang kulukis, diambil paksa oleh seorang wanita berambut panjang yang dicat merah. Krystal.

"Dasar homo! Kurang menjijikkan apa lagi dirimu?!" Hardik Krystal dengan suara halus tapi menyakitkan di dekat kupingku.

Kulihat sekelilingku. Sudah ada teman-temannya mengepung tempat dudukku. Jia, Jiyoung, Yujin.... Semua mendelik sinis ke arahku. 

"Sudah saatnya kita mainkan ini, Krystal-ssi." suara yang tajam keluar dari bibir manis Yujin.

"Oke, IKUT AKU!" Bentak Krystal. Dan seketika mereka berempat menarikku hingga ke sebuah sudut koridor dengan cahaya temaram.

Aku melihat sosok Chanyeol yang beda dari biasanya. Berdiri kaku, memegangi beberapa helai kertas yang sedetik kemudian aku menyadari bahwa itu adalah lukisanku tentang dia! Lukisanku.... apa itu tandanya Krystal yang.... mengambilnya? Memasukkan ulat bulu ke lokerku? Menulis di papan pengumuman mengenai.....

 

*

 

Author POV

 

"Apa maksudmu melukis ini?" Suara Chanyeol yang lain dari biasanya menghiasi suasana di koridor itu. Krystal, Jia, Yujin, dan Jiyoung berjalan ke arah Chanyeol dan berdiri berjajar dengannya. 

"JAWAB AKU, BAEKHYUN-SSI!" Dan suara Chanyeol seketika meninggi, membentak sosok pria yang berdiri di hadapannya.

"Sudah kubilang... dia itu homo!" Ucap Jia

"Dan menyedihkannya dirimu itu, sudah homo, ibumu masuk penjara.... mati saja lah kau!" Hina Jiyoung sambil  menatap Baekhyun sinis

"Dan kau tahu...." Krystal berjalan mengelilingi tubuh Baekhyun yang menunduk. "Ibumu yang pelacur itu....." jari telunjuk Krystal mulai bermain di sekitar pundak Baekhyun.

"YANG MEMBUAT AYAHKU MASUK PENJARA!" 

Krystal membentak tepat di telinga Baekhyun, dan Baekhyun yang mendengar itu seketika terkesiap, memandangi wajah dingin Krystal tak percaya.

"Karena ibumu! Ayahku selingkuh dari ibuku! Ayahku sedang bertugas di Jepang, dan ternyata selama ia di Jepang, ia bermain dengan ibumu yang pelacur! Ayahku memberikan uangnya kepada ibumu, membelanjakan barang-barang mewah untuk ibumu, sedangkan kami di Korea diabaikannya!" seketika Krystal menangis deras, menutup sebagian mukanya dengan tangan kirinya.

"Hingga suatu saat, kami mendengar kabar bahwa ayahku masuk penjara karena terjaring sindikat narkoba. Karena ibumu! Dan karena ibumu pula...." Krystal menghela nafas sejenak, kemudian berteriak.

"IBUKU BUNUH DIRI! Dan sekarang aku seorang diri! PUAS KAU! PUAS?"

Baekhyun lemas. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ia sudah cukup lelah menghadapi semuanya. Baekhyun pikir, dengan ia pindah ke Busan, semua masa lalunya sirna, dan dengan baik, ia mampu mengulang lembaran baru dalam hidupnya.

Dan ternyata salah.

 

*

 

Baekhyun's POV

 

"Lantas, maksudmu apa?" Chanyeol yang kukenal hangat dan baik, dengan seketika berubah menjadi sosok mengerikan. Ia melempar beberapa lukisanku tepat di wajahku. Terasa sakit. Perih.

"Kau menyukaiku? Kau cinta padaku? Karena aku melindungimu? Karena aku perhatian padamu? Ternyata aku sedang memberi perhatian pada manusia yang salah. Manusia hina!"

Chanyeol.... jangan katakan.... jangan katakan kau membela mereka.... kau akan menjauhiku.... kau akan menghilang dari sisiku....

Aku segera memegang pergelangan tangan kirinya. "Chanyeol-ssi, aku.... bukan begitu, tapi..."

"AH SUDAHLAH!" Ia menghempaskan pegangan tanganku.... menatapku tajam.... nafasnya menderu.... oh Tuhan, cabut nyawaku sekarang! Aku sudah tiada guna hidup di dunia ini. Hina sekali diriku.

"Kau menyukaiku? Kau berminat menjadikan aku pacarmu? Yang selalu melindungimu dan mengasihani dirimu? Begitu?" Tanyanya padaku.

"Ya! Aku memang mencintaimu!" entah aku dapat kekuatan dari mana, aku dengan lantang mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak kukatakan. "Aku tidak menuntutmu untuk membalas cintaku, Chanyeol. Aku hanya ingin kau di sisiku. Iya! Aku ingin kau ada di sisiku! Aku merasa....." dan suaraku seketika memelan. "aku bagian dari hidupmu."

Chanyeol tertawa sinis. "Baka! Menurutmu, aku akan melakukan apa yang kau pinta dengan tingkahmu itu? Manusia tak berguna! Hina saja hidupmu kalau kau seperti itu! Hiduplah layaknya manusia normal!" 

Chanyeol..... Chanyeol...... jangan katakan kau....

"dan aku," ia merangkul pundak Krystal. "Aku telah resmi berpacaran dengan Krystal. Sampai kapanpun jangan kau menggangguku!"

 

*

 

Baekhyun's POV

Musashino, Tokyo. 08:10 a.m

Iya, aku melihat mereka. Krystal, Chanyeol.... di Jepang. Mereka berdua memang kudengar sedang kuliah di sini. Dan aku tidak menyangka akan melihatnya kembali. Krystal yang sedang bergelayut mesra di lengan Chanyeol dan Chanyeol yang sedang memejamkan mata.... seakan luka ini menganga lebar, disertai nanah yang membanjiri permukaannya. Aku sudah melupakan masa laluku, tetapi aku tidak bisa melupakan perasaanku pada Chanyeol begitu saja. Kupandangi foto berwarna ukuran 4x6 dari dalam dompetku dalam-dalam. Itu foto kita berdua selesai makan ramyeon. Begitu menyenangkannya masa-masa itu, yang jika kuharap untuk diputar kembali.....

Tidaklah mungkin.

 

THE END.

 

NB:

1) Shine = dalam bahasa Jepang, artinya semacam "mati aja lo".

2) Baka = dalam bahasa Jepang, artinya "bodoh"

3) Banmal = dalam bahasa Korea, artinya "bahasa informal"

4) Ijime = peristiwa bullying di Jepang

 

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet