Cupid's Mistake

Cupid's Mistake

“Noona, aku mencintaimu.”

Aku langsung menghentikan pekerjaan tanganku yang sedang merapikan kostum panggung. Memastikan apa yang barusan kudengar tidaklah salah.

“Ne?” tanyaku ulang, tanpa membalikkan tubuh. Tidak berani melihat langsung orang yang baru saja mengatakan tiga kata tadi.

“Aku mencintaimu,” ulang pemilik suara itu lagi.

“Eii~ bercandamu...sungguh tidak lucu,” gerutuku dengan terbata, kemudian kembali menekuni pekerjaan yang tadi kutinggalkan. Sejujurnya aku sedang grogi saat ini, tapi berusaha menutupinya.

“Anni, aku serius. Aku mencintaimu, Han Min Gi~ssi.”

Aku langsung merasa pinggangku dilingkari oleh tangan orang lain. Membuatku kembali menghentikan pekerjaan.

“Yak, lepaskan,” aku berusaha melepas tangan orang itu dan membalikkan tubuhku. Ini bukan yang pertama kalinya orang itu menyatakan cinta dan memeluk tubuhku dari belakang seperti ini.

“Waeyoo~ noona? Bukankah kau juga menyukaiku? Hmm?” orang itu mengalah dan melepas tangannya dari pinggangku.

Aku menatap wajah orang itu. Orang itu balas menatapku, lalu tersenyum. Senyum yang membuatku melewatkan satu debaran jantung. Bahkan dalam mimpi terindahku, aku tidak pernah membayangkan orang itu menyatakan cinta padaku. Tiga kali bahkan.

“Anni, aku...”

“Aku sudah menyukaimu sejak pertemuan pertama kita. Berarti...sudah hampir 3 bulan, noona. Dan ini juga sudah ketiga kalinya aku menyatakan perasaanku padamu. Apa kau tidak mau menghormati perasaanku padamu? Huh?” kembali ia tersenyum.

Aku menghela nafas panjang, kemudian memalingkan wajahku.

“Ehm, kurasa...kita bisa membicarakannya besok-besok saja. Kau tidak lihat aku sedang sibuk?” aku kemudian kembali menyentuh kostum yang belum tersusun dan mencoba merapikannya.

“Noona,” orang itu merengek, “kemarin dulu kau juga bilang besok. Sebenarnya besok itu kapan?”

“Kyu, kau tidak lihat tumpukan pakaian ini? Aku bertanggung jawab atas ini semua.”

“Kau juga bertanggung jawab atas hatiku, noona.”

Kyuhyun kemudian berjalan mendekatiku.

“Aku serius dengan perkataanku, noona. Aku bahkan sudah tiga kali kan mengatakan hal ini padamu. Kau, mau jadi kekasihku kan?”

“Kau ini, percaya diri sekali.”

“Oh ayolaaah, kau menyukaiku kan? Lalu, setelah aku bilang kalau aku menyukaimu juga, apa lagi yang kau tunggu?”

Aku terdiam, sedikit memikirkan ucapan Kyuhyun.

“Banyak hal yang harus kupertimbangkan, Kyu. Dan tidak semudah yang bayangkan,” kataku kemudian, sembari memindahkan kostum yang sudah rapi ke dalam koper.

“Apa? Katakan padaku. Mungkin aku bisa membantumu, noona,” Kyuhyun ikut membantu pekerjaanku.

“Tidak sekarang, Kyu. Aku sedang sibuk,” elakku, lalu mempercepat pekerjaan agat bisa segera meninggalkan waiting room ini.

“Kapan? Nanti malam? Besok? Lusa? Jawablah dengan spesifik, noona,” desak Kyuhyun.

Aku kembali menghela nafas, “Aku akan memberitahumu, secepatnya.”

“Jinja?” Kyuhyun menjawab dengan nada riang.

Aku hanya menganggukkan kepala, kembali menyibukkan diri dengan kostum-kostum.

“Gumawo,” mendadak Kyuhyun membelai pelan rambutku, membuatku kembali melewatkan satu debaran jantung.

“Kyuhyun, aku mencarimu dari tadi! Apa kau tidak mau berangkat untuk recording Radio Star?” mendadak manajer masuk ke dalam dan menegur Kyuhyun.

“Iya hyung, ini aku juga sedang bersiap-siap di bantu Min Gi noona. Iya kan, noona?”

“Ah ne..” jawabku pelan.

“Ayo, cepat berangkat. Nanti kau terlambat,” manajer itu menyeret Kyuhyun agar segera bergegas.

“Iya iyaaa,” Kyuhyun hanya menurut, sembari melambaikan tangan kepadaku.

Aku hanya tersenyum menanggapi lambaian tangan Kyuhyun, lalu kembali sibuk dengan kostum-kostum itu.

“Butuh bantuan?” mendadak ada seseorang kembali masuk ke waiting room.

“Oh? Anni, aku sudah hampir selesai kok. Kau istirahat saja. Kupikir kau sudah pulang,” aku memasukkan setumpuk kostum yang terakhir ke dalam koper.

“Tidak, aku tadi hanya ke depan untuk mengobrol dengan yang lain. Mana Haejin dan Chaerim?” tanya orang itu sambil duduk..

“Mereka harus pulang cepat, ada urusan mendadak katanya. Jadinyaa, yaa aku harus membereskan kostum kalian sendirian. Nah, kkkeeeeuut,” pekikku setelah berhasil merapikan semua kostum.

“Ayo pulang, sudah selesai kan pekerjaanmu,” ajak orang itu.

“Eh? Aku kan mau pulang sendiri, Yesungie.”

“Iyaaa, maksudku ayo berjalan bersama sampai parkiran. Nanti aku naik mobil dengan memberku, kau dengan staff yang lain,” jawab Yesung sambil terkekeh.

“Ah iya,” aku hanya menurut sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

----*----

“Aku pulaaang,” teriakku begitu masuk ke dalam apartemennya.

“Oh noona, aku sudah memasakkan sup miso untukmu,” teriak Junsu, adikku, dari dapur.

“Keurae? Whoaa, aku mau makan, Junsu~ya,” aku segera melesat ke dapur.

Di dapur, Junsu sedang mengaduk-ngaduk sup sambil menggoreng telur. Dia terlihat sangat serius dengan masakannya, membuatku tertawa geli.

“Wae?” ia akhirnya sadar dengan tawaku.

“Kau hanya memasak, tapi terlihat sangat serius.”

“Anni, aku hanya takut rasanya tidak enak, noona,” jawabnya sambil tertawa.

“Tidak enak pun akan tetap kumakan, aku sangat lapar sekarang,” jawabku sambil mengelus perutku.

Junsu kembali tertawa, “baiklah, noonaku yang sudah kelaparan. Bagaimana kalau kau menyiapkan nasi, kimchi, dan peralatan makan untuk kita berdua?”

“Baiklaaah, dongsaengku yang tampaaan,” jawabku sambil bergegas mematuhi perintahnya.

Sudah dua tahun ini aku hanya tinggal berdua dengan Junsu di Seoul, orangtua kami tinggal di Daegu. Aku sendiri sudah pindah ke Seoul dari 5 tahun yang lalu, karena pekerjaanku dulu sebagai stylist di salah satu majalah fashion terkenal. Junsu kemudian menyusulku, karena ia juga bekerja di salah satu konsultan bisnis di Seoul.

“Whoaa, sepertinya masakanmu enak, Junsu~ya,” seruku begitu Junsu menghidangkan masakannya.

“Emm, lebih baik kita coba saja, noona,” kata Junsu sambil tertawa.

Aku kemudian mengambil sesendok sup dan mencicipinya.

“Oh, ini enak! Serius!” pujiku.

“Jinja?” Junsu kemudian ikut mencicipi sup buatannya.

“Enak kan?” tanyaku.

Junsu mengangguk-anggukkan kepala, lalu mulai makan dengan lahap.

“Bagaimana pekerjaanmu hari ini, noona? Menyenangkan?” tanya Junsu sambil mengunyah makanannya.

“He em, seperti biasa. Bekerja dengan idola membuatmu merasa senang. Meskipun kau harus bekerja di hari minggu,” jawabku sambil terkekeh.

Sudah tiga bulan ini aku menjadi cordi untuk Super Junior. Pekerjaan ini kudapatkan dari Jiwoon, temanku semasa masih menjadi stylist. Jiwoon keluar dari pekerjannya dan menjadi staff di SM, ia menjadi cordi untuk SNSD. Kemudian ia mendadak menghubungiku, mengatakan bahwa ada lowongan untuk menjadi cordi Super Junior. Sepertinya ia masih ingat bahwa aku adalah penggemar Super Junior. Aku yang sudah bosan dengan pekerjaanku, kemudian menyanggupi tawaran ini.

Kali ini, aku sedang sibuk-sibuknya bekerja. Super Junior sedang dalam masa promosi album baru, itu artinya setiap minggu mereka harus tampil dalam empat acara musik yang berbeda. Dan itu juga berarti aku harus menyiapkan 40 baju untuk mereka setiap minggunya. Untunglah, aku memiliki tim yang hebat.

“Asal kau tidak lupa menjaga kesehatanmu saja, noona,” timpal Junsu.

“Iyaaa, aigoo, kau perhatian sekali sih. Membuatku terharu. Sepertinya aku tidak perlu punya pacar, toh aku sudah punya kau. Lelaki yang selalu memperhatikanku,” godaku.

“Eiii~ kau tidak ingat umur, noona? Carilah pacar! Tahun depan kau sudah berusia 30 tahun, eomma sampai sudah berkali-kali menawarkan perjodohan untukmu. Ia sepertinya sudah sangat ingin menimang cucu.”

Aku hanya tertawa, “Eii~ aku masih ingin menikmati hidupku. Bagaimana kalau kau saja yang menikah dulu? Kau kan sudah punya pacar.”

“Tidak usah mengalihkan pembicaraan noona. Lagipula usiaku masih 26 tahun, usiaku masih panjang. Tidak sepertimu,” Junsu menjulurkan lidah.

“Arrasooo~” jawabku sambil memanyunkan bibir.

----*----

Aku melirik jam di dinding kamar. Ini sudah jam 2 pagi dan aku sama sekali belum tidur. Sedari tadi aku memikirkan pernyataan cinta dari Kyuhyun.

Ini sudah ketiga kalinya ia menyatakan hal itu dan tiga kali pula aku mengelak. Bermacam-macam alasan kuberikan untuk mengelak. Tapi, aku sadar, pada akhirnya aku tidak akan bisa mengelak lagi.

