Bloody Romance (A)

Bloody Romance..

Happy Reading!! ^^


~~Bloody Romance (A)~~

 

Malam yang indah.

 

Dari lantai dua rumahnya, Junho memandang langit bertabur bintang dari meja belajarnya yang letaknya berhimpitan dengan jendela kamarnya dan menghadap ke luar. Ia duduk termenung, lalu sesekali melirik buku catatan yang terbuka lebar di hadapannya, sambil memainkan bolpoin di genggaman tangan kirinya. Angin malam yang sesekali menerobos celah kecil jendela kamarnya yang sedikit terbuka membuat Junho bergidik merinding.

 

“Dingin sekali.” Junho mengelus pelan lengannya, hanya untuk sedikit menghangatkannya. “Kenapa tiba-tiba suasananya jadi seram begini? Hiii..” Junho bergidik, kali ini ia mengusap tengkuknya yang terasa merinding.

 

Junho menutup buku catatannya dan meletakkan bolpoin di atasnya.

 

“Aku tidak mendapat inspirasi apapun! Lebih baik tidur saja.” Kata Junho putus asa. Ia sedikit mengangkat bokongnya, berniat bangun dari duduknya untuk menutup jendela di hadapannya itu.

 

“Whhoooaaaaa!!!” Junho berteriak kaget, nyaris saja terjengkang ke belakang kalau saja ia tak segera berpegangan erat pada meja belajarnya.

 

“Junho?” tanya sesosok makhluk –entah apa itu- yang tiba-tiba muncul di jendela kamar  Junho dan mengagetkannya beberapa detik yang lalu.

 

“Nu-nuguseyo?” tanya Junho terbata. Ia masih syok, jantungnya masih berdebar-debar karena terkejut.

 

“Adikmu datang!” kata makhluk itu tiba-tiba dengan pandangan waspada yang tertuju pada pintu kamar Junho, sama sekali tak mempedulikan pertanyaan Junho.

 

Karena penasaran, Junho mengikuti arah pandang makhluk itu. Dan ajaibnya, sedetik kemudian pintu kamarnya itu terbuka, menyembulkan sosok adiknya.

 

“Bagaimana kau—” Junho menoleh ke arah jendela kamarnya, tempat di mana makhuk tadi berada. Namun nihil, makhluk itu tidak ada di tempatnya semula. Ia pergi, lebih tepatnya menghilang.

 

“Ke mana perginya dia?” tanya Junho lebih kepada dirinya sendiri sambil celingukan di depan meja belajarnya.

 

“Kau mencari apa Juno-yah?” tegur sang adik yang sudah berdiri di belakangnya.

 

“I-itu, seseorang.. atau.. entahlah, aku tidak yakin.” Jawab Junho ragu.

 

Namja yang diketahui sebagai adiknya Junho itu hanya bisa mendesah pasrah, “Pasti makhluk khayalanmu lagi. Berhentilah menghayal yang aneh-aneh, atau lama-lama kau bisa gila!” katanya memperingatkan sang kakak.

 

“Aku tidak sedang berhayal Udong-ah, tadi itu benar-benar nyata!” jawab  Junho berusaha meyakinkan adiknya.

 

“Memangnya kau melihat apa barusan?” kali ini sang adik mencoba iseng bertanya, sedikit menanggapi ocehan kakaknya yang menurutnya semakin ngawur saja.

 

Junho memang suka sekali berhayal, tapi imajinasinya itu terlalu ekstrim. Bayangkan saja, tempo hari di pagi buta Junho sudah menggegerkan seisi rumah dengan berteriak kebakaran, lalu ia berkata bahwa penyebab kebakaran itu adalah seekor naga terbang yang menyemburkan apinya ke rumah mereka. Gila bukan?

 

“Aku melihat Edward Cullen!” jawab Junho dengan lantang dan sangat yakin bahwa yang dilihatnya tadi memang sesosok namja cool yang terkenal sebagai tokoh utama film ‘Twilight’ itu.

 

Mendengar ucapan Junho, namja chubby itu langsung sweatdrop seketika. “Sudahlah, aku hanya ingin mengambil komikku yang ketinggalan di sini.” Ia lalu menyambar sebuah komik yang tergeletak asal di atas ranjang milik Junho.

 

“Jadi kau tak percaya padaku?” tanya Junho kecewa.

 

Sang adik hanya memutar bola matanya bosan. “Bukan hanya aku, Khun-hyung juga tak percaya padamu. Ah, bahkan tak ada seorang pun yang percaya pada ucapanmu. Itu semua hanya imajinasimu!”

 

Ia sungguh tak habis pikir, dari mana kakaknya yang katanya murid paling cerdas di sekolah mereka itu mendapatkan imajinasi-imajinasi tak masuk akal? Baru kemarin malam Junho bercerita padanya bahwa ia melihat Spiderman sedang merayap di langit-langit kamarnya, dan malam ini Junho mengaku padanya baru saja melihat Edward Culllen di jendela kamarnya, dan mungkin besok malam Junho akan berteriak ada Hulk yang akan menghancurkan rumah mereka. Siapa orang bodoh yang akan percaya pada cerita semacam itu?

 

“Berhenti berhayal dan tidurlah Juno-yah, besok kau harus menemaniku ke toko buku!” perintahnya kemudian.

 

Mendengar perkataan adiknya, perasaan Junho menjadi kesal. Sudah tidak mau percaya, kurang ajar pula. “Hei Wooyoung! jangan memperintahku seenakmu saja! Dan jangan panggil aku Juno, namaku itu Jun-ho! Aku ini hyung-mu, panggil aku ‘hyung’!” omel Junho, mengingatkan status di antara mereka.

 

“Oh, baiklah. Selamat malam, hyung!” kata Wooyoung seraya keluar dari kamar Junho dan membanting pintunya.

 

“Aishh! Dasar adik tak tahu sopan santun!” umpat Junho walau tak mungkin terdengar oleh Wooyoung. Junho lalu kembali teringat pada Edward Cullen yang sempat mampir di kamarnya beberapa waktu yang lalu, “Bagaimana dia bisa tahu?”

 

~~~

 

Seperti malam sebelumnya, malam ini Junho kembali duduk termenung di meja belajarnya, sambil menatap kelap-kelip bintang yang menghiasi langit gelap di luar sana.

 

Junho menopang dagunya dengan lengan kanannya, sementara tangan kirinya yang memegang bolpoin mulai menari di atas buku catatannya, menggoreskan beberapa huruf yang bergabung membentuk sebuah kata, kemudian terangkai menjadi sebuah kalimat.

 

“Malam indah penuh bintang, seindah sinar matamu.” Junho mengeja kembali kalimat yang baru ditulisnya itu, berpikir sejenak, lalu mencoret beberapa kata dalam kalimat itu.

 

“Hahahahaa..” terdengar suara tawa Wooyoung yang cukup keras.

 

“Malam indah bertabur bintang,” kali ini Junho mengeja sambil menuliskan kalimat yang diejanya. “Secantik… Arrrggghhh!” Junho meremas buku catatannya itu dan membanting bolpoin di atas meja belajarnya.

 

“Buahahahahaa..” suara tawa Wooyoung kembali menggema, kali ini bahkan terdengar lebih keras, membuat Junho mendengus kesal.

 

“Kau berisik sekali sih? Aku sedang berkonsentrasi mengerjakan tugasku!” protes Junho pada Wooyoung yang sedang duduk bersila di atas ranjang Junho, dengan sebuah komik di genggamannya. “Kalau mau membaca komik di kamarmu saja!” usir Junho.

 

Junho menoleh ke arah ranjang di belakangnya, menatap tajam pada sosok adiknya yang sedang duduk bersila di atas ranjang milik Junho itu sambil membaca komik yang baru mereka beli tadi pagi.

 

Ia heran, adiknya itu suka sekali berada di kamarnya, padahal Wooyoung juga mempunyai kamar sendiri yang letaknya persis berhadapan dengan kamar Junho.

 

“Jadi kau mengusir adikmu yang cute ini?” Wooyoung memasang tampang ang-angnya, jurus andalannya untuk meluluhkan hati seseorang, termasuk Junho.

 

Dan herannya, hati Junho akan meleleh seketika saat Wooyoung melakukan itu padanya. Junho beranjak dari posisinya semula, menuju tempat Wooyoung berada. Ia duduk di samping Wooyoung, tangan kanannya lalu merangkul bahu dongsaeng tercintanya itu.

 

“Aigoo.. adikku ini cute sekali.” Tangan kiri Junho mencubit pipi chubby Wooyoung dengan gemas. “Udong-ah, kembalilah ke kamarmu. Besok hyung akan membelikanmu eskrim.” Rayu Junho agar Wooyoung mau keluar dari kamarnya.

 

Keberadaan Wooyoung di kamarnya memang cukup mengganggu konsentrasi Junho dalam mengerjakan tugas membuat puisi romantis yang diberikan oleh guru Bahasa Koreanya, karena Wooyoung sedari tadi selalu saja tertawa terbahak-bahak saat membaca komiknya. Hari ini sudah hampir berakhir dan tugas itu belum selesai, padahal harus dikumpulkan besok. Jadi Junho terpaksa harus mengusir Wooyoung agar dapat lebih berkonsentrasi mengerjakan tugasnya.

 

Dengan gerakan pelan, Wooyoung mengangguk singkat membalas bujukan Junho. Junho tersenyum senang.

 

“Ayo, kuantar kau kembali ke kamarmu.” Junho membantu Wooyoung berdiri, lalu mengantarkan adiknya yang manja itu kembali ke kamarnya.

 

~~~

 

“A-apa?” tanya Junho, merasa risih ditatap secara intens sedari tadi.

 

“Ani.” Orang yang diajaknya bicara itu hanya menjawab dengan santainya.

 

“Sebenarnya kau ini siapa sih?” tanya Junho mulai kesal.

 

“Aku Chansung, bukankah kita sudah berkenalan tadi?” jawabnya sambil nyengir lebar.

 

Junho memutar bola matanya bosan. “Bukan itu maksudku!” Junho mendengus kesal. “Kau ini apa?”

 

Chansung berdiri dari duduknya, lalu memutar badannya di hadapan Junho. “Menurutmu, aku ini apa?” ucapnya, balik bertanya.

 

“Namja.” Jawab Junho singkat. “Tapi kenapa kau selalu muncul secara tiba-tiba di kamarku? Lewat jendela pula, seperti maling saja!” sindir Junho.

 

“Aku memang seperti itu. Muncul di hadapan orang secara tiba-tiba itu rasanya menyenangkan!” jawabnya sambil kembali duduk di posisinya semula.

 

“Tapi itu tidak sopan!” bentak Junho, merasa namja di hadapannya itu tidak pernah belajar tentang sopan santun.

 

“Aku kan tidak bilang itu sopan, aku bilang itu menyenangkan!” jawabnya dengan senyum sumringah.

 

“Terserah kau sajalah!” kata Junho menyerah, tak ingin ambil pusing dengan ucapan namja di hadapannya yang sepertinya sedikit tidak waras. “Lalu mau apa kau ke sini?”

 

“Kan tadi sudah kubilang, aku ini sedang melindungimu!” jawab Chansung mengingatkan percakapan mereka beberapa menit yang lalu.

 

“Oh iya.” Jawab Junho setuju, ia hanya menganggap Chansung adalah namja kurang waras yang sedang bermain superhero-superheroan dengan melindunginya. “Sebaiknya kau pergi saja, aku sedang berkonsentrasi mengerjakan tugasku!” usir Junho.

 

Entah mengapa Junho merasa banyak sekali godaan untuk mengerjakan tugasnya malam ini. Sia-sia ia mengusir Wooyoung, karena sekembalinya dari kamar Wooyoung, Junho justru mendapati Edward Cullen a.k.a Chansung yang dilihatnya kemarin malam, sedang duduk santai di atas meja belajarnya dengan kakinya yang bertengger di kursi belajar Junho. Sungguh tidak sopan.

 

“Baiklah.” Chansung memutar posisi duduknya menghadap jendela. “Aku akan kembali lagi besok!” teriaknya seraya melompat keluar melalui jendela kamar Junho.

 

“Lebih baik jika kau tak kembali!” balas Junho yang mungkin tak akan terdengar oleh Chansung.

 

Sedikit penasaran, Junho lalu berdiri, menaiki meja belajarnya hanya untuk melihat ke mana perginya Chansung. Namun yang ia temukan hanya balkonnya yang kosong tanpa ada siapapun.

 

“Aneh.” Kata Junho berkomentar pada dirinya sendiri.

~~~

 

“Juno-yah, ayo kita jalan-jalan keluar.” Rengek Wooyoung pada Junho yang sedang berbaring santai di kasurnya.

 

Junho membalikkan tubuhnya yang tadinya dalam posisi terlentang menjadi posisi tengkurap, menghindari ajakan Wooyoung.

 

“Juno-yah!” Wooyoung menarik-narik bahu Junho, berusaha membalikkan tubuh hyung-nya itu.

 

Junho sedikit mengerang, lalu bangun dan duduk di atas ranjangnya. “Minta ditemani Khun-hyung saja.” Usulnya, tetap menolak ajakan Wooyoung.

 

“Tapi Khun-hyung belum pulang dari bekerja.” Jawab Wooyoung cemberut.

 

“Tunggulah sebentar sampai Khun-hyung pulang. Aku masih ingin bersamanya sampai waktunya pergi tengah malam nanti.” Junho lalu mengangkat tangan kanannya dan menggantungkannya di udara, seperti sedang merangkul bahu seseorang.

 

“Siapa?” tanya Wooyoung penasaran. Ia tahu Junho sedang menghayal lagi, ia hanya penasaran siapa lagi yang dihayalkan oleh kakaknya kali ini.

 

“Cinderella!” jawab Junho mantap sambil nyengir lebar.

 

Wooyoung menatap Junho aneh, lalu wajahnya berubah merengut.

 

“Wae?” tanya Junho menyadari perubahan ekspresi dongsaengnya.

 

“Aku sedih punya hyung yang aneh sepertimu.” Jawab Wooyoung dengan tampang muram, sambil melangkah meninggalkan kamar Junho.

 

“Aku tidak aneh, hanya saja imajinasiku tinggi. Terlalu tinggi mungkin.” Gumam Junho pada dirinya sendiri. Ia lalu beralih pada sosok Cinderella cantik –khayalan- di sampingnya, “Bukankah begitu?”

 

“Maybe.”

 

“Whooaaa!! Kau lagi?!” Junho terlonjak kaget. “Bisa tidak sih kau jangan datang secara tiba-tiba? Lama-lama aku bisa jantungan gara-gara kau!” omel Junho pada Chansung yang sudah duduk di pinggiran ranjangnya.

 

“Kan semalam aku sudah bilang padamu kalau aku akan datang lagi.” Kilah Chansung.

 

“Maksudku, saat datang tak bisakah kau mengetuk jendelaku dulu?” Junho lalu menggeleng pelan, “Ah, ani. Sebaiknya kau masuk melalui pintu rumah kami.” Ralatnya.

 

“Tidak. Aku lebih suka masuk lewat jendela. Itu lebih seru!”

 

“Terserah kau sajalah!” jawab Junho masabodoh. “Tapi ketuklah dulu sebelum kau masuk, supaya kau tak mengagetkanku.”

 

“Baiklah.” Jawab Chansung sambil tersenyum.

 

Junho sempat tertegun sebentar ketika melihat Chansung tersenyum. Ada yang aneh di senyumnya, namun entah apa itu, Junho tak tahu.

 

“Ngomong-ngomong, kau ini siapa sih? Kenapa melindungiku?” tanya Junho masih penasaran tentang identitas orang asing yang tiga malam terakhir ini selalu berkunjung ke kamarnya secara tiba-tiba.

 

“Nanti aku akan memberitahumu jika sudah saatnya. Yang jelas untuk saat ini aku hanya ingin mengenalmu.” Ucap Chansung tulus, Junho bahkan dapat melihat ada binar-binar di mata Chansung.

 

“Baiklah. Sekarang sebaiknya kau pulanglah. Aku mau tidur, besok pagi aku harus berangkat ke sekolah. Besok kau bisa kembali lagi ke sini.” Junho tersenyum tulus di akhir kalimatnya, nada bicaranya pun sudah mulai melembut, tak sekeras tadi.

 

“Ne. Selamat malam Junho-sshi.” Chansung lalu mulai melangkah ke arah jendela kamar Junho, menaiki meja belajar Junho sebagai pijakannya, lalu melompat keluar melalui jendela.

 

“Selamat malam Chansung-sshi.” Balas Junho sambil menatap kepergian Chansung. “Aiissh.. sepertinya aku harus memindahkan meja belajarku agar tak diinjak-injak terus olehnya.” Keluh Junho kesal.

 

~~~

 

Chansung duduk terpaku di sebuah kursi taman dekat rumah Junho, kakinya iseng menendang rerumputan yang dipijaknya. Kepalanya mendongak ke atas, kedua mata indahnya memandang langit malam itu yang penuh kelap-kelip bintang. Sesekali ia menghela napas berat, namun tak jarang pula bibirnya melengkungkan sebuah senyum sumringah.

 

Saat ini bayangan namja yang selama ini dicarinya namun baru beberapa hari ditemuinya itu terus berputar-putar di otaknya, seolah menghipnotis Chansung.

 

“Junho…” bibir Chansung bergerak mengucapkan nama Junho dengan indahnya.

 

Chansung tak menyangka bahwa namja yang dicarinya itu akan membuatnya seperti ini, sampai-sampai ia lupa bahwa ia tak semestinya –bahkan dilarang- sekedar tertarik, apalagi sampai jatuh cinta pada seorang Junho.

 

~~ToBeContinued~~


 

Annyeonghaseyo.. ^^

seneng banget akhir'a author bisa kembali nerbitin (?) story d'Aff setelah bbrpa bulan kmren smpet vacum.. :D

oya di sini Woo author jadiin adek'a Junho, gak apa2 ya,? tp klo ada yg kurang berkenan mian ne,? author cuma pngin sdikit variasi aja, biasanya klo WooHo d'jadiin kakak beradik, Junho selalu jd adek'a, skrg cm d'balik doang kok.. Bayangin aja Woo yg masih imut2 n rambut'a d'kuncir atas kayak d'Wild Bunny, biar lebih gmpang nerima'a, haha.. :D

author juga mau ngucapin makasih buat yg udh baca, comment, n subscribe.. :D

semoga cerita ini bisa disukai ma readers'q..

author kangen banget baca comment2 dr readers, jd tlong tinggalin comment ya,? ^^

Gomawo.. :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
channelca #1
Author cepetan update donkk...
Prnasaran sama kelanjutanya ceritanya..
Semoga aja happy ending :-)
Channuneo juga happy ending
Klu bisa mereka berdua menikah hahahahha :-D
channelca #2
Chapter 2: Autor cerita ini kapan di lanjutinya... penasaran gmna kelanjutan kisah Channuneo.... lanjutin donk
mannuel_khunyoung
#3
Chapter 2: Ahhh~ ngerti2 : pasti chan ini nyamar jadi kakaknya junwoo,

dan trnyata junho itu adalah musuh vampire (awalnya nun aku pikir chan hrus nikah sma junho utk nambah kturunan)

oh y un itu mama junwo udah meninggalkan?

yah sedih wktu tau Khun spupu mereka

dan pling kocak itu wktu bilang Lee nichkhun (namanya aneh amet wkwk)

fighting nuuunnn!
mannuel_khunyoung
#4
Chapter 2: Ahhh~ ngerti2 : pasti chan ini nyamar jadi kakaknya junwoo,

dan trnyata junho itu adalah musuh vampire (awalnya nun aku pikir chan hrus nikah sma junho utk nambah kturunan)

oh y un itu mama junwo udah meninggalkan?

yah sedih wktu tau Khun spupu mereka

dan pling kocak itu wktu bilang Lee nichkhun (namanya aneh amet wkwk)

fighting nuuunnn!
ImaCnn #5
Chapter 2: Duh Thornim aku tambah bingung plus penasaran nii..
Cepet cepet update dunkkk Thornim:D
teru_neko
#6
Chapter 2: aku binguuuuuuuuuunnngggggg ><
chan 'alergi' matahari tp kok bs keluar rumah utk buang makanan dr junho?
chan bkn kakaknya WooHo kan?
kok Khun sepupu mereka siiiiiiihhhh?
ampuuuu. bingung pokoknya..emosi tingkat tinggi krn penasaran..
bisa agak cepat updatenya g authorsii? (tawar menawar dg mata memelas)
cahyaAngAngel #7
Chapter 2: Haha taecyeon haraboji.... :D


Cepetan di up date thor..!!
ImaCnn #8
Chapter 1: Aaahh bingung sebenarnya chanoppa itu siapa sich? Kok jdi pelindung Hooppa? -dilarang- hanya sekedar -Tertarik- sama Hooppa?
Khunwooho kakak beradikkah? Wahh gag kebayang tu gimana Khunoppa ngurus adik2 nya..
Authornim update soon ne:D