Only One [Bahasa]

Only One

Ruangan itu seharusnya kosong. Sudah hampir tengah malam dan biasanya tak ada lagi yang berlatih menari di ruang latihan itu. Namun malam  ini lain. Seorang yeoja sedang terduduk mengistirahatkan kakinya yang sedari lima jam lalu hampir tak berhenti bergerak seiring irama yang mengalun dari pemutar musik di pojok ruangan. Rambut panjangnya yang berwarna kecoklatan diikat asal – asalan di atas kepalanya. T-shirtnya basah terkena keringat yang tak hentinya menetes. Sepatu silvernya ia letakkan begitu saja untuk memberi nafas pada kakinya.

Boa meneguk minumannya sekali lagi. Ia merasa begitu lelah setelah menempuh perjalanan jauh dari Amerika tadi siang. Namun entah kenapa ia ingin sekali menari lagi di ruangan itu. Ruangan yang penuh kenangan baginya. Kenangan yang membuatnya sulit untuk kembali ke Korea selama bertahun – tahun.

Boa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sekali lagi. Semuanya masih sama seperti saat sebelum ia tinggalkan. Cermin di dinding, pemutar musik di pojok ruangan, lantai kayu yang berdecit merdu tiap beradu dengan sepatu kesayangannya. Hanya satu yang kurang. Ia menari sendirian kali ini. Tak lagi dengan namja yang selalu menemaninya menari dan menjadi cinta pertamanya.

Tiba – tiba ponsel di samping Boa bergetar. Yunho meneleponnya.

Yeobseyo, Yunho-ssi…” ujar Boa setelah menekan tombol jawab di ponselnya.

“Kau belum tidur, chagi?” sahut suara di seberang. Yunho, kekasih Boa yang sedang menjalani tour di Jepang, selalu mengecek apa yang dilakukan yeoja chingu nya itu tiap hari.

“Belum. Aku masih di ruang latihan di kantor. Aku sangat rindu dengan ruangan ini,” jawab Boa.

“Kau baru saja sampai, chagi. Seharusnya kau beristirahat sekarang. Tidurlah dulu. Besok kau harus bangun pagi untuk mulai jadwalmu di Korea, kan,” nasihat Yunho dari seberang. Namja itu tak hentinya memberi perhatian kepada Boa. Perhatian yang diinginkan berjuta – juta gadis. Perhatian yang selalu membuat Boa merasa bersalah.

“Ne, Yunho-ssi. Aku akan kembali ke kamar sekarang.”

“Baiklah kalau begitu. Jaljayo.”

Jaljayo.”

Boa membereskan barang – barangnya dan beranjak dari ruangan itu. Beranjak dari kenangannya bersama namja itu. Lee Taemin.

***

Taemin mengehembuskan nafas lega begitu menginjakkan kakinya di Incheon Airport. Ia menghirup sebanyak – banyaknya udara Korea yang dirindukannya. Ini pertama kalinya ia kembali ke Korea sejak ia dan rekan satu grupnya fokus meniti karir di Jepang tiga tahun lalu. Memang Jepang dan Korea tidak terlalu jauh jika ditempuh dengan jalur udara. Namun hati Taemin belum cukup kuat untuk kembali ke Korea. Apalagi ke kantor agensinya di Korea. Terlalu banyak kenangan di sana. Menyenangkan. Namun juga menyakitkan.

Tak sekali ia mendapat jatah libur lumayan panjang seperti saat ini. Namun ia selalu menghindar untuk pulang. Bergantian orang tua, kakak, dan Sulli, yeoja chingunya, mengunjunginya di Jepang. Baru kali ini Taemin yang mengunjungi mereka di Korea. Tak dapat dipungkiri ia merindukan negara ini. Rumah yang dicintainya. Dan dia juga merindukan yeoja itu. Noona yang menjadi cinta pertamanya. Yang posisinya tak pernah tergantikan di hatinya.

“Taemin oppa!” Taemin menoleh ke samping saat mendengar suara yang dikenalnya itu memanggil namanya. Sulli berlari girang menyambut Taemin.

“Sulli-ya, bogosipoyo,” ujar Taemin sambil memeluk yeoja yang disayanginya itu.

Nado, oppa,” sahut Sulli. Mereka berpelukan selama beberapa saat melepas rindu.

“Aku sangat lapar. Ayo makan. Aku ingin makan samgyupsal,” ajak Taemin.

Ne. Kajja!” sahut Sulli semangat.

Seiring langkah mereka meninggalkan airport, Taemin mulai meyakinkan hatinya bahwa ia akan baik – baik saja di sini. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tak akan bertemu yeoja itu. Ia meyakinkan dirinya bahwa yeoja itu masih di Amerika. Kwon Boa.

***

“Terima kasih atas kedatangannya dalam konferensi pers ini. Mohon dukungannya,” ujar Boa sambil tersenyum saat menutup konferensi pers hari itu. Tak banyak yang ia katakana di sana. Hanya sedikit kata untuk kegiatan singkatnya di negeri kelahirannya ini.

Tujuan utama Boa kembali memang bukan untuk bekerja. Ia hanya ingin melepas rindunya pada Korea yang ia tinggalkan sejak lima tahun lalu untuk berkonsentrasi pada debut Amerikanya yang berbuah manis. Sementara rindunya untuk Yunho harus ia tahan.  Tepat saat Boa kembali ke Korea, Yunho berangkat ke Jepang. Dan Yunho baru kembali saat Boa juga sudah kembali ke Amerika.

Boa sudah terbiasa dengan hubungan jarak jauh yang membuatnya jarang bertemu dengan Yunho itu. Sejak pertama mereka memutuskan untuk berpacaran mereka tahu jarak akan menjadi penghalang mereka. Namun Yunho dan Boa tak pernah ada masalah besar dengan itu.

Di perjalanan kembali ke kantor, Boa memilih mengistirahatkan pikirannya dengan sedikit tidur. Terlalu banyak yang ia pikirkan. Pekerjaannya, Yunho, dan Taemin. Entah kapan Boa bisa menghilangkan jejak yang ditinggalkan Taemin di hatinya. Mungkin ia bisa menenangkan pikirannya itu dengan menari di ruang latihan saat di kantor nanti.

***

Oppa, ada yang harus ku lakukan dengan member f(x). Oppa bisa berkeliling melepas rindu dengan kantor ini dulu,” kata Sulli saat mereka baru memasuki kantor SM Entertainment.

“Oke. Baiklah,” sahut Taemin mengiyakan. Segera saja ia berjalan sendiri di kantor itu setelah Sulli meninggalkannya. Sudah lama ia tak ke sini. Tak banyak yang berubah. Sesekali ia merasa beberapa pasang mata yang tak dikenalnya meliriknya dengan penasaran. Mungkin karyawan baru. Atau trainee baru. Dan tiba – tiba saja Taemin merindukan ruang latihan di lantai dua yang dulu biasa ia gunakan untuk berlatih menari. Tak sendiri, tapi berlatih bersama Boa, noona yang masih dicintainya. Taemin melangkahkan kaki menuju lift yang membawanya ke lantai dua.

Taemin memelankan langkahnya saat ia merasa mendengar suara musik di ruangan latihan. Hanya ada suara musik itu dan suara decit sepatu. ia merasa mengenal suara decit sepatu itu, namun ia tak berani terlalu berharap. Taemin melangkah hati – hati. Di depan pintu ia mengintip sedikit ke dalam ruang latihan. Seorang yeoja yang dikenalnya betul sedang menari di sana. Menari dengan indahnya. Gerakan Boa menyihir Taemin.

***

Gerakan tarian Boa menakjubkan. Namun pikirannya sedang tak di sana saat itu. Hal itu pula yang membuatnya tak sadar seseorang telah masuk ke ruang latihan dan bergabung dengan tariannya. Namja itu bergerak seiring dengan gerakan tubuh Boa. Begitu serasi. Tanpa sadar gerakan yang mereka lakukan begitu serasi membentuk suatu kombinasi koreografi berpasangan yang apik. Saat tak sengaja tatapan mereka bertemu, saat itulah Boa sadar ia tak sendiri lagi di ruangan itu.

“Kau…” lirih Boa sambil menatap Taemin terkejut setelah mematikan musik.

Annyeong, noona. Lama kita tak bertemu,” sapa Taemin canggung. Boa hanya diam. Masih terkejut. “Kapan noona datang?” lanjut Taemin bertanya untuk menyembunyikan kecanggungannya.

“Beberapa hari lalu. Aku kira kau masih di Jepang,” jawab Boa dingin. Taemin tak tahu arti dinginnya jawaban itu. Mungkinkah Boa tak ingin bertemu dengannya lagi? Bukan hal yang mengejutkan. Boa pasti tak mau berhubungan dengannya setelah tahu ia menyukai Boa beberapa tahun lalu, pikir Taemin.

“Aku baru tiba di Korea kemarin. Aku pikir noona masih di Amerika,” ucap Taemin.

“Ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan di Korea. Tak lama. Mungkin hanya beberapa minggu,” Boa menanggapi ucapan Taemin. Lagi – lagi hening. Mereka berdua terlalu sibuk dengan pikiran masing – masing.

Oppa, ternyata kau di sini.” Taemin menoleh mendengar seseorang memanggilnya. Sulli sudah berada di pintu ruang latihan. “Oh, Boa eonnie,” lanjutnya terperanjat melihat Boa.

Annyeong, Sulli-ya,” sapa Boa sambil tersenyum.

Annyeong, eonnie. Sedang latihan? Taemin oppa mengganggumu latihan, ya?” canda Sulli sambil mengamit mesra lengan Taemin. Air muka Boa seketika berubah begitu melihat bagaimana Sulli menggandeng tangan Taemin. Taemin sedikit salah tingkah. Di satu sisi ia tak mungkin menepis tangan Sulli, yeoja chingu nya. Di sisi lain ia merasa ada yang salah dengan hal itu di depan Boa.

Aniyo. Aku juga sudah selesai. Aku harus pergi dulu. Lain waktu kita bertemu lagi,” jawab Boa sambil beranjak dari ruang latihan itu dengan membawa barang – barangnya. Taemin hanya terdiam menatap kepergian Boa. Kepergian yang membuatnya merasa ada sesuatu yang salah dengan mereka.

***

“Taemin adalah namja chingu Sulli.” Entah sudah berapa ratus kali Boa mengulang kalimat itu. Ia masih tak bisa mempercayainya. Dan dia sadar hatinya hancur. Dia melamun begitu lama di kamarnya hingga tak sadar seseorang mengetuk pintu kamarnya sejak beberapa menit lalu.

Chagiya…” suara itu mengagetkan Boa. Boa terkejut melihat Yuho, namja chingunya, sudah berdiri di pintu.

“Yunho-ssi! Kau bilang kau belum kembali hingga bulan depan,” seru Boa. Wajahnya masih menyiratkan sejuta keheranan.

Surprise! Kebetulan seminggu ini jadwal dikosongkan untukku dan Changmin beristirahat. Kau senang?” tanya Yunho sambil meraih tubuh Boa. Dipeluknya gadis itu. Boa hanya diam tersenyum. Senangkah dia?

***

PESTA PERTUNANGAN

Taemin berkali – kali membaca tulisan itu di cover undangan yang dipegangnya. Dia tak akan sebegitu terkejutnya jika nama yang tertera di sana bukan Boa Kwon dan Yunho Jung. Dia tak menyangka Boa noona yang masih dicintainya ternyata sudah bersama Yunho hyung, sunbae yang sangat dihormatinya. Terlalu menutup dirikah dia terhadap Boa? Hanya untuk memendam perasaannya yang ia sendiri tahu tak mungkin untuk dihapus.

Taemin bimbang. Ia tak mungkin tidak menghadiri acara itu. Yunho dan Sulli pasti merasa aneh. Tapi ia juga tak mungkin bisa menahan sakit di hatinya jika ia menghadirinya. Akhirnya Taemin memutuskan untuk menelepon manajer yang mengatur jadwalnya di Jepang.

***

Boa menatap dirinya di cermin. Lima belas menit sebelum acara pertunangannya dimulai. Ia masih berusaha keras menahan air matanya. Bukannya dia tak menginginkan pertunangan ini. Dia sangat menginginkannya. Dia pasti akan tersenyum jika saja Taemin tak menitipkan surat kecil untuknya.

 

Jujur aku masih mencintaimu, noona

Tapi aku tahu kau akan bahagia bersama Yunho hyung

Aku kirim do’a ku untuk kalian dari jauh…

Aku tak cukup kuat untuk menahan sakit di hatiku jika aku berada di sana…

 

Sepotong kata – kata itulah yang membuat Boa harus mengahadapi dilemma di hatinya lagi. Keikhlasannya melepas Taemin untuk Sulli diuji. Boa sadar ia tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa masih ada Taemin di hatinya.

Bermenit – menit berlalu Boa habiskan untuk menahan keras agar air matanya tak jatuh. Tak akan ada cukup waktu untuk meletakkan ulang make-up di wajahnya. Dan dia juga tak ingin mengecewakan Yunho dan keluarganya dengan kabur dari acara pertunangan ini. Boa berusaha tetap terlihat baik – baik saja. Dia harus tetap bisa membuat hari ini menjadi salah satu hari paling indah untuk Yunho dan untuknya sendiri.

***

Taemin meraih tas yang ia letakkan di sampingnya. Baru saja ada pengumuman pesawat yang membawanya kembali ke Jepang akan segera berangkat. Ia harus cepat – cepat ikut antrian masuk ke pesawat.

Taemin melangkah tanpa semangat. Ia tahu sekeras apa pun ia berusaha terlihat tegar, hatinya tetap menangis. Menangisi cintanya yang tak pernah terbalas. Yang harus ia pendam dalam – dalam demi menjaga hati Sulli, yeoja yang ia tahu sangat menyayanginya, dan Boa, noona yang selalu mempunyai tempat di hati Taemin.

Taemin tahu keputusannya untuk meninggalkan Korea lagi menunjukkan betapa pengecutnya dirinya. Tapi ia lebih memilih membawa hatinya yang sakit jauh dari orang – orang yang menyayanginya. Ia lebih memilih meninggalkan Sulli sementara waktu tanpa memberi alasan jelas. Ia merasa saat ini bukan saat yang tepat untuk menjelaskan pada Sulli.

Taemin memasuki pesawat. Meletakkan tasnya di bagasi. Menyamankan dirinya di bangku pesawat. Meninggalkan asa dan luka di Korea. Baginya Boa tetap sosok yang dicintainya. Sosok yang selalu mendapat tempat di hatinya. Hanya satu. Hanya Boa.

***

Boa mengembangkan senyum saat Yunho menyematkan cincin di jari manisnya. Ia bahagia namun di lain sisi hatinya juga sakit. Saat Boa benar – benar yakin Taemin tak ada di ruangan itu hatinya remuk. Kesalahannya kah hingga Taemin seperti itu? Jika saja dulu ia tak membohongi dirinya sendiri.

***

Noona, aku menyukaimu,” ujar Taemin. Boa tertegun. Ia sudah menduga kedekatannya dengan Taemin selama ini akan berakhir seperti ini.

Boa tak juga menjawab pernyataan Taemin itu. Ia masih berpikir. Taemin adalah hoobaenya. Taemin lebih muda 7 tahun darinya. Terlalu berat untuk menjalani hubungan yang lebih rumit meski Boa harus mengakui jika dirinya pun menyukai namja itu.

“Aku juga menyukaimu, Taemin-a. Tapi sebatas sebagai dongsaengku,” jawab Boa menahan perih di hatinya.

“Ah. Aku minta maaf, noona,” ucap Taemin sedikit terkejut. Ia tak  bisa menyembunyikan kekecewaan di raut wajahnya. Hening sesaat di dalam suasana canggung di antara mereka berdua hingga Taemin beranjak dari duduknya yang memecah keheningan itu.

“Aku pergi dulu, noona,” ujar Taemin canggung. Ia meninggalkan Boa sebelum Boa sempat berkata sepatah kata pun.

Boa menangis begitu Taemin menghilang dari pandangannya. Ia menangisi keputusannya. Ia menangisi kebohongannya. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa keputusannya itu benar, bahwa ia tak akan menyesalinya. Namun ia sendiri juga tak yakin.

***

When will my head erase you?

I will let you go
One day, two days, one month, if long term then a few years

My baby can’t forget
And someday in your memories,
I won’t live in it, you will erase me

Only One Only One
You’re the only one, Only One

(BoA, Only One)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hyukboakyurin
#1
Chapter 2: omg i am literally dying inside !!! T___T this is so sad yet so amazing and perfect ! thankyooouuuuu <3
ShineeBoa #2
Chapter 2: Thank you Sooo much!!!!!!
ShineeBoa #3
Can you translate this to English please!?!?!? I really want to read this!!!! Thank you..