Sejujurnya, aku juga menyukai Kyuhyun. Dia bias utamaku di suju. Oleh karena itu, aku dengan segera menyanggupi tawaran kerja dari Jiwoon. Saat itu aku berpikir, akan sangat menyenangkan akhirnya bisa dekat dan bertemu secara langsung dengan idolaku. Bahkan, mungkin aku bisa berteman baik dengannya. Tapi, Kyuhyun menyatakan cinta? Itu sama sekali tidak pernah kubayangkan.

Bisa saja, dengan mudahnya aku menerima pernyataan itu dan berpacaran dengan Kyuhyun. Kurasa, hubungan kami akan berjalan dengan baik. Selama tiga bulan bekerja, aku menjadi lebih kenal dengan Kyuhyun secara personal. Ia adalah orang yang baik dan menyenangkan. Dan itu membuatku semakin menyukainya. Lalu, aku juga bisa dengan mudah bertemu dan menghabiskan waktu bersama dengannya, karena tugasku sebagai cordi. Mungkin Kyuhyun bisa berpura-pura untuk selalu meminta bantuanku. Selain itu, orang-orang juga tidak akan curiga dengan hubungan kami. Mereka hanya menganggap kami dekat, karena hubungan pekerjaan.

Namun, ada hal lain yang menganggu pikiranku. Usia. Aku empat tahun lebih tua daripada Kyuhyun. Bahkan Junsu, dongesaeng kandungku saja hanya berjarak tiga tahun dariku. Dan aku juga lebih tua setahun daripada Ahra, noona kandung Kyuhyun. Aku tidak membayangkan, bagaimana reaksi keluarga kami dengan hubungan ini. Membayangkannya saja aku sudah pusing. Mungkin, bagi orang lain ini terlihat seperti hal yang sepele. Tapi bagiku, usia itu penting dalam menjalin hubungan. Apalagi, saat ini usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku harus segera menikah. Sementara Kyuhyun? Ia masih 25 tahun, usia dimana seseorang sedang menikmati hidup. Lagipula, ia juga idol. Tentu tidak mudah untuk memutuskan untuk menikah di usia muda.

Aku memijit kepalaku yang pusing karena memikirkan hal ini. Kurasa hari ini aku kembali tidak bisa tidur...

----*----

“Woaah, Min Gi~ssi, Haejin~ssi, Chaerim~ssi, kalian sudah datang? Rajin sekali,” Leeteuk oppa menyapa kami bertiga dengan ramah begitu memasuki ruang wardrobe. Hari ini adalah jadwal fiting kostum yang akan dipakai untuk acara musik minggu ini.

“Ne, oppa. Kami hanya ingin mempecepat jadwal hari ini, setelah ini kalian masih ada acara lagi kan,” jawabku sambil merapikan beberapa kostum.

“Ne~ kami harus recording untuk acara variety show. Aah, anak-anak masih di mobil, menunggu manajer hyung membelikan kopi. Bagaimana kalau aku duluan saja?”

“Baiklah, emm Haejin, apakah kau bisa membantu Leeteuk oppa?”

“Ne, eonni. Oppa, kau bisa memakai kostum yang ini,” Haejin kemudian menghampiri Leeteuk dan membantunya memakai kostum yang ia pegang.

“Anyeoooong,” mendadak ruang wardrobe menjadi ramai, semua member Super Junior sudah masuk ke dalam sambil berceloteh.

“Anyeong, Min Gi noona,” sapa Sungmin sambil mendekatiku.

“Anyeoong,” jawabku sambil tersenyum.

“Kopi?”

“Ah aku sudah minum tadi. Kau mau langsung mencoba kostummu?”

Sungmin mengangguk. Aku kemudian menyerahkan kostum padanya.

“Ah, aku bisa mencobanya sendiri, noona. Jangan khawatir,” potongnya, begitu melihat gelagatku yang hendak memanggil Chaerim untuk membantu Sungmin.

“Oke baiklaaah,” aku hanya tersenyum menanggapi.

“Kalau aku sangat membutuhkan bantuanmu, noona,” mendadak Kyuhyun sudah ada di hadapanku, sambil tersenyum.

“Mwo?”

“Mana kostumku? Cepat bantu aku,” katanya.

“Baiklah,” aku kemudian mengajaknya ke bilik untuk berganti pakaian. Kyuhyun kemudian masuk ke dalam.

“Ini, pakailah,” aku mengulurkan kostum ke dalam bilik, agar Kyuhyun mengambil kemudian memakainya.

Mendadak ia malah menarik tanganku dan membuatku masuk ke dalam bilik.

“Apa yang...” teriakanku berhenti, karena Kyuhyun segera menutup mulutku dengan tangannya.

Ia kemudian membuat isyarat agar aku diam dengan jarinya, lalu perlahan melepaskan tangannya dari mulutku.

“Dengar, noona. Aku tidak mau menunggu terlalu lama lagi. Katakan sekarang, kau mau jadi pacarku atau tidak?” tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik.

“Kyu...bisakah tidak sekarang? Kita...”

“Lalu kapan? Kau selalu berkata tidak sekarang, tidak sekarang, besok, nanti saja. Kapan?”

Aku hanya bisa menggigit bibir, tidak tahu hendak bicara apa.

