Wednesday, Never Say Good Bye
Wednesday, Never Say Good Bye
Hari rabu adalah hari dimana aku harus menghabiskan setengah hariku di kampus, menunggu dosen, mengikuti kelas, dan pergi ke kantin saat perutku terasa lapar.
Membosankan? Ya, awalnya untukku dan mahasiswa lain, tapi tidak untukku di minggu ketiga di mata kuliah ilustrasi.
“Sudah absen?” seorang pria yang duduk di sebelahku menyodorkan absen di tangannya.
“Ah!” Aku tersentak kecil dengan mulut yang sedikit terbuka—meraih absen di tangan pria itu.
Beberapa temannya langsung tertawa, dengan cepat kubalikkan badanku, tak mau melihatnya lagi. Suara tawa itu masih terdengar sedikit, tapi kurasa ia tak ikut tertawa.
Sangat memalukan.
Uhm, tapi itulah awal aku menyukai hari rabu dan mata kuliah ilustrasi.
Dia kakak kelasku, aku agak lupa wajahnya, aku hanya ingat sepatu sneakers merah dan kaki panjangnya.
Di minggu berikut, aku kembali menunggu dimulainya mata kuliah ilustrasi, mencari sosok berkaki panjang yang memakai sneakers merah.
Bola mataku tak bisa berhenti mencarinya di tengah kelas, mencari si kaki panjang itu. Aku melemparkan pandangan dengan liar ke seluruh sudut kelas, masa bodoh dengan dosen yang sedang menjelaskan cara menggambar dengan mudah, aku tidak peduli!
Pandangan liarku berhenti pada sosok yang duduk di deretan belakang, sedang asik menggoreskan pensilnya di atas kertas. Wajah itu, dagu panjangnya, mata tajam dan alisnya yang hampir menyatu di tengah, bibir kecil tipisnya yang berwarna merah muda, rambut berwarna nutbrown, dan tubuh jangkung itu.. Oh! Nafasku tercekat!
Aku harus meremas sesuatu! Kertas, jaket, atau.. atau apalah! Aku butuh bernafas! Astaga dia mempesona!
Cengiran khas yang membuat matanya menghilang, ahh.. aku suka sekali.
Aku bisa saja datangb padanya bertanya tentang tugas atau hal yang lain yang tidak masuk akal dan aku akan bertanya di akhir kalimat, ‘siapa namamu?’
Dia akan menjawabnya dan aku akan tahu namanya.
Aku bisa saja menyapanya di luar kelas karena sudah tahu namanya, tapi kenyataannya aku tidak tahu.
Aku tidak ingin tahu namanya, aku tak ingin tahu banyak tentangnya. Aku hanya suka melihatnya dari jauh saat berjalan sambil menyedot sekotak yogurt stroberi di tangannya, membuatku tertawa geli ketika ia hampir terjatuh karena kakinya terantuk batu, atau saat ia duduk di bawha pohon membuat sketch di kertasnya.
Aku benci saat matanya menangkap sosokku, menyadari mata bulatku yang selalu mengikutinya, menyadari diriku ada di sekitarnya. Tidak suka karena aku jadi susah melihatnya. Aku rasa aku butuh teropong.
Kalian salah jika berpikir aku menguntitnya, ku tegaskan aku tidak pernah menguntitnya! Semuanya Cuma kebetulan, beruntung jika hari ini aku menemukannya di luar kelas ilustrasi, dan kurang beruntung jika besok aku sama sekali tidak melihat sosok jangkungnya.
Jangan melihatku, biarkan aku yang melihatmu. Aku tak ingin masuk ke dalam jalan hidupmu, aku hanya ingin kau jadi seperti pemandangan di sisi kiri dan kanan jalan saat aku melakukan perjalanan menuju tujuan hidupku. Memberikan warna indah seperti daun maple di tengah musim gugur.
Jangan pernah mencariku, karena aku bukan sesuatu yang ada di depan matamu sebelumnya dan kemudian menghilang. Aku tak pernah ingin terlihat di matamu layaknya invisible woman.
Jangan cemas, aku juga tidak ingin menyentuh hatimu karena aku tak akan biarkan itu terjadi. Aku juga janji, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh hatiku.
Tidak menjadi milikmu, bukan berarti membuatku sakit karena itulah yang kuinginkan.
Aku tak yakin ini cinta, aku juga tak yakin ini bukan cinta. Masa bodoh, aku tak peduli. Aku hanya peduli saat melihatmu aku merasa ada sedikit warna baru di kanvasku.
Tetaplah minum yogurt stroberi, suatu saat bisa kutinggalkan sepotong muffin coklat di dalam tas birumu. Sangat enak minum sekotak yogurt stroberi ditemani muffin coklat. Cobalah! Walau kedengarannya aneh.
Kau harus berhati-hati lain kali saat berjalan, perhatikan kakimu. Jangan sampai terantuk batu atau akar pohon oak dan membiarkan dirimu terjatuh.
Berhentilah membuat sketch saja, lanjutkan sketch itu menjadi sebuah gambar dan mungkin suatu hari aku akan mencuri satu yang paling jelek dari sketchbook-mu. Well, itu tindakan criminal tapi itu bisa jadi kenang-kenangan terindah untukku, lagi pula kau bisa buat lagi yang lebih bagus.
I never say ‘Hello’ to you, so I don’t need to say ‘Goodbye’.
Selamanya kata ‘Halo’ untukmu tidak akan keluar dari mulutku, entah itu di hari Rabu atau hari-hari lainnya, jadi kata ‘Selamat Tinggal’ juga tidak akan pernah keluar dari mulutku.
Karena aku berjanji, kata ‘Ah!’ adalah kata pertama dan terakhir untukmu yang keluar dari mulutku di hari Rabu minggu ketiga.
THE END
a/n: JANGAN! Jangan pikirin apa yang ada di otakku waktu buat ff ini. Such not an important things! Aaaaaaaarhhhh~ ide ini keluar gitu aja, dan maaf kalau ini bener-bener gak penting. Entah mengapa hasrat ingin menulis itu tiba-tiba keluar dengan begitu saja. /hiks/
Maafin aku readers, kalau diantara mungkin berfikir ‘apa sih maksud author ini?’ atau ‘author ini bikin apa sih?’ Maaaaaaafiiiiiiiiiiin bangeeet! Hahahahah tapi aku tetep berharap siapa tahu ada yang suka.
Makasih buat yang udah baca dan gak copy paste tulisanku walaupun gak penting.
And, comment are available NOW! :D
Comments