8 (Infinity)

8 (Infinity)

 

8

 

Author : Han Jinry

Main cast : Kim Sunggyu, Nam Woohyun

Support cast : Other member Infinite

Rating : General

Genre : Romance

Length : Oneshoot

 

**

 

Namja bermata kecil itu menghela nafas sesaat ketika seseorang membuka pintu mobilnya. Sosok itu membungkukkan badannya seketika ketika namja bermata kecil tadi mengeluarkan kakinya.

“Sudahlah, jangan berlebihan Han-nim. Kau tunggu disini saja.” namja bermata kecil itu hanya mengucapkan beberapa patah kata sebelum akhirnya melangkahkan kakinya masuk, meninggalkan pria paruh baya yang tadi membukakan pintu untuknya.

Kim Sunggyu, salah satu pewaris utama Kim corp. Matanya yang kecil, pipinya yang chubby, kulitnya yang terlalu mulus untuk seorang namja, benar-benar bukan Nampak luar seorang pewaris utama perusahaan terbesar di Korea Selatan. Tapi itu lah nyatanya, hanya tinggal menunggu ia lulus dari sekolah menengahnya, namja yang bahkan belum genap berusia 20 tahun ini akan segera duduk di kursi kepemimpinan.

Sunggyu terus melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah berarsitektur elegan yang tampak megah bak istana. Beberapa orang yang melihat kedatangannya segera membungkukkan badannya. Dan beberapa kali pula Sunggyu meminta mereka tak usah melakukan hal itu sepanjang ia memasuki rumah itu.

Kaki Sunggyu akhirnya terhenti saat ia menginjak lantai marmer coklat yang berpadu dengan arsitektur tua didalam rumah megah yang ia masuki. Memperhatikan sekelilingnya sambil sesekali mengangguk-anggukkan kepalanya mengagumi setiap inci benda yang ada di hadapannya.

Itu bukan rumahnya.

“Ah, akhirnya kau datang. Yeobo, anak Kim Soohyun dan Kim Hoon Min sudah datang!” mendengar suara seruan yang datang dari tangga membuat Sunggyu menghentikan aktifitasnya. Membalikkan badannya sehingga ia bisa melihat sosok ahjussi paruh baya yang berdiri di tangga. Tengah tersenyum kearahnya.

“Anyeonghaseyo,” Sunggyu membungkukkan badannya saat tau darimana seruan itu berasal. Sosok ahjussi paruh baya itu segera tersenyum sebelum menghampiri Sunggyu dan memeluknya.

“Aigoo.. kau tumbuh menjadi lelaki yang manis! Terakhir kali aku melihatmu saat usiamu masih sepuluh tahun, sebelum kau ikut eommamu ke Jepang.” Sunggyu tersenyum dan membalas pelukan hangat dari ahjussi itu. Ahjussi paruh baya, teman baik kedua orang tuanya.

“Dimana Nam ahjumma?” pertanyaan itu langsung keluar begitu saja dari mulut Sunggyu. Nam ahjussi melepaskan pelukannya membuat Sunggyu bisa kembali melihat senyuman hangatnya.

“Yeobo?” Nam ahjussi kembali memanggil istrinya, sembari mempersilahkan Sunggyu duduk di ruang tamunya. Setelah cukup lama membuat namja manis bermata kecil itu berdiri.

“Mian membuat kalian menunggu lama!” seorang yeoja paruh baya berlari tergopoh-gopoh menuruni tangga. Sunggyu sontak berdiri kembali dari duduknya, disusul Nam ahjussi.

“Eomma, hati-hati! Ini tangga! Aku tak mau eomma terjatuh!” dan tepat di belakangnya, sosok namja yang tampak seumuran dengan Sunggyu ikut menuruni tangga. Mereka berdua berjalanan beriringan menghampiri Sunggyu dan Nam ahjussi yang memusatkan perhatian mereka pada kedua orang itu.

“Hehe, maaf. Eomma tak sabar ingin bertemu dengan Sunggyu! Aigooo.. lihatlah anakku, Sunggyu benar-benar tumbuh menjadi namja yang manis!” yeoja paruh baya itu segera menarik Sunggyu menuju pelukannya sesaat matanya melihat sosok Sunggyu. Masih terkejut karena pelukan yang terlalu mendadak, Sunggyu perlahan membalasnya.

Sementara Nam ahjumma, yeoja paruh baya itu dan Sunggyu asik bercengkrama, Nam ahjussi tampak berjalan mendekati anaknya yang masih berdiri terpaku diposisi awalnya. Menatap tak percaya kearah dua orang yang tengah berpelukan.

“Ia… tumbuh sebagai namja yang manis bukan?” bisikkan sang ayah sukses membuat anaknya tersentak sedikit dan menoleh kearah Nam ahjussi. Mengernyitkan dahinya melihat ekspresi aneh yang tiba-tiba muncul di wajah appanya.

“Kajja, kita makan malam! Jung-nim, tolong bawa koper Sunggyu ke kamarnya! Bereskan kamar yang telah disiapkan untuknya! Isi dengan barang-barangnya! Buat senyaman mungkin hari pertama Sunggyu tiba disini!”

‘M..Mwo?’

 

**

 

Sunggyu menuruni tangga bis yang mengantarkannya ke halte dekat sekolahnya. Sambil bersenandung ria, ia mulai melangkahkan kakinya menusuri jalan setapak.

Ia benar-benar tak terlihat seperti pewaris utama perusahaan besar di Korea Selatan. Ia terlihat seperti masyarakat biasa, benar-benar seperti masyarakat biasa.

Sunggyu menolak berangkat bersama dengan anak dari keluarga Nam. Walau nyatanya sekolah mereka sama, lebih tepatnya karena Sunggyu akan menjadi murid baru di sekolahan anak dari keluarga Nam. Teman masa kecilnya.

Sunggyu beralasan ia ingin menikmati udara segar di pagi hari dengan berjalan-jalan setelah menggunakan bus umum menuju sekolahnya. Tapi ada alasan lain dibalik penolakannya berangkat bersama dengan anak keluarga Nam. Ia belum bisa terbiasa dengan perubahan yang terjadi pada teman masa kecilnya itu.

Anak lelaki yang delapan tahun lalu ia temui tak seperti namja remaja yang ia temui kemarin malam, di rumah keluarga besar Nam. Tak ada namja ingusan yang pernah menangis kencang didepannya hanya karena terantuk batu kecil. Tak ada namja cerewet yang suka mengganggu ketenangannya. Tak ada namja dekil yang suka memasang cengiran tak jelasnya.

Itu semua benar-benar berubah. Menjadi sesosok namja tampan, tinggi, dengan raut wajah yang tegas. He’s totally change. Bahkan Sunggyu tak mengenali sosok itu diawal pertemuan kembali mereka, setelah delapan tahun mereka lewati tanpa satu sama lain..

Dan perubahan fisik keduanya menjadi salah satu factor utama ia, maupun teman masa kecilnya itu menjadi canggung. Tak ada pelukan pelepas kerinduan. Tak ada obrolan mengingat masa kecil mereka. Tak ada pertanyaan yang menanyakan ‘How was you?!’.

Hanya ada satu kata yang Sunggyu ingat dan itu diucapkan teman masa kecilnya itu. Satu kata yang membalas ucapannya lebih dulu saat itu. Saat namja itu mengantarkannya ke depan pintu kamarnya. Saat namja itu membalikkan badannya hendak berjalan menuju kamarnya tapi terhenti oleh ucapan Sunggyu.

Satu balasan kecil. Tak cukup kencang untuk Sunggyu dengar. Beruntung, pendengaran Sunggyu benar-benar masih berfungsi dengan baik. he knew, what his child friend said.

“Kau akan tidur sekarang?” Sunggyu menghentikan langkah kaki namja itu sesaat namja itu baru membalikkan badannya. Hendak melangkah menuju kamar yang berada hanya di depan kamar Sunggyu.

“Jaljayo.”

 

**

 

“Anak-anak, kalian akan kedatangan murid baru. Aku harap kalian akan menerimanya dengan baik. ia murid yang manis, saya yakin kalian akan menyukainya. Silahkan nak, perkenalkan dirimu.” Sunggyu membungkuk sopan pada Jang sonsaengnim, yang telah memberikan waktunya untuk berbicara.

“Anyeonghaseyo, Kim Sunggyu imnida! Aku baru kembali dari Jepang dan memutuskan untuk kembali bersekolah di Korea. Aku berharap kalian bisa menerimaku dengan baik. mohon bimbingannya!” Sunggyu membungkukkan kembali badannya, kali ini pada semua teman-teman barunya. Dan memasang senyuman hangat yang disambut senyuman tak kalah hangat oleh teman-teman barunya yang masih duduk manis di tempat masing-masing.

“Nah, Kim Sunggyu kau boleh duduk disamping bangku kosong itu. Anak pemalas itu sepertinya membolos pelajaranku lagi!” Jang sonsaengnim tampak sedikit menggerutu sebelum mempersilahkan Sunggyu untuk duduk di bangku barunya. Dengan agak bingung akibat ucapan Jang sonsaengnim, Sunggyu segera berjalan menuju bangku barunya. Menghiraukan berbagai tatapan teman-teman barunya yang masih tertuju padanya.

Sunggyu menaruh tasnya di atas meja sebelu mendudukkan bokongnya di bangku barunya. Bangku yang akan menjadi tempat duduknya enam bulan kedepan. Sunggyu mengangkat kepalanya hanya untuk melihat Jang sonsaengnim yang tiba-tiba izin keluar, kemungkinan untuk mengangkat ponselnya yang bordering. Dan entah apa yang membuat Sunggyu menolehkan kepalanya ke samping. Kearah bangku kosong di sebelahnya. Hanya ada sebuah tas hitam di kolong meja sebelahnya itu. Tapi tak ada si pemiliknya.

“Jika kau mencari si anak bodoh itu, dia pasti sedang membolos dengan si dino.” Sebuah suara menginterupsi Sunggyu. Membuat namja manis itu mengalihkan pandangannya pada sosok namja yang tak kalah manis dengannya, yang sekarang tengah duduk manis di belakangnya.

“Lee Howon. Tapi aku lebih senang kalau kau memanggilku Hoya.” Namja manis itu mengulurkan tangannya. Sunggyu terdiam sesaat sebelum sudut bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman dan membalas uluran tangan namja manis bernama Hoya. Yang akan segera menjadi temannya.

“Kim Sunggyu.”

“Jadi Sunggyu-ah, kau harus waspada karena duduk dengan si bodoh itu.” Sunggyu mengernyitkan dahinya mendengar ucapan selanjutnya dari Hoya.

“Si bodoh?” Hoya memberi tanda dengan matanya, menunjukkan bangku kosong di sebelahnya. Membuat Sunggyu kembali menata bangku kosong itu.

“Dia trouble maker. Bersama temannya yang biasa kami panggil dino, si anak bodoh itu jarang mengikuti pelajaran di kelas. Aku hanya tak tega murid baru yang polos dan manis sepertimu harus terjebak dengan si trouble maker itu.”

“Dia.. anak itu.. Kenapa ia masih bersekolah disini? Apa sekolah ini tak punya aturan untuk..?” Sunggyu tak melanjutkan kalimatnya dan menatap Hoya.

“Unfortunately he’s really genius! Tanpa belajar, dia bisa mendapat nilai sempurna di setiap ulangan dan tugas yang diberikan!”

Sunggyu terdiam mendengar ucapan Hoya.

“Tapi kau mau membantuku kan? Kau menakutiku.” Sunggyu memasang tampang seolah-olah ketakutan yang segera membuat Hoya tertawa cukup kencang.

“Tentu. Kita teman, bukan?”

Sunggyu tersenyum lebar. Teman. Dia mendapat teman baru. Setidaknya hari pertama sekolah di sekolah baru tak seburuh yang ia kira. Walau kemungkinan, ia harus waspada karena bisa saja akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Sesuatu yang buruk yang akan terjadi jika kau duduk satu meja dengan trouble maker sekolahmu.

 

**

 

Sunggyu menusuri lorong-lorong kelas yang tampak sepi karena sebagian siswa lebih memilih langsung pulang daripada berlama-lama di sekolahan. Lagipula, langit juga hampir gelap. Sunggyu tak segera mengangkat kakinya dari sekolah barunya karena ia masih harus menunggu Hoya. Namja teman barunya itu izin sebentar dari turnya membawa Sunggyu keliling sekolah karena ia mendadak di panggil oleh kepala sekolah. Mengenai urusan dance, yang memang ia tangani, tampaknya.

Sunggyu menghela nafasnya perlahan dan mulai memeluk dirinya sendiri saat ia sadar ia sudah berada di taman belakang sekolah mereka. Langit senja yang membentang seolah mendukung cuaca yang mulai menyengat kulit. Dinginnya malam sudah Sunggyu rasakan, walau langit belum bewarna gelap.

 

Bugh!

 

Tubuh Sunggyu tersentak kecil saat mendengar suara sesuatu menghantam sesuatu yang terdengar cukup keras.

 

Bak buk bak!

 

Tangan Sunggyu yang memeluk kedua lengannya sendiri reflek mencengkram kedua lengannya cukup kencang. Bersamaan dengan jantungnya yang berdetak cukup kencang.

Ada yang bekelahi. Di taman belakang sekolah ini. Sunggyu menduganya masih anak dari satu sekolah yang sama dengannya. Kecil kemungkinan ada orang lain yang ingin berkelahi dan sengaja membawa lawannya kesini, untuk diajak berkelahi.

Sunggyu menyesali dirinya yang terlalu ingin mau tau. Ia bahkan tak menyadari kakinya perlahan berjalan mendekat menuju dimana suara itu berasal. Dengan langkah gemetar tentunya.

 

Bugh!

 

Dan pukulan yang sangat kencang tadi terjadi tepat bersamaan dengan Sunggyu menemukan sumber suara itu. Dua laki-laki berdiri membelakanginya, dan seorang laki-laki yang terkapar tak berdaya di tanah.

Suara Sunggyu tercekat di tenggorokannya saat salah satu dari mereka membalikkan badannya. Mata tajamnya menangkap mata sipit Sunggyu, membuat kontak mata antara mereka.

“Siapa disana?!” dan suara seruan itu sukses mengawali langkah panjang Sunggyu yang berlari menjauh dari tempat itu.

Sunggyu berlari sekuat tenaga, menjauhi tempat itu. Tak memedulikan kakinya yang tak berhenti bergetar. Tak peduli kakinya yang kapan saja bisa tak kuat lagi menahan tubuhnya berlari sehingga terjatuh. Tak peduli dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan, membuatnya tak bisa berteriak meminta pertolongan.

Yang ia pedulikan adalah suara langkah lari yang terdengar tak jauh dari belakangnya. Yang ia pedulikan suara deru nafas tak beraturan yang semakin terdengar di belakangnya.

Sunggyu tak mau berakhir konyol, di sekolah barunya. Ia benci menjadi korban bully, tapi ia tak menyangka ia akan menjadi korban bully hari ini, di hari pertamanya bersekolah di sekolah barunya.

 

Grep!

 

Sunggyu pikir itu adalah akhir hayatnya. Sunggyu pikir ia akan berakhir sebentar lagi, berakhir sama dengan namja naas yang terlebih dahulu mendahuluinya. Ia menyesal, kenapa dirinya harus dilahirkan menjadi namja yang penuh dengan curiousity?

“Akan kuantarkan kau pulang.”

 

Deg!

 

Sunggyu hampir terkena serangan jantung seketika ketika mendengar suara yang berbisik lirih di telinganya. Suara lirih itu hampir saja membawa Sunggyu menuju tempat dimana banyak malaikat tinggal dan bermain music indah disana.

“Kajja.” Dan seketika kedua tangan kekar yang tadi memeluknya dari belakang untuk menghentikan langkahnya terlepas. Berganti dengan satu tangan yang entah sejak kapan sudah menggenggam tangan kanannya erat. Menariknya pergi dari taman itu.

Sunggyu tak bisa menolak, entah kenapa. Dalam diam ia mengikuti langkah sosok itu. Dalam diam ia menatap punggung sosok didepannya. Dalam diam, perlahan ia menengokkan kepalanya ke belakang. Ia menemukan sosok Hoya tengah melipat kedua tangannya didepan namja lain. Namja yang tadi bersekongkol dengan sosok yang tengah menarik paksanya sekarang.

 

**

 

Sunggyu berlari menuruni tangga keluar Nam dengan senandung kecil keluar dari mulutnya. Tak peduli, malam sudah tiba. Sunggyu hanya mau menghilangkan suasana sepi di rumah ini.

Malam  ini, malam kedua dimana Sunggyu tinggal di rumah ini untuk sementara. Appa dan eommanya masih di Amerika untuk urusan bisnis, dan tak mengizinkan Sunggyu untuk pulang ke rumahnya sendiri. Kediaman keluarga Kim. Sepulang dari Negara sakura, tempat halmoninya tinggal Kim Sunggyu malah menetap di rumah keluarga Nam. Sahabat dekat keluarga Kim.

Malam kedua ini ia hanya sendiri. Ah, berdua. dengan teman masa kecilnya. Anak satu-satunya dari keluarga Nam. Pewaris utama Nam corp pula, sama seperti dirinya. Mungkin mereka berdua akan bersaing seperti kedua keluarga besar mereka. Bersaing sekaligus menjalin hubungan persahabatan yang erat.

Ia lupa kalau ia hampir saja mati berdiri karena insiden baku tonjok di taman belakang sekolahnya tadi. untungnya, ia dibawa selamat oleh malaikat penyelamatnya.

Sunggyu menghentikan langkahnya saat ia melihat sosok teman masa kecilnya itu tertidur di sofa ruang tengah dengan tv yang masih menyala. Sunggyu membelokkan langkahnya yang tadi akan menuju ke dapur, menuju sosok yang tengah tertidur itu.

Dari jarak dekat, Sunggyu bisa melihat betapa menggemaskannya wajah teman masa kecilnya saat tertidur. Satu yang tak berubah. His innocent face when he’s sleeping.

Sunggyu tersenyum kecil melihat sosok tampan yang terlihat polos dan damai didepannya. Perlahan ia ambil remote tv dari tangannya, mematikan tvnya. Lalu tangan kanannya mengguncangkan bahunya perlahan. Agak ragu dan tak tega membangunkan tidur nyenyak sosok itu.

“Woohyun-ah, ireona..”

Nam Woohyun, tampak merespon Sunggyu dengan membuka matanya segera. Matanya yang juga kecil, tak berbeda jauh dengan milik Sunggyu membulat seketika. Saat kedua manic bola mata itu menyadari ada sosok menggemaskan yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Woohyun tak berteriak atau apa. Ia hanya mengalihkan wajahnya dan membenarkan posisi duduknya di sofa.

“Mian mengganggu tidur nyenyakmu. Aku hanya tak mau kau pegal-pegal karena tidur di sofa. Lebih baik kau pindah ke kamarmu dan melanjutkan tidurmu disana.” Sunggyu mengakhiri ucapannya dengan sebuah senyuman manis.

Lama tak ada respon dari Woohyun. perlahan senyuman manis di wajah Sunggyu memudar. Sedikit kecewa. Apa ia berbuat salah pada teman masa kecilnya itu?

“N-Ne,” Dan senyuman kembali terkembang di wajah Sunggyu saat mendengar Woohyun membalas ucapannya. Walau hanya dengan jawaban singkat.

Sunggyu menyingkir dari hadapan Woohyun, membiarkan teman masa kecilnya itu bangun untuk beranjak menuju kamarnya.

“Jaljaaa~” Sunggyu berujar lembut membuat langkah Woohyun terhenti sebelum menaiki tangga. Kata yang ia ucapkan malam itu, dimana Sunggyu yang menerimanya.

“Jalja.”

 

**

 

Hoya tak henti-hentinya meminta maaf pada Sunggyu karena telah meninggalkannya terlalu lama. Membuat akhirnya Sunggyu diculik paksa oleh sosok itu kemarin. Diculik paksa dan diantarkan kembali dengan selamat ke rumahnya.

“Sudahlah Hoya, aku buktinya tak apa-apa kok! lihat, masih utuh kan?” entah untuk keberapa kalinya Sunggyu berusaha meyakinkan Hoya.

“Tapi aku merasa bersalah Gyu! Pokoknya hari ini aku tak akan meninggalkanmu sendirian lagi!” Sunggyu terkekeh mendengar tekad Hoya.

“Ne, arasso arasso. Gomawo nee~ oh ya, ngomong-ngomong kau tak kenapa-kenapa kan semalam? Kulihat kau.. muncul didepan namja yang kemarin malam ikut dalam kejadian itu kan?” sekarang, balik Sunggyu yang mengeluarkan nada khawatir sambil menatap khawatir pula teman barunya itu.

“Ah, itu yang namanya si dino. Yang kubilang salah satu trouble maker sekolah ini.” Mata sipit Sunggyu mengerjap-ngerjap lucu sebelum akhirnya membulat sempurna.

“Ya Tuhan Hoya… kau pulang dengan selamat kan?! Kau tak apa-apa?!” kali ini, giliran Hoya yang terkekeh mendengar kekhawatiran di nada Sunggyu.

“Lihat, masih utuh kan?” Hoya mengcopy ucapan Sunggyu sebelumnya. Membuat namja bermata sipit itu mempoutkan bibirnya.

“Tapi.. bagaimana bisa?” Sunggyu berhenti mempoutkan bibirnya dan kembali menatap Hoya penasaran. Ada berbagai pertanyaan yang muncul di kepalanya.

“Bagaimana bisa apanya?”

“Kau dan namja yang kau panggil dino itu. Kenapa kau tak terlihat takut kemarin? Bahkan kalau aku tak salah lihat kau..”

“Aku namjachingunya.”

Sebuah suara menginterupsi ucapan Sunggyu. Sukses membuat namja itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah mengiterupsinya. Seketika itu, wajahnya memucat.

“Anyeong Kim Sunggyu,”

 

**

 

Lagi, Sunggyu benar-benar sudah mendapat berbagai kejutan dari dua hari yang lalu, hingga hari ini. Dimulai dari pertemuannya kembali dengan Nam Woohyun, teman masa kecilnya. Hari pertamanya masuk sekolah dan bertemu dengan Lee Howon, teman barunya. Sebangku dengan si trouble maker, yang sampai sekarang tak memunculkan batang hidungnya untuk duduk disamping Sunggyu. Diantar pulang oleh teman sebangkunya yang tak lain adalah si trouble maker. Dan hari ini, mengetahui bahwa temannya adalah kekasih dari salah satu anggota trouble maker itu. Jang Dongwoo.

“Nan jeongmal micheo!” Sunggyu mengacak-ngacak rambutnya frustasi sambil bergumam pelan. Sekarang jam istirahat pertama, dan hampiri semuanya siswa di kelasnya menghabiskan waktu di kantin. Mungkin hanya ia, dan namja yang sedari tidur di meja depannya. Namja yang tak mengangkat kepalanya sama sekali walau guru tengah menerangkan pelajaran di kelas tadi. dan Sunggyu tak terlalu perduli itu.

Sunggyu memilih tak menerima ajakan Hoya untuk ke kantin karena ia masih harus menjaga jarak dengan namja bernama Jang Dongwoo itu sementara. Ia pernah menjadi saksi pemukulan Jang Dongwoo terhadap salah satu siswa di sekolah ini. Walau Sunggyu sudah mendengar semuanya dari Hoya. Termasuk si bodoh yang juga trouble maker sekolah ini. The reason why they have been a trouble maker.

And he’s really frustrated about it, now..

“Gyuyie!” suara yang cukup tak asing untuk Sunggyu terdengar saat melihat Hoya dan Dongwoo memasuki kelas. Sunggyu berusaha mungkin menghindari kontak mata dengan Dongwoo.

“Aku bawa sesuatu untukmu.” Hoya duduk disamping Sunggyu dan mengoperkan roti pada Sunggyu. Dua buah roti.

“Hoya, jangan mentang-mentang pipiku chubby kau membawakanku dua buah roti sekaligus!” protes sunggyu yang disambut kekehan dari Dongwoo. Dongwoo?

“Bagilah dengan namja yang tertidur didepanmu ini. Ia belum makan dari pagi.” Sunggyu akhirnya mau tak mau menatap Dongwoo saat namja itu berbicara. Namja itu menunjuk namja yang tengah tertidur didepannya dengan dagunya.

“Haruskah..?” sunggyu berbisik pelan di telinga Hoya. Kali ini membuat Hoya sukses terkekeh.

“Jangan tertawa!” Sunggyu mempoutkan bibirnya kesal. “Aku belum mengenal semua siswa di kelas ini. Kenapa tak kau saja Dongwoo-ssi!” Sunggyu menyerahkan rotinya pada Dongwoo, yang tengah duduk disebelah namja yang tertidur itu.

“Anio… it’s your duty.” Dongwoo mendorong roti yang Sunggyu sodorkan kembali ke namja itu.

“Kenapa itu kewajibankuuu? Aku tak mengenalnyaaaa~?” Sunggyu merengek seperti anak kecil.

“Who’s said? You know him so well.”

Ucapan Dongwoo membuat rengekkan Sunggyu terdiam seketika. Terlebih saat sosok namja yang tengah tertidur itu mengangkat kepalanya, menengakkan badannya.

Keadaan menjadi hening sesaat. Sunggyu mencoba memperhatikan dengan seksama sosok itu dari belakang. Dan saat itu juga, nafas Sunggyu terasa terhenti seketika. He.. already knew who is him.

Namja itu bangkit dari duduknya dan segera melangkah keluar kelas. Tak memedulikan panggilan Dongwoo yang memanggilnya.

He is… another troble maker…

 

**

 

Lagi, Sunggyu berjalan menusuri lorong-lorong kelas. Terasa seperti dejavu untukya. Hanya kali ini, ada Hoya disampingnya. Sosok Hoya benar-benar tak mau membiarkan Sunggyu terkena masalah lagi seperti kemarin. Ia selalu mengikuti kemanapun Sunggyu pergi.

Langkah Sunggyu perlahan memelan ketika melihat sosok yang tak asing untuknya berjalan dari arah yang berlawanan dengannya. Di samping sosok itu ada Jang Dongwoo yang tengah melambai kearah Sunggyu dan Hoya. And exactly, beside Jang Dongwoo is.. another trouble maker.

Langkah Sunggyu perlahan berhenti. Tubuhnya secara tiba-tiba mematung. Akankah ia mendapatkan kejutan lain sebelum ia kembali ke rumahnya seperti kemarin?

“Hoaegii~’’ Dongwoo memeluk Hoya dengan erat. Hoya berseru sedikit kesal karena dirinya susah bernafas. Sunggyu menghiraukan mereka berdua. bahkan sama sekali tak menyadari apa yang tengah mereka berdua lakukan. Perhatiannya tertuju pada sosok yang berdiri didepannya. Di hadapannya. Sosok yang tadi berjalan menghampirinya setelah tubuhnya tiba-tiba terdiam tak bergerak.

Dan kali ini giliran nafasnya yang terhenti seketika saat ia merasakan dagu sosok itu bertumpu pada pundak sebelah kirinya. Membuat jarak mereka berdua semakin dekat, dan dekat.. sosok itu menumpukan dagunya pada bahu kiri Sunggyu.

“I’m tired of this.. please take me off from this things..”

Sunggyu terdiam, tak mampu membalas. Ia terdiam membiarkan sosok itu menjadikan bahunya sandaran untuk sosok lemahnya. Sosok yang biasanya terlihat kuat, tapi sekarang terlihat begitu rapuh didepannya.

Dongwoo dan Hoya menatap sosok itu dan Sunggyu.

“He is definitely not the trouble maker..” Hoya berbisik pelan pada Dongwoo.

“Yeah.. now, it’s time too let him free.”

“You should too!” Hoya menarik tangan Dongwoo agar menjauh dari sosok itu dan Sunggyu. Membiarkan mereka memiliki waktu berdua..

 

**

 

Masih dalam posisi tadi. setelah beberapa menit berlalu akhirnya Sunggyu berani melingkarkan kedua tangannya di pinggang sosok itu. Mengusap-ngusap punggung sosok itu. Dan saat itu juga, Sunggyu bisa mendengar sebuah tangisan pilu keluar dari bibir sosok itu.

“Mianhee.. jeongmal mianhee..” sosok it uterus mengucapkan kata-kata itu tadi. berbisik lirih di telinga Sunggyu.

“Aku yang seharusnya meminta maaf. Aku yang membuatmu seperti ini. Uljima Nam Woohyun..” Sunggyu bisa merasakan air matanya ikut jatuh menetes mengalir turun dari pipinya.

“Kumohon jangan tinggalkan aku lagi.. jangan tinggalkan aku seperti delapan tahun yang lalu itu.. aku benci sendiri.. aku benci saat menemukan dirimu tak ada disisiku..”

 

This is the weakness of the most trouble maker in this school. Kim Sunggyu…

 

“Tak akan pernah.. aku berjanji.. maafkan aku.. maaf..” kini, giliran Sunggyu yang terus menerus mengucapkan kata maaf. Disela-sela tangisan mereka berdua.

 

**

 

“Sunggyu mau kemana?” Woohyun berusaha berlari mengejar Sunggyu yang melangkah cepat, sambil menggeret kopernya.

“Ya Kim Sunggyu~ kenapa tak membalas pertanyaanku?!” Woohyun menghentak-hentakkan kakinya kesal. Tapi Sunggyu diam saja, dan memasuki mobil didepan rumah Woohyun.

“Kim Sunggyu!” seruan kesal Woohyun tak Sunggyu indahkan. Kaca mobil Sunggyu perlahan tertutup. Membuat Woohyun kehilangan pemandangan sahabatnya itu.

“Appa Kim Sunggyu mau kemana?” Woohyun akhirnya menyerah, memilih menarik-narik kemeja appanya yang berdiri disampingnya.

“Ia… akan pergi ke Jepang Woohyunnie.”

Woohyun terpaku mendengar ucapan appanya. Ia berharap appanya itu seketika itu juga tertawa untuk menandakan ia hanya bercanda. Tapi nyatanya, Woohyun malah melihat air mata yang keluar dari pelupuk mata appanya.

Seketika itu juga Woohyun mengalihkan pandangannya. Mobil milik Sunggyu mulai melaju meninggalkan perkarangan rumahnya. Segera, Woohyun melepaskan genggamannya pada ujung kemeja appanya dan berlari mengejar mobil Sunggyu. Tak memedulikan appa dan eommanya yang berteriak memanggilnya berulang-ulang.

“Kim Sunggyuuuuu!!!” Woohyun terjatuh ke tanah bersamaan dengan teriakan melengking yang keluar dari bibir mungilnya. Mata kecilnya yang mengabur menatap mobil yang membawa Sunggyu didalamnya yang mulai menghilang, dibalik tikungan.

Kaca mobil hitam pekat itu membuat Woohyun tak bisa melihat sedari tadi, bahwa sosok namja manis didalamnya tengah menangis sesegukan.

 

They are both crying. They don’t want to left, or be left. They are just too young to understand it. But Woohyun, definitely know like what his feeling now…

 

**

 

Akhirnya Woohyun melepaskan pelukan mereka. Ditatapnya wajah Sunggyu yang memerah karena menangis tanpa henti. Hal yang sama yang Sunggyu lihat di wajah Woohyun.

Kedua ibu jari Woohyun mengusap perlahan bekas air mata di kedua pipi chubby Sunggyu. Sementara namja manis itu terus menggumamkan kata maaf dari mulutnya.

“Stop it..” Woohyun berbisik lirih. Namun, Sunggyu tak mengindahkannya. Bahkan mulai terisak lagi.

 

And this is the last choice that Woohyun has.

 

He kisses Sunggyu. To shut up his mouth. And.. it’s worked. Sunggyu berhenti mengucapkan kata maaf… dan tak ada suara tangis lagi yang Sunggyu dengar.

Ciuman lembut, yang melarutkan keduanya.

Membuat Sunggyu melupakan semuanya. Melupakan semua pikiran-pikiran yang muncul tentang Woohyun, si trouble maker kemarin, saat namja itu datang dan mengantarnya pulang. Mungkin waktu itu Sunggyu hanya memiliki pikiran positive tentang Woohyun. he really doesn’t know how messy Woohyun without him.

Dan Woohyun pun mulai melupakan. Delapan tahun pahit tanpa sosok namja manis yang sekarang berciuman dengannya. Delapan tahun hidup kelamnya, hanya karena sesosok Kim Sunggyu. And Woohyun has already change his mind. He’ll take a free of trouble maker from now on.

 

Ciuman itu berakhir saat Sunggyu memukul pelan dada Woohyun. meminta ruang untuknya bernafas. Dan kini Woohyun bisa kembali melihat wajah Sunggyu yang merah padam. Bukan karena menangis. Tapi karena ciuman tadi.

“I love you, Kim Sunggyu. I do love you…” Woohyun berbisik bersamaan dengan ia mendekatkan lagi tubuhnya dengan tubuh Sunggyu. Berbisik lirih, tapi dalam di telinga Sunggyu.

“Aku sudah mengetahui perasaan ini, delapan tahun yang lalu. You are my first love, kiss and the last. I bet.”

Kali ini Sunggyu yang berinisiatif untuk kembali menyatukan bibir mereka. Membuat sebuah jawaban pasti atas pernyataan cinta Woohyun. ditambah sebuah kalimat “I do love you too.” Dari bibir mungil Sunggyu disela-sela ciuman mereka.

 

I promise Nam Woohyun, I will NOT ever to leave you again like that time. I’m really sorry that I just already know what kind of this feeling. You are also, my first love, kiss and will be the last..

 

I hope you always keep your promise, Kim Sunggyu. Please, don’t let me alone in this world again. I know I really dissatisfied you with your impression of me at the first we met again. But this is happen because 8 years without you. I do love you, Kim Sunggyu. Ah no no no, I adore you …

 

**

 

Woohyun menggambar angka delapan di pasir. Lantas ia memanggil Sunggyu, menyuruh namja manis yang duduk tak jauh darinya itu untuk menghampirinya. Segera, Sunggyu menghampiri Woohyun.

“Liat, apa yang Hyunnie bikin!” Woohyun menunjuk-nunjuk hasil karyanya di pasir yang baru saja selesai.

“Ige mwoya?” tanya Sunggyu bingung.

“Angka delapan.” Jawab Woohyun sambil memasang cengirannya.

“Iyaaa, Gyuyie tau! Terus kenapa Hyunnie gambar angka delapan? Kenapa gak Sembilan? Gyuyie lebih suka Sembilan!”

Woohyun tak segera menjawab, melainkan menggenggam kedua tangan Sunggyu secara tiba-tiba. Membuat Sunggyu yang tengah merengek terdiam seketika.

“Angka delapan itu melambangkan lambing Infinity. Kata appa, infinity itu artinya tak terbatas. Lihat gambar yang Hyunnie buat. Gak terputus kan? Nyambung. Jadiii.. Hyunnie gambar angka delapan karena Hyunnie mau kita seperti angka delapan. Hyunnie, dan Gyuyie akan seperti lambing Infinity. aku mau Hyunnie dan Gyuyie terus bersama, tak pernah terpisah seperti angka delapan ini.”

 

Splash!

 

Ombak tiba-tiba menyapu angka delapan yang baru saja dibuat Woohyun. anak lelaki berusia sepuluh tahun itu sontak membulatkan mata kecilnya. Perlahan terlihat air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Sunggyu yang menyadarinya sontak langsung menarik Woohyun kedalam pelukannya. Mengusap pelan punggung Woohyun.

“Sudahlah.. aku janji akan menjadi seperti angka delapan bersamamu. Biarkan, itu hanya sebuah gambar..” Sunggyu berusaha menenangkan Woohyun sebelum namja tampan itu menangis.

“Kau.. berjanji?”

Sunggyu melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Woohyun. Woohyun menyodorkan jari kelingkingnya kearah Sunggyu. Dan tanpa menunggu lama, Sunggyu menyambut jari kelingking Woohyun dengan jari kelingkingnya.

 

Mereka telah mengikat janji..

 

**

 

Sunggyu tidak mengingkarinya. Ia hanya membiarkan angka delapan lainnya lewat dalam bentuk tahun, sebelum kembali bertemu dengan Woohyun. kembali menemui namja itu. Untuk bersiap menghadapi delapan-delapan yang lainnya di masa depan. Untuk membuat mereka menjadi seperti lambang Infinity..

 

**

 

“So, kau tak akan mendapat julukan trouble maker lagi kan?” tanya Sunggyu yang kini tengah mengusap kepala Woohyun yang berbaring di pahanya.  Woohyun tersenyum dan mengangguk, masih mengagumi keindahan wajah Sunggyu dari posisinya sekarang.

“Syukurlah, aku tak akan mendengar julukan si anak bodoh dari Hoya lagi.”

“Mwo? Si Hobear itu memanggilku si anak bodoh?” Woohyun sontak menegakkan tubuhnya dan duduk menghadap Sunggyu.

“Kau tidak tau? Kalian kan bersahabat. Hanya bedanya Hoya bukan anggota trouble maker kan?”

“Aish, Lee Howon! Lihat saja dia nanti!”

 

CHU~

 

Sunggyu mengecup kilat bibir Woohyun saat Sunggyu melihat namjanya itu mengepalkan tangannya.

“Jangan jadi trouble maker lagi, ingat. Lagipula kau lupa, Dongwoo namjachingunya? Aku tak mau kalian berdua bertengkar bodoh hanya gara-gara masalah sepele.” Sunggyu mengusap rambut Woohyun lembut, menenangkan namja itu.

“Bukaaannn ituuuuu. Aku mau berterima kasih pada Hoya malahan. Aku menyukai julukan si anak bodoh. Hehe, karena aku tau kalau Dongwoo pasti lebih bodoh dari aku!”

Sunggyu melongo mendengar ucapan Woohyun barusan. Dan kesempatan itu Woohyun gunakan untuk mencium kilat bibir merah milik Sunggyu. Sebelum berlari meninggalkan kekasihnya itu.

“Ya Nam Woohyun!”

 

Mereka berkejar-kejaran. Bernostalgia ke angka delapan yang lalu. Menuju angka delapan lainnya yang akan membawa mereka bersama, selamanya..

 

END

 

**

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
redvelvetrose #1
Chapter 1: Waaa, ternyata teman masa kecil Sunggyu dan si trouble maker yg jg teman sebangkunya adalah orang yg sama.
Hyunnie kecil dan Gyuyie kecil imut banget siih, lucuuu ,,>.<,,
strawberrymilk_
#2
Chapter 1: Awwwwwww so sweet <3
junsuism #3
Chapter 1: Cute.... Really cute....