Part 4

One Night Troublemakers in Love

Naeun berlari secepat yang dia bisa. Dia berteriak dua kali malam ini karena dia melihat cairan merah di lantai dalam kegelapan malam. Dia yakin bahwa cairan adalah darah. Apa lagi? Saus tomat? Siapa sih orang yang repot-repot menyiram lantai sekolah dengan saus tomat?

Sesuatu yang buruk telah terjadi dan aku melihat semuanya, pikirnya.

"NAEUN!"

Naeun mendengar suara teriakan seseorang. Persis seperti suara Kai. Entah mengapa Naeun merasa sudah aman setelah mendengar suara tersebut.

"Kai!" Naeun berteriak semampunya karena nafasnya sudah terengah-engah akibat berlari. Berharap banyak agar Kai muncul secara ajaib di depannya.

"Kai!" Teriaknya lagi. Dia berhenti dan bersandar pada dinding untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen.

'Drap Drap Drap'

Suara derap sepatu bergema di koridor itu. Naeun seketika waspada dan bersiap untuk lanjut berlari namun kakinya lemas dan pandangannya mulai kabur karena lelah berlari. Dia mendengar suara sepatu tersebut semakin mendekat ke arahnya. Naeun pasrah saja jika ditakdirkan untuk mati disekolah oleh seseorang pembawa kapaj tersebut.

"Naeun!"

Seseorang memeluknya. Naeun mengerjap dan mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu. Itu Kai yang memeluknya. Beberapa air mata keluar dari matanya dan dia membalas pelukan Kai.

"Aku takut!" rengek Naeun

Kai yang terengah-engah terus memeluk Naeun erat seperti dia tidak ingin membiarkan gadis itu terpisah walau satu inci sekalipun. Kai menepuk kepala Naeun dengan lembut. "Tidak apa-apa, aku di sini sekarang," ucapnya selembut mungkin untuk menenangkan Naeun yang kini menangis di pelukannya.

Dia terus memeluk Naeun sampai gadis itu merasa tenang. Kai menolehkan kepalanya dari kanan ke kiri, sebaliknya, dan berkali-kali untuk melihat situasi jikalau si Pembunuh Chorong itu ada di dekat mereka.

'Prang'

Suara pecahan kaca terdengar lagi dan kini terasa sangat dekat dengan mereka. Naeun kaget dan melepaskan dirinya dari Kai. Ia melihat sekeliling dengan wajah panik. "Terdengar seperti sangat dekat dengan kita!" ucapnya horor sambil mengusap air mata di pipinya.

"Ayo kita pergi dari sini," Kai meraih tangan Naeun dan dan mereka berlari bersama-sama.

Naeun sesekali menoleh ke belakang untuk melihat situasi di belakangnya. Aman, pikirnya. Lalu ia berbalik lagi dan menatap Kai. "Di mana ponselmu? Kita harus menghubungi seseorang di luar sana! Ponsel ku lowbat!" ucapnya.

"Aku melemparkan ke dinding," jawab Kai.

"Apa!" Naeun berhenti dan menarik dengan kasar tangannya dari genggaman Kai, membuat Kai juga ikut berhenti. Dia memelototi laki-laki itu. "Apa kau gila?" ucap Naeun. Gadis itu terlihat ingin memarahi Kai lagi tapi ia merasa lelah untuk itu.

Kai tidak menjawab. Dia menyenderkan punggungnya ke dinding dan mencoba untuk mengumpulkan beberapa udara untuk paru-parunya.

"Tidak ada gunanya," jawab Kai. "Tidak ada koneksi di sini."

Naeun masih tetap memelototinya. Perlahan-lahan pandangannya turun ke bawah karena ia merasa ada sesuatu yang aneh. Saat ia mengetahuinya, ia kembali melotot dengan horor. "Apa ... apa itu?" Ia menunjuk dada Kai.

Kai menunduk dan melihat seragamnya sendiri yang tidak putih lagi. "Chorong ..."

"Apa?"

"Ketika aku menyadari bahwa kamu tidak ada di belakangku, aku berbalik untuk mencarimu ..." ia mengambil beberapa napas dan melanjutkan lagi, "Lalu aku bertemu Chorong yang kondisinya saati itu penuh darah di tubuhnya, sangat mengenaskan. Dia bilang dia khawatir padamu karena ada cerita, seoarang pembunuh bersembunyi di sekolah ini. "

Naeun seketika shock. Bagaimana mungkin dia tidak tahu tentang hal itu.

Tubuh Naeun merosot kebawah dan ia bersimpuh di atas lantai. Dia menangis tanpa suara.

"Maafkan aku ..." kata Kai.

Naeun menggeleng. "Itu bukan salahmu. Pembunuh itu yang melakukannya. "

Kai menatap Naeun yang menangis tertunduk. "Kupikir ... kau akan menyalahkanku. Karena ku tahu kau sangat benci padaku ... "

Naeun tidak menjawab. Kini ia merapat ke dinding dan menyenderkan punggungnya pada dinding tersebut, kemudia ia naikkan lututnya dan memeluknya. Ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

 

= 0 =

 

Naeun melirik ke jam tangannya. Sudah pukul 2 pagi, pikirnya. Kemudian ia melirik Kai yang kini bersender pada dinding di seberangnya sambil menselonjorkan kakinya.

Mereka tampak begitu lelah dan mereka harus siap untuk lari lagi kapan saja pembunuh muncul.

Kai memutuskan untuk memecah keheningan. "Kenapa kau berteriak tadi?" tanyanya tanpa melihat Naeun.

Naeun menatap lantai sekolah yang dingin. "Aku melihat seseorang yang berjalan seperti zombie dan membawa kapak. Lalu aku melihat darah ... ya… kupikir itu darah." Kemudian ia melemparkan pandanganya ke jendela di atas Kai untuk menikmati bintang-bintang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya pada dini hari.

"... Dan aku tidak membencimu ..." dia melanjutkan dan membuat Kai menatapnya.

"Apa maksudmu?" tanya Kai bingun

"Aku tidak pernah membencimu," jawab Naeun.

"Tapi kau bertindak seperti ..."

"Aku marah karena ciuman itu. Tapi aku tidak pernah membencimu. Aku hanya berpikir untuk menjauh darimu."

"Kenapa?" tanya Kai lagi.

Naeun menggeleng. "Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin karena kau yang tiba-tiba mencari masalah denganku sejak hari itu, makanya aku selalu marah-marah."

"Maafkan aku," kata Kai.

"Tidak apa-apa," jawab Naeun.

"Maksudku ciuman di masa lalu. Seharusnya aku tidak menciummu seperti itu dan membuatmu malu," Kai menjelaskan.

Naeun hanya diam. Dia terus menatap langit di luar sana. Dia mendengar apa yang dikatakan Kai, tapi dia merasa lebih aneh. Dia bertanya pada dirinya sendiri. Bagaimana jika Kai tidak pernah menciumnya? Apakah Kai masih akan mencari masalah dengannya? Membuatnya merasa lebih bersemangat untuk memarahinya?

"Aku menyukaimu dari awal aku bertemu denganmu."

Naeun melebarkan matanya dan menatap Kai. "Apakah kau mengatakan sesuatu? Aku mendengar suara ... "ia memandang sekeliling dan membuat Kai mendesah.

"Aku mencintaimu, Son Naeun." Kai menatap Naeun untuk membuat gadis itu menyadari bahwa dia serius.

Naeun mengedipkan matanya berkali-kali dan menepuk pipinya. "Ini pasti mimpi. Aku harus bangun."

Kai mendesah lagi dan merangkak menuju Naeun. Dia menarik tangan Naeun dari pipinya dan memegang erat-erat. "Aku serius. Aku mencintaimu. Mungkin kau tidak akan percaya karena sikapku padamu selama ni. Tapi itu semua karena untuk mendapatkan perhatianmu. Sejak ciuman itu, kau tampak benci padaku sehingga membuat masalah denganmu adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan perhatianmu. Ciuman itu juga, aku menciummu dengan cinta ... "

Naeun menelan ludah dan menatap Kai. Dia tidak tahu harus berkata apa. Pengakuan cinta secara tiba-tiba dari Kai membuat ia merasa aneh dan berdebar-debar ketimbang mengetahui perihal pembunuh yang bersembunyi di sekolah.

Karena tidak ada jawaban, perlahan tapi pasti Kai mendekatkan wajahnya ke Naeun. Dia menutup matanya dan Naeun melakukan hal yang sama.

"Wow woah, berhenti di sana, anak muda!"

 Kai dan Naeun saling menatap dengan horor.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
blackmyungeun #1
Chapter 5: Wow good story
SNSD2pmSHINeeEXO #2
love your story! interesting plot ^^
btobistheone #3
love this! great story, author-nim!
girlsgenerationsnsd #4
love this story! very interesting plot ^^
btobfiniteforever #5
really well written! fighting, author-nim!
exoticsoneshawoll #6
authornim, I love this story sooo much! it's really well written ^^
leenaeun
#7
Chapter 4: Siapa yg teriak di ending Thor?
leenaeun
#8
Chapter 3: Update! Update! Updateeeee! XD
leenaeun
#9
Chapter 2: mantap!! Update yaaaa, iihh ga sabar deh pengen Baca lanjutannya ^^
safira372 #10
Chapter 1: Kereennn ;))