Final

You'll Be Mine, My Butterfly

(Author Note: sengaja pakai stage name mereka di sini, bukan nama asli, soalnya biar akrab aja di telinga)

 

 

Qingdao, 1992

Seorang ibu sedang menyulam sebuah syal di ruang tamu. Ia ditemani oleh putri kecilnya yang baru berusia lima tahun, yang sedang bermain boneka di dekatnya.

"Ibu!" panggil gadis kecil itu.

Si ibu melihat kepada putrinya yang sedang menatapnya dengan serius. "Ada apa, Victoria?"

"Ada yang ingin kuceritakan. Tapi ibu harus janji tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun, karena ini adalah rahasia terbesarku."

Sang ibu menahan tawa melihat tingkah putrinya yang menggemaskan. "Baiklah, Ibu janji. Sekarang katakan!"

"Aku kemarin bermimpi dan anehnya aku sering memimpikan hal yang sama. Berulang-ulang."

Ibu itu tertegun. Mulai tertarik dengan cerita putrinya. "Mimpi apa?"

"Ada sebuah danau yang besar dan indah. Kemudian ada seorang pria berdiri melihat ke arah danau itu. Pria itu sangat tinggi. Dia memakai baju jubah zaman dulu. Ibu tau kan pakaian yang dipakai para pendekar seperti di film-film itu? Aku tidak tahu siapa laki-laki itu, aku hanya bisa melihat punggungnya.Oh ya, anehnya lagi ada dua ekor kupu-kupu yang terbang mengelilingi pria itu. Kupu-kupu itu sangat cantiiiiiikk sekaliiiiiii."

"Mimpi yang cukup aneh," komentar ibunya.

"Dan aku sering memimpikan itu, Ibu. Berkali-kali dan tetap sama."

"Jadi cuma ini rahasiamu?"

Putri kecil itu meringis. "Iya, Ibu. Mimpiku unik kan?"

Kemudian si gadis kecil itu sibuk bermain dengan bonekanya lagi

_________

 

Beijing, 2013

Victoria memasuki pameran foto yang sedang diadakan di Lotte Mal, setelah bosan berbelanja. Sesekali dia berhanti mengamati untuk melihat foto yang membuatnya tertarik. Langkahnya benar-benar terhenti ketika dia melihat sebuah foto yang membuatnya takjub.

Sebuah foto seorang anak kecil yang sedang bermain di taman dengan kupu-kupu berterbangan di sekitarnya. 

Dia mengamati foto itu lama sekali. Ekspresi kegembiraan di wajah anak itu membuatnya tersenyum tanpa sadar. Foto itu sangat indah.

Seorang pria berhenti di sampingnya. Pria itu juga mengamati foto itu dengan seksama.

Victoria mengalihkan perhatiannya dari foto di hadapannya kepada pria yang sekarang berdiri tepat di sampinya. Pria itu tinggi. Hidungnya mancung. Rambutnya cokelat dan sedikit acak-acakan. Pakaiannya santai, hanya kaos oblong dan celana jeans yang berlubang di bagian bawahnya. Victoria tidak menyangkal, walau dia hanya melihatnya dari samping, dia tahu kalau pria itu sangat tampan. Tapi yang membuat Victoria penasaran adalah dia seperti pernah melihat pria ini sebelumnya.

Merasa diperhatikan, pria itu menoleh. Dan benar saja dia sangat tampan. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan dan membuat Victoria salah tingkah. Ia pun buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah foto di hadapannya lagi. Namun, Victoria tahu, dari sudut matanya, kalau pria itu masih memperhatikannya.

"Kau suka kupu-kupu ya?"

Victoria melihat ke arah pria itu lagi. Pria itu menunggu jawabannya sambil menyunggingkan senyum yang menurut Victoria sangat keren.

"Dari mana kau tahu?" tanya Victoria heran.

"Kau memakai bros kupu-kupu. Gantungan kunci di tasmu juga kupu-kupu. Dan sepertinya kau suka sekali melihat foto anak kecil yang bermain bersama kupu-kupu ini."

Victoria tertawa malu-malu. "Aku mudah ditebak ya?"

"Lumayan. Kenapa kau suka kupu-kupu?" Pria itu bertanya lagi.

"Ehm karena mereka sangat cantik dan mereka adalah simbol dari kebahagiaan abadi."

Pria itu tertawa. "Kebahagiaan abadi. Mungkin saja begitu. Aku juga suka kupu-kupu."

"Kenapa?" tanya Victoria penasaran.

"Karena kupu-kupu mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa?"

Pria itu hanya tersenyum simpul nan misterius. "Seseorang."

"Ooohh..."

Victoria tidak bertanya lagi. Dia tahu tidak sopan bertanya yang aneh-aneh kepada orang yang baru ditemuinya.

Tepat saat itu ponsel Victoria berbunyi. Ada sms teman serumahnya yang menyuruhnya cepat pulang.

"Ehm aku permisi dulu ya." Victoria tersenyum sopan.

"Baiklah. Hati-hati." 

Victoria hendak membalikkan tubuhnya, namun ia bertanya sekali lagi. "Maaf, apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

Pria itu lagi-lagi tersenyum. "Mungkin saja. Aku cukup populer di Beijing. Mungkin salah satu temanmu adalah penggemarku."

Ingin rasanya Victoria melempar tasnya ke wajah pria itu. Victoria tahu dia tampan, tapi sungguh dia terlalu percaya diri.

"Ah sudahlah lupakan." Victoria membalikkan tubuhnya dan cepat-cepat berjalan.

Baru beberapa langkah pria itu memanggilnya,

"Tunggu!"

"Apa?" Victoria menoleh dan membalas dengan tampang kesal.

"Sampai bertemu lagi ya."

"Aku rasa kita tidak akan bertemu lagi."

"Kita akan bertemu. Percayalah padaku. Sampai jumpa" Pria itu tersenyum manis sambil melambaikan tangan. Kemudian ia membalikkan tubuhnya, dan berjalan berlawanan arah dengan Victoria.

Victoria hanya melongo melihat betapa percaya dirinya pria itu.

 

_____________

 

Victoria sedang duduk-duduk di taman. Membaca novel sambil menikmati suasana musim semi yang indah. Beberapa keluarga tampak melakukan piknik. Ada juga beberapa pasangan yang asyik bermesraan.

Victoria tersenyum mengamati betapa indahnya musim semi. Dia pun memutuskan untuk kembali membaca novelnya.

Namun baru beberapa lembar membaca, ia dikejutkan teriakan anak kecil.

"Wah..ada kupu-kupu!!"

Victoria pun mendongak untuk melihat kupu-kupu yang membuat anak itu berteriak. Kupu-kupu itu berwarna kuning. Bagi Victoria, kupu-kupu itu terlihat sangat cantik. Ia terus memperhatikan kupu-kupu itu, sampai sebuah suara menyadarkannya..

"Boleh aku duduk di sini?"

"Tentu saja....." Victoria berhenti melanjutkan kata-katanya setelah melihat siapa yang baru saja duduk di sampingnya. Matanya melebar. "Kau?!"

Pria itu. Pria yang ditemuinya di pameran foto minggu lalu. 

"Hai. Kita bertemu lagi kan? Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu nada suaranya sambil menggoda.

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini? Kau mengikutiku ya?"

"Apa?" Pria itu melihat Victoria. "Hei gadis kupu-kupu, aku ke sini untuk memotret."  katanya sambil mengangkat kamera DSLR di tangannya. "Barusan aku melihatmu dan memutuskan untuk menggodamu."

Pria itu lalu memotret Victoria yang sedang melongo menatapnya. Ketika dia melihat hasil fotonya dia tertawa tebahak-bahak. "Lihatlah, ekspresi wajahmu lucu sekali."

"Apa? Kau jahat sekali. Hapus!! Hapus foto itu." Victoria berteriak sambil berusaha merebut kamera itu.

"Akan ku hapus, tapi katakan dulu siapa namamu!"

"Lupakan saja. Lagipula kau tidak punya weiboku, jadi kau tidak akan bisa meng-upload foto itu dan menyebarkannya kepada teman-temanku."

"Oh begitu ya. Baiklah akan ku perlihatkan kepada orang-orang di taman ini saja."

Pria itu bersiap-siap untuk berdiri tetapi Vctoria dengan cepat menahannya untuk tetap duduk.

Dengan muka memelas, Victoria berkata, "Namaku Victoria. Song Victoria."

Pria itu tersenyum manis dan menatap Victoria tepat di matanya. "Namaku Kris. Wu Kris. Senang bertemu denganmu lagi, Victoria."

Mereka berpandangan beberapa saat. Sampai akhirnya Victoria jadi salah tingkah sendiri lalu mengalihkan pandangan. "Sekarang hapus fotoku, Kris!"

Kris memasukkan kameranya ke dalam tas. "Aku tidak mau. Ekspresimu tadi terlalu imut untuk dihapus."

Seketika pipi Victoria merona. Ia sudah sering dipuji, tapi entah kenapa pujian Kris terdengar lain di telinganya.

Sejenak ada keheningan di antara mereka. Atau lebih tepatnya rasa canggung.

Sampai akhirnya Kris memulai pembicaraan. "Kau suka membaca di sini?"

Victoria masih malu untuk menatap Kris lagi. "Iya. Suasanya sangat cerah, bunga-bunga bermekaran, dan bila beruntung aku bisa melihat kupu-kupu."

"Kau sangat terobsesi dengan kupu-kupu ya rupanya."

Victoria tertawa kecil. "Mungkin. Kupu-kupu adalah binatang favoritku, walaupun aku tidak memeliharanya di rumah."

"Kau pernah mendengar cerita Butterfly Lovers?" tanya Kris sambil menerawang.

"Tentu saja. Aku suka sekali cerita itu. Ketika aku masih kecil, aku sering meminta nenekku menceritakannya. Walaupun diulang-ulang aku tidak pernah bosan. Cinta antara Yingtai dan Shanbo benar-benar tulus. Aku ingin memiliki kisah cinta abadi seperti mereka."

Kris terdiam. Ia mengamati Victoria yang begitu bersemangat dengan cerita itu. 

"Itu hanya kisah lama. Kau harus punya kisah cinta lain yang lebih indah daripada mereka. Kisah cinta dua manusia bukan kisah cinta sepasang kupu-kupu."

Victoria menoleh untuk melihat Kris. Wajah Kris datar, tanpa emosi apapun terlihat di wajahnya. "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Yingtai dan Shanbo, walaupun akhirnya mereka berhasil hidup bersama, tapi mereka hanyalah kupu-kupu. Kupu-kupu memang cantik tapi kebahagiaanmu akan lebih sempurna sebagai manusia, bukan menjadi kupu-kupu yang hanya bisa terbang kesana kemari saja."

Victoria tertawa. "Kau ini serius sekali. Itu kan hanya perumpamaan Kris, untuk menggambarkan kisah cinta yang abadi. Tentu saja aku ingin tetap menjadi manusia, bukan menjadi kupu-kupu seperti Yingtai dalam legenda itu."

"Apa kau sudah menemukan, Shanbo-mu?"

Victoria tersipu dan menggeleng pelan. "Suatu saat nanti pasti aku menemukan pria yang mencintaiku, seperti Shanbo yang mencintai Yingtai."

"Victoria, kau sangat naif ya!"

Victoria memanyunkan bibirnya. "Apa maksudmu? Semua gadis pasti suka berkhayal seperti itu tau!"

Kris tertawa melihat bibir Victoria yang dinilainya sangat imut. "Bukan khayalan itu maksudku. Kau harus tahu, kadang ketika kau dibutakan cinta, tanpa sadar ada orang lain di sekitarmu yang juga mencintaimu tanpa batas, yang rela melakukan apa saja untukmu dan rela menunggumu sampai kapanpun juga"

Victoria tertegun. "Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?"

Kris seperti kebingungan. "Ah..uhmm...aku juga tidak tahu!"

"Kau orang yang aneh, Kris. Aku mau pulang ya, ini sudah sore."

Victoria mengemasi barangnya. Setelah meletakkan tas di pundakknya, ia berdiri. "Bye, Kris."

"Tunggu!" Kris tiba-tiba, jongkok di tanah di hadapan Victoria.

Kris menautkan tali sepatu Victoria yang terlepas dengan telaten. Victoria lagi-lagi merasa pipinya serasa terbakar karena terlalu merona. Jantungnya juga berdetak tidak wajar. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.

"Selesai." Kris selesai menalikan tali sepatu Victoria. Ia lalu berdiri dan menatap Victoria.

"Te..terima kasih."

"Boleh aku minta nomor ponselmu?"

"Hah? Apa?" Victoria masih belum bisa menguasai kegugupannya.

"Aku baru saja bilang, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?"

"Oh..hmm.." Victoria tiba-tiba tersenyum menggoda. "Lain kali, kalau kita bertemu lagi, aku akan memberikan nomorku. Bye-bye Kris."

Victoria membalikkan badannya dan tersenyum-senyum sendiri.

"Victoria!!!" Kris memanggilnya.

Victoria segera membuang senyumnya, berbalik untuk melihat Kris dengan wajah yang sok tidak peduli. "Apa lagi?"

"Hati-hati dan sampai bertemu lagi."

Kris mengakhiri kata-katanya dengan senyum. Senyuman yang membuat jantung Victoria semakin bergolak tidak menentu.

 

___________________

 

Minggu pagi yang cerah, Victoria baru saja jogging di sekitaran apartemennya. Dua jam lebih dia berlari dari subuh. Victoria memutuskan jogging lebih awal daripada biasanya karena semalam dia tidak bisa tidur. Pertama, karena bayang-bayang Kris yang selalu saja hadir di pikirannya. Kedua, karena mimpi itu datang lagi dan lagi. Ya, mimpi itu. Mimpi seorang pria yang melihat ke arah danau dan dikelilingi dua ekor kupu-kupu cantik.

Victoria memutuskan untuk membeli sarapan di kafe 24 jam langganannya. Di kafe itu dia memesan waffle dan susu strawberry. Sambil menunggu pesanannya, Victoria menuju meja favoritnya yang selalu ditempatinya ketika dia makan di kafe itu. Sedikit kecewa ketika tahu bahwa meja favoritnya telah ada yang menempati, tapi kemudian Victoria membelalakkan mata ketika tahu siapa yang duduk di sana.

"Kris!"

Kris, yang kebetulan sedang memperhatikan hasil foto di kameranya, otomatis mendongak untuk melihat ke arah suara yang baru saja memanggilnya dengan lantang. Senyum di wajah Kris mengembang ketika tahu bahwa Victoria yang memanggilnya.

"Senang bertemu lagi, Nona Song. Duduklah di sini." kata Kris sambil menunjuk kursi kosong di depannya.

Antara terkejut dan senang, Victoria pun duduk dengan manis di hadapan Kris. "Kau dari mana? Mengambil foto lagi?"

"Ya."

"Gayamu seperti fotografer saja."

"Aku memang fotografer."

"Sungguh? Kenapa kau tidak bilang?"

"Kau tidak tanya!"

Percakapan terhenti, ketika pelayan mengantarkan pesanan Victoria. Setelah mengucapkan terima kasih, Victoria meneguk susunya hingga separuh, lau mencuil wafflenya dan memakannya dengan nikmat. Kris mengamati Victoria, dengan senyum-senyum.

"Kau baru selesai jogging?"

Victoria hanya mengangguk karena di dalam mulutnya masih ada waffle.

"Sepertinya kau tipe orang yang rajin berolahraga."

"Memang!" sahut Victoria, bangga.

"Pantas tubuhmu sangat seksi."

Victoria melotot. "Kau...dasar mata keranjang!"

Kris tertawa. "Itu wajar, Nona. Setiap pria pasti akan memperhatikan lekuk tubuh wanita."

"Ah sudah hentikan." Victoria minum susunya lagi untuk menyembunyikan pipinya yang lagi-lagi merona.

"Kau tinggal di mana?"

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Tidak. Melihat dari penampilanmu sekarang yang hanya memakai kaos oblong dan celana training, pasti tempat tinggalmu tidak jauh."

"Aku memang tinggal di apartemen Taiwanmei."

"Apa? Aku tinggal di apartemen Xiluhan."

Keduanya lalu tertawa, ketika menyadari bahwa apartemen mereka hanya terpaut beberapa blok saja.

"Dunia ternyata sempit ya!" kata Victoria, menahan tawa.

"Sempit, tapi terkadang justru yang dekat yang terlewatkan."

"Kau mulai lagi dengan kata-kata anehmu itu."

"Maaf-maaf. Kau tinggal bersama orang tuamu?" tanya Kris sambil meneguk kopi hitamnya.

"Tidak. Keluargaku semua ada di Qingdao. Aku kuliah lalu kerja di sini. Dan sekarang tinggal bersama sahabatku sejak kuliah. Kau sendiri?"

"Sejak kecil keluargaku pindah ke Kanada. Namun sejak setahun yang lalu, aku kembali ke sini karena tertarik dengan alam China untuk hasil karyaku."

Victoria dan Kris pun larut dalam percakapan seru. Keduanya saling menceritakan tentang kehidupan masing-masing. Victoria mengatakan bahwa dia adalah seorang koreagrafer dan guru tari di Akademi Beijing. Dia juga menceritakan tentang Qingdao, kota kelahirannya. Kris menceritakan bagaimana awal mula dia tertarik dengan fotgrafi dan akhirnya memilih menjadi seorang fotografer. Serta tidak lupa pula menceritakan tentang tempat tinggal di Kanada. Dalam sekejap, Kris dan Victoria terlihat akrab. Sesekali mereka juga tertawa bersama.

Percakapan asyik mereka harus terhenti, ketika ada seorang pria yang tiba-tiba memanggil Victoria.

"Victoria!"

Victoria terkejut ketika tahu siapa yang baru saja memanggilnya. "Zhoumi gege."

Pria itu, Zhoumi, lalu mendekati Victoria. "Apa kabarmu? Lama tidak berjumpa. Apa kau sehat?"