“Sebenarnya apa masalahmu sih? Aku tahu dengan jelas, kalau kau juga menyukaiku. Bahkan kau Sparkyu sebelum menjadi cordi kan? Aku tahu itu. Jiwoon noona mengatakan semua hal tentangmu padaku. Aku juga menyukaimu, noona. Kita berdua sama-sama menyukai, lalu apa lagi masalahnya?”

“Aku...aku lebih tua darimu, Kyu. Aku ini noona,” jawabku.

“Lalu? Kenapa kalau kau noona? Dimana masalahnya?”

“Aku bahkan lebih tua dari noona-mu sendiri. Dan kau juga lebih muda dari dongsaeng kandungku.”

“Iya, aku tahu itu. Lalu kenapa?”

“Itu masalahnya, Kyu.”

Kyuhyun terlihat bingung.

“Aku...kurasa aku tidak pantas berpacaran denganmu. Lebih baik kau mencari wanita lain, yang lebih muda daripada aku.”

“Astagaa, noona. Kau ini bicara apa sih? Hanya karena usia lalu kau menolakku?”

“Untukku, usia itu penting, Kyu. Dan kuharap kau bisa memahaminya.”

“Tapi kau tak pernah mencoba memahamiku kan? Aku mencintaimu, noona. Aku sudah menahan perasaan ini selama tiga bulan. Lalu kau tiba-tiba mengatakan omong kosong mengenai umur padaku.”

“Ini bukan omong kosong, Kyu,” teriakku, lalu keluar dari bilik itu. Sedikit terkejut karena ternyata ada Yesung yang sedang mengantri untuk mencoba kostumnya.

“Gwenchana?” tanya Yesung.

Aku memaksakan diri untuk tersenyum, “gwenchana,” lalu meninggalkan ruangan itu.

----*----

“Kopi?” mendadak Yesung menyodorkan satu cup kopi padaku.

“Oh? Ne..gumawo,” aku yang sedang melamun di salah satu kursi di ruang wardrobe, tergagap begitu menyadari keberadaan Yesung, lalu meraih cup itu.

“Kau benar tidak apa-apa? Sedari tadi hanya melamun. Membuat yang lain khawatir,” ia lalu duduk di sampingku.

Setelah kejadian di bilik bersama Kyuhyun tadi, aku keluar dari ruang wardrobe sebentar, sekedar untuk menenangkan diri. Begitu masuk kembali ke dalam, ternyata Kyuhyun sudah tidak ada, dengan beberapa member yang lain. Mereka sudah berangkat untuk recording. Hanya tersisa Yesung, Ryeowook, dan Kangin di sana. Aku kemudian menyelesaikan fitting, sambil memikirkan kejadian tadi. Yang mungkin menurut Yesung seperti melamun.

“Aku tidak apa-apa, emm.. mungkin hanya sedikit lelah.”

Yesung mengangguk-angguk.

“Kalau ada masalah, ceritalah padaku. Kita teman kan?” kata Yesung sambil meminum kopinya sendiri.

“Keuroom, kita kan chingu,” jawabku sambil tersenyum.

Yesung ikut tersenyum.

“Kau bahagia bekerja dengan kami?” tanya Yesung.

Aku mengangguk.

“Jinja?”

“Jinjayoo~ bekerja dengan kalian itu seperti mimpi jadi kenyataan bagi fans. Bisa bertemu dan mengobrol dengan kalian setiap hari, ikut kemana saja kalian pergi, dan bahkan aku berteman dekat dengan Yesung Super Junior. Bukankah itu luar biasa?” jawabku, dengan nada riang.

“Baguslah kalau begitu,” Yesung kembali tersenyum, lalu menepuk pelan kepalaku.

“Aku harus pergi, membantu ibuku,” ia kemudian beranjak.

“Salam untuk keluargamu, ya.”

Ia hanya mengangguk, lalu berjalan keluar dari ruang wardrobe.

“Eh, terima kasih untuk kopinya juga,” aku berteriak. Yesung kemudian menolehkan kepala dan membentuk simbol OK dengan jari tangannya.

“Wooo, noonaa, kalian romantis sekali,” mendadak Ryeowook sudah duduk di sampingku.

“Oh, romantis apanya?”

“Apa Yesung hyung sudah mengatakan sesuatu kepadamu.”

“Mengatakan apa?”

“Sesuatu, seperti ‘aku menyukaimu’, ‘mari berkencan’ seperti itu,” Kangin ikut duduk dan mengobrol dengan kami.

Aku tercenung.

“Maksud kalian?” tanyaku dengan heran.

“Eii~ noona, jangan bilang...” Ryeowook memandangku dengan tatapan tidak percaya.

“Kau tidak sadar kalau Yesung menyukaimu?” pekik Kangin.

“Mwo? Menyukaiku? Maldo andwae,” jawabku sambil terkekeh.

“Noonaa, apa kau benar-benar tidak menyadarinya? Mata Yesung hyung ketika menatapmu, sangat berbeda ketika menatap wanita lain.”

“Kurasa kalian berdua juga cukup dekat,” tambah Kangin.

“Aah, kami berdua kan berteman. Lagipula aku dan Yesung sama-sama 84line, jadi wajar kan kalau kami dekat?” tanyaku, masih berusah menyangkal perkataan Kangin dan Ryeowook.

“Aku juga 84line, tapi aku biasa saja denganmu. Hei, apa kau tidak curiga dengan perhatiannya selama ini padamu? Termasuk kopi ini?” tanya Kangin lagi.

“Anniya...” kataku pelan.

Aku dan Yesung memang sangat dekat, meski baru berteman selama tiga bulan. Menurutku, ini karena kami seumuran dan punya banyak banyak kesamaan. Kami sering mengobrol, bahkan saling bertukar pesan dan menelpon. Yesung...dia juga sangat perhatian padaku. Dia selalu menanyakan keadaanku ketika sedang bekerja, membelikan makanan atau minuman jika melihatku lelah, dan perhatian-perhatian kecil lainnya. Tapi kurasa itu semua ia lakukan karena kami berteman baik.

“Yesungie itu...baik padaku. Jadi yaa, seperti itu,” elakku lagi.

“Eii~ Min Gi~ssi. Antara pria dan wanita itu tidak ada yang namanya baik atau tidak baik. Tapi yang ada, tertarik atau tidak tertarik,” sambar Kangin.

Ryeowook mengangguk-angguk, seakan-akan mengiyakan perkataan Kangin.

“Keurae?” tanyaku masih tidak percaya.

----*----

“Yeobseyo?” sapaku. Kyuhyun menelponku malam-malam begini, pasti ingin membicarakan kejadian tadi siang.

“Mianhe, noona. Tadi siang...aku membuatmu tidak nyaman...”

Aku menghela nafas.

“Tapi...sampai sekarang...aku masih belum bisa melihat usia sebagai masalah besar, noona.”

“Ya...karena aku lebih tua darimu, aku melihat usia sebagai masalah besar.”

“Bukan begitu...maksudku, kita hanya berjarak empat tahun. Tidak sepuluh tahun atau lebih. Menurutku itu bukan masalah besar. Kurasa orang tua dan noonaku juga tidak akan mempermasalahkannya. Orang lain juga akan begitu.”

“Dengar, Kyu. Bukan hanya itu masalahnya. Usiaku sudah hampir 30 tahun, aku harus segera menikah. Apa kau bisa memenuhinya? Tidak kan? Kau idol, usiamu masih 25 tahun. Perjalanan karirmu masih panjang dan aku tidak mau merusaknya.”

“Hanya karena itu? Astaga, noona. Aku bisa melakukannya kapan pun kau mau.”

“A..apa maksudmu?”

“Aku bisa menikahimu kapan saja. Menjadi idol memang impianku, tapi bisa bersama dengan orang kucintai, itu lebih penting. Mungkin, karirku sebagai idol hanya akan bertahan beberapa tahun lagi. Tapi, seumur hidupku akan kuhabiskan denganmu. Bukankah itu sangat menyenangkan?” katanya sambil terkekeh. Sepertinya, ia sangat bahagia ketika mengatakan hal itu.

“Keundae, Kyu...”

“Sudahlah, noona. Pokoknya,  mulai hari ini kita berpacaran yaa. Saranghae.”

Kyuhyun kemudian memutuskan sambungan telepon.

Aku kembali menerawang. Penjelasan Kyuhyun tadi menggoyahkan pemikiranku sendiri.

Kalau Kyuhyun saja tidak bermasalah dengan perbedaan umur dan perihal menikah, mengapa aku terus bersikeras tidak bisa bersama dengannya? Toh, aku juga menyukainya atau bahkan mencintainya. Jadi....

Eh, tapi bagaimana dengan Yesung?

Aku memijit kepalaku yang pening kembali. Kehidupan cintaku entah kenapa rumit sekali...

----*----

“Noona, kau bisa membantuku?” pinta Kyuhyun.

Aku yang sedang memasangkan gelang di tangan Eunhyuk, langsung menatapnya tajam. Berusaha menolak permintaannya. Aku tidak ingin orang-orang tahu kalau kami berdua punya hubungan.

“Gwenchana, noona. Aku bisa memakainya sendiri, lebih baik kau bantu Kyuhyun. Dia bahkan belum berganti kostum,” kata Eunhyuk.

Hari ini adalah hari kamis, jadwal Super Junior untuk tampil di Mnet Countdown. Dan sekarang aku sedang sibuk menyiapkan dan membantu member suju memakai kostum dan aksessorisnya.

Kyuhyun tersenyum kegirangan, “Kau pengertian sekali, hyung. Ayo noona, bantu aku.”

Aku hanya menurut begitu Kyuhyun menyeretku dan membawaku ke salah satu sudut waiting room.

“Wae? Kau takut orang-orang tahu hubungan kita?” tanyanya pelan, sambil membuka jaket dan kaos yang ia pakai.

“Hmm,” aku sibuk menyiapkan kostum yang akan ia pakai.

“Tenang saja. Kalaupun nantinya orang-orang tahu, mereka hanya akan berpesan untuk berhati-hati agar tidak ketahuan.”

“Ini, pakailah,” aku menyerahkan atasan padanya. Ia segera memakainya.

“Aku...em...tidak jadi,” gumamku sambil merapikan atasan yang sudah ia pakai.

“Wae wae wae?”

“Lupakan saja,” kataku, kemudian memakaikan kalung untuknya.

Kyuhyun kemudian menarik tubuhku sehingga makin dekat dengan tubuhnya.

“Katakan ada apa?” bisiknya tepat di telingaku.

Aku mendorongnya pelan, “ini pakailah celanamu, cepat.”

Kyuhyun memanyunkan bibir, lalu bergegas masuk ke salah satu ruangan kecil untuk mengganti celana.

“Min Gi~ya, kau..bisa membantuku?” mendadak ada Yesung di belakangku.

“Oh? Kenapa?” aku segera menoleh dan berjalan ke arahnya.

“Sepertinya, kostum ini terlalu longgar. Aku tidak nyaman memakainya,” keluhnya.

“Jinja? Ehmm...sebentar,” aku segera berlari mengambil tas berisi peralatan darurat, seperti jarum, benang, dan peniti.

“Bagian mana yang terasa longgar? Aku akan membuatnya pas,” tanyaku.

“Ini,” Yesung menunjuk bagian di bawah lengannya.

“Kau lebih nyaman kalau kujahit atau ku peniti?”

Yesung terlihat berpikir sejenak.

“Menurutmu? Asal tidak lepas saat kupakai perform.”

“Ku peniti saja? Tidak akan lepas. Tidak akan menusuk tubuhmu. Kalau kujahit, aku takut terlihat tidak bagus di kamera.”

Yesung hanya mengangguk. Aku kemudian sibuk membenarkan kostum itu.

“Noona,” seseorang menepuk bahuku pelan.

“Sebentar ya, aku sedang sibuk. Sebentar lagi selesai kok.”

“Tapi aku...”

“Sebentar lagi, Kyu. Kau tidak bisa sabar sedikit?” gerutu Yesung.

“Sudah, ini aku sudah selesai. Apa lagi, Kyu?” aku menengok ke arah Kyuhyun.

“Gumawo Min Gi~ya,” Yesung menepuk kepalaku pelan kemudian berlalu ke arah lain.

Kyuhyun memandangiku dengan tatapan tidak suka.

“Hei, kau perlu bantuan apa lagi?” tanyaku lagi.

“Aku tidak suka kau menghiraukan aku sepertti tadi, noona,” katanya.

“Tadi kan aku sedang memperbaiki kostum Yesung, Kyu. Lagipula aku kan cordi super junior, bukan cordi pribadimu.”

“Aku juga tidak suka Yesung hyung menepuk kepalamu seperti itu.”

“Astaga, aku kan hanya berteman dengannya. Kau seperti tidak tahu saja hubunganku dengan Yesung.”

“Tapi, aku pacarmu, noona,” teriak Kyuhyun dengan suara keras.

Aku terbelalak kaget. Kemudian menelisik seluruh isi ruangan. Semua orang sedang memandang ke arah kami, termasuk Yesung.

“Kyu..kau..” desisku pelan.

“Kalian...berpacaran?” Leeteuk bertanya dengan wajah bingung.

“Jinjayo?” Sungmin juga memandang kami dengan muka heran.

“Whoaa, daebak. Kyuhyunnie ternyata..noona killer,” Eunhyuk berdecak.

“Ah..itu..” aku mencoba menjelaskan.

“Ne, kami berpacaran. Semenjak dua hari yang lalu,” mendadak Kyuhyun menggenggam tanganku.

Aku menolehkan kepala ke arahnya dan menunjukkan wajah tidak suka. Kyuhyun malah balas tersenyum ke arahku.

“Whoaa, chukkae,” Leeteuk menanggapi dengan senyuman.

“Yang penting kalian tidak mengumbar kemesraan di depan kami saja,” komentar Donghae.

“Iya dan tetap profesional, eonni,” sambar Chaerim.

Aku menatap setiap orang di ruangan ini dengan bingung. Mengapa mereka terlihat tidak bermasalah dengan hubungan ini? Aku dan Kyuhyun kan...

“Noona-dongsaeng sepertinya memang sedang tren ya. Apa aku sebaiknya juga mencari pacar seorang noona?” tanya Sungmin, kemudian terkikik.

“Lalu setiap hari kau akan mengeluarkan aegyo-mu padanya? Hiii,” Eunhyuk bergidik menanggapi Sungmin, lalu menunjukkan ekspresi jijik.

“Ya! Daripada kau, pedofil!” balas Sungmin. Membuat semua orang tertawa dan Eunhyuk hanya diam menerima ejekan dari member yang lain.

Kemudian orang-orang kembali dengan aktivitasnya, seolah-olah pengumuman dari Kyuhyun tadi hanyalah angin lalu.

“See? Semua orang biasa saja dengan hubungan ini. Hanya kau yang terlalu berlebihan, noona,” Kyuhyun berbisik padaku, ketika aku sedang sibuk merapikan akeseoris yang berserakan di meja rias

“Arraso.”

“Setelah perform, kuantar kau pulang ya? Tidak boleh menolak,” ia kemudian berjalan menuju luar dan meninggalkanku yang bahkan tidak sempat menjawab penawarannya.

Selintas, aku melihat Yesung melihatku dengan tatapan yang aneh. Ia yang sepertinya menyadari kalau aku melihatnya, kemudian tersenyum padaku. Tapi, senyumnya terlihat di paksakan....

----*----

Tak terasa tiga bulan sudah berlalu. Hubunganku dengan Kyuhyun masih baik-baik saja. Dan seperti yang Kyuhyun katakan, ternyata keluarganya bersikap biasa saja dengan hubungan kami. Aku memang belum pernah bertemu dengan mereka secara langsung, tapi Kyuhyun pernah memintaku untuk berbicara dengan eomma-nya melalui telepon. Eomma-nya sangat baik dan tidak mempermasalahkan usia dan pekerjaannku. Beliau sepertinya sudah sangat senang dengan kenyataan bahwa anaknya memiliki kekasih.

Yesung? Ia masih bersikap seperti biasanya. Kami masih dekat dan ia masih sering menunjukkan perhatian kepadaku, meski Kyuhyun kemudian akan bersungut-sungut dan menyatakan kecemburuannya. Entahlah, mungkin ucapan Kangin dan  Ryeowook tempo hari tidak benar. Mungkin Yesung benar-benar menganggapku teman dekat, tidak lebih, seperti yang mereka katakan.

Bahkan pagi ini, aku dan Yesung sedang minum kopi bersama di restoran hotel di Jepang. Saat ini, aku mengikuti Yesung, Kyuhyun, dan Ryeowook ke Jepang untuk konser suju KRY. Rombongan kami tiba tadi malam. Ryeowook masih tidur di kamar hotel, Kyuhyun baru akan tiba di Jepang nanti siang.

“Bagimana hubunganmu dengan Kyuhyun?” tanya Yesung sambil menyeruput kopinya.

“Baik-baik saja. Kau sendiri, kapan punya pacar?” godaku.

Ia terkekeh.

“Aku sebentar lagi masuk wamil. Lebih baik aku mencari pacar setelah selesai menjalankan wamil saja.”

“Wae? Kau takut pacarmu tidak kuat menunggu selama dua tahun?”

“Mungkin...lagipula...saat ini aku sedang tidak punya perasaan pada wanita manapun. Perasaanku...emm mungkin selama dua tahun, aku akan menjernihkan perasaan dan hatiku, lalu setelah keluar dari wamil aku sudah siap mencari pacar. Atau bahkan istri.”

Aku tersenyum, “fighting kalau begitu! Tapi...menjernihkan perasaan dan hati? Aigoo bahasamu, Yesungie.”

“Perasaan dan hatiku sedang kacau sekarang Min Gi~ya,” jawabnya sambil tersenyum masam.

“Oh jinja? Eii~ kau tidak pernah bercerita masalah percintaan padaku, lalu sekarang tiba-tiba menyatakan kalau sedang patah hati.”

“Bagaimana aku bisa bercerita, kalau kau yang membuatku patah hati?” tukasnya sambil tersenyum.

“Ne?” aku terbelalak, kaget dengan ucapannya.

Yesung tertawa kecil, ”sudahlah, aku malas membuka luka lama.”

Aku masih terkejut dengan pernyataan Yesung. Ternyata omongan Kangin dan Ryeowook benar.

“Kau..kau menyukaiku?” tanyaku.

“Dulu. Tapi karena sekarang kau sudah bersama dengan Kyuhyun, berarti aku sudah tidak berhak lagi kan menyukaimu?”

“Kenapa dulu kau diam saja? Maksudku...”

“Kalaupun aku menyatakannya padamu, toh tidak akan ada bedanya dengan saat ini. Di matamu kan hanya ada Kyuhyun. Dan kurasa, menjadi teman dekat lebih menyenangkan daripada menjadi pacarmu,” jawabnya sambil terkekeh lagi.

“Yesungie, mian,” ucapku pelan.

“Untuk apa meminta maaf? Tidak ada yang bersalah, Min Gi~yaa,” ia membelai pelan kepalaku, “kalaupun harus menyalahkan, mungkin ini salah Cupid yang melepas tiga anak panah secara sekaligus, bukannya melepas dua saja. Sehingga ada satu hati yang tidak bisa berpasangan.”

“A..aku...” aku tidak tahu hendak berkata apa lagi. Rasanya sangat tidak enak, begitu tahu kalau ternyata teman dekatmu menyimpan rasa semenjak dulu.

“Gwenchana. Kau tidak lihat aku masih bisa bersikap biasa saja kepadamu? Kalau aku bisa seperti ini, kau juga pasti bisa. Yang penting, kita tetap berteman dekat kan?” tanyanya, sambil tersenyum lagi.

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi. Orang sebaik dan setulus dia pasti akan mendapatkan pasangan yang tidak kalah baik dan tulus. Kuharap, ia segera menemukan orang itu.

“Minum kopimu, nanti dingin,” kata Yesung sambil menunjuk cangkirku.

“Ah iya,” aku buru-buru meminumnya.

“Aku benar-benar tidak apa-apa, Min Gi~ya. Kau tidak usah khawatir. Aku bahagia kalau kau juga bahagia.”

“Gumawoo,” jawabku sambil tersenyum selebar mungkin.

“Yak! Kalian berkencan di belakangku?” mendadak ada suara menginterupsi obrolan kami.

Ternyata Kyuhyun sudah ada di dekat meja kami, masih menenteng tas dan berkacak pinggang.

“Oh? Kupikir kau akan datang nanti siang,” kataku, masih terkejut dengan kehadirannya.

“Aku pagi-pagi sudah ke bandara, naik pesawat yang paling pagi, dan sampai di sini ternyata pacarku malah sedang berkencan dengan orang lain,” gerutunya, lalu mengambil kursi dan duduk di sebelahku.

“Tidak usah berlebihan, Kyu. Kami hanya sarapan bersama,” jawab Yesung santai sambil memakan pancake-nya.

“Iya, kau seperti tidak tahu kami saja. Kau mau kopi?” tanyaku sambil meminum kopi.

“Aku kan tidak suka kopi.”

“Oh iya, mau croissant?” tanyaku lagi.

“Tidak, aku mau tidur saja.”

“Ya sudah sana, Kau sekamar dengan Ryeowook, tapi ia masih tidur sepertinya. Minta cadangan kunci kamar di resepsionis saja,” jelas Yesung.

“Noona, antarkan akuuu,” bujuk Kyuhyun sambil melingkarkan tangannya di lenganku.

“Eiii~ kau tidak lihat aku belum selesai sarapan?”

“Nanti kau bisa pesan lagi di kamar, antarkan aku dulu ya, huh?” Kyuhyun kembali membujukku.

“Cepat antarkan dia, Min Gi~yaa. Aku tidak tahan melihat tingkahnya yang sok manja seperti itu,” Yesung berkata dengan ekspresi muka tidak suka. Sementara Kyuhyun balas menatapnya dengan pandangan tidak suka pula

Aku tertawa melihatnya. Mereka berdua sering sekali bertengkar seperti ini. Tapi, bukan pertengkaran yang besar dan parah, hanya sekedar seperti ini. Kuharap, selamanya mereka juga tidak pernah bertengkar, hanya karena perasaan yang sama-sama mereka miliki kepadaku.

“Arrasoo, arrasoo, ayo segera ke kamar,” aku segera beranjak dan menyeret Kyuhyun.

“Aku duluan yaa,” pamitku pada Yesung sambil melambaikan tangan.

Setelah mengambil kunci di resepsonis, kami berjalan menuju lift.

“Lelah?” tanyaku pada Kyuhyun.

Ia hanya mengangguk, lalu mengajakku masuk ke dalam lift. Aku menekan angka 21, lantai dimana kamar Kyuhyun dan Ryeowook berada.

“Kau ada di kamar berapa, noona?” tanyanya.

“Wae? Kau berniat untuk menyusup ke dalam kamarku?” godaku.

“Astagaa, pikiranmu,” ia menyentil pelan keningku.

Aku hanya terkekeh.

“Setelah konser nanti malam, aku tunggu di depan kamarmu, lalu kita pergi kencan ya?”

“Kemana? Kau ini orang terkenal, mau pergi kemanapun pasti akan ketahuan oleh fans-mu.”

“Ke restoran dekat-dekat sini saja. Aku ingin makan ramen jepang. Eii~ fans-ku juga akan diam saja kalau aku bilang kau ini hanya cordi-ku.”

Aku hanya mengangguk-angguk.

“Noona, kau hanya mencintaiku kan?”

“Kau ini bertanya apa sih?” aku tertawa begitu mendengar pertanyaan Kyuhyun.

“Habisnyaaa, kau dekat sekali dengan Yesung.”

“Eiii~ aku kan berteman baik dengannya, wajarlah kalau kami dekat. Lagipula kan, aku dan Yesung juga seumuran. Kau ini kenapa sih? Sudah tiga bulan bersama, tapi masih saja sering cemburu dengan hyung-mu sendiri.”

“Anni...aku hanya merasa Yesung hyung juga menyukaimu.”

Aku tersenyum, lalu mencubit pipinya pelan.

“Tidaaak, kami hanya berteman dekat, percayalah padaku.”

Sepertinya masalah Yesung yang dulu menyukaiku, akan lebih baik jika disimpan dan tidak diceritakan pada Kyuhyun. Biarkan ini hanya menjadi cerita diantara aku dan Yesung. Toh Yesung juga sudah berusaha untuk tidak lagi menyukaiku, jadi untuk apa aku menceritakan hal ini? Takutnya, hubungan mereka malah memburuk karena masalah ini.

“Jinja?”

“Keurooom, kau tidak percaya padaku?”

“Tentu saja aku mempercayaimu. Saranghae, neumo saranghae, noona,” kata Kyuhyun sambil membelai pipiku.

“Nado,” jawabku sambil tersenyum.

Perlahan-lahan Kyuhyun mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibirku.

Tring!

Mendadak bel di lift berbunyi, menandakan kami sudah sampai di lantai yang dituju dan pintu lift akan terbuka.

“Yak!” teriak seseorang. Membuat Kyuhyun segera melepaskan tautan kami.

“Oh, Ryeowook~ah, anyeooong,” aku menyapa Ryewook yang berdiri tepat di depan lift dengan canggung.

“Pagi-pagi sudah mesum, dasar!” Ryeowook segera mengomel.

“Wae? Kau iri?” Kyuhyun berkata dengan nada menantang.

“Heh! Magnae tidak sopan, aku ini masih terbilang hyung-mu!” Ryeowook memukuli lengan Kyuhyun.

“Aigoo, yak! Sakit!” Kyuhyun mengaduh, sambil melindungi tubuhnya dengan tangan.

Aku tertawa melihat adegan itu.

“Noona, kau juga! Mengajarkan yang tidak baik pada magnae kami,” gerutu Ryeowook sambil memukul pelan lenganku.

“Eh? Kenapa aku juga?” tanyaku heran. Kyuhyun langsung menatap Ryeowook dengan tatapan membunuh.

“Han Min Gi noona, mianheeee,” teriak Ryeowook sambil berlari karena takut melihat tatapan Kyuhyun.

“Ya! Kim Ryeowook, kau berani sekali memukul pacarku! Jangan lari kau!”

 

-FIN-

17 Maret 2013

12:27 pm

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet