10 Days To The Death Line [PROLOGUE]

Description

Author : Jihan Kusuma
Cast : Luhan, Shin Ah Cha (You), and the others support cast^^
Genre : Romance, family, friendship
Leght : Chapters
DESCLIMER : Hallo readers! Ini ff baru aku loh. Hayo yg suka EXO angkat kaki! Mhihihi. Ini aku buat karena terinspirasi oleh MVnya Davichi yang Don’t Say Good Bye. Udah pada pernah lihat teasernya kan? Tapi ini castnya beda. DEMI LUHAAN!! Gue kepincut ama tu orang. Ottelah, daripada banyak cingcong mending langsung aja baca ni fanfic! Semoga suka… ^^
ChenKaiD.Ot~~~
»*»
[ PROLOG ]
Disuatu malam di Seoul…
 
Angin dingin berhembus menerbangkan gordain putih yang terus saja berkibar. Sesekali lonceng kuningan yang tergantung dengan manisnya diambang pintu berbunyi menambah sepi yang semakin sunyi.
“Ting..ting..ting…”
Angin dingin itu berdesir memasuki pintu dan berhasil menerbangkan beberapa kertas-kertas –yang tadinya tertumpuk dengan tidak rapi diatas sebuah meja kerja. Ingat! Dengan tidak rapi.
Seseorang dengan rambut cokelat yang ikal tampak membungkuk untuk kembali memungut kertas-kertas tadi.
“Akh,” dia memekik frustasi sembari terus mengumpulkan beberapa kertas tersebut.
Setelah terkumpul dia kembali menata mereka diatas meja. Dia melangkah menuju pintu dan menutupnya berusaha agar kejadian yang sama tidak terulang.
Namja berkulit putih seputih susu itu kembali duduk dikursi kerjanya dan menghadap beberapa berkas. Rambutnya sudah acak-acakan dan raut lelah jelas sekali di wajah imutnya.
Bunyi jam dinding putih yang menunjukkan pukul 10.30 malam tampak terpajang disalah satu sisi dinding. ‘Tic..toc…tic…toc…’ bunyi itu terus terdengar disetiap detiknya.
Pada akhirnya namja itu menyerah dan menaruh kacamata minusnya kemeja kerja –tepat diatas tumpukan berkas miliknya. Demi apapun kini dia sudah sangat lelah. Hampir 3 jam dia berkutat dengan dokumen-dokumen itu dan meneliti setiap lembarnya.
“Hoaaa…” mulutnya terbuka lebar-lebar mengeluarkan uap pertanda rasa kantuk sedang menyerang dirinya. Namja tersebut merenggangkan otot-otot punggungnya sampai terdengar bunyi seperti tulang patah.
Dengan lemas dia bangkit dari duduk dan menuju dapur untuk sekedar mengambil sebotol air dingin dari kulkas. Didekatkan bibir botol itu ke mulutnya, namun sebelum hal selanjutnya terjadi…
“Ting tung!” bel apartemen berbunyi. Alhasil kegiatan minumnya harus tertunda. Tenggorokan yang tadinya sudah siap untuk menelan air dingin itu terpaksa menanti lebih lama.
“Hais.. siapa malam-malam begini?” dengan geram dia melangkah menuju pintu depan dan membukakan pintu.
Hanya sebuah kardus yang polos tanpa tulisan atau surat dari pengirimnya. Namja tersebut keheranan dan memalingkan kepala kekanan-lalu kekiri untuk memastikan (kalau) ada seseorang yang baru saja menaruhnya disini. Tapi, nihil. Tidak satupun orang dia temukan.
Namja itu meraba tengkuknya. Seluruh tubuhnya terasa merinding dan takut. Namun, tanpa pikir panjang dia mengangkat kotak itu untuk masuk ke apartement. Siapa tahu bila ini isinya uang atau bahkan emas –meskipun itu terdengar sangat tidak mungkin.
“Ah, berat sekali.” celetuknya sambil kepayahan membawa box itu ke ruang tamu.
Setelah cukup berlelah-lelahan dengan kotak tersebut dia kembali menutup pintu. Pada awalnya dia takut dan tak yakin akan membuka kotak itu sekarang. Tapi, karena rasa penasaran yang sudah meletup-letup meningat ini dari pengirim rahasia, dia membukanya dengan sangat berhati-hati.
“Aigo~” pekiknya kaget ketika mendapati apa yang ada didalamnya.
Namja itu terjungkal kebelakang saking terkejut dan hampir pingsan. Dipegang dadanya yang naik turun disertai dentum jantung yang sama sekali tak bersahabat.
“Apakah mataku ini menipuku?!” pekiknya. Untuk sesaat dia lupa akan rasa haus di tenggorokannya –dan mungkin malah hilang begitu saja.
Setelah keberaniannya kembali terkumpul dia memutuskan untuk menengok isi kotak itu.
Demi Tuhan! Dia terkagum-kagum melihat sosok yeoja dengan wajah paling cantik yang selama ini pernah dia lihat. Bibir yeoja itu berwarna merah ranum, bulu mata lebat yang melengkung dengan anggun, dan paras bak bidadari dari surga. Yeoja yang tampak lebih muda darinya itu mengenakan dress hitam legam yang polos tanpa renda ataupun motif masa kini. Dress itu berlengan dengan panjang sampai kedua sikunya dan hanya sepanjang sampai diatas lutut. Rambut hitam yang tergerai sampai batas punggungnya itu begitu berkilau dan tampak terawat. Tetapi, kedua mata yeoja itu terpejam rapat entah dia sedang tidur, pingsan, atau mati.
“Omo, apa yang harus kulakukan pada yeoja ini? Apakah dia masih hidup?” pikirnya kebingungan. Setelah berfikir lebih dari dua kali si namja meyakinkan diri untuk menidurkan yeoja itu diranjangnya.
•
PROLOG END
Aha! Selesai juga prolognya!
So, chingu… gimana permulaannya? Kaga menarik yah? Ah author mohon maaf deh. Kalau belum ketemu asiknya wajar lah ya… ini mah cuman Prolog >,,< Hehehe, okelah chingu. Chapter 1 nya bakal segera aku post otte?
Oh ya, yang mau kenal author lebih dalem *emang ada?* #ah masalah buat gue. Langsung aja follow @jihannation. Aku engga cari follower but cari teman :)
Sampai jumpa di chapter 1!! Pai paii…^*^

Foreword

“Hais.. siapa malam-malam begini?” dengan geram dia melangkah menuju pintu depan dan membukakan pintu.
Hanya sebuah kardus yang polos tanpa tulisan atau surat dari pengirimnya. Namja tersebut keheranan dan memalingkan kepala kekanan-lalu kekiri untuk memastikan (kalau) ada seseorang yang baru saja menaruhnya disini. Tapi, nihil. Tidak satupun orang dia temukan.
Namja itu meraba tengkuknya. Seluruh tubuhnya terasa merinding dan takut. Namun, tanpa pikir panjang dia mengangkat kotak itu untuk masuk ke apartement. Siapa tahu bila ini isinya uang atau bahkan emas –meskipun itu terdengar sangat tidak mungkin.
“Ah, berat sekali.” celetuknya sambil kepayahan membawa box itu ke ruang tamu.
Setelah cukup berlelah-lelahan dengan kotak tersebut dia kembali menutup pintu. Pada awalnya dia takut dan tak yakin akan membuka kotak itu sekarang. Tapi, karena rasa penasaran yang sudah meletup-letup meningat ini dari pengirim rahasia, dia membukanya dengan sangat berhati-hati.
“Aigo~” pekiknya kaget ketika mendapati apa yang ada didalamnya.
Namja itu terjungkal kebelakang saking terkejut dan hampir pingsan. Dipegang dadanya yang naik turun disertai dentum jantung yang sama sekali tak bersahabat.
“Apakah mataku ini menipuku?!” pekiknya. Untuk sesaat dia lupa akan rasa haus di tenggorokannya –dan mungkin malah hilang begitu saja.
Setelah keberaniannya kembali terkumpul dia memutuskan untuk menengok isi kotak itu.
Demi Tuhan! Dia terkagum-kagum melihat sosok yeoja dengan wajah paling cantik yang selama ini pernah dia lihat. Bibir yeoja itu berwarna merah ranum, bulu mata lebat yang melengkung dengan anggun, dan paras bak bidadari dari surga. Yeoja yang tampak lebih muda darinya itu mengenakan dress hitam legam yang polos tanpa renda ataupun motif masa kini. Dress itu berlengan dengan panjang sampai kedua sikunya dan hanya sepanjang sampai diatas lutut. Rambut hitam yang tergerai sampai batas punggungnya itu begitu berkilau dan tampak terawat. Tetapi, kedua mata yeoja itu terpejam rapat entah dia sedang tidur, pingsan, atau mati.
“Omo, apa yang harus kulakukan pada yeoja ini? Apakah dia masih hidup?”

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet