[HeeSeira Couple] Remember

Description

"Cinta adalah... ketika aku tidak bisa melepaskan dia dengan alasan apapun" - Kim Heechul

Foreword

Saat itu hujan turun dengan deras. Seira duduk sendiri, menyandarkan kepala pada meja dan menatap jalanan yang mulai tergenang air dengan bibir merengut. Setelah jam pelajaran selesai, Seira melesat ke toko buku yang letaknya tidak jauh dari Kampus untuk mencari kertas Concorde berwarna. Dua jam ia gunakan untuk mencari novel dan komik baru, kertas Concorde baru ia beli ketika ia melirik jam, ternyata sudah lama ia berada didalam toko.

“Seira-ya, jangan lupa bawa payungnya!” teriak eomma ketika Seira berlari menuruni tangga, pelajaran pertama mulai setengah jam lagi.

“Malam minggu tidak mungkin hujan eomma,” jawab Seira yakin. Tanpa membawa benda kecil itu, Seira berlari dan sedikit membanting pintu.

Dan kini… hujan benar-benar turun!

Seira menegakkan kepalanya dengan kesal. Mungkin eomma ada bakat menjadi peramal. Mungkin cuaca sedang tidak bersahabat dengannya. Mungkin… ah sudahlah! Semakin dipikir membuat kesal saja.

“Bagaimana kalau aku hujan-hujanan?” tanya Seira pada dirinya sendiri. Kemudian ia menggeleng kencang. “Tidak! Meskipun besok hari minggu, tapi tetap saja aku tidak boleh terkena flu. Aissssh…”

Seira kembali menyandarkan kepalanya. Dua minggu ini sedang jadwal ujian, dan Seira tidak boleh sakit. Tanpa kehujananpun, dua bulan sekali Seira pasti terkena flu. Ia memang begitu sejak kecil. Dan jika sudah terkena flu, ia akan sembuh dalam waktu tiga minggu.

Handphone didalam tas Seira bergetar, panggilan masuk dari Heechul. Seira malas meladeni orang itu. Meskipun mereka sudah resmi pacaran, Seira malas bicara dengannya. Semakin lama, aura negatif Heechul semakin terlihat dan membuat Seira tidak nyaman.

Jadi ia putuskan untuk mengabaikan panggilan itu, sebanyak tiga kali.

Tangan Seira bermain dengan ujung tas, kini ia menatap parkiran yang semakin sepi dan gelap. Sudah pukul enam sore. Semakin besar harapan Seira untuk melihat bayangan eomma atau Jino di parkiran sana. Tidak perlu membawa kendaraan, dalam imajinasi Seira mereka hanya perlu membawa payung agar Seira terbebas dari tempat ini.

Tunggu… bayangan itu benar datang.

Dari bentuk tubuhnya seperti laki-laki. Ia tinggi, bertubuh tegap, memakai payung dan kini bayangan itu semakin dekat.

Seira diam. Entah ia terlalu senang atau terkejut melihat sosok itu muncul dihapannya. Ia, Kim Heechul, kini berdiri tepat dihadapannya dan menatap mata Seira.

“Kau…” desis Heechul pelan.

Seira refleks memandang sekitar. Karena sudah senja dan hujan deras, tidak ada orang disekitar mereka, syukurlah. Seira menghela nafas lega. Ini salah satu kebiasaan Seira sejak berpacaran dengan Heechul, ia takut mereka terlihat oleh banyak orang.

“Kenapa oppa bisa ada disini?” tanya Seira bingung.

“Kenapa kau tidak menjawab teleponku?” Heechul malah balik bertanya dengan nada dingin. Sekilas ia melihat Seira ketakutan, dan kini ia mulai merendahkan suaranya. “Apa kau tahu aku khawatir? Sekarang hujan deras Kim Seira! Biasanya saat aku telepon kau sedang duduk manis dibalik selimut atau membuat ramyeon dirumah. Tapi tadi kau tidak menjawabnya. Apa kau tahu aku takut? Kau bisa saja terjebak hujan deras atau pohon tumbang dijalan. Atau…”

“Oppa…” Seira menyela perkataan Heechul. “Maaf kalau aku membuatmu khawatir,” gadis itu kembali memberikan tatapan polos pada Heechul, membuat jantung Heechul berdetak kencang.

“Jangan diulangi.”

“Ne, arasseo.”

Tangan Heechul menjuntai dan mengusap kepala Seira lembut. Salah satu kegiatan favorit Heechul adalah ini. Mengusap kepala Seira yang lembut, menyisakan aroma itu ditangan Heechul, membuat Heechul melayang.

Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil. Heechul memberikan payung berwarna kuning yang ia bawa pada Seira.

“Oppa, tidak adakah payung yang lebih normal?” pandangan Seira terpaku saat melihat gambar SpongeBob sebagai motif payung kuning itu.

“Kalau begitu tidak usah memakai payung!” jawab Heechul galak.

“Baiklah, aku tidak akan protes lagi.” Seira lebih memilih untuk diam karena ia sudah bosan dengan hujan. Ia ingin segera sampai rumah dan memasak ramyeon bersama eomma.

 

DUKKK! TIIIINNNNNN!!!

Seira membuka mata terkejut. Ia nyaris sesak nafas, matanya masih buram. Dan ia berharap tidak terjadi apapun pada Heechul.

“Heechul oppa kau tidak apa-apa kan?” tanya Seira sambil mengatur nafas. Ia bertanya tanpa melihat pada orang disebelahnya.

“Yaa! Kim Seira kau mengigau ya?”

Alis Seira mengeriting. Tunggu, suara itu bukan milik Heechul. Lalu siapa?

What? Park Jino?”

Demi apapun Seira terkejut hingga punggungnya menabrak pintu mobil. Tadi bukankah hujan deras lalu… Heechul datang menjemputnya dan… mereka berdua.

Kim Seira babo!

Seira berkali-kali mengutuk dirinya. Kim Heechul sialan! Ini masih siang dan Seira sudah memimpikannya. Tidak bisakah Heechul membuat hidup Seira tenang sedetiiiiik saja. Apa perlu ia muncul dalam mimpi hingga membuat Seira tampak bodoh dihadapan Jino.

“Hwoa, Kim Heechul daebak! Dalam tidurpun, ia masih bisa mengganggumu. Kau itu bodoh atau apa? Kenapa selalu memikirkan orang aneh itu? Kau tidak tahu sekarang bulan apa? Februari. Setelah Heechul keluar wajib militer, apa kau tahu sudah berapa moment yang ia lupakan? Kepulangannya di bulan Agustus. September, Oktober. Ulang tahunmu di bulan November. Desember, perayaan tahun baru Januari. Selama ini apa Heechul pernah datang menemuimu?” tiba-tiba saja Jino berteriak. Seolah ingin menyadarkan Seira tentang banyak hal.

“Ia sudah berusaha meneleponku dan meminta untuk bertemu, tapi kau tahu kan kalau jadwal kami berdua tidak pernah sesuai,” Seira berkata pelan dan hati-hati, takut kelepasan bicara pada Jino.

Sahabatnya sejak sekolah itu mungkin prihatin. Dua tahun cukup lama untuk menunggu seseorang. Meskipun Heechul hanya mengikuti pelayanan publik, tapi tetap saja Seira tidak ingin mengganggunya. Dua tahun mereka habiskan dalam hidup yang terpisah. Kini saat Heechul menyelesaikan wajib militer, mereka tetap terpisah dan tidak bisa bertemu. Lalu apa gunanya mengunggu dua tahun?

“Sudahlah jangan bicarakan orang itu lagi, membuat kesal saja.” Jino mengibaskan tangannya pada wajah, merasa panas.

“Baik, aku setuju.”

Jino tidak bisa membawa Seira pulang sekarang karena mereka berdua sedang tugas wawancara. Tapi karena kecelakaan tadi Jino tidak ingin melakukannya. Baginya Seira lebih penting dari pada apapun. Jino ingin menenangkan Seira, ia menghentikan mobil dan membawa Seira masuk kedalam Circle K.

“Minumlah,” Jino menyodorkan secangkir cokelat panas pada Seira.

“Gomawo, Jino-ya.”

Jino tersenyum, dan ikut duduk disebelah Seira. “Aku sudah menelepon Park Sajangnim, aku bilang jika hari ini kita tidak bisa wawancara karena kecelakaan kecil.”

“Eoh,” Seira menjawab pelan.

“Ah, tadi kau bermimpi apa sampai mengigau?” tanya Jino ketika ia ingat kejadian dimobil tadi, dan Jino berusaha mencairkan suasana.

“Hanya teringat dulu, saat hujan turun deras dan Heechul oppa menjemputku dengan payung bergambar SpongeBob.”

“Kau yakin?” sepertinya mulut Jino tidak bisa ditahan, ia terkejut. “Yaa! Seumur hidup Heechul tidak pernah menjemputmu langsung, apalagi sambil membawa payung. Jika ada orang yang datang padamu, mungkin itu aku. Kau tahu  jika ahjumma selalu menitipkan payung, ia tahu kau malas membawanya.”

Kini wajah Seira ganti terkejut. “Benarkah? Jadi mimpi itu salah? Aish jinjja!”

Karena terlalu lama jauh dari Heechul, Seira kurang dapat mengingat apa saja yang telah mereka lakukan. Seira salah ingatan. Ia kira Heechul pernah datang untuknya. Tapi itu semua hanyalah mimpi. Seira jadi ingin menenggelamkan kepalanya pada meja.

Obrolan mengenai Heechul membuat Seira sedikit berubah. Apa karena  tadi? Yaa! Park Jino, teman macam apa kau? Bukankah kau sudah memahami jika Seira itu untuk Heechul. Kau melukainya Park Jino! Kata-katamu tadi sungguh jahat!

“Seira-ya, mianhae.”

“Untuk?” alis Seira terangkat.

“Kata-kataku tadi. Tidak seharusnya aku berkata jahat tentang orang itu. Maafkan aku.”

Seira menunduk dan menggigit bibirnya kencang. Ia tidak boleh menangis, dalam keadaan apapun ia tidak boleh menangis. Untuk apa ia mengeluarkan air mata? Kau harus kuat Kim Seira.

Namun… pipinya kini justru menghangat.

Jino tidak salah. Ia hanya bicara jujur, dan yang membuat Seira sedih adalah semua yang dikatakan Park Jino benar. Setelah dua setengah tahun, harusnya mereka ada perubahan. Bukan malah berjalan ditempat seperti ini. Heechul menggantungkan semuanya. Ia tidak memutuskan Seira, juga tidak mengajaknya berjalan kedepan. Mereka terjebak dalam sebuah lingkaran dan tidak bisa kembali.

***

 

“Aku menyayangi Seira…”

Kangin melebarkan mata dan memasang telinganya baik-baik. Jika tidak salah, ini sudah sembilan kali dalam sehari Heechul mengigau. Kangin tahu jika adik sepupunya itu cantik, manis, mungil, tapi ia tidak menyangka jika Heechul bisa segila ini.

“Kalau kau menyayanginya, maka temuilah.”

Heechul bangun dari posisinya, menyandarkan kepala pada sofa. “Seandainya bisa semudah itu…” keluh Heechul.

Sudah lima bulan ia keluar dari wajib militernya, tapi tidak pernah sekalipun ia bertemu Seira. Heechul bukannya tidak berusaha, ia sudah mencoba. Ia menelepon Seira dan ingin bertemu, namun Seira ada jadwal liputan. Saat Seira libur, Heechul malah ada acara diluar negeri.

Kotak berwarna cokelat, yang berisi janji setia Heechul masih tergeletak didalam laci. Hadiah yang sudah Heechul siapkan untuk ulang tahun Seira di bulan November. Jangankan memberi langsung, mengucapkan saat jam 12 saja Heechul tidak mampu. Seira mengatakan baterai handphonenya low. Heechul mengucapkan selamat ulang tahun pukul 8 pagi, ketika Seira sudah menyelesaikan liputannya, setelah banyak orang terlebih dahulu mengucapkannya pada Seira.

Kini nasib percintaannya ditepi jurang!

Seira itu pilihan terakhir Heechul. Definisi cinta menurut Heechul, disaat ia tidak bisa melepaskan seseorang dengan alasan apapun, itu adalah cinta.

Heechul tahu Jino sangat menyayangi Seira, pria bertubuh kurus yang sebenarnya agak tampan. Meskipun Jino selalu ada disisi gadis itu, menjaganya, tetap saja Heechul tidak rela. Ia lebih baik memasukkan tangannya pada mulut gajah daripada melihat Seira pergi dengan namja lain.

Kini ia harus bagaimana?

“Kangin-ah, apa ada cara agar aku dapat bertemu Seira?” tanya Heechul polos. Jika ia tidak memiliki ide, mungkin Kangin dapat menyelamatkannya.

“Hemn… apa ya?”

Satu menit…

Dua menit…

Sepuluh ment…

Tangan Heechul memukul kepala Kangin yang bodoh. Percuma memiliki gelar sebagai sepupu Seira, tidak membantu sama sekali.

“Heechullie!”

Heechul menoleh pada tubuh tinggi didepan pintu. Oh, jadi Kyuhyun baru pulang. Ia membawa dua kantong besar belanjaan dengan merk pakaian olah raga. Anak itu mabuk atau apa? Untuk apa semua perlengkapan itu?

“Kau membeli itu untuk apa?” Heechul takjub pada apa yang Kyuhyun perlihatkan.

Sleeping bag, tenda, termos air, sepatu, pakaian hikking.

“Ini hadiah dari pemotretan tadi hyung. Bagus kan? Hwoaaa, neomu yeppo.” Kyuhyun memperhatikan dan memuji bayangan dirinya sendiri pada cermin.

Mendadak satu ide muncul dikepala Heechul.

“Kyuhyun-ah, kau memang tampan.”

Kyuhyun bergidik ngeri. Tidak biasanya Heechul memuji orang lain seperti ini. Dimata Heechul kan, dirinya yang paling tampan.

“Kau mencurigakan hyung,” Kyuhyun menyipitkan mata, semakin memundurkan langkah karena Heechul mendekat.

SET! Heechul mengambil Sleeping bag, tenda dan termos yang ada disebelah Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun, bagaimana kalau benda ini untukku?”

“Shireo! Kalau kau mau beli saja sana. Jangan mengambil milik orang!” Kyuhyun menarik benda itu dari tangan Heechul.

“Baiklah aku pinjam. Hanya untuk beberapa hari. Sebagai gantinya aku akan memberikan kaset game terbaru. Bagaimana?” Heechul meminta jabat tangan sebagai tanda setuju.

Mata Kyuhyun berbinar karena kata ‘kaset game’. Tanpa berpikir panjang ia menyetujuinya. “Senang bekerjasama dengan anda, Kim Heechul-ssi.”

***

 

“Bisakah kau pergi kesana sendiri?”

Park Sajangnim kembali menelepon, ia bilang mereka tidak bisa membatalkan wawancara. Mereka harus berhasil, bagaimanapun caranya.

Seira merasa bersalah, tapi ia tidak berniat sama sekali untuk wawancara. Kepalanya sakit, matanya berair, oh… mungkin ia terserang flu.

“Baiklah, aku akan pergi sebentar. Setelah aku menyelesaikan wawancara ini, aku akan kembali. Jadi jangan pergi kemana-mana dan tetap disini. Kau mengerti?” Jino membenarkan letak jaket Seira agar gadis itu tidak kedinginan.

Sial! Tidak seharusnya Jino mengatakan hal jahat tadi pada Seira. Kini gadis itu terlihat menyedihkan. Hidungnya merah, mata berair. Sejak tadi mereka berdua tidak kehujanan, jadi tidak mungkin Seira terkena flu. Kim Seira… selalu seperti itu jika hatinya terluka. Tapi Seira tetap saja diam, seolah ia baik-baik saja. Harusnya ia tahu jika ia tidak pandai berakting.

Seira-ya… mianhae,” untuk kesekian kalinya hati Jino mengucapkan maaf.

“Hwoa, sudah jam dua siang. Cepat pergi temui Ellisa Kim sebelum ia pergi ke luar kota,” Seira berseru kencang ketika ia melirik jam tangan. Hari ini mereka sudah membuat janji untuk wawancara dengan Ellisa Kim, seorang penulis novel terkenal. Wanita berusia 36 tahun itu berkata bahwa ia akan pergi ke Jerman pukul empat sore nanti, mereka bahkan janji bertemu di Bandara.

Kini Seira mengacaukan segalanya, hanya karena ia terbawa suasana.

Jino terdiam. Ia sudah tidak niat wawancara lagi. Percuma pergi dan membuat gadis itu menunggu, Jino tidak rela.

“Park Jino, ayolah… kau mau wawancara kita gagal?” Seira mengusap tangan Jino dengan lembut. “Aku berjanji akan menunggumu, sampai kau datang.”

Jino tersenyum. “Tunggu aku dan jangan pergi dari sini dalam jarak lebih dari 100 meter. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku.”

“Siap Tuan Park Jino!” Seira memberikan tanda hormat pada Jino.

“Aigoo, uri Seira neomu yeppo…” Jino mencubit kedua pipi Seira gemas tanpa sadar jika Seira sudah mengeluarkan tanduk, ingin mencekik.

Setelah mobil Jino melaju, Seira menghembuskan nafas perlahan. Lebih baik Jino pergi daripada melihat Seira yang seperti ini.

“Kenapa Incheon jauh dari rumahku ya?” desis Seira kesal. Sore hari ini turun hujan rintik. Disaat hati Seira terluka, ia ingin diam dirumah, berlindung dibalik selimut dan menikmati semangkuk ramyeon. Tapi jangankan bisa pulang, Seira hanya bisa menunggu Jino disini sendiri.

“Park Jino, cepat kembali…” bisik Seira sambil menyandarkan kepalanya pada meja. Suara Seira terhenti ketika mendangar teriakan dari ujung jalan.

“Yaa! Kalau jalan yang benar!”

Seira menoleh, menatap jalan itu dengan mata menyipit. Disana ada seorang wanita dengan pakaian tebal yang sedang menunduk. Ia diam sebentar, lalu jalan, tapi tubuhnya tidak stabil. Ia seperti terhuyung, dan itu membuat ia tanpa sadar menabrak orang ada berjalan disekitarnya.

“Eonni!”

Refleks Seira berlari kearah wanita itu ketika kakinya tergelincir, wanita itu jatuh dan membentur kaca disebuah toko pakaian.

“Awww, appo.”

Seira tersenyum kecil ketika melihat wanita itu mengusap kepalanya. Sepertinya sudah dewasa, tapi kelakukannya seperti anak kecil. Sudah tua tapi childish itu seperti… ah Kim Seira bodoh! Disaat seperti ini masih saja memikirkan namja jelek itu.

“Eonni…” panggil Seira, ia mengusap bahu wanita itu lembut.

Wanita itu mengangkat kepalanya menatap Seira, ia tersenyum dan berkali-kali mengedipkan matanya untuk mendapatkan kesadaran.

“Ah, kau!” seru wanita itu ketika jelas melihat Seira.

“Aku?” Seira sedikit bingung, apa wanita ini mengenalnya.

“Kau itu… model pakaian golf di majalah Cosmopolitan edisi bulan September tahun lalu kan? Benar kan?” wanita itu menunjuk hidung Seira gemas. “Ah… neomu yeppo!”

Seira menggaruk pipinya. Memang Seira sebegitu mirip After School UEE? Wanita ini benar-benar mabuk rupanya.

“Eonni, mari aku antar pulang. Rumah eonni dimana?” tanya Seira dengan tangan menjuntai, berusaha membopong wanita yang bertubuh lebih besar darinya.

Ini bisa juga dikatakan sebagai kerja sosial. Sambil menunggu Jino kembali, Seira bisa mengantar wanita ini pulang. Daripada wanita itu terus membuat kekacauan diluar.

“Ah sebentar, aku akan menelepon supir dulu. Tapi kau harus mengantarku…” rengek wanita itu sambil menarik tangan Seira.

“Baiklah.”

Wanita itu tersenyum. Ia mengeluarkan handphone dari tas LV-nya dan menelepon seseorang. “Supir Jang, cepat jemput aku. Eoh? Ya aku sedang berada di… ini dimana ya?” wanita itu menatap sekitar. Pandangannya benar-benar terhalang oleh alkohol.

“Didepan Chic N’ Go,” Seira berbisik.

“Ah benar, didepan Chic N’ Go. Kau harus sampai disini dalam waktu lima menit, mengerti?”

Kini Seira ikut berjongkok dipinggir jalan. Ternyata ia tidak kuat membawa wanita itu berdiri. Ia terus duduk disebelah wanita itu sampai Supir Jang yang kira-kira berusia diatas 35 tahun itu datang. Syukurlah, lagipula rambut dan jaket Seira sudah cukup basah karena hujan.

“Nona Kim,” panggil Supir Jang begitu menemukan mereka. Ia menghentikan mobilnya dan membantu wanita itu untuk masuk kedalam mobil.

Seira berniat untuk pergi, tapi tangan wanita itu menariknya. “Kau sudah janji untuk mengantarku bukan? Ayo cepat masuk. Jika kau ingin kembali kesini, nanti Supir Jang akan mengantarmu.”

“Ne, eonni.”

Seira duduk dibelakang, bersama dengan wanita asing yang sepertinya sudah akrab dengan dirinya. Entahlah, meskipun ini pertemuan pertama. Tapi Seira merasa kenal dengan wanita itu. Terasa hangat.

“Aku bohong,” ujar wanita itu tiba-tiba, membuat Seira menoleh. Seira kira ia sudah tidur, ternyata belum.

“Apa?”

“Aku tidak pernah melihatmu dimajalah manapun. Meskipun kau manis dan cantik, tapi aku tahu kau bukan model.”

Mata Seira membesar.

Wanita itu tersenyum dan menatap Seira, matanya berbinar. “Eonnie tidak melihatmu dimajalah, tapi didalam kamar adikku. Wajahmu itu yang memenuhi kamar adikku. Hehehe…”

Seira terkejut dan melebarkan bibirnya. Jadi wanita ini? Tunggu… Jino satu-satunya orang yang sering berfoto dengan Seira itu tidak punya kakak perempuan. Jadi wanita ini… dia? Ah, rasanya Seira ingin loncat dari mobil.

“Ah senangnya… setelah bertahun-tahun orang gila itu menceritakan tentang dirimu, akhirnya aku bisa bertemu langsung.”

Seira kembali menggaruk pipinya. “Jadi eonni ini?”

“Kim Heejin.”

Benar kan!

“Ah, eonni…” Seira menunduk malu. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan kakak Heechul. Dipertemuan pertama yang begitu memalukan, Heejin bahkan menggoda Seira dengan mengatakan ia model majalah. Oh, mereka memang benar satu gen.

“Maaf jika aku menggodamu. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disaat kacau begini. Jika saja aku tidak sering melihatmu difoto, maka aku akan menganggapmu orang asing.”

“Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan eonni disini. Bertemu dengan Heechul oppa saja sudah tidak pernah, jadi bisa bertemu langsung dengan eonni itu seperti keajaiban, hehehe…”

Heejin mengacak rambut Seira dengan senyum lebar. “Ternyata kau memang manis, pantas Heechul cinta mati padamu.”

“Tidak eonni, mungkin eonni salah.”

Heejin menatap iba. Yah… ia tahu jika Heechul agak keterlaluan. Meski agak tertutup, Heejin tahu jika mereka berdua tidak pernah bertemu sejak Heechul wajib militer. Biasanya tenaga Heechul akan full jika sudah bertemu Seira. Kini saat bahu Heechul menunduk, Heejin tahu jika mereka berdua tidak pernah bertemu lagi.

“Heechul bodoh itu memang keterlaluan! Mana bisa ia membuat kekasihya yang begitu manis ini sedih. Aku harus buat perhitungan!” mata Heejin berapi karena membicarakan Heechul.

Seira terkikik, demi apapun, mereka berdua sangat mirip. Seira jadi tidak tega membuat Heejin ikut sedih. “Sudahlah eonni, mungkin memang harus seperti ini. Lagipula bisa melihat Heehul oppa di TV juga sudah lega. Aku tahu Heechul oppa sibuk. Setelah wajib militer, ia pasti sangat rindu pada kehidupannya dulu.”

“Kau memang anak yang baik.” Heejin kembali mengusap kepala Seira. “Karena kita sudah bertemu, maka aku akan memberitahu rahasia terbesar Heechul padamu. Tapi sebelumnya kau telepon keluargamu dulu, bilang jika kau akan menginap dirumah temanmu. Bagaimana?”

Seira ragu. Apa ia harus menginap dirumah Heejin? Jika tiba-tiba Heechul muncul bagaimana? Ia harus bersikap seperti apa? Tapi… tawaran Heejin sangat menggiurkan. Kapan lagi Seira bisa membuka rahasia Heechul.

Alih-alih mengetahui rahasia Heechul demi pemerasan, Seira menyetujui ide Heejin. Dan ia segera menelepon Jino ketika mereka sudah sampai dirumah besar bercat putih itu, rumah yang dikelilingi oleh perkebunan.

“KIM SEIRA KAU DIMANA?!” teriak Jino ketika ia mengangkat telepon. Seira sampai menjauhkan handphone karena suaranya begitu nyaring.

“Jino-ya, aku sdang berada dirumah Heejin eonni. Tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya, dan ia memintaku untuk menemaninya karena kedua orangtua Heejin eonni sedang keluar kota. Tapi bisakah kau menelepon Dara eonni dan mengatakan jika kita tidak bisa pulang karena liputan? Aku mohon Park Jino…” suara Seira terdengar memelas.

“Baiklah aku aku akan menelepon Dara noona. Tapi tadi kau menginap dirumah siapa? Heejin itu siapa?”

Mata Seira berputar. “Hemn… Heejin eonni itu editor untuk novel terbaruku. Ia akan mengajarkanku bagaimana cara menulis novel romance,” Seira berbohong. Ia tidak mungkin bilang bahwa Heejin itu kakak Heechul, bisa-bisa Jino marah dan menyeretnya pulang.

“Baiklah, hati-hati disana. Besok jika kau ingin pulang telepon aku, oke?” akhirnya Jino menyerah. Lagipula gadis manja seperti Seira tidak mungkin macam-macam dirumah orang.

“Gomawo Park Jino-ssi.”

“Tidak usah sok baik padaku,” jawab Jino enteng.

“YAA! PARK JINO!!!”

***

 

Diam-diam, Heechul melepaskan baterai handphonenya. Ia tidak ingin misinya gagal karena telepon dari siapapun. Karena untuk malam ini, Heechul akan berusaha sampai titik darah penghabisan.

Ia sudah membuat kopi didalam termosnya. Ia sudah membawa sleeping bag dan juga selimut tebal dibangku belakang. Ia juga sudah memakai topi untuk menutupi sebagian besar wajahnya. Kini ia tinggal duduk manis didalam mobil. Menunggu seseorang datang atau paling tidak masuk kedalam rumah besar itu. Karena setelah melihat sosok itu, barulah jantung Heechul bisa tenang.

“Aigoo, kenapa anak itu belum datang? Atau ia malah tidak keluar rumah seharian?”

Heechul panik ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gadis itu belum menampakkan wajahnya, ia belum pulang kerumah. Padahal Heechul tahu jika gadis itu anti malam hari. Apa ia terlalu sibuk bekerja sampai ia membantai habis kebiasaaanya. Poor Seira!

“Ah..” Heechul terkejut ketika seseorang membuka pintu pagar dari dalam rumah. Ternyata hanya wanita tua yang bekerja dirumah Seira.

Sampai pukul sembilan malampun, Seira belum memperlihatkan wajahnya. Jangan-jangan Seira tidak pulang kerumah. Kalau begitu untuk apa Heechul menunggunya diluar rumah seperti orang bodoh.

Heechul berniat menyalakan mobil dan pergi dari rumah Seira, tapi teriakan disertai tangisan itu mengagetkannya.

Teriakan yang berasal dari dalam rumah Seira.

Tanpa pikir panjang Heechul berlari dan memanjat pagar rumah yang tidak terlalu tinggi. Ia membuka pintu yang ternyata tidak dikunci dan mengikuti arah suara. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Dara dan ahjumma tertunduk lemas, seperti ketakutan.

“Ahjumma, ada apa?” tanya Heechul hati-hati.

Dara malah bertanya dengan mata melebar. “Kau kenapa bisa ada disini?”

Heechul menggaruk belakang kepalanya. Ia malu tertangkap basah sedang berpatroli didepan rumah Seira. “Itu… aku tadi hanya kebetulan lewat, dan aku mendengar teriakan dari dalam. Jadi aku menerobos masuk, hehehe.”

“Aissh, dasar aneh! Sudahlah tidak penting kenapa kau bisa berada disini. Yang penting sekarang kau harus terus berada disini sampai pagi, mengerti?”

“Kenapa aku harus ada disini?”

“Kau tidak lihat!” Dara menunjuk ruang makan yang lebih mirip kapal pecah. “Setelah bibi pulang, ada penyusup masuk dan mengacaukan semuanya. Untung tidak ada barang yang hilang. Kini kau masih tega melihat kami berdua ketakutan sepanjang malam karena penyusup itu mungkin kembali?” omel Dara panjang lebar.

“Memangnya Seira kemana? Ahjussi juga kemana?”

“Seira sedang liputan, jadi ia tidak pulang. Dan ahjussi sedang tugas keluar kota. Heechul-ssi, jika kau keberatan tidak usah menginap disini. Ahjumma dan Dara akan berusaha menjaga rumah ini berdua.”

Eomma Seira memang berkata seolah tidak memaksa. Tapi dari tatapan matanya, seperti mengeluarkan sinar laser. Membuat Heechul tidak berkutik dan terpaksa mengikuti kemauannya. Kini Heechul tahu dari mana Seira mendapatkan sifat ‘Memaksa dengan wajah cantik’. Ternyata dari ahjumma.

“Baiklah… aku akan berjaga dirumah ini.”

Heechul memasukkan mobilnya kedalam pagar. Kemudian ia merapikan ruang makan yang berantakan serta mengunci pintunya dengan gembok hasil sumbangan dari Kyuhyun, anak itu bilang mungkin gembok bisa berguna untuk mengunci hati Seira, atau paling tidak untuk mengunci pagar rumah Seira agar gadis itu bisa diam didalam rumah.

Setelah bekerja sosial, Heechul duduk di sofa dan mengusap keringatnya dengan telapak tangan. Sudah usaha sejauh ini, tapi ia tetap tidak bisa bertemu Seira. Apa ini pertanda jika mereka berdua tidak berjodoh? Oh Tuhan…

“Heechul-ssi, makanlah.” Eomma Seira membawa semangkuk ramyeon yang kelihatan menggoda. Lumayan untuk mengisi perut Heechul yang mulai berbunyi.

“Hemn… Iniw ewunak swekali ahjumma,” Heechul berkata tidak jelas karena mulutnya dipenuhi ramen.

“Baguslah kalau kau suka. Setelah makan jangan lupa gosok gigi lalu tidur. Ah tunggu, kau tidur dimana ya?” Eomma Seira memandang sekeliling rumah. Dengan kondisi yang masih menyeramkan, ia tidak mungkin menyuruh Heechul untuk tidur dilantai 2. Lebih baik Heechul tidur dibawah saja, jika ada penjahat masuk kan Heechul yang kena pukul lebih dulu. Tapi dilantai bawah hanya ada kamar Seira.

“Jadi aku tidur dimana?” Heechul sudah selesai makan, ia mengusap mulutnya dengan tissue. Hampir saja Heechul bersendawa jika ia tidak ingat sedang berada dimana.

“Hanya kamar Seira yang berada dilantai bawah,” jawab Eomma Seira seadanya. Habis mau bagaimana lagi, masa ia menyuruh Heechul tidur dikandang .

“Jadi?” wajah Heechul bersinar terang, berharap.

“Mau bagaimana lagi. Kalau sampai benda-benda Seira beranjak dari tempatnya, awas kau!” ancam Eomma Seira kejam.

Dara yang baru turun dari tangga hanya diam terpaku, kemudian ikut mengancam Heechul. Jujur Dara tidak suka adiknya dekat dengan orang aneh itu. Tapi hanya Heechul yang bisa menjaga mereka berdua malam ini. “Jika kau menyentuh benda milik Seira, kau akan mati ditanganku!”

Heechul kembali tersenyum. Mati juga ia rela jika sudah tidur dikamar Seira. Dan benar saja, saat Heechul masuk kedalam kamar itu, aroma buah khas Seira tercium. Ah… betapa rindunya Heechul pada yeoja vampir yang senang menggigit tangannya.

“Dara-ssi, ahjumma, selamat tidur dan semoga mimpi indah…” ujar Heechul ramah.

Prak! Dara membalas kalimat Heechul dengan bantingan pintu. Masih kesal karena membiarkan kamar Seira ternoda oleh Heechul.

Heechul menepuk tangannya senang. “Baiklah… dimulai dari mana ya?”

Mata Heechul menatap kamar minimalis bernuansa cokelat itu. Kemudian mulai berkeliling dari pintu masuk. Oh… Seira sangat menyukai warna cokelat. Oh anak itu benar-benar menyukai komik dan novel. Lalu…

Pertama kali masuk kekamar Seira saat ia wisuda dulu (baca: [Heesira Couple] Married by Accident 2), Heechul pernah melihat benda-benda ini. Dengan posisi yang sama, disudut ruangan. Seira menyimpan segala sesuatu yang berhubungan dengan Super Junior. Seira begitu manis. Mungkin Seira bukan satu-satunya yang mengidolakan Super Junior, tapi ia berbeda. Ia berkata jika ia hanya seorang Fishes. Tapi semua benda yang ia punya nyaris ada wajah Heechul-nya. Ia bahkan menggambar wajah Heechul begitu besar dan menulis… apa? Ia menulis kalimat ‘Namja Babo’ dibawah gambar itu.

“Kau itu yang babo!” desis Heechul.

Kini ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Menatap langit-langit kamar. Disini, gadisnya biasa menghabiskan waktu untuk segala hal. Jika Heechul tidak salah, mungkin disini juga Seira menyesali telah bertemu dengan Heechul. Seseorang yang hanya bisa menggantung, bukan memberikan kepastian. Heechul menyesal. Setelah hari ini, ia bersumpah akan bersikap baik pada Seira. Dua setengah tahun lalu, Heechul yang meminta Seira untuk menunggu. Maka Heechul harus bertanggung jawab.

Heechul bersiap mematikan lampu dimeja kecil, tapi pandangannya terpaku pada buku besar berwarna pelangi. Dengan ragu Heechul menggambil buku yang ternyata album foto. “Seira-ya, aku boleh melihatnya kan? Bolehkan? Kalau begitu terima kasih,” Heechul bertanya dan menjawab sendiri dengan senyum sok tidak berdosa.

Heechul membuka album itu.

Tanpa disadari ia menahan nafas, merasa gugup.

Dihalaman pertama Heechul melihat wajah tirus dengan perban dikepala, serta selang infus yang menempel ditangan putih. Heechul menghela nafas. Kenapa gadis itu memasang fotonya saat tidak sadarkan diri dihalaman pertama? Ketika Seira mengalami kecelakaan.

Heechul membaca catatan dibawahnya.

Aku tidak pernah bermimpi bahwa aku akan mengalami hal seperti ini. Aku tahu Tuhan yang mengatur takdir manusia. Aku tidak menyesal karena pernah mengalaminya, meskipun itu meninggalkan bekas luka dikeningku dan aku harus menutupinya dengan poni. Lebih dari itu, aku bersyukur aku kembali sadar dan melihat dunia. Aku bisa melihat Appa, Eomma dan Dara eonni lagi. Melihat mereka yang selalu menjagaku sampai detik ini. Tidak ada yang tahu kalau saat itu, aku mendengar betapa keluargaku sangat menyayangiku. Jino yang ternyata memendam perasaannya untukku. Dan, Heechul oppa yang menyanyikan lagu Memories untukku. Hanya aku dan Tuhan yang tahu. Ketika mataku masih terpejam, aku berdoa pada Tuhan agar semuanya bisa menjadi lebih baik jika aku masih diperbolehkan melihat dunia. Aku tidak akan memarahi atau berterima kasih pada Jino yang sudah menyukaiku, karena aku tahu Jino akan menyimpannya sendiri. Aku juga akan menelan apa yang sudah Heechul oppa katakan waktu itu. Biarlah aku simpan sendiri. Saat aku mengalami kesulitan, sedih atau bosan, maka aku akan melihat foto ini. Semacam penyemangat, aku akan kembali berdiri setelah melihat betapa aku pernah sekuat itu.

Kim Seira, kau…

Heechul tidak berniat membaca semuanya, tapi ia terlanjur tertarik pada hidup Seira. Mereka memang sudah berpacaran hampir empat tahun, tapi Seira tidak pernah bercerita tentang dirinya pada Heechul. Seira tipe pendengar yang baik, ia lebih suka mendengar daripada didengar.

Berikutnya ada foto keluarga Seira. Foto saat gadis itu masih bayi, sekolah SD, Eomma Seira yang sedang menyiram tanaman, Appa Seira yang sedang tertidur dengan mulut sedikit terbuka, Dara yang saat kecil berkulit hitam dan berambut pendek.

Tidak ada yang bisa aku katakan mengenai keluargaku. Karena mereka adalah duniaku. Segala hal terindah yang ada dihidupku. Mereka itu yang terbaik. Aku menyanyangi mereka tidak terhingga. Semua doaku untuk mereka. Semoga keluargaku selalu bahagia Tuhan…

Gadis yang polos.

Dibagian ini Heechul menyipitkan mata, kesal. Lagi-lagi Jino berada diurutan kedua yang penting setelah keluarga Seira. Berbagai macam foto Seira dan Jino sejak kecil. Sialnya, sejak dulu mereka memang terlihat cocok. Bahkan mereka bisa memenangkan kontes Ulzzang Couple jika mereka mau.

Park Jino. Ia itu namja bodoh yang selalu setia menemaniku. Aku berterima kasih Jino menyukaiku. Aku juga berterima kasih karena Jino tidak mengungkapkannya secara langsung, aku tahu Jino berusaha melindungiku. Bukankah jika ia mengatakannya, maka persahabatan kami akan teramcam? Park Jino, dibalik segala perkataannya yang cenderung tidak peduli, ia begitu memperhatikanku. Kata yang selalu ingin aku ucapkan pada Park Jino, Terima Kasih…

Persahabatan mereka sungguh tulus. Heechul ingat apa saja yang Jino katakan ketika Seira koma. Jino menyayangi Seira, tapi ia memilih untuk diam. Bukankah itu bentuk cinta yang indah? Jika Seira mengucapkan terima kasih satu kali, Heechul akan berterima kasih seratus kali karena Jino sudah menjaga Seira hingga kini.

Dan eoh, ternyata wajah Heechul juga ada didalam album ini.

Foto Heechul dan Seira. Heechul dan para member Super Junior. Serta foto Heechul dengan Sulli. Kenapa Seira juga menyertakannya? Bagi Heechul Sulli adalah adik. Semua wanita yang dekat dengannya ia anggap kakak ataupun adik. Tidak ada yang spesial.

Kim Heechul adalah dunia gila Seira. Pertama kali mengenal orang itu, aku tidak menyangka akan bersamanya. Aku terkejut ketika ia mengatakan ingin jadi kekasihku, anehnya aku tidak menolak. Aku bisa kesal, sedih, tersenyum, tertawa lebar ketika bersamanya. Bukankah gejala seperti itu mirip seperti orang gila? Aku semakin gila ketika melihatnya memiliki skandal dengan banyak gadis. Tidakkah ia tahu bahwa aku ingin mencekiknya saat itu juga? Yaa! Berhenti mencari sensasi dasar ahjussi jelek! Aku ingin marah, tapi aku sadar jika dunia kami berbeda. Sejak awal aku tahu akan sakit, tapi aku tetap mencoba. Diantara semua gadis, aku paling menyukai Sulli. Jika suatu hari kami berpisah, aku hanya rela jika menyerahkan Heechul oppa pada Sulli. Lihatlah betapa mereka berdua sangat serasi? Aku hanya gadis biasa, aku tidak bisa menyaingi semua yang dekat dengan Heechul oppa, aku tahu…

“Gadis bodoh!”

Heechul menyesal membaca catatan Seira. Kini ia meneteskan air mata. Ia tidak bisa mengontrol emosinya untuk berlari dimanapun Seira berada, ingin memeluk gadis itu dan mengatakan ia menyesal telah mengabaikan Seira selama ini. Heechul pikir perasaan Seira padanya dangkal, ternyata Heechul salah besar.

***

 

“Minumlah,” Heejin memberikan secangkir cokelat panas pada Seira yang sedang memeluk lutut sambil menatap langit.

“Gomawo, eonni.”

Heejin ikut menatap langit. “Seira-ya, kau tidak ingin tahu kenapa aku mabuk?”

Seira menoleh, ia ingin tahu alasannya, tapi ia tidak berani bertanya. Seira tahu kalau itu masalah pribadi.

“Pria itu… ia ternyata berselingkuh dibelakangku.”

“Siapa?”

Heejin tersenyum sinis. “Kekasihku. Ah bukan, tapi mantan kekasihku.”

Seira tahu Heejin pasti sangat terluka. Diusia Heejin yang lebih dari dewasa, mencari pria sudah pasti untuk dijadikan pasangan hidup. Kini pria itu membuat luka, entah bagaimana Heejin bisa sekuat itu. Mabuk hanyalah hal ringan, jika Seira yang berada diposisinya pasti Seira lebih frustasi.

“Eonni… aku tidak akan memberikan saran apapun karena aku tidak bisa membayangkan jika aku yang mengalaminya, mungkin aku akan melakukan hal bodoh. Tapi aku kagum pada eonni, bisa tetap kuat meskipun ada masalah,” ujar Seira jujur.

“Hahaha, kau jangan sampai mengalami kejadian sepertiku. Lagipula sebelum Heechul melukaimu, aku akan melempar orang itu kemulut singa!” Heejin malah menjadikan Heechul bahan celaan.

Seira tersenyum, ia senang jika ada orang yang berbagi cerita padanya. Itu tandanya orang itu percaya pada Seira dan mengizinkan Seira meringankan bebannya.

“Sudah malam, tidurlah.”

Heejin menggiring Seira untuk masuk kedalam kamar. Perasaan Seira tidak enak. Pasti Heejin akan memberikan kamar Heechul pada Seira. Bagaimana jika tengah malam nanti Heechul pulang? Aissh, Seira tidak mau masuk kedalam kamar namja.

“Eonni, aku tidak mau masuk kedalam. Pasti ini kamar Heechul oppa. Aku tidak mau eonni, aku mau tidur dengan eonni saja,” rengek Seira.

“Seira-ya, kau ingin tahu rahasia itu kan? Kalau begitu masuklah. Tenang saja, Heechul tidak akan pulang malam ini.”

“Tapi…”

Tubuh Seira terdorong hingga masuk kamar. Dengan santainya Heejin menutup pintu dan berteriak. “Nikmatilah perjalananmu!”

Mau tidak mau Seira masuk kedalam kamar itu. Pertama kalinya Seira masuk kedalam kamar namja selain Jino. Keluarga Seira termasuk kolot, mereka tidak membiarkan anak-anaknya bebas dengan namja.

“Oh, jadi seperti ini.”

Seira berdecak kagum melihat betapa luas kamar Heechul. Ditengahnya ada ranjang besar. Dan segala benda elektronik yang membuat kamar ini terlihat mewah. Tidak sia-sia Heechul menjadi member Super Junior, ia bisa membuat kamar semewah ini. Dan mata Seira terpaku pada sekat yang berada diujung kamar, dekat jendela.

Sekat itu berbentuk tembok, dibaliknya ada…

“Mwoya?” desis Seira dengan wajah malu, ia menggigit bibirnya dan berniat untuk pergi dari tempat itu. Tapi ia penasaran, ia ingin tahu seperti apa Seira dimata Heechul.

“Kim Heechul-ssi, bolehkan aku melihatnya?” Seira berbicara sendiri.

Ia diam, tidak tahu harus berkata apa. Heechul bisa dikatakan seperti Stalker. Lihat betapa tembok kamar Heechul dipenuhi oleh foto Seira. Lebih tepatnya foto Seira yang sudah di scan, foto yang sejak dulu selalu Seira kirim pada Kangin di dorm Super Junior. Dan dibawah foto itu, Heechul menuliskan kalimat yang dicetak tebal.

Seira melihat fotonya bersama dengan Jino dan teman-teman yang sedang memakai kostum natal untuk acara Kampus.

25 Desember 2009

Kangin oppa!!! Lihat betapa manisnya aku ;)

 

Hei anak kecil, hari ini pertama kalinya aku melihatmu langsung, saat kau diam-diam menaruh surat bersampul biru dibawah pintu dorm. Apa kau tahu kalau aku sedang berdiri disebelah pintu tangga darurat? Aku tidak menyangka Kangin bisa punya sepupu sepertimu. Kangin bilang ia tidak akan memperkenalkanmu pada kami. Kini aku tahu alasannya, karena kau sangat manis.

 

Seira membuka mulutnya, ternganga. Ia pikir pertemuannya dengan Heechul yang pertama saat Fan Meeting di daerah Gwangjin. Ternyata bukan. Seira bahkan lupa bagaimana cara ia memberikan surat itu pada Kangin. Apa ia menaruh dibawah pintu dorm, atau ia titipkan pada Manager Hwan. Entahlah.

Berada dikamar Heechul, melihat apa yang sudah Heechul lakukan selama ini, membuat Seira terpaksa harus mengingat kembali kenangannya dulu.

17 Mei 2010

Oppa… bagaimana keadaanmu? Apa kau baik? Oppa, ada hal menggeparkan yang terjadi padaku. Kim Heechul. Ya, namja super aneh itu, ia berkata pada seluruh member Super Junior bahwa aku ini kekasihnya. Lucu bukan oppa? Aku merasa kalau ia lebih cocok disebut monster daripada kekasih. Lihatlah betapa sedihnya wajahku saat ini L

 

Dengan susah payah aku meminta foto ini pada Kangin. Aku tahu ia tidak akan memberikannya, tapi aku tetap penasaran. Aku ingin tahu apa yang akan gadis bodoh ini katakan pada Kangin. Dan sesuai dugaanku. Kau pasti mengatakan hal yang buruk! Tapi tidak apa. Sebenci apapun kau padaku, aku tidak akan bisa melepasmu Kim Seira. Tidak akan pernah bisa. Kau harus tahu hal itu, tapi aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Kita baru saja bersama, ada banyak hal yang akan kuberitahu padamu secara perlahan. Tetap semangat Sei-ya!!! J

 

Seira mengerucutkan bibirnya ketika melihat foto itu. Ia ingat, saat itu malam tersuram selama hidupnya. Karena siang hari tadi Heechul mengatakan bahwa Seira adalah kekasih Heechul didepan member Super Junior dan manajer Hwan. Didalam dorm itu, ada orang spesial bagi Seira, Lee Donghae. Dan Heechul menghancurkan semuanya. Jadi wajar jika Seira memasang wajah jelek pada foto yang ia kirimkan pada Kangin.

“Yaa! Heechul oppa!” desis Seira. Berkali-kali Seira menggigit bibirnya, sebagai bentuk kalau ia merasa gugup.

12 Januari 2011

Hari ini Heechul oppa menjemputku. Masih dengan gaya abnormalnya. Ia memberikan payung kuning bergambar SpongeBob ini. Dasar namja aneh!

 

Kau tahu tidak jika meskipun bodoh, SpongeBob itu cukup menyenangkan. Tidak aku bohong. Sebenarnya aku hanya ingin melihatmu tampak aneh dengan payung itu, maaf xp

 

Itu dia, ternyata Seira tidak salah ingatan. Heechul memang pernah menjemputnya.

Perasaannya saat ini campur aduk. Antara marah, malu, senang, sedih. Seira marah karena jelas Heechul itu Stalker sejati. Ia melakukan segala cara agar bisa mendapatkan foto Seira, kemudian menyimpannya dan memberikan komentar pada foto itu. Seira malu, ketika ia melihat wajahnya sendiri dengan berbagai ekspresi menempel dan memenuhi dinding kamar Heechul. Seira senang, ia tidak menyangka Heechul bisa bersikap begini romantis. Dan Seira sedih, ketika menyadari bahwa ia hanya bisa melihat ini secara sembunyi-sembunyi, bukan dari Heechul langsung. Meskipun semua yang ada disini wajah Seira, tetap saja ini semua milik Heechul. Seira seperti pencuri yang tidak sengaja melihat benda milik orang lain.

10 Juli 2011

Oppa… ini pertama kalinya dalam hidup aku bersikap sebagai kekasih secara total. Ya, aku memberikan kejutan pada ulang tahun Heechul oppa. Awalnya kami memang bertengkar, tapi kami menjadi baik kembali. Ini juga pertama kalinya kami berfoto bersama. Bagus kan? Aku terlihat sangat cantik kan? J

 

Aku kehabisan kata-kata. Kau adalah yang terbaik dalam hidupku Kim Seira. Apapun yang kau lakukan selalu membuatku bahagia. Foto ini akan kusimpan selamanya, sebagai bukti bahwa bukan hanya Jino yang bisa selca denganmu, aku juga bisa! Diusiaku yang nyaris kepala tiga, aku ingin melakukan hal yang serius. Ya, tahun ini aku akan mengikuti wajib militer. Bukan hanya karena aku merasa tua, tapi aku harus segera pergi agar aku bisa cepat kembali. Untukmu… hanya untukmu… Kim Seira…

 

Hyeh. Alis Seira mengeriting.

Jadi Heechul sudah merencanakan wajib militer saat ia berulang tahun. Hebatnya, Heechul menyembunyikan semua itu hingga Seira merasa dibohongi ketika melihat Heechul berpamitan pada semua ELF diatas panggung.

“Awas kau Kim Heechul!” Seira mengeram kesal.

Seketika bahunya lemas dan hampir jatuh kelantai. Ia kesal pada namja gila itu, ia ingin sekali memukul kepalanya, tapi Heechul kini menghilang.

Seira memutuskan untuk menghentikan kegiatannya ketika jam berdetak kencang pertanda sudah pukul 12 malam. Ia berbalik dan bersiap pergi ke tempat tidur, namun satu foto menahannya. Foto itu bukan hasil kiriman Seira pada Kangin, tapi hasil jepretan Heechul. Foto saat Seira berbaring di Rumah Sakit dengan segala selang serta infus yang menyeramkan. Tulisan dibawahnya membuat Seira meneteskan air mata.

01 Agustus 2011

Kim Seira, kau adalah orang pertama yang akan kuberitahu tentang MV Mr. Simple. Betapa buruknya potongan rambutku disana, betapa tampannya Lee Donghae. Aku sungguh ingin mengatakannya padamu. Tapi semua hancur, ketika aku melihat berita di TV tentang kecelakaan. Hari itu aku memang tertawa kencang sepanjang hari, seolah aku akan menangis sesudahnya. Sei-ya… aku melihatmu. Dengan segala hal menyeramkan ditubuhmu. Kau tahu, seumur hidup aku jarang bicara pada Tuhan. Tapi kali ini aku ingin bicara pada Tuhan. Aku ingin meminta agar kau bisa bertahan. Karena… jika terjadi sesuatu yang buruk padamu, bisa kupastikan kalau aku akan menyusulmu. Pemikiran yang bodoh kan? Tidak, itu bukan bodoh. Itu adalah keputus-asaan. Aku memang sempat putus asa. Tapi ketika aku bicara pada Tuhan, entah kenapa aku merasa tenang. Aku tidak meminta apapun selain agar kau dan aku bisa melewati semua ini dengan akhir bahagia. Aku yakin Tuhan mendengarnya… aku yakin Kim Seira-ku bisa bertahan.

 

Seira tahu Heechul memang putus asa saat itu. Terdengar dari suaranya yang bergetar saat menyanyikan lagu Memories ditelinga Seira. Seira pun sama takutnya. Ia takut tidak sempat mengatakan betapa ia sangat menyanyangi keluarga, teman-teman, dan Heechul.

Maka ketika membuka mata dan melihat kepala Heechul bersandar pada tangannya, Seira merasa lega. Ia bisa kembali memukul kepala Heechul. Ia bisa bermain bersama Jino dan berpura-pura diantara mereka tidak pernah terjadi apapun. Seira bisa mengikuti wisudanya, satu langkah yang membuat ia menjadi wanita dewasa. Dan ia masih sempat megantar Heechul sebelum ia menjalani wajib militernya.

Masa terberat didalam hidup Seira perlahan membaik berkat orang yang Seira sayang.

“Heechul oppa, gomawoyo.”

***

 

Heechul mencium aroma kopi dari ruang makan. Hidungnya seakan tertarik. Akhir-akhir ini Heechul memang sering mengkonsumsi kopi untuk membuat matanya terjaga (apalagi kalau bukan masalah pekerjaan) dan juga untuk menenangkan hatinya yang selalu bergetar setiap mengingat Seira. Aigoo, kenapa masih pagi kepala Heechul sudah memikirkan yeoja vampir itu.

“Selamat pagi Kim Heechul,” sapa eomma Seira yang sedang menyiapkan sarapan.

“Pagi ahjumma. Hemn, Dara-ssi kemana?” Heechul menatap keliling lantai satu dan tidak menemukan wajah Dara.

“Ia sudah berangkat, ada pekerjaan penting katanya,” jawab eomma Seira santai.

Heechul ragu sejenak, tapi ia penasaran kenapa sampai detik ini gadisnya tidak pulang kerumah. “Lalu, bagaimana dengan Seira?”

“Anak itu? Eoh, tadi ia mengirimkan pesan, katanya ia akan sampai rumah siang nanti.”

Heechul mengangguk. “Setelah sarapan aku juga akan pergi. Ahjumma harap lebih berhati-hati dan jangan lupa mengunci pintu.”

Eomma Seira tersenyum. “Meskipun aneh dan sedikit menyebalkan, tapi pada dasarnya kau itu anak baik. Kini aku tahu kenapa Seira bisa bertahan denganmu.”

“Hehehe,” Heechul tersenyum senang. Hati eomma Seira sudah ia dapatkan. Selanjutkan adalah hati keluarga Seira yang lain.

Dalam hal ini, Heechul berterima kasih pada ide yang Kyuhyun berikan serta pada penyusup yang berniat masuk kerumah keluarga Seira. Karenanya ia jadi bisa menginap dikamar Seira, mengetahui semuanya secara jelas.

Sejak bangun tidur tadi wajah Heechul seakan tidak bisa diam, ia tersenyum mengingat album foto milik Seira. Hingga satu panggilan muncul di handphone Heechul. Kim Heejin.

Heechul pamit kebelakang untuk mengangkat panggilan itu. Berbicara dengan Heejin sering menyulut emosi Heechul. Atas nama namja tampan, Heechul akan menjaga sikap ketika berada dihadapan keluarga Seira.

“Ada apa?” tanya Heechul dingin.

“Yaa! Kim Heechul, cepat pulang kerumah.”

“Memang ada apa?” alis Heechul mengeriting, tidak biasanya Heejin meminta Heechul untuk pulang dipagi hari begini.

“Ada Kim Seira.”

“Mwo? Kim Seira?” jerit Heechul. Kemudian ia kembali mengecilkan volume suaranya. “Jangan bercanda, mana mungkin Seira ada dirumah kita.”

“Aku hanya akan menahan gadis itu dalam waktu satu jam. Jadi kencangkan sabuk pengaman pada mobilmu, lalu datang kesini secepat mungkin!” ancam Heejin, dan langsung menutup teleponnya.

“Yaa! Heejin noona!”

Heechul menjambak rambutnya frustasi. Ia tentu tidak percaya pada Heejin. Tapi begitu melihat wajah Seira, yang sedang tertidur diranjang milik Heechul, barulah ia percaya dan berlari keluar rumah.

“Kim Heechul-ssi, kau mau kemana?” tanya eomma Seira bingung.

Heechul berbalik dan berpamitan terlebih dahulu pada eomma Seira. “Ahjumma, ada pekerjaan penting yang harus segera kuselesaikan. Aku pergi ya. Dan terima kasih untuk makanan enak yang ahjumma berikan. Aku pergi.”

“Hati-hati!”

Eomma Seira melambaikan tangan dan segera mengunci pintu pagar sesuai dengan pesan dari Heechul.

Tanpa mempedulikan langit yang masih agak gelap, Heechul mengemudikan mobilnya dengan kencang. Heejin si gila itu hanya memberi waktu satu jam. Satu jam! Dan rumah keluarga Heechul itu agak jauh dari rumah Seira.

Heechul sampai tepat pukul setengah tujuh pagi. Ketika ia melihat Heejin duduk manis sambil membaca koran dan meminum Moccacino kesukaannya. Heejin terlihat tenang dan tidak memperhatikan Heechul yang sudah berkeringat deras.

“Dimana Seira?” Mata Heechul berkeliling mencari sosok Seira.

Heejin tersenyum puas ketika melihat Heechul datang. “Hwoa, daebak! Kau bisa sampai hanya dalam waktu 47 menit. Tapi kau tidak lupa menggosok gigi kan?” Heejin malah balik bertanya pada Heechul.

“Demi Tuhan Kim Heejin, cepat katakan dimana Seira?” Heechul geram, sedikit frustasi.

Heejin bergidik. Heechul bila sedang marah sangat menyeramkan, jadi ia putuskan untuk tidak mempermainkannya. Meskipun ia sangat ingin membalaskan dendam karena sikap dingin Heechul pada Seira.

“Anak itu tadi berjalan kearah kebun, sejak pukul setengah enam. Hemn, menurutmu anak itu tersasar, pingsan, atau apa?” Heejin segera berlari kedalam rumah sebelum kunci mobil Heechul mengenai kepalanya.

“Yaa! Kim Heejin!!!”

Heechul kembali menjambak rambutnya. Ini mungkin semacam karma karena Heechul sudah bersikap dingin pada Seira. Ia bisa menerimanya. Tapi kalau gadis itu benar-benar pingsan, atau yang lebih parah, dimakan sekelompok hama, bisa-bisa Heechul membakar kebun milik keluarganya.

