PART 2

LOVE 1000 YEARS

 

PART 2

DOSAKAH JIKA AKU MENCINTAIMU?

 

 

 

 

 

Laki-laki muda berpakaian jaket hitam dengan celana jeans hitamnya itu terlihat kebingungan. Berkali-kali ia berdecak pinggang dan menoleh, sorot matanya terlihat gusar.

 

“Baekhyun-ah, apa kau mencari seseorang?” seorang laki-laki berkacamata dan jangkung menepuk pundak pemuda bernama Baekhyun itu. Baekhyun sedikit berjengit karena kaget.

 

“Ah! Chun Mo hyung, apa kau melihat seseorang gadis yang tadi berdiri di sini?” kata Baekhyun dan menunjuk tepat dimana gadis yang dilihatnya tadi berdiri.

 

 

Laki-laki bernama Chun Mo itu menggeleng perlahan. “ Aku tidak memperhatikannya. Apakah dia saudaramu? Kau terlihat sangat panik.”

 

Baekhyun menyadari betapa aneh gelagatnya saat ini. Kenapa ia begitu penasaran pada gadis itu? Gadis itu memang cantik. Tapi apakah hanya sekedar cantik?

 

“Tidak apa-apa hyung” kata Baekhyun dan menunjukkan senyum tipis yang terlihat dipaksakan.

 

“Baiklah” kata laki-laki jangkung itu dan menyerahkan sebuah amplop putih. “Ini. Kau bernyanyi cukup bagus. Kau seharusnya mencoba mengikuti audisi sebuah entertainment atau semacamnya” ujar laki-laki itu sekilas dan pergi dari sana dengan senyum yang tersinggung di bibirnya.

 

“Gomawo hyung!” seru Baekhyun dan dibalas lambaian singkat Chun Mo di kejauhan.

 

Baekhyun melihat amplop putih yang kini ada ditangannya. Menghela nafas singkat sebelum memasukkannya ke dalam ransel yang sedang ditentengnya. Bahkan dia sama sekali tidak berniat melihat lembaran uang hasil jerih payahnya.

 

 

 “How many friends do I have? Count them:

 

 

Baekhyun menghentikan aktifitasnya secara mendadak. Bahkan, tas ranselnya belum tertutup sepenuhnya. Namun perhatiannya telah berkeliaran. Suara siapa itu? Kenapa begitu lembut?

 

Pemuda itu kini mengedarkan pandangannya. Panggung yang ramai kini begitu sepi dan pihak panitia mulai membongkarnya. Lampu panggungpun telah dimatikan. Baekhyun kemudian menggeleng perlahan. Ia merasa telah berhalusinasi, atau mungkin karena faktor malam yang semakin larut sehingga mengacaukan konsentrasinya.

 

 

 

Water and rock, pine and bamboo ―


The rising moon on the East Mountain.

 

Baekhyun menelan ludah. Kenapa suara ini begitu tidak asing di telinganya? Kenapa suara ini memanggilnya?

 


How happy I am


When I welcome my five friends!

 

Baekhyun memberanikan kakinya melangkah. Menuju sebuah semak diantara celah pohon bambu yang tumbuh menjulang.

 

“Suara itu, tampaknya dari sini?” Gumamnya, lalu dengan hati-hati, disibaknnya dedaunan yang menghalanginya untuk melihat kedepan. Hingga kemudian ia menemukan sebuah pohon tua . Pohon itu tumbuh besar dan unik karena salah satu dahannya yang tumbuh menyamping.

 


What else do I need


When I have five friends?

 

 

Sosok itu membuat Baekhyun mematung. Gadis yang sedari tadi ia cari, gadis yang membuatnya penasaran. Gadis itu duduk bersandarkan pohon tua itu, sementara wajahnya memandang langit malam. Begitu damai, bersih tanpa cela.

 

KRAK

 

Baekhyun mendelik kaget. Kakinya baru saja menginjak sebuah ranting kering yang cukup besar. Gadis yang sedari tadi nyaman dengan dunia kecilnya, memandang tepat dimana Baekhyun berdiri, tepat diantara sekumpulan pohon bambu-bambu yang telah berumur ratusan tahun. Dan sekali lagi mata mereka bertaut.

 

Baekhyun tidak mengerti dengan perasaan yang melanda dadanya. Dadanya begitu dama ketika menatap kedua mata gadis itu. Dengan bola mata yang hitam juga tajam serta bulu mata yang lentik. Gadis itu, sungguh membuatnya penasaran.

 

“Apa yang kau lakukan disitu?” ujar gadis itu akhirnya, setelah kesunyian menghampiri diantara tatapan mereka. Baekhyun menelan ludah. Ia berusaha memandang ke arah lain. Namun itu justru membuatnya terlihat kikuk untuk menjawab.

 

“Aku Baekhyun.” Katanya merasa bingung kenapa ia tiba-tiba berbicara seperti itu? Baekhyun menggeleng perlahan. Kemudian perlahan dilihatnya lagi makhluk jelmaan dewi yang kini memberikan ekspresi tidak mengerti. Jelas saja, gadis itu merasa aneh. Mereka baru saja bertemu, kenapa pemuda itu justru mengajaknya berkenalan?

 

“Hmm. Aku Jung Soo Jung” ujar gadis itu dan tersenyum. Senyum yang membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit. Gadis itu bahkan tidak mengerti kenapa ia bisa tersenyum kepada laki-laki asing seramah ini. “Kau bisa memanggilku Krystal”

 

Baekhyun menatap gadis yang ada dihadapannya itu tanpa berkedip. Dadanya terasa begitu damai melihat senyum yang mengembang dari bibir gadis itu. Mengapa? Bukankah itu hanya sebuah senyuman?

 

Gadis itu tersenyum. Senyum yang cantik seiring sinar rembulan yang  menerpa wajahnya.

 

Dengan lembut gadis itu berjongkok, hingga ujung chima merah mudanya kotor tersentuh tanah.

 

Begitu bijak dan penuh kasih, disentuhnya kepala Baekhyun. Baekhyun terkejut, kelopak matanya terbuka tiba tiba.

 

Baekhyun tersentak, ingatan apa ini? Kenapa begitu nyata?

 

Dia benar-benar terbelalak.

 

Angin berhembus perlahan. Menari bersama dedaunan dan memberi efek yang luar biasa di detak jantungnya. Seiring perlahan dilihatnya tangan lentik gadis itu menyisir rambut panjangnya yang gemulai. Lukisan yang begitu Indah, ciptaan yang sangat agung hingga Baekhyun melihatnya begitu takjub.

 

Ketika malam, dengan sang Dewi bertengger bersama sedikit bintang yang menemaninya. Awan kelabu keunguan yang menggoda. Angin yang berhembus dan suara derik pohon bambu yang berbaur dengan suara gemersik dedaunan.

 

“Maafkan hamba Nona. Maafkan hamba karena begitu lancang menaruh perasaan hamba kepada Nona.”

 

 

 

 

Nampaknya, takdir mempertemukan mereka lagi setelah seribu tahun berlalu.

 

 

Pemuda itu bahkan tidak pernah bermimpi akan disentuh begitu lembut oleh makhluk yang sangat cantik seperti Nonanya ini.

 

 

“Kau, bisa bernyanyi?” ujar Baekhyun, entah kenapa kakinya melangkah. Langkah yang begitu tenang dan ringan. Semakin ia mendekati gadis itu, semakin terciuam wangi bunga mawar dihidungnya, aroma lembut dari parfum gadis itu.

 

“Ne” kata gadis itu dan menengadah lagi. Bulan purnama sudah mulai lelah, malam semakin larut.

 

Baekhyun terdiam cukup lama saat menyadari bahwa ia kini telah berdiri tepat disebelah Soo Jung. Gadis itu menyadarinya, namun ia masih saja memfokuskan matanya pada sang Bulang diatas sana.

