Chapter 1

Comeback To Me, Please!

-Author POV-

Seorang gadis kecil berbaju piyama bergambar Mickey Mouse, berjalan memasuki sebuah pintu kayu yang besar dihadapannya. Kini didepannya terdapat sebuah ruangan kosong berwarna putih, hanya sebuah kursi besar disudut ruangan yang sepertinya diduduki oleh seorang pria berumur sekitar 40 tahun.

Setelah memperhatikan, tiba-tiba gadis itu mengenali siapa pria tersebut.

"Appa, apa yang kau lakukan disini?" tanya gadis itu.

"Anakku yang manis, kamu harus ingat. Jangan pernah sekalipun kamu mempercayai orang-orang yang berbicara buruk tentang Appamu ini, karena diluar sana banyak sekali orang-orang yang jahat sama kita. Kamu juga harus menjaga Ommamu dan namdongsaengmu satu-satunya. Ara?" tanya Appanya dengan lembut.

"Ne Appa, araseoyo!" katanya sambil menganggukan kepala mungilnya.

DOOOORRRR...!!!!

Tanpa terduga, sebuah tembakkan tepat mengenai dada sang Appa. Sang gadis kecil hanya bisa melihat Appanya terkulai sambil menangis.

"Appa.." isak gadis tersebut. Lalu di memalingkan muka untuk mencari siapa yang telah menembak Appanya.

Seorang pria seumur Appanya, memakai setelan berwarna hitam disertai dengan masker dan topi hitam. Meskipun gadis tersebut tidak bisa mengenali wajahnya, tetapi mata sang penembak yang agak juling  masih melekat di benak gadis tersebut.

"Hyeo Na-ya"

Ada sebuah suara perempuan yang memanggilnya. Dipejamkan matanya perlahan.

"Hyeo Na-ya, iroena! ppalli!"

Gadis itu kemudian membuka matanya dan mendapati dirinya berada disebuah ruang kelas yang ramai.

"Hyeo Na-ya, ppalli! Ireona ppalli!!!"

"Wae?" katanya datar.

 

-Hyeo Na POV-

"Hyeo Na-ya, ppalli! Iroena ppalli!!!"

"Wae?" kataku datar. Kupejamkan kembali mataku yang terasa berat itu.

"YAK!! Kim Hyeo Na!!!!"

"Ahh.. Wae?" kataku kesal karena tidurku diganggu oleh Park Jae Min.

"Cepatlah bangun. Sekarang sudah waktunya pulang, apa kau tidak ingin pulang?" tanyanya kesal.

"Sudah pulang? Benarkah? Sudah berapa lama aku tertidur?" tanyaku bingung.

"Kau sudah tertidur sepanjang mata kuliah tadi tahu."

"Ayolah kita pulang," kataku sambil membereskan buku-bukuku dan memasukkannya kedalam tasku.

"Bisakah kita mampir makan dulu?" tanya Jae Min setengah memohon dengan memasang tampang aegyo.

Karena aku tidak tahan melihat tampang aegyo Jae Min yang membuatku mual, maka aku menuruti permintaan sahabat terbaikku.

"Kajja. Tapi di cafe ujung jalan saja ya, rasanya aku ingin makan ice cream."

"Ok!! Kajja" kata Jae Min menarikku dengan semangat.

Namaku adalah Kim Hyeo Na, aku terlahir dari keluarga yang biasa saja. Aku tidak pernah tahu perkerjaan Appaku, meskipun beliau telah meninggal enam bulan yang lalu. Ommaku adalah seorang guru Taman Kanak-kanak disebuah sekolah swasta dekat dengan rumahku. Adikku satu-satunya seorang laki-laki berumur 10 tahun. Aku juga mempunya seorang kakak perempuan, tetapi ia telah meninggal dalam suatu kecelakaan dua tahun yang lalu. Ommaku dan adikku tinggal di sebuah daerah di Incheon sedangkan aku memilih tinggal disebuah apartemen kecil di daerah Seodaemun di kota Seoul yang dekat dengan universitas tempatku belajar yaitu Yonsei University.

Yang membangunkanku tadi dalah Park Jae Min, sahabatku satu-satunya. Kami bertemu saat awal masuk di Yonsei, kami sama-sama bingung mencari kelas. Jae Min adalah seorang gadis imut penggemar warna pink, semua barang dan baju yang dikenakannya mayoritas berwarna pink. Ia adalah anak tunggal dari seorang Direktur pemilik perusahaan kontraktor ternama di Seoul.

"Hyeo Na-ya, apa kamu tadi bermimpi buruk saat tidur?" tanya Jae Min khawatir.

"Wae?" tanyaku santai sambil menkmati ice cream banana chocolate kesukaanku.

"Soalnya, tadi sewaktu kau tidur, kau terus saja memanggil 'Appa.. Appa..'. Apa kau bermimpi tentang Appamu?"

Aku menganggukan kepala pelan. "Aku bermimpi hal yang sama dengan yang pernah aku ceritakan kepadamu."

"Mimpi Appamu tertembak?" tanya Jae Min diiringi anggukan dan helaan napas kami berdua.

"Sepertinya aku mau ice cream lagi," kataku sambil melihat mangkuk ice ceamnya yang kosong tak bersisa. "Jankkanman!"

Aku berjalan cepat menuju counter ice cream yang menyediakan ice cream favoritku.

"Eonni, ice cream banana chocolate juseyo!"

"Ice cream banana chocolate, juseyo!"

Aku kaget mendapati seorang laki-laki yang tingginya 16cm diatasku, berbadan tegap dan besar. Memakai topi yang agak diturunkan untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Ice cream banana chocolate hanya tinggal satu, jadi siapa yang akan mendapatkannya?" tanya pelayan ice creamnya.

"Naega, Eonni-ya" kataku dengan penuh percaya diri dan senyum yang manis.

"Apa katamu? Aku yang harusnya mendapatkan ice cream itu, tadi kan aku duluan yang memesannya," kata laki-laki itu tidak mau kalah.

"Hey Ahjjushi, apa kau tidak memperhatikan bahwa aku yang terlebih dahulu memesannya?"

"Mwo-ya? Ahjjushi katamu? Kau pikir aku setua itu apa?"

"Mana kutahu, wajahmu saja tak terlihat, jadi jangan salahkan aku kalau banyak orang yang mengiramu sudah tua. Lagipula, aku tidak peduli dengan urusanmu itu." kataku yang membuat mulut laki-laki itu terbuka saking herannya.

"Sudahlah Hyeo Na-ya, jangan kalian ributkan masalah ini lagi. Bagaimana kalau ice cream ini untuknya? Kau kan tadi sudah memesan satu, jadi bagaimana kalau ini untuknya?" tanya sang penjual yang memang telah akrab denganku.

"Tapi Eonni... Aaahh, baiklah kau menang. Aku berharap kita tidak bertemu lagi" kataku menyerah sambil pergi meninggalkan ice creamku dan menuju ke tempat Jae Mi.

 

-Chansung POV-

"Sudahlah Hyeo Na-ya, jangan kalian ributkan masalah ini lagi. Bagaimana kalau ice cream ini untuknya? Kau kan tadi sudah memesan satu, jadi bagaimana kalau ini untuknya?" tanya sang penjual ice cream masih dengan tampang bingungnya.

"Tapi Eonni... Aaahh, baiklah kau menang. Aku berharap kita tidak bertemu lagi" katanya lalu pergi meninggalkanku.

Setelah aku mendapatkan ice cream kesukaanku, aku langsung cepat-cepat menuju mobil van yang telah menungguku diluar.

"Chansung-a lama sekali kau membelinya," kata Junsu hyung dengan posisi duduk bersandar pada jendela belakang.

"Maaf hyung, ada insiden kecil tadi didalam. Nih, ice cream pesanan kalian," kataku sambil membagikkan mereka ice cream satu persatu.

Disaat hyung-hyungku berebutan memilih ice cream, aku diam sambil menikmati ice cream kesukaanku. Tetapi entah kenapa aku masih terus memikirkan gadis tadi. 'Hyeo Na bukankah nama gadis itu?' tanyanya sendiri dalam hati. 'Gadis yang manis, betubuh langsing dan tinggi, bermata besar, serta berambut ikal panjang'. Cepat-cepat ia menghapus pikirannya itu dan kembali menikmati ice creamnya diperjalanan menuju tempat latihannya.

 

-Hyeo Na POV-

"Aku sepertinya ingin mencari kerja tambahan, aku tidak ingin memberatkan Ommaku. Tapi aku bingung ingin bekerja dimana dan sebagai apa," kataku memasang tampang lesu didepan Jae Min.

"Apa kau mau bekerja di kantor Appaku?" tanya Jae Min lembut yang diiringi gelengan kepala kuat dariku. "Jadi? kau ingin bekerja dimana?"

"Molla".

Tiba-tiba mataku terpaku pada selembaran kertas yang tertempel papan cafe ini, aku maju mendekati selembaran tersebut karena penasaran dengan tulisannya.

DICARI SEORANG ASISTEN RUMAH TANGGA UNTUK MEMBERSIHKAN RUMAH SERTA MEMASAK

UNTUK LEBIH LANJUT BISA MENGHUBUNGI +8274509881898

Aku cepat-cepat mencatat nomor tersebut dan menelponnya.

"Yeoboseyo?" kata laki-laki disebrang telepon.

"Yeoboseyo, aku melihat selembaran yang bertuliskan kalau anda membutuhkan seorang asisten rumah tagga. Apakah lowongan itu masih ada?" kataku to-the-point.

"Oh, untuk itu masih ada. Apakah kau bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik?" tanyanya ragu.

"Bisa"

"Kalau untuk masak?"

"Saya juga bisa."

"Baiklah kalau begitu, besok pagi bisakah kau langsung datang kemari pukul 07.00 pagi?"

"Langsung kerja besok? Siap, saya akan kesana besok"

"Kalau begitu, nanti saya kirimkan alamat rumahnya. Ok"

"Ne. Kamsahamnida"

 

-Author POV-

Esoknya pukul 06.45 pagi, Hyeo Na sudah berjalan didaerah Cheongdamgong untuk mencari alamat tempat bekerjanya. Setelah berjalan sekitar 1 KM akhinya ia menemukan tempat yang dimaksud.

Setelah Hyeo Na memencet bel selama hampir lima kali, akhirnya keluarlah seorang laki-laki berumur sekitar 35 tahun.

"Annyeong haseyo, Hyeo Na ibnida. Aku yang menelpon kemarin untuk pekerjaan asisten rumah tangga" kataku memperkenalkan diri.

"Oh, jadi kau yang akan bekerja disini. Masuklah dan mulailah bekerja. Mungkin kau bisa mulai dengan menyiapkan sarapan terlebih dahulu."

 

-Hyeo Na POV-

Rumah yang bagus dan luas. Bergaya elegan dengan dua lantai. Lantai bawah dengan tiga kamar, satu ruang tamu yang besar dan nyaman, serta dapur yang luas juga. Untuk bagian atas, aku belum mengetahuinya karena aku harus membuat sarapan terlebih dahulu.

Kubuka isi lemari pendingin untuk mencari bahan membuat sarapan. Yang kutemukan hanyalah empat butir telur, bumbu-bumbu, serta beberapa kaleng minuman. Aku berpikir keras apa yang akan kubuat untuk sarapan. Seketika aku langsung mencari beras.

Setelah aku mendapatkan beras, aku langsung memasak secukupnya. Sambil menunggu nasi matang, aku mengiris bumbu-bumbu serta cabai yang kutemukan didalam lemari pendingin. Aku putuskan untuk memasak nasi goreng.

Kata lelaki tadi, penghuni rumah ini berjumlah 7 orang termasuk dirinya. Jadi, aku memasak nsi goreng unuk porsi 7 orang.

Setelah setengah jam berlalu, kulihat nasi sudah matang dengan tanak. Lalu mulailah kubuat nasi goreng tersebut. Setelah selesai, kubagi-bagi ketujuh piring yang telah kusediakan.

"Apa yang kau masak?" tanya suara yang mengagetkanku.

Aku memalingkan muka mncari si empunya suara tersebut. Betapa kagetnya ketika mengetahui siapa yang tengah berbicara kepadaku.

"Kau??" kataku kaget.

 

-TBC-

Huaahhh mian, ceritanya ngebosenin. Maklumin ini kan fanfic pertama author.

Ditunggu komennya yah.

Ingat.... Do not be silent readers...

Gamsahae... Annyeong..

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
FilinaCindy #1
hehehe .
sampe gw cari di google loooh =)
lanjutkaaan, kl baru 2 chapter blm bs mengira-ngira mau dibawa kemana fanfic-nya .
hhehehe .