happiness
Description
Maka bagiku, kau yang terindah. Dari apapun
yang paling indah.
Donghae pernah mendengar jika cinta adalah
sebuah semuitas yang gelombangnya bahkan
tidak sama sekali bisa diperkirakan. Berapa
besarnya, berapa tingginya atau akan
berakibat apa saja. Tidak, karena cinta adalah
hal terabsurd yang pernah ada.
Atau kata lainnya, cinta memang gila. Kurang
lebih seperti itu.
Malam ini Donghae merasa jika ia harus
bertemu dengan Hana, si gadis yang sedang
menyelesaikan masa kuliahnya di Seoul.
Gadis yang menarik perhatiannya dengan
sikapnya yang biasa saja, atau tidak acuhnya.
Gadis yang hanya tertarik dengan barisan kata
yang dibuat oleh dosen sastra di kelasnya.
Kelas yang dikontraknya dan gadis itu.
Ia harus memiliki keberanian, yang tidak
pernah timbul setiap bertemu dengan gadis itu.
Gadis kelahiran Daegu itu sangat memikat,
terlebih bentuk dagunya yang sangat mirip
dengan juniornya di salah satu club menari,
Oh Sehun. Matanya yang bulat dan suka
menatap tajam Jongin teman sekelasnya juga,
atau bibirnya yang tiap kali tersenyum ketika
melihat Hyukjae melucu. Padahal menurutnya
tidak ada yang menarik dari wajah laki-laki itu.
Sayang sekali Donghae adalah laki-laki yang
terlihat namun mencoba untuk menutup
dirinnya yang sudah terlihat. Laki-laki yang
sangat popular namun merasa aneh karena ia
fikir tidak ada bakat yang seharusnya banyak
orang kagumi. Ia bukan Lee Hyukjae atau
Jongin yang sangat pandai menari, bukan
juga seperti Kim Ryeowook yang suaranya
benar-benar dikagumi banya anak perempuan
di kelasnya, juga buka si kaya raya Siwon
yang namanya menjadi list pertama calon
menantu para orang tua gadis di kelasnya
juga. Dan bahkan Donghae hanya memikirkan
beberapa orang di kelasnya saja.
Hana adalah gadis yang sedang menyusun
laporan kelas. Gadis yang mencoba kembali
masuk ke dalam kelasnya yang sudah ia
tempuh 2 tahun lalu, hanya karena ia
menyukai beberapa karya dosen sastranya.
Dan seharusnya Donghae sudah beberapa
kali ia tersenyum hanya karena Hana
tersenyum mendengar sanjungan yang
dikeluarkan dosen itu kepada gadis itu.
“oh ? Donghae ? apa yang kau lakukan ?”
Basah, jika ada air disini maka ia akan memilih
untuk menyiram dirinya dengan air tersebut. Ia
tertangkap basah, oleh salah satu sahabat
Hana yang mungkin sedang berkunjung ke
apertemen milik Hana.
“aku ingin berkunjung ke apertemen Sehun..
tapi entahlah kenapa lift yang aku naiki
menurunkanku disini”
Gadis itu mengangguk dan tersenyum, “malam
ini aku akan menemui Hana, ada beberapa
mata kuliah yang akan aku bahas dengan
Hana, mau mampir ? kebetulan ada Jong
Woon juga disini”
Jongwoon ? laki-laki sipit dengan jemari kecil
itu ?. oh, Donghae terlambat 1 langkah dengan
laki-laki yang suka sekali mendengar ocehan
dosen sastra Jepang itu. Laki-laki yang sudah
terkenal dengan kemahirannya menggunakan
bahasa Jepang yang luar biasa fasih. Padahal
riwayatnya tidak pernah memperlihatkan jika
ia pernah tinggal di Jepang. Tidak seperti
Sungmin yang mahir karena beberapa anak
perusahaan milik ayahnya dibuka di Negara
sakura itu. Membuatnya harus sering pulang
pergi ke Jepang.
Donghae nampaknya harus cepat melangkah.
“kebetulan juga aku haus” kata Donghae
bohong.
Dan ayolah, jika ia tidak bohong saat ini apa ia
bisa bertemu denga Hana ? atau mencoba
sedikit lebih mendekat.
***
Awalnya Hana terkejut melihat Donghae yang
datang di belakang Hyerie dengan senyum
teduh yang biasanya memang sering ia
keluarkan. Donghae bukan anak laki-laki yang
memiliki frekuensi garis terdekat dengan gadis
itu. Tahu apertemennya saja Hana baru sadar.
“maaf aku mengganggu kalian, kebetulan aku
haus dan lewat sini..” kata Donghae sambil
menggaruk tengkuknya, gugup.
Apertemen Hana sangat sederhana, sama
seperti kamar Oh Sehun yang berada 2 tingkat
di atas lantai apertemen Hana. Kamar ini
hanya terdiri dari 1 ranjang, 1 meja yang
sepertinya bisa digunakan oleh Hana untuk
makan atau menulis sesuatu. Di samping
ranjang ada meja seukuran 1 meter, beberapa
foto dipajang disana, foto bersama sahabat-
sahabatnya dan sebuah foto yang berbeda
dari yang lainnya. Foto yang menampilkan
wajah manis milik Hana dengan sosok laki-laki
yang juga tersenyum.
“ini fotoku bersama beberapa sahabatku,
beberapa masih tinggal di Daegu dan
beberapa pindah ke kota lain, dan ini..”
tangannya menunjuk sebuah foto yang tadi
Donghae anggap sangat dan paling berbeda.
“Lee Jinki, beberapa bulan lalu ia meninggal,
sahabat paling special.. meninggal di hari
yang paling special pula” imbuhnya membuat
Donghae menatapnya. Gadis itu pandai
bercerita.
“aku memberitahumu karena aku takut kau
penasaran dengan foto-foto tersebut. Kau
tahu ? penasaran adalah rasa paling tidak
enak”
Donghae mengangguk, kemudian matanya
kembali beralih menuju salah satu dinding
dengan tempelan tulisan warna-warni. Dari
rangkaian kata yang disusun menarik,
membuat Donghae paham jika Hana adalah
gadis yang sangat tertarik dengan dunia
sastra. Di bawah ranjang, Donghae kembali
melihat ada sebuah laci, lagi-lagi rasa
penasarannya muncul tiba-tiba.
“Eoh, kami akan berbincang di sini, jika kau
mau menungguku atau ikut berbincang
dengan kami sambil menunggu Jongwoon kau
bisa melakukan apapun. Kau tahu ?
apertemen Hana adalah apertemen ternyaman
yang pernah aku tahu. Dan oh, kau bisa
membaca beberapa buku koleksi Hana, di
bawah ranjang itu ada laci, kau bisa mencari
buku fiksi disana. Di ujung sana ada komputer,
free unlimited internet, atau kau bisa juga
tidur.. aku dan Jongwoon suka tidur disini !”
Nampaknya Hyerie sangat hapal denah
apertemen 1 ruangan besar namun sederhana
milik Hana ini.
“dan juga, jika kau lapar kau bisa memakan
apapun di dalam kulkas Hana. Dia vegetarian
jadi kau tidak bisa menemukan kaki ayam atau
daging kualitas tinggi disini hehe” gadis itu
kemudian berlalu.
Donghae tidak tertarik dengan beberapa
tawaran yang diberikan oleh Hyerie, ia hanya
tertarik dengan sebuah buku catatan yang
diletakkan di nakas yang berada di samping
meja yang dijadikan tempat dimana Hana
meletakkan fotonya.
Ini bukan tentang apa yang kau fikirkan.
Tidak ada rahasia…
Donghae tersenyum ketika melihat halaman
pertamanya, gadis ini ternyata penuh dengan
rasa keterbukaan. Dan seharusnya Donghae
tahu hal sekecil ini. Hal sepele yang bahkan
mungkin banyak diketahui orang. Donghae
lagi-lagi menyesali keterlambatannya.
Pangeran bermata teduh. Aku panggil ia
seperti itu.
Cinta bukan semuitas yang mempekai
korbannya. Ia juga bukan barang keras bagi
perangkat computer. Tapi ia adalah
semacam aplikasi absurd yang tidak pernah
diketahui seperti apa wujudnya.
Donghae melayang, hanya karena melihat apa
yang Ia baca ia rasa ia sudah tertinggal terlalu
jauh. Hana mencintai laki-laki bermata teduh.
Dan itu meungkin bukan ia, bukan dirinya yang
tak pernah terlihat oleh Hana.
Donghae menutup buku catatan itu
menenangkan dirinya, menetralkan segala
apa yang bergemuruh di hatinya. Kemudian
meletakkan kembali catatan itu ke nakas
semulanya dengan asal. Membuat selembar
foto jatuh.
Kemudian tangannya bergetar saat melihat
siapa yang ada di dalam foto tersebut. Ia tahu
betul siapa laki-laki yang ada di dalam
selembar foto itu. Ia tidak buta dan juga ia tidak
gila. Laki-laki itu..
***
Hana membereskan semua peralatan yang
sudah digunakan setelah Jongwoon dan
Hyerie plus Donghae datang ke kamar
apertemennya. Sambil mengingat bagaimana
Hyerie dengan senyuman manisnya terus-
terusan menggodanya karena si pujaan hati
datang ke tempat paling pribadi miliknya.
Tanganya mengusap bantal yang tadi ditiduri
Donghae. Laki-laki itu sempat sekali tidur di
tempat tidur ini, melihat beberapa sahabatnya
yang tinggal di Daegu, lalu sempat membaca
novel yang ia miliki. Hari ini, laki-laki itu
sedang mengujinya, mempertahankan untuk
tidak berloncattan karena kedatangan si
pangeran bermata teduh.
Gadis itu menarik pulpen dan catatan yang
diletakkan di atas nakas. Berniat menuliskan
sesuatu tentang rasa bahagia. Ini moment
terbaik.
Ini dia pangeran bermata teduh.
Halo nona.. ini pangeranmu. Awalnya aku
terkejut ketika melihat halaman pertama
yang memberitahukan jika kau sedang
menyukai sosok pangeran. Aku kesal
awalnya. Tapi… ketika foto kita, foto yang
diambil Hyerie pada malam karnaval itu ada
di dalam catatan ini akhirnya aku berani
untuk menuliskan ini.
Besok, temui aku, di taman kampus. Aku
menunggumu.
Oh, Hana tidak bisa bernafas.
***
Tidak ada yang tahu Donghae pergi kemana
setelah 3 hari ini. Pertemuan mereka batal
begitu saja, padahal Hana sudah menunggu
laki-laki itu. Dan tiba-tiba saja keesokkan
harinya dan sampai hari ini laki-laki itu tidak
terlihat dimanapun.
Hana marah, Hana khawatir dan Hana
kecewa.
Ia merasa dipermainkan, padahal cintanya
sangat tulus kepada Donghae. Dan karena hal
ini semua fikirannya buyar, semua ajaran
Dosen sastra tidak ada yang berhasil ia cerna.
Matanya tertuju pada 1 kursi kosong. Biasanya
kursi di ruangan ini selalu terisi penuh, tidak
ada satupun yang kosong. Tapi siang ini, ada
1 orang yang tidak masuk. Lee Donghae.
Gadis itu kehilangan arah, ia merasa sangat
tertipu dan merasa hal ini benar-benar
memalukan. Donghae mempermaikannya
setelah tahu jika gadis itu menyukainya.
Kenyataannya, Donghae mempermainkannya,
laki-laki itu sama seperti laki-laki lainnya.
Dimana banyak laki-laki menghancurkan hati
wanitanya.
***
Donghae benar-benar menghilang sampai
hari kelulusan 2 tahun yang lalu. Laki-laki iatu
tidak datang sesuai janjinya, laki-laki itu hanya
mempermainkan Hana. Ini hari terakhirnya
menetapkan hatinya kepada laki-laki
berengsek macam Donghae. Dan ia harus
mengalihkan hatinya.
Daegu masih indah pagi ini, ketika sebuah
paket mampir ke halam rumah keluarganya.
Paket dengan pita manis di salah satu
sudutnya. Pelan-pelan jemari indah Hana
membuka bingkisan itu.
Aku tahu menunggu bukanlah hal baik yang
sudah aku berikan untukmu. Aku tahu kau
fikir aku mempermainkanmu karena rasa ini.
Tapi percayalah aku tidak pernah berdusta
tentang cinta. Jadi bacalah kalimat-kalimat
setelah ini.
Song Hana adalah gadis yang menarik
perhatianku di kelas Dosen sastra. Gadis
yang selalu bicara dengan logat Daegu yang
sedang ia coba hilangkan. Song Hana adalah
gadis sastra yang rela mengulang kelas
sastra yang membosankan asal terus bisa
menulis sambil dibaca.
Suatu hari aku berjanji jika aku akan
menemuinya di taman sederhana. Berniat
mengikat janji yang kini tidak terikat.
Mencoba membangun sebuah asa yang
semu. Dan itu hanya yang aku dustai.
Maaf tak berguna, aku tahu. Jadi biarkan aku
kenang rasa itu disini.
Song Hana, jika kau mau mengabulkannya.
Larilah dari pernikahanmu bersama Jongin
besok. Bertemu denganku dan menjalin
kisah yang terlanjur terlewati.
Ini cheesy, tapi Hana, Song Hana. Aku
mencintaimu. Demi apapun.
—- Lee Donghae.
Hana bergetar. Tapi ini sudah selesai. Benar-
benar selesai.
***
Donghae menunduk melihat pastor
memberikan janji sehidup semati Hana dan
Jongin. Laki-laki itu selalu berjalan dengan
terlambat sehingga saat ini ketika semuanya
berakhir tanpa banyak ia ketahui. Jika
membuat gadis menunggu adalah sebuah
kesalahannya.
Beberapa tahun lalu ayahnya meninggal di
salah satu Negara yang selalu menjadi rumah
keduanya dari Korea. Dan selama itu ia
menetap disana, meneruskan segala usaha
yang ayahnya miliki. Menetapkan diri menjadi
salah satu warga Negara, Negara tersebut.
Dengan melewati banya prosedur yang sedikit
menyulitkan.
Beberapa orang terperangah tanpa kecuali
Donghae. Gadis itu menangis. Sendu.
“Jongin-a.. geuman kajja.. aku tidak bisa
seperti ini…”
Hana, dengan mengangkat ujung gaunya
berjalan meninggalkan altar, menghampiri
Donghae dan menarik tangan laki-laki itu.
“masih mau menikah denganku ? setidaknya,
pacaran dulu denganku oke ?”
Laki-laki itu mengangguk.
***
Comments