 

“Aku, ” kata Baekhyun, dan memutuskan untuk duduk disamping Soo Jung. Disandarkanlah bahunya pada pohon tua yang mencolok diantara mereka. Seketika ia dapat merasakan kekokohan batang pohon itu. Ia dapat mengira, mungkin umurnya lebih dari seribu tahun. “Aku melihatmu diantara penontong itu tadi, jadi___”

 

“Kau tahu cerita sejarah apa yang ada tentang pohon ini?”

 

Baekhyun memandang gadis itu dengan penuh tanda tanya. Dia bahkan belum selesai berbicara, kenapa gadis itu memotong perkataannya?

 

“Bukankah ini hanya sebuah pohon? Apakah ada sejarahnya juga?” ujar Baekhyun mencoba untuk bergurau. Namun sepertinya ia tidak berhasil. Gadis itu bahkan tidak tersenyum memandang kearahnya.

 

“Aku membacanya beberapa waktu lalu. Itulah alasan ketika Summer Festival aku mengunjungi tempat ini.”  Soo Jung, gadis itu pun menunduk. Sekilas terlihat ia seperti mengingat sesuatu, sebelum akhirnya menatap Baekhyun dengan keluguan. “Katanya ada sebuah putri bangsawan, yang menjalani cinta terlarang dengan seorang budak. Mereka saling mencintai.”

 

Soo Jung menyibakkan lehernya perlahan. Begitu gemulai tata tubuhnya ketika jemarinya terangkat menyisir lembut rambutnya yang lurus dan panjang itu.

 

 “Mereka bertemu setiap malam di pohon ini. Hingga akhirnya, sang putri dipinang oleh sang pangeran” Angin semilir bergerisik menggoyangkan dedaunan pohon, dan mengkerikkan batang-batang bambu menjadi satu sulaman nada yang ringkih untuk didengar.

 

“Lalu apa yang terjadi?” tanya Baekhyun penasaran. Matanyapun tak bisa lepas dari jemari lentik Soo Jung yang kini memainkan dedaunan kering yang tanpa sengaja menghampiri kaki gadis itu.

 

“Dikatakan, bahwa sang putri-pun hidup bahagia dengan pangeran.”

 

Bakhyun menghela nafas kecil. Jujur ia sedikit ragu untuk bertanya lagi. Rasanya cerita itu sangat menarik, hingga Baekhyun sungguh penasaran karenanya.

 

“Bukankah kau bilang mereka saling mencintai?” Soo Jung memandang Baekhyun lurus-lurus. Menyimak dengan baik, apa yang dikatakan laki-laki itu “Kenapa si budak itu tidak membawa nonanya untuk kabur? Dia bisa melakukan apa saja jika benar itu cinta” ujar Baekhyun terdengar meremehkan.

 

“Kau benar” kata Soo Jung merespon pendapat Baekhyun. Gadis itu tersenyum ketika tangannya terangkat lagi, namun kali ini mendekat ke arah wajah Baekhyun. Baekhyun nampak tercekat ketika tangan lentik itu mendekat ke wajahnya. Seperti orang tolol ia hanya terdiam kaku.

 

“Maafkan hamba karena begitu lancang memimpikan nona di setiap tidur hamba.”

 

 “Tapi, kau harus ingat sesuatu. ” kata Soo Jung dan tangannya perlahan mengambil sesuatu yang tersemat di rambut hitam Baekhyun. Sebuah daun kering berwarna kecoklatan, yang mungkin tadi tengah terbang terbawa angin dan mendarat lemah disana. 

 

“Maafkan hamba yang lancang karena mengatakan ini”

 

Baekhyun menelan ludah lagi. Paru-parunya terasa menyempit. Jantungnya kini terpompa dengan tidak benar. Semua ini membuat pemuda itu merasa ganjil. Ia tidak pernah seperti ini. Seumur hidupnya, seorang wanita tidak pernah membuatnya menjadi salah tingkah bahkan terlihat tolol seperti saat ini.

 

Angin semilir kemudian berhembus lagi. Memainkah helaian kecil rambut lurus Soo Jung.

 

“Jangan pernah lupa, apa arti cinta sesungguhnya” Kata gadis itu begitu agung diantara senyum cantiknya yang menawan. “Cinta diciptakan, tidak untuk mengajarkan manusia untuk menjadi egois” Katanya bagai lirik lagu, begitu anggun dan bercahaya. “Itulah mengapa, terkadang cinta harus mengalah walaupun itu terasa sakit”

 

“Hamba……”

“…….mencintai Nona

 

Dan Baekhyun merasakannya. Detak hebat yang menggebu didadanya. Kupu-kupu kecil yang seakan mengepak liar didalam perutnya. Perasaan aneh itu kini menjalar di otaknya. Melebar begitu sempurna dengan akar-akar kecil yang kuat menggelung. Kemudian memipih dan berkembang biak seperti virus. Sungguh sangat cepat dan ringkas, namun juga kejam. Begitu kejam karena menyiksanya untuk menyadari, bahwa perasaan aneh itu adalah,

 

C I N T A.

 

***

 

 

 

 

 

Suara malam tak terdengar. Sang Bintang seakan meredup. Tinggalah disana, Jung Soo Jung, seorang gadis cantik dengan hanbok merahnya yang mencolok. Ia meringkuk kecil. Terdengar isak tangis yang tersendat. Ia menggigit bibir bawahnya. Menahan sakit yang luar biasa melanda hatinya.

 

“Nona, hamba mohon jangan menangis”

 

Gadis itu perlahan mendongak. Dilihatnya seorang laki-laki yang amat dikenalnya bersimpuh sangat sopan didepannya. Pemuda itu amat khawatir. Seandanya ia dapat menyentuh wajah nonanya. Sebentar saja, hanya untuk menghapus setitik air mata yang menodai wajah cantik nonanya itu.

 

“Maafkan aku Baekhyun-ah” isak gadis itu, sementara tangannya bergerak, membasuh lembut kepala Baekhyun dengan kasih sayang. Baekhyun mentup matanya, sesaat tersenyum merasakan sentuhan lembut majikannya itu. Sentuhan yang mampu membuatnya tidak bisa melepas bayangan Nonanya itu di mimpinya. Sedetikpun tidak.

 

“Baekhyun-ah” bisik  gadis itu “Kau harus menjaga dirimu baik-baik.”

 

Baekhyun membuka matanya perlahan. Matanya membesar ketika menyadari bahwa waktu begitu cepat berlalu. Dan sungguh tidak rela untuk melepas Nonanya itu pergi. Ia mencoba untuk tenang, walaupun sesungguhnya batinnya bergempar hebat.

 

Soo Jung kini meraih kedua pipi Baekhyun, menepuknya perlahan. Ia mencoba tersenyum diantara air mata yang membasahi wajah anggun gadis itu. Dan perlahan, wajahnya mendekat. Hingga akhirnya bibir gadis itu mendarat cukup lama di dahi Baekhyun.

 

Baekhyun tersenyum, diraihnya tangan kanan Nonanya itu. Sebuah tangan yang sangat halus tanpa cela dengan jemari putih yang bersih. Dengan penuh perasaan cinta, diciumnya jemari lentik Soo Jung. Dirasakannya wangi mawar yang menyeruak dari tubuh pujaan hatinya itu.

 

Soo Jung kini menatap pemuda yang ada dihadapnnya. Pemuda itu memiliki mata yang sipit namun ramah. Mata yang membuatnya tidak ragu untuk percaya dan bersandar padanya. Sementara Angin mulai hadir lagi, menggoyangkan sedikit dedaunan yang mulai kering. Member mereka waktu untuk lebih dekat. Hingga tiada jarak diantara dua insan itu.