Dari kebun tomat sampai wortel, Heechul berjalan menyusuri dengan teliti. Dengan pemikiran Seira yang aneh, bisa saja gadis itu bersembunyi dibalik pohon atau tumpukan pupuk. Sepuluh menit mencari tapi hasilnya nihil. Jangan-jangan gadis itu benar pingsan disuatu tempat. Ya Tuhan, Heechul tidak bisa berpikir jernih saat ini.

“Kim Seira, kau dima…”

Itu dia! Gadis yang sangat Heechul rindukan itu sedang duduk didekat pohon besar diatas bukit. Dari tempat Heechul berdiri, Seira terlihat kecil.

Jantung Heechul menormal. “Syukurlah gadis bodoh ini hanya tertidur.”

Heechul ikut duduk disebelah Seira. memandangi wajahnya yang polos tanpa riasan sedikitpun. Rambut panjang kecoklatan yang tergerai, sepasang mata bulat yang terpejam, bibir merah cherry yang sedikit merengut. Keseluruhan, gadis ini sempurna. Betapa rindunya Heechul pada suara melengking Seira ketika memarahinya, serta pada itu… pada bibir mungil Seira. Tunggu, kenapa Heechul langsung mengingat hal itu. Sepertinya ia akan gila!

Heechul mengusap pipi Seira dengan lembut. “Tadi Heejin noona bertanya, aku sudah sikat gigi atau belum? Untungnya sudah. Karena ketika melihatmu, hal yang ingin aku lakukan adalah ini…”

Dengan lembut Heechul mendekatkan bibirnya pada Seira. Mengecupnya perlahan dan hati-hati. Karena jika Seira tahu, bisa-bisa kepalanya menjadi sasaran amukan Seira.

“Sei-ya, irona…” bisik Heechul ditelinga Seira.

Seira yang memang memiliki tingkat sensitif pada telinganya langsung membuka mata. Ia hampir memukul Heechul untuk mengusir bayangan yang ia pikir ada didalam mimpinya, jika saja Heechul tidak kembali mendekatnya bibirnya.

Seira diam, seperti terkena sihir.

Seketika Heechul melepaskan bibirnya dan tersenyum hangat. “Ini namanya Morning Kiss.”

“Ne?”

Heechul hanya mengangkat bahu. “Sejak dulu aku ingin mencobanya, tapi tidak berani. Ketika aku melihatmu tertidur seperti sedang pingsan, aku jadi ingin mencobanya lagi,” ujar Heechul dengan wajah tidak berdosa.

Seira menggelengkan kepalanya untuk mendapati kesadaran. Apa maksud namja gila ini? Mereka berdua bahkan sudah dua setengah tahun tidak bertemu. Normalnya Heechul akan menemuinya dengan membawa hadiah sebagai permintaan maaf. Kenapa Heechul malah melakukan hal gila ini? Mencuri ciuman Seira yang sedang tertidur. Dasar abnormal! Tangan Seira dengan cepat menarik pergelangan tangan Heechul dan hap! Seira menggigit tangan Heechul hingga cetakan giginya terlihat jelas.

“Yaa! Dasar Yeoja vampir!” omel Heechul sambil memegangi tangannya.

“Kau sudah gila atau apa hah? Kau pergi seenaknya, mengikuti wajib militer selama dua tahun tanpa pernah menemuiku sama sekali, padahal aku tahu kau selalu menyempatkan diri untuk bermain. Lalu dua tahun setelahnya kau keluar. Kau tetap tidak menghubungiku! Kau melewatkan segalanya. Kepulanganmu, ulang tahunku, tahun baru. Kau pikir aku bisa bertahan sampai batas mana?” Seira mengusap matanya yang terasa memanas. Tadinya ia tidak berniat sama sekali mengatakan tentang perasaanya, cukup ia yang tahu. Tapi yang namanya cinta tidak boleh egois bukan.

Heechul memeluk gadis itu erat, mengusap bahunya. Ternyata Tuhan sangat baik. Ia masih memberikan Heechul waktu untuk mengatakan maaf pada Seira. “Sei-ya, mianhae…”

Hanya itu yang ingin Seira katakan. Tadinya ia ingin marah sebanyak yang ia bisa, namun ketika melihat Heechul langsung, kemarahannya menguap. Cukup dengan melihat Heechul, Seira bisa tenang kembali.

Setelah Seira cukup tenang, Heechul melepaskan pelukannya. Kemudian ia berbicara. Kali ini giliran ia yang akan bicara jujur. “Sei-ya, aku tidak bermaksud menghindarimu. Hanya saja aku merasa takut. Kau dengan segala kesibukanmu, dan aku dengan segala kesibukanku. Tapi akhirnya aku sadar, aku bersalah. Aku jahat karena mengabaikanmu. Melewati segalanya sendiri, padahal kau memiliki kekasih. Mulai sekarang, aku tidak akan mengabaikanmu. Jika itu sampai terjadi, kau boleh melakukan apa saja padaku,” tawar Heechul.

“Benar? Apapun boleh?”

Heechul mengangguk.

“Kalau aku mau mengambil dompetmu boleh?”

Meski alisnya kembali mengeriting, Heechul tetap mengangguk.

“Kalau aku memukul kepalamu juga boleh?”

Heechul tertawa lebar. “Jangankan memukul, kalau kau mau menciumku sampai pingsan juga boleh,” goda Heechul.

“Aissh, dasar mesum!”

Seira tertawa lebar dan matanya kembali mengering. Segala yang terjadi antara dirinya dan Heechul, semoga semuanya akan menjadi lebih baik. Itulah doa Seira saat ini.

Heechul dan Seira berjalan menuruni bukit. Dengan cepat Heechul mengambil kesempatan dan kembali mengecup bibir Seira.

“Yaa! Berani-beraninya kau menciumku!” Seira memukul punggung Heechul kencang.

“Ini sudah yang ketiga kalinya dalam pagi ini Kim Seira-ssi, kenapa kau baru memukulku?”

Seira mengingat apa yang terjadi ketika ia tertidur tadi. Oh damn! Pantas ada yang terasa aneh pada bibirnya. Seira pikir ia sedang bermimpi, ternyata itu nyata. Seira berlari kencang mengejar Heechul.

“Dasar ahjussi mesum!!!” jerit Seira kencang dan menarik jaket Heechul.

Ketika menuruni bukit sambil berlari, kaki Seira tidak dapat menahan dan ia jatuh sempurna disebelah Heechul.

“Ck` kekanakan!” ledek Heechul dengan evil smirk.

Seira masih berbaring dirumput ketika Heechul berjongkok disebelahnya. “Memang apa yang akan kau lakukan kalau aku bersikap kekanakan? Meninggalkanku?” sindir Seira tajam.

Heechul menggelengkan kepalanya. “Bukan. Aku hanya berpikir, bagaimana jika nanti gadis aneh ini memberikan keturunan yang aneh juga padaku.”

Selesai bicara, Heechul meletakkan kembali jari manis Seira yang sudah terpasang cincin. Seira mengangkat jarinya tidak percaya. “Ini… sungguhan?”

“Yaa! Kau pikir aku akan memberikan barang imitasi padamu?”

“Bukan itu.”

Seira merengut, ia menegakkan tubuhnya dan berdiri sempurna. Melihatnya Heechul jadi gemas sendiri. Gadis ini bahkan tidak sadar jika di pakaian dan rambutnya ada rumput yang menempel.

“Ini semacam gembok agar kau tidak lari dariku, Kim Seira…”

Wajah Seira memerah. Dalam hitungan, berarti ini akan jadi yang ke-empat kali dalam pagi ini. Heechul kembali mendekatkan bibirnya pada Seira.

Heechul tersenyum lebar, mengedipkan sebelah matanya pada Seira. “Dan ini yang kelima…”

Seira tidak bisa menahan tangannya untuk menjambak rambut Heechul. Namja ini kenapa bisa mencuri lima kali ciumannya pagi ini. Apa karena Heechul menghitung sudah berapa lama mereka tidak bertemu. “Yaa! Ahjussi gila yang mesum!”

“Dasar yeoja vampir!” Heechul membalas Seira dan terus memegang tangan Seira meski rambutnya terasa sakit. Memegang tangan Seira selama perjalanan pulang kerumah, meski dengan pose Seira sedang menjambak, bisa dikatakan sebagai skinship j

 

 

Comments

You must be logged in to comment
yolly713 #1
ahahahaaa ajumaa~ jino buat gue aja gemana??
2minromance #2
Waiting for the first update o/
DivineShawol #3
Good idea, Updatee! ;u;