"Aku baik-baik saja, Ge. Kau sendiri?"

"Aku juga baik. Wah, aku merindukanmu, Victoria."

Kris pura-pura mengeluarkan suara batuk, untuk menyadarkan Zhoumi dan Victoria bahwa ada orang lain di sana.

Zhoumi melihat ke arah Kris dengan tajam. "Maaf kalau aku mengganggumu, Vic. Apa ini kekasihmu?"

Wajah Victoria memerah. "Oh..bukan Ge, bukan. Ini Kris. Temanku. Oh iya Kris, ini Zhoumi gege...temanku juga." Kata Victoria, salah tingkah.

Kris berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Zhoumi. "Wu Kris."

Zhoumi memperhatikan Kris sejenak lalu menjabat tangan Kris. "Zhoumi."

"Senang bertemu denganmu."

Zhoumi masih memperhatikan Kris dengan aneh. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku rasa tidak." kata Kris, melepaskan jabatan tangan Zhoumi dan duduk di tempat duduknya semula.

Denga masih merasa aneh, Zhoumi berbicara lagi kepada Victoria. "Maaf kalau aku mengganggu. Aku akan menghubungimu lagi nanti. Boleh kan?"

Victoria melirik ke arah Kris yang sedang asyik dengan kopinya. "Iya. Tentu saja boleh, Ge."

"Baiklah. Aku pergi dulu ya. Kris, sampai jumpa." Zhoumi mengelus puncak kepala Victoria, lalu pergi meninggalkan kafe itu.

"Mantan kekasihmu?" tanya Kris, setelah Zhoumi hilang dari pandangan.

"Bagaimana kau tahu?"

"Dari gerak-gerik kalian sangat terlihat"

"Begitukah?"

"Kenapa kau putus dengannya?"

"Ada suatu ketidakcocokan."

"Kau masih mencintainya?"

"Kris! Bisakah kita berhenti membicarakan ini?" Entah mengapa Victoria merasa tidak nyaman membicarakan masa lalunya dengannya Zhoumi.

"Hmm maaf, aku hanya bertanya karena menurutku dia masih mencintaimu."

"Itu haknya. Yang terpenting perasaanku padanya sudah tidak sama seperti dulu lagi."

"Kau yakin dia bukan Liang Shanbo yang kau cari selama ini?"

"Ah hentikan. Bicara yang lain saja. Oh ya, ketika Zhoumi ge tanya apa kalian pernah bertemu, kenapa kau tidak bilang kau populer dan mungkin salah satu temannya adalah penggemarmu?"

Kris tertawa. Teringat jawabannya ketika dia bertemu Victoria pertama kali. "Itu akan menyinggung perasaannya."

"Tapi tidakkah aneh, aku dan Zhoumi ge sama-sama merasa pernah melihatmu sebelumnya. Hmmm" Victoria mengamati wajah Kris dengan seksama.

"Mungkin kalian punya teman yang mirip denganku?"

"Mungkin saja, tapi siapa ya? Asal kau tahu, aku dan Zhoumi ge juga merasa pernah bertemu ketika pertama kali kami berkenalan."

Raut muka Kris berubah menjadi serius seketika. "Benarkah kalian merasa begitu?"

Victoria mengangguk. "Iya, sejak itu kami dekat sampai akhirnya berpacaran. Aneh ya."

Kris terdiam. Ia nampak memikirkan sesuatu. Wajahnya terlihat sangat serius ketika berpikir.

"Kris? Kau kenapa?" tanya Victoria, melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kris.

"Ah..aku baru ingat ada janji dengan panitia pameran fotoku minggu depan. Maaf aku harus pergi."

"Kau mengadakan pameran foto minggu depan? Woaahh.."

Kris tersipu. Lalu mengambil sebuah brosur mengenai pameran fotonya dari tas ranselnya. "Datanglah minggu depan. Aku akan sangat senang bila kau datang."

Victoria membaca brosur itu dengan tertarik. "Pasti. Pasti aku akan datang."

"Sebelum itu, tolong simpankan nomormu di ponselku. Sesuai janjimu sebelumnya" 

Kris menyerahkan ponselnya dan Victoria menerima ponselnya dengan senang hati. Keduanya lalu tertawa malu-malu.

 

___________________

 

Setelah bertukar nomor ponsel, tiada hari bagi Kris dan Victoria tanpa telepon, sms, atau chatting. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari pekerjaan, pameran foto Kris, gosip terhangat, restoran atu kedai yang menjual makanan enak di Beijing, cuaca yang tidak menentu, dan lain sebagainya. Ada saja topik baru setiap kali mereka bercakap-cakap.

Tibalah saat di mana pameran foto Kris diadakan.

Victoria mengenakan blazer favoritnya. Entah mengapa dia berdandan lebih lama dari biasanya untuk mengunjungi pameran foto Kris. Tapi itu tidak sia-sia, karena Kris memujinya terlihat cantik sore itu.

Kris menemani Victoria berkeliling melihat foto-foto karyanya. Dilihat dari foto-fotonya yang menawan, terlihat kalau Kris adalah fotografer yang berbakat. Victoria terpukau melihat foto-foto tembok China, sudut kota Beijing, dan sebagainya. Kris mampu meng-capture foto-foto itu dengan detil dan sempurna. 

Ketika sampai di bagian natural, Victoria terhenti melihat foto seekor kupu-kupu. Kupu-kupu itu diambil gambarnya dengan teknik makro. Foto yang sangat berkelas. Tapi yang membuat Victoria tertegun adalah kupu-kupu di foto itu sangat mirip dengan kupu-kupu yang ada di mimpinya selama ini.

"Kris, kau memfoto kupu-kupu ini di mana?"

"Oh ini aku memfotonya ketika aku jalan-jalan ke Shangyu."

"Shangyu?"

"Kenapa? Kau suka kupu-kupu ini?"

"Iya, sangat cantik. Akan lebih sempurna jika kupu-kupu ini terbang berpasangan."

"Sebenarnya ketika aku memfotonya, ada dua kupu-kupu di sana."

"Benarkah? Kenapa kau tidak memfoto kupu-kupu yang satunya juga?"

"Hampir aku foto keduanya, tapi tiba-tiba aku tidak ingin."

Victoria menatap Kris dengan heran. "Kenapa?"

Kris menatap Victoria juga. "Karena aku hanya menyukai kupu-kupu yang ini. Kalau aku sudah menyukai sesuatu maka hanya itu yang aku sukai. Sama seperti wanita. Jika aku sudah mencintai seorang wanita, aku hanya mau dia seorang. Aku tidak mau ada wanita lain dalam hidupku. Aku juga tidak mau ada pria lain dalam hidupnya"

Kris menatap mata Victoria lekat. Dan kata-kata Kris barusan membuat Victoria sadar. Ia jatuh cinta pada Kris.

 

___________________

 

Hidup Victoria semakin berwarna semenjak kehadiran Kris. Kris yang selalu bisa membuatnya tertawa dengan gayanya yang cool tapi terkandang konyol. Kris yang tidak pernah lupa mengucapakan 'Selamat pagi' dan 'Selamat tidur'. Kris yang suka mencuri fotonya diam-diam, lalu berkata dia akan menyimpannya karena dia bilang dia suka dengan ekspresi Victoria. Kris yang suka melihatnya menari. Kris yang suka mengajaknya menonton film-film setiap malam Minggu. Kris yang sering tanpa alasan meminta Victoria untuk ditemani makan.

Singkat kata, Victoria tergila-gila kepada Kris yang walau kadang terlihat serius tetapi sebenarnya sangat perhatian.

Pada malam itu, Victoria sedang berdiri di depan sebuah cafe. Dia sudah berjanji pad aKris akan makan menemaninya makan malam di kafe ini. Kris sedang ada suatu pertemuan dengan readksi sebuah majalah yang berniat menggunakan jasanya sebagai fotografer. 

Victoria sengaja menunggu di luar kafe untuk menemani udara yang malam itu cukup hangat. Jalanan sepi oleh mobil dan hanya beberapa orang yang lewat di trotoar selama Victoria menunggu Kris.

Tiba-tiba, Victoria terkejut tika ada tangan yang menutup matanya dari belakang. Dia tersenyum-senyum sendiri. Geli dengan tingkah Kris yang suka mengagetkannya.

Ketika Victoria berhasil melepaskan tangan itu dia berbalik dan...sedikit terkejut. "Zhoumi gege?"

Zhoumi, yang ternyata baru saja menjahili Victoria, tertawa. "Sedang apa kau di sini sendirian?"

"Ah...aku sedang menunggu teman."

Tawa Zhoumi terhenti. "Apa kau menunggu Kris?"

Victoria mengangguk lalu berusaha menghindar dari pandangan Zhoumi.

"Sejak aku melihat kalian berdua waktu itu, aku tahu kalian pasti lebih dari sekedar teman kan?"

"Ehmm..entahlah.." Victoria bingung untuk menjawab. Dia dan Kris memang dekat, tapi tidak ada komitmen yang serius.

"Pantas saja kau tidak pernah membalas pesanku atau mengangkat teleponku lagi."

"Bukan begitu. Kau selalu menelepon di saat aku sibuk."

"Victoria, mungkin aku terdengar egois, tapi entah kenapa aku merasa kalau Kris itu bukan orang baik-baik."

"Gege!" Victoria sedikit membentak Zhoumi. "Bagaimana bisa kau menilai orang seperti itu padahal kau tidak mengenalnya?"

"Memang tidak, kau sendiri sudah berapa lama kau kenal dia? Apa kau yakin kalau dia orang baik?"

"Ge, kau ini kenapa? Aku memang baru tiga bulan ini mengenal Kris, tapi aku yakin dia orang baik. Dan perasaanku selalu benar."

"Perasaanku padamu juga benar, Victoria."

Victoria terdiam. Zhoumi lalu menatapnya lekat-lekat.

"Aku masih mencintaimu. Sangat mencintaimu." ujar Zhoumi, tegas dan lantang.

"Tapi sekarang dia milikku, Zhoumi gege!"

 Victoria dan Zhoumi melihat ke arah suara itu. Tepat di belakang Zhoumi, Kris berdiri dengan gayanya yang santai tapi menawan.

Kris tersenyum kepada Zhoumi, "Senang bertemu lagi, Gege." Lalu Kris berjalan ke arah Victoria, berdiri di sampinya dan melingkarkan lengan panjangnya di pundak Victoria. "Maaf aku terlambat, membicarakan kontrak dengan majalah ternyata rumit juga."

Victoria bingung. Dia masih belum bisa mencerna dengan baik dengan tingkah laku Kris barusan. Victoria hanya bisa menatap Kris di sampingnya dengan heran, sementara Kris melemparkan senyum kemenangan kepada Zhoumi.

Zhoumi menatap Kris dengan tatapan tajam, seolah-olah dia bisa membunuh Kris dengan tatapan itu. "Aku pergi dulu. Sampai jumpa Victoria. Pikirkan lagi keputusanmu. Itu saja."

Sepeninggal Zhoumi, Kris dan Victoria masih berdiri di posisi yang sama. Masih dengan lengan Kris di pundak Victoria.

Kris lalu menurunkan lengannya dan berganti dengan menggandeng tangan Victoria erat-erat. "Ayo, ikut denganku! Kita bisa makan nanti"

Kris menarik tangan Victoria. Victoria hanya bisa pasrah, dia masih cukup shocked dengan kejadian yang baru saja terjadi. Kris membawa Victoria ke gedung apartemennya. Mereka menyusuri anak tangga demi anak tangga di apartemen Kris yang terdiri dari tiga lantai itu. Sampai akhirnya tibalah mereka di rooftop. Barulah, Kris melepaskan tangan Victoria dari genggamannya. 

"Kenapa kau mengajakku ke sini?" Victoria bertanya heran.

"Karena hanya ini tempat romantis di sekitar sini."

“Apa?”

“Iya romantis. Kita bisa melihat bintang-bintang di sini dengan jelas.”

“Aku tahu. Tapi apa hubungannya dengan kejadian barusan?” tanyta Victoria, nadanya seperti menuntut.

Kris menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Ehm..maaf kalau kau tidak suka aku bilang seperti itu tadi kepada Zhoumi gege. Aku….aku mencintaimu, Victoria. Aku takut kau akan kembali kepada Zhoumi ge”

Mereka berdua berpandangan. Cukup lama, seolah-olah mereka berkomunikasi lewat mata masing-masing.

“Kau bodoh, Kris!” ujar Victoria memecah keheningan, kemudian tertawa.

Sekarang Kris yang kebingungan melihat Victoria. Ia tidak mengerti kenapa Victoria tertawa seperti itu. “Kau kenapa tertawa? Apanya yang lucu?”

Victoria masih saja tertawa. Namun melihat ekspresi wajah Kris yang seperti mau marah, dia berhenti tertawa. “Ehm maaf. Kau lucu tau? Kenapa kau berpikiran aku akan kembali kepada Zhoumi ge? Kau pasti tahu kan bagaimana perasaanku…” Victoria tertunduk, malu.

“Apa…kau juga mencintaiku?” Tanya Kris hati-hati.

Victoria semakin menunduk dan menggigit bibirnya. Kemudian ia mengangguk malu-malu.

Kris mendekati Victoria dan memegang erat pundaknya. “Victoria, tolong tatap mataku dan katakan kalau kau mencintaiku.”

Victoria mengangkat kepalanya pelan-pelan. Ditatapnya mata Kris dalam-dalam. Kemudian dengan lembut dia berkata, “Aku mencintaimu, Kris.”

Kris tersenyum lebar. Penuh kemenangan. Dipeluknya Victoria erat, seakan-akan tidak mau melepaskan Victoria ntuk pergi selangkah saja darinya.

“Aku sudah lama menunggu saat-saat ini. Terima kasih Tuhan, akhirnya aku memilikimu.”

Victoria memeluk tubuh Kris juga dan tertawa kecil. “Kau ini berlebihan, Kris.”

Kris ikut tertawa. “Mulai sekarang kau adalah kupu-kupuku. Zhu Yingtai-ku seorang.”

______________

 

Victoria membuka pintu kamarnya. Meletakkan tasnya sembarangan di meja rias, kemudian merebahkan tubuhnya. Hari ini sangat indah tapi juga melelahkan.

Hari ini adalah perayaan sebulan kebersamaannya bersama Kris. Mereka merayakan bersama di restoran Korea terbaik di Beijing. Setelah itu Kris yang manis dan romantis mengajaknya berdansa. Victoria tersenyum-senyum sendiri mengingat betapa kakunya Kris berdansa. Tetapi tekadnya untuk membuatnya bahagia, membuat Victoria semakin mencintai Kris.

Tapi anehnya, hari ia merasa lelah. Padahal hari ini jadwal mengajarnya tidak padat. Kencannya dengan Kris juga hanya di restoran itu, namun entah mengapa Victoria merasa badannya seperti baru saja membawa beban yang sangat berat.

Terdengar suara hujan di luar. Victoria mencoba memejamkan mata untuk mengurangi rasa lelahnya, tidak lama kemudian dia jatuh tertidur dengan pulas. Bahkan tidak sempat mengganti bajunya dengan baju tidur.

Dan mimpi itu datang lagi. Mimpi yang sama yang dialami Victoria berulang-ulang.

Pria itu berdiri menghadap ke arah danau. Rambutnya yang panjang sebahu tertiup angin. Sepasang kupu-kupu itu mengelilinginya. Tidak seperti biasanya, Victoria merasa ia berdiri dekat dengan pria itu. Ia berjalan terus mendekatinya. Namun ketika semakin dekat, pria itu tiba-tiba mengeluarkan sebilah pedang. Dengan cepat nan tangkas dia menebas salah satu kupu-kupu yang terbang di dekatnya. Victoria terkesiap. Kupu-kupu malang itu jatuh terkapar di tanah dan mati seketika. Pria itu kembali meletakkan pedangnya di tempat semula yang tergantung di pinggangnya. Kupu-kupu yang masih hidup hinggap di bahu pria itu. Kemudian, secara pelan-pelan pria itu membalikkan tubuh. Victoria menahan napas, akhirnya setelah sekian lama dia akan melihat wajah pria yang membuatnya  penasaran. Dan akhirnya ketika pria itu benar-benar membalikkan badannya, jantung Victoria seakan berhenti berdetak. Pria itu adalah….Kris.

Victoria terbangun. Jantungnya berdetak cepat. Napasnya memburu. Keringat membasahi kening dan punggungnya. Mimpi itu terasa nyata. Victoria tidak menyangka sama sekali kalau pria dalam mimpinya itu adalah Kris.

Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar membuat Victoria terlonjak dari tempatnya. Tepat pada saat itu Victoria melihat bayangan-bayangan seperti potongan adegan-adegan film yang berputar di kepalanya.

Ia seperti melihat, dua orang pria sedang berjalan bersama, sedang belajar bersama, sedang bercanda. Kemudian dia melihat seorang wanita sedang berpelukan, bermesraan, dan berjalan-jalan di taman yang indah. Lalu dia melihat seorang wanita yang mengenakan gaun pernikahan tradisional. Pengantin wanita itu ada di dalam tandu pengantin. Tiba-tiba ada angin puting beliung yang menghadang tandu pengantin itu. Pengantin wanita itu lalu turun dan terus berlari hingga berhenti di suatu tempat. Sebuah makam. Dia menangis tersedu-sedu dan tangisannya terdengar pilu. Dan entah dari mana datangnya, halilintar memecah makam itu menjadi dua hingga ada lubang di tengahnya. Pengantin wanita itu lalu melompat ke dalam lubang itu. Tak berapa lama kemudian sepasang ekor kupu-kupu keluar dari lubang dan terbang bersama-sama. Kupu-kupu itu persis seperti yang ada di dalam mimpi Victoria.

Victoria tertegun. Dia memang tidak melihat wajah-wajah dalam penglihatannya barusan. Tapi dia tahu cerita itu.

“Zhu Yingtai dan Liang Shanbo. Butterfly Lovers.”

Tanpa berpikir panjang, Victoria keluar dari kamarnya. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar dari apartemennya. Tanpa mempedulikan malam yang telah larut dan hujan yang deras mengguyur, Victoria terus berlari hingga ia tiba di depan pintu apartemen Kris. Ditekannya bel apartemen Kris berkali-kali.

Pintu apartemen Kris terbuka. Dan yang pertama kali dilihat Victoria adalah wajah kaget Kris karena melihat Victoria terengah-engah dan basah kuyup.

“Victoria? Apa yang kau lakukan malam-malam begini? Ayo cepat masuk!”

Kris menarik Victoria masuk ke dalam apartemennya. Dengan sigap ia masuk ke dalam kamarnya kemudia kembali dengan membawa handuk dan selimut. “Duduklah dan keringkan dulu tubuhmu.”

Victoria duduk. Tapi ia tidak mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang baru saja diberikan Kris.

“Keringkan dulu badanmu di kamar mandi, aku akan memberimu baju kering.”

Victoria menarik tangan Kris. “Kris, duduklah!”

“Demi Tuhan Victoria, kau menggigil. Keringkan dulu tubuhmu, baru setelah itu katakan ada apa.”

“Dengarkan aku dulu.” Victoria bersikeras.

Kris menyerah lalu dibalutnya tubuh kekasihnya dengan selimut tebal yang tadi di bawanya. “Baiklah, ceritakan sekarang.”

“Aku memimpikanmu.”

Kris membelalakkan mata. “Hanya itu?”

“Ini bukan mimpi biasa, Kris. Sejak aku kecil, aku sering memimpikan hal yang sama. Seorang pria dengan pakaian zaman dulu berdiri menghadap ke arah danau dan..dan ada sepasang kupu-kupu di sekitarnya. Sebelumnya hanya itu mimpiku, tapi mimpiku sangat berbeda. Pria itu membunuh salah satu kupu-kupu dengan pedangnya. Lalu akhirnya membalikkan badannya dan pria itu adalah kau.”

Kris hanya diam mendengarkan Victoria dengan seksama.

“Setelah aku bangun, kejadiannya lebih aneh lagi. Aku merasa bermimpi tapi dengan mata terbuka. Aku melihat sebuah rangkaian cerita. Dua orang sahabat. Sepasang kekasih. Seorang pengantin wanita di dalam tandu. Angin puting beliung. Pengantin wanita yang menangis di makam. Petir yang sangat hebat yang memecah makam itu. Dan..dan pengantin itu lalu melopat ke dalam lubang….”

“Dan dua ekor kupu-kupu keluar terbang dari liang lahat itu?” Kris melanjutkan cerita Victoria yang terhenti.

“Iya.”

“Bukankah itu cerita Butterfly Lovers?”

“Tepat seperti yang ku pikirkan. Tapi ini yang aneh. Aku memang tidak jelas melihat siapa saja dalam cerita itu, tapi aku merasa aku adalah Yingtai ah aku tahu ini menggelikan tapi itu yang ku rasakan.”

“Kau takut, lalu kau datang ke sini?”

“Aku tidak takut, aku hanya ingin memberi tahu dirimu.”

“Sebenarnya kau bisa memberitahuku besok, tanpa harus menggigil seperti ini.”

“Tapi aku tidak sabar untuk memberi tahumu.”

“Kau sudah menceritakan semua mimpimu kan?”

“Bukan itu maksudku.” Victoria menatap Kris dan memegang pipi Kris. “Aku akhirnya tahu makna dari mimpi-mimpi ini. Kau adalah pria yang ada dalam mimpiku selama ini. Artinya, kau adalah takdirku. Liang Shanbo-ku. Cinta abadiku.”

Victoria tersenyum ketika melihat semburat merah di pipi Kris. “Aku mencintaimu, Kris”

Kris menarik Victoria ke dalam pelukannya. “Aku juga mencintaimu, Victoria. Kau mungkin adalah Zhu Yingtai, tetapi aku bukanlah Liang Shanbo, aku adalah..aku adalah Kris, yang akan mencintaimu lebih dari Liang Shanbo mencintai Zhu Yingtai. Selamanya.”

_____________

 

Qingdao, 2015

“Putriku adalah pengantin tercantik sedunia.”

Victoria tersenyum melihat pantulan wajahnya dan wajah ibunya di cermin besar.

Victoria dan Kris menikah hari ini di Qingdao, tanah kelahiran Victoria. Setahun setalah menjalin kasih, Kris melamar Victoria. Victoria tentu tidak menolak lamaran itu, apalagi kedua orang tua mereka juga setuju dengan hubungan mereka selama ini.

“Rasanya baru kemarin kau bermain boneka, sebentar lagi kau akan jadi milik orang lain.”

Victoria memeluk ibunya. “Ah Ibu, aku selamanya akan menjadi putrimu. Aku cinta Ibu.”

“Ibu juga mencintaimu, Sayang.” Ibu melepaskan pelukan Victoria. “Ibu keluar dulu menemui para tamu. Kau jangan gugup ya.”

Victoria mengangguk. Benar, dia sangat gugup. Entah mengapa rasanya jantungnya tak mau berdetak dengan normal.

Pintu tempat menunggu Victoria diketuk. Sesosok kepala menyembul dari balik pintu."Boleh aku masuk?"

“Zhoumi ge. Kau datang!”

Zhoumi masuk perlahan ke dalam dan terkesima. “Woaaahh kau pengantin tercantik yang pernah aku lihat Victoria. Sungguh.”

“Terima kasih, Ge. Terima kasih juga sudah mau datang ke Qingdao.”

“Tidak masalah. Aku harus hadir di hari bahagiamu. Victoria, berjanjilah padaku kau akan bahagia ya, agar aku tidak menyesal telah membiarkanmu pergi.”

“Gege, aku berjanji. Aku pasti akan bahagia. Dan kau jangan lagi melihat ke belakang ya. Suatu hari nanti, kau akan menemukan seorang wanita yang baik.”

“Doakan aku tidak jadi perjaka tua ya.” Zhoumi tertawa dan Victoria tertawa lebih keras lagi

 

Sementara itu di depan ruang pemberkatan pernikahan, Kris berdiri bersama orang tua dan calon mertuanya untuk menyalami satu persatu tamu yang hadir. Walau sebagian besar ia tidak kenal dengan tamu-tamu itu, Kris tetap sumringah dan bersemangat di hari bahagianya ini.

“Lihatlah menantuku sangat tampan kan? Dia juga seorang fotografer yang handal.” Ayah Victoria sering-sering membanggakan Kris kepada tamu-tamunya, yang hanya disambut dengan sopan santun oleh Kris.

“Kris.”

Kris tersenyum melihat tamu di hadapannya. “Zhoumi ge. Kau datang.”

“Tentu saja. Aku kan sudah berjanji akan datang. Kau gugup?”

“Sangat, Ge.”

“Kau akan melaluinya dengan selamat. Kris, berjanjilah satu hal padaku, kau tidak akan pernah menyakiti Victoria ya.”

Kris menatap tajam ke arah Zhoumi. “Dari dulu aku tidak pernah menyakitinya, Ge. Dan aku tidak akan menyakitinya di masa depan. Kau bisa pegang janjiku.”

Zhoumi menepuk pundak Kris. “Aku percaya padamu. Aku masuk dulu ya.”

Kris memperhatikan Zhoumi yang berjalan menuju ruang pemberkatan dan kisah pilu itu terulang di benaknya.

Seorang pria dengan pakaian pengantin tidak berhenti tersenyum. Ia gugup tetapi juga tidak sabar untuk menpersunting pujaan hatinya. Tiba-tiba seorang pria setengah baya masuk ke ruang prosesi pernikahan dengan wajah yang sangat kontras dengan wajah sang mempelai pria. Dengan wajah kebingungan, pria yang merupakan orang kepercayaan keluarga Ma itu, menghadap kepada ayah mempelai pria.

“Tuan Ma, sesuatu yang buruk telah terjadi. Ada angin puting beliung yang menghalangi tandu Nona Zhu Yingxiang. Dan Nona Zhu Yingxiang melarikan diri.”

Sang pengantin pria yang mendengar berita itu langsung merasa hatinya bagai tertusuk pedang. Ia segera mendekati pesuruh itu.

“Ke mana perginya Zhu Yingxiang?”

“Kami terhadang angin di tengah hutan Baozu. Dan Nona Yingxiang berlari ke arah selatan.”

Pengantin pria hendak pergi, namun ayahnya memanggilnya. “Ma Wencai, mau ke mana kau?”

“Aku mau mencari Yingxiang, Ayah.”

Tanpa mempedulikan panggilan dari ayah dan keluarganya, Ma Wencai berlari dengan cepat  ke arah yang ditunjukkan oleh pesuruh ayahnya. Dia berlari terus tanpa henti. Ma Wencai baru berhenti ketika dia melihat makam yang telah terbelah menjadi dua. Wencai melihat ada hiasan kepala pengantin wanita tergeletak di sana.

“Yingxiang. Zhu Yingxiang. Di mana kau? Zhu Yingxiang!!!”

Tepat pada saat itu, Wencai melihat ada dua ekor kupu-kupu keluar dari lubang makam dan terbang seiring  seirama. Wencai terus memperhatikan kupu-kupu itu dan sadarlah dia bahwa dua kupu-kupu itu adalah Yingxiang dan kekasihnya Liang Shanbo.

Wencai terduduk di tanah. Air mata tanpa terasa mengalir di pipinya. Tak ada seorang pun yang mengerti betapa ia mencintai Zhu Yingxiang setulus hati, tetapi takdir tak mengizinkannya untuk bahagia bersama Yingxiang.

“Wahai Dewa, tolonglah dengarkan permintaanku. Untuk saat ini aku rela Yingxiang bahagia walau tidak bersamaku. Tetapi izinkan di kehidupan mendatang dia menjadi milikku seorang dan aku berjanji akan mencintainya lebih dari Shanbo mencintainya. “

 

Kris tersenyum sambil tetap memandang punggung Zhoumi. Dan ia pun berkata dalam hati, 'Liang Shanbo, terimalah takdirmu. Mulai hari ini aku, Ma Wencai, adalah cinta sejati Zhu Yingxiang, bukan kau yang hanya bisa menjadikannya seekor kupu-kupu.'

“Kris!” sebuah tangan menyentuh pundak Kris. “Ayo, Nak, masuklah, pemberkatan pernikahanmu akan segera dimulai.”

 

Prosesi permberkatan pernikahan Kris dan Victoria berjalan lancar. Para tamu tak henti-hentinya bergumam betapa serasi sepasang pengantin yang sedang mengikat janji di altar.

Setalah pengucapan janji dan bertukar cincin, pendeta berkata. “Mempelai pria, silakan mencium istrimu.”

Kris memegang erat kedua tangan Victoria. Mereka berpandangan dan bertukar senyum bahagia. Kris mendekatkan kepalanya kepada Victoria.

Sebelum berbisik di telinga Victoria, Kris menatap penuh kemenangan ke arah  Zhoumi yang tampak menunduk tak mampu melihat pemandangan di altar. “Kau akan menjadi milikku selamanya, Zhu Yingxian-ku.” Dan diciumnya bibir Victoria dengan lembut

 

 


 

 

Oke, saya tau ceritanya nggak jelas dan mungkin agak bikin bingung....tapi ya sudahlah hanya ini inspirasi yang datang di otak T.T

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
exofriend_INA #1
Chapter 1: ah aku tau ini dari ABW hehehe wuidih ini tuh bikin aku penasaran akhirnya, kris jd inget yah dia Ma wencai tp aku suka temanya, bagus ada chinese culture nya terselip sikit..fighting^^9
awesong #2
Chapter 1: aku suka kok ceritanya ><
lovidovi #3
Chapter 1: Bagus ceritanya. Melihat dr sisi Ma Wencai nya ^^
Menurutku unik dan indah.
vicqian #4
Chapter 1: Hanya shock aja, gak mau Kris adalah Ma wencai. Tapi yg penting Kristoria happy ending •⌣• Tuliskan fic yg lain ☺ĸåφ ˆ⌣ˆ