 

 “Aku, menyayangimu Baekhyun-ah”

Bisik gadis itu sebelum akhirnya mereka bertaut. Membagi cinta lewat sebuah kecupan yang begitu mesra.

 

Baekhyun tenggelam dengan kenikmatan bibir Nonanya itu. Manis, lembut dan menggodanya untuk mengecupnya lebih dalam. Ia bahkan lupa, bahwa ini adalah dosa. Jika perasaan ini salah. Kenapa perasaan ini memilih mereka?

 

Baekhyun memperdalam kecupannya. Ingin sekali tidak melepas pujaannya itu.  Ingin membawanya pergi, kesuatu tempat dimana kasta hanyalah tabu semata. Suatu tempat dimana cinta terlarang ini, dapat lebih mengembang dan melenggang bebas. Namun ia tidak bisa, ia begitu sadar betapa Nonanya sangat menyayangi keluarganya.

 

 “Cinta diciptakan, tidak untuk mengajarkan manusia untuk menjadi egois”

 

“Itulah mengapa, terkadang cinta harus mengalah walaupun itu terasa sakit”

 

***

 

 

 

 

 

 

Baekhyun menatap Dewi Bulan yang bersinar penuh dilingkupi awan-awan hitam yang menggumpal disekitarnya. Angin semilir menerpa rambut pendeknya. Matanya terpejam dan sepintas suara itu terdengar dibenaknya.

 

“Kelak, aku ingin dapat bernyanyi bersamamu”

 

 

Baekhyun tersenyum. Membayangkan wajah gadis itu terlukis dalam pikirannya. Mata yang indah, hidung yang mancung, bibir yang manis.

 

“Dalam satu panggung yang megah dan ribuan penonton”

 

Baekhyun perlahan membuka matanya. Memandang sang bulan yang hampir tertutup seluruhnya karena tertutupi awan hitam.

 

 

“Sudah malam, kau seharusnya segera tidur” Baekhyun segera beranjak menutup jendela kamarnya. Menidurkan tubuhnya menghadap tembok di atas ranjang singlenya. Lalu meraih selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Tepat saat itu, pintu terbuka perlahan, diikuti suara tapak kaki yang terdengar dibuat hati-hati. “Mimpi yang indah, Soo Jung-ah”

 

Baekhyun menelan ludah pahit begitu mendengar nama itu. Ia berusaha tidak bergerak sementara tangannya mengepal hebat.

 

“Ne, saranghae” Suara orang itu terdengar seperti seroang namja. Kemudian Baekhyun mendengar tempat tidur berderak, menggambarkan bahwa seseorang baru saja menempatinya.

 

Hening sesaat. Terdengar laki-laki itu menghela nafas kecil.

 

“Baekhyun-ah?” suara berat itu terdengar sangat ramah, namun bagi Baekhyun suara itu seperti menikamnya perlahan. “Ternyata sudah tidur”

 

“Belum, Kai” suara Baekhyun terdengar lirih namun jelas karena hanya ada mereka berdua diruangan itu.

 

“Ka-kau bel-lum tidur?” Suara pemuda bernama Kai itu tersendat, sepertinya gugup.

 

Baekhyun menghela nafas kecil. Namun ia sama sekali tidak bergerak. Laki-laki itu tetap membiarkan selimut tetap menutupi tubuhnya.

 

“Belum seluruhnya. Aku tidak bisa tidur” ujar Baekhyun berusaha untuk menahan getaran pita suaranya.

 

“Jadi, ehm. Kau mendengar semuanya?” Baekhyun terdiam. Ia mengigit bibir bawahnya sebelum akhirnya menjawab.

 

“Iya”

 

Pemuda bernama Kai itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia gusar dan merasa tertipu. “Bisakah, “ ujarnya sangat hati-hati “bisakah kau merahasiakannya dari yang lain?”

 

Baekhyun merasakan matanya panas. Rahangnya mengeras. “Apa” Ia ingin sekali tidak mengatakannya “Apa , Soo Jung yang kau maksud itu, Krystal sunbei?”

 

“Iya”

 

“Sejak kapan?”

 

 

“Kenapa kau tidak mencoba SM entertainment? Aku adalah trinee disana. Suaramu sangat bagus, kau harus mencoba audisinya.”

 

“Satu bulan.”

 

 “Suatu hari nanti. Aku ingin satu panggung denganmu. Dan kita bisa bernyanyi bersama dihadapan banyak orang. Disebuah panggung yang megah!”

 

Baekhyun merasakan dadanya sesak bukan main. Perutnya melilit ginjalnya. Perasaan yang aneh menjalar di raganya. Kenapa menjadi seperti ini?

 

 

“Baekhyun-ah.” Ujar Kai sekali lagi. “Bisakah kau merahasiakannya dari manager hyung dan member lain?”

 

Baekhyun menghela nafas singkat. Otaknya mungkin telah tersumbat ketika menjawab permintaan Kai.

 

“Ya.” Katanya berusaha untuk terdengar tenang, namun sebenanrnya tidak.

 

***

 

 

Panggung yang besar nan megah itu terlihat mengesankan. Dengan lampu-lampu panggung yang fantastis, layar screen yang mewah dan lebar. Penonton yang memenuhi stadion hingga penuh.  Lambaian lampu lighstick yang seirama memberi kesan takjub yan mengesankan. Pemandangan yang luar biasa dan tidak akan pernah dilupakan oleh laki-laki itu, Byun Baekhyun.

 

Microphone hitam di sebelah tangannya ia genggam dengan kuat. Sebuah intro piano mengalun lembut. Dan kemudian ia membuka mulutnya, mengalunkan senandung nada dengan penuh perasaan sementara sebuah lampu sorot tunggal mengarah kepadanya. Matanya terpejam, membayangkan wajah seorang gadis dengan senyum yang menawan.

 

 

“Hmm. Aku Jung Soo Jung” ujar gadis itu dan tersenyum. Senyum yang membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit. “Kau bisa memanggilku Krystal”

 

 

Suara piano mengaung lagi. Sesaat instrument berhenti, lampu sorot terarah pada seorang sosok dengan mini dress putih yang membalut tubuhnya. Bagai seorang bidadari, gadis itu melangkah dengan anggun. High Heels putihnya yang bertabur berlian, kulit putihnya yang terpampang sempurna. Rambut panjangnya yang ikal. Senyumnya yang menawan. Gadis itu bernyanyi begitu puitis. Suara uniknya menggema diseluruh stadion disambut seruan penonton yang memanggil namanya.

 

“Kyya!! Jung Krystal!”

 

Baekhyun menoleh perlahan pada ciptaan indah sang Tuhan itu. Ia tersenyum ketika gadis itu mendekat. Dan bagai sebuah cerita dongeng, ia menyambut gadis itu bak seorang pangeran. Diraihnya lembut tangan gadis itu sementara mulutnya menyuarakan nada indah. Suara mereka kemudian berbaur. Seluruh penonton terhipnotis sesaat, diantaranya bahkan lupa menggoyangkan lighsticknya. Entah ada aura yang lain ketika dua sosok itu saling menatap satu sama lain. Mencurahakan isi hati mereka lewat sebuah lagu cinta yang mendayu. Kemudian di dentingan piano yang terakhir, Baekhyun mengambil nada cukup tinggi dan panjang menyambut suara soprano Krystal yang melengking.

 

Diraihnya tangan kanan Nonanya itu.

 

Sebuah tangan yang sangat halus tanpa cela dengan jemari putih yang bersih.

 

Baekhyun tersenyum diakhir lagunya. Tangannya yang tak lepas menggenggam tangan Krystal, kini mengambil jemari lentik gadis itu dan di ciumnya lembut.

 

“Aku mencintaimu, Krystal Jung” bisik pemuda itu dengan nada yang serius dan tatapan mata yang tajam.

 

Dengan penuh perasaan cinta, diciumnya jemari lentik Soo Jung.

 

Dirasakannya wangi mawar yang menyeruak dari tubuh pujaan hatinya itu.

 

 

Krystal memperlihatkan keterkejutannya. Matanya terbelalak sesaat. Dengan panik, ia menarik tangannya tepat sebelum lampu sorot mati, namun terlambat, seluruh penonton telah melihatnya. Penontonpun bersorak sorai riuh dan menganga akan apa yang dilakukan Baekhyun. Mereka menyangka ini adalah bagian dari acting duet mereka. Meskipun nyatanya tidak.

 

 

 

 

 

 

“Aku akan menikah Baekhyun-ah”

 

Perkataan itu menusuk hati Baekhyun. Dilepasnya kecupannya itu Mata sipitnya memandang tajam Soo Jung,  gadis itu tidak menangis lagi.

 

“Nona aku__”

 

“Karena itu,” Baekhyun merasa jantungnya mencelos. “Kelak, tidak ada lagi yang mengajarimu membaca, dan menulis. Kelak tidak aka nada malam-malam lain sesudah ini.”

 

Cinta tidak hadir karena sebuah kesalahan.

Cinta hadir karena warna.

 

 

“Ma-maafkan aku” gumam Baekhyun gugup. Krystal tersenyum, namun senyum itu terlihat datar dan dipaksakan.

 

“Gwencahana, Oppa” kata gadis itu sebelum meninggalkan pemuda itu dalam diam. “Kuharap Jong In tidak salah paham” katanya diantara gelapnya panggung melingkupi mereka “Meskipun tidak seharusnya Oppa mengatakan itu, sedangkan Oppa tahu aku adalah milik Jong In”

 

“Trimakasih atas segalanya Nona” ujar Baekhyun. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan statusnya yang begitu rendah. Tanganya meraih punggung Nonanya itu, menarik tubuh gadis jelita itu mendekat padanya.

 

 

 

Soo Jung menahan nafasnya ketika gerak gesit pemuda itu mengagetkannya. Dan kemudian, dengan cepat tapi pasti, ia menenggelamkan kecupannya lagi di bibir indah belahan hatinya itu.

 

 

Begitu banyak warna di dunia ini.

Namun warna itu tak akan pernah hidup tanpa cinta.

 

Itulah mengapa, cinta itu tidak egois.

 

 

Baekhyun menelan ludah. Ia tersenyum begitu sinis, menghina dirinya sendiri ketika nama itu keluar dari bibir Krystal. Nama namja lain yang jelas telah dianggapnya seperti saudaranya sendiri. Laki-laki yang ditakdirkan satu group dengannya. Nama yang dulu akrab ditelinganya, kini terdengar menyakitkan. Satu nama, Kim Jong In.

 

 

1000 Tahun telah berlalu apakah kau masih mencintaiku?

 

 

 

 

 

Walaupun terkadang cinta itu menyakitkan.

 

Baekhyun menunduk, ia meremat mikenya dalam diam, seiring kakinya melangkah meninggalkan panggung yang gelap gulita dan staff yang sibuk hilir mudik mempersiapkan performance selanjutnya.

 

“Penampilan yang bagus!” Baekhyun tersenyum kecil ketika melihat salah seorang sunbei yang ia kenal, Jong Hyun hyung menepuk pundaknya ringan ketika sunbeinya itu sedang memasuki panggung bersama member SHINee yang lain.

 

“Gomawo hyung” balas Baekhyun dengan senyum yang tulus. Kemudian dia melangkah lagi, begitu lesu dan kepalanya terasa berat.

 

 

END

 

 

YEAYYY

finnallyy!!! Sudah selesai ^^

Gimana menurut kalian?>

Jangan lupa komen ya ^^

Hargai karya penulis~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet