Hold

Hold

 

Hold

 

Author : Han Jinry

Main cast : Kim Sunggyu, Nam Woohyun

Support cast : Member Infinite

Rated : General

Genre : Angst, Romance

Length : Chapter

Summary :

 

“You would never know what I’ve been hold on”

 

 

“The reason that I like you? Because it’s you. Just you, that’s the only reason”

 

 

“If no one asks.. no one needs to know”

 

 

“Even if you’re going to run away from me, I’m going to chase you for the entire life”

 

 

The feeling that I’ve been hold on.. The feeling that hurts me so much..

The feeling makes me like a fool person.. The feeling that said.. LOVE YOU.

 

 

Tak ada yang pernah menyadari kehadirannya. Ia seperti seekor semut di tengah-tengah ilalang tinggi. Tak akan ada yang melihatnya.

 

Tak ada sapaan untuknya. Tak ada satu pun suara yang memanggilnya. Tak ada sepasang mata pun yang menatapnya.

 

Rasanya menjadi seseorang yang dibully lebih menyenangkan dibanding menjadi dirinya. Seseorang yang diasingkan..

 

 

Suasana kelas 3-2 sangat riuh saat jam pelajaran tengah berlangsung. Hampir semua kelas di lorong yang sama terdengar riuh. Karena kelas-kelas itu kosong dari sosok sonsaengnim. Dan karena rapat yang mendadak diadakan untuk para sonsaengnim, papan tulis setiap kelas terpaksa harus dikotori oleh tugas-tugas dari para sonsaengnim. Tapi siapa yang mau mengerjakannya?

 

“Sepertinya guru sedang merapatkan mengenai badai yang akan terjadi besok. Apakah sekolah akan diliburkan, atau tidak.” Namja dengan nametag Jang Dongwoo itu membuka pembicaraan. Menatap dua temannya yang duduk di hadapannya. Namja yang tengah menatapnya juga dengan kaki yang terangkat di atas meja, dan namja lain yang tampak sibuk menatap kearah sesuatu di belakang Dongwoo.

“Liburkan saja! biarkan aku menghabiskan hari berbadai besok di rumah Yeollie~” namja bermata elang yang duduk sambil menaruh kakinya di meja itu mengakhiri ucapannya dengan senyum aneh. Mengundang sebuah jitakan dari Dongwoo untuk namja yang mengenakan nametag Kim Myungsoo itu.

“Aku berharap sekolah tidak libur.”

Namja yang sedari tadi belum berkomentar akhirnya angkat bicara. Membuat dirinya mendapat dua tatapan horror dari Dongwoo dan Myungsoo.

 

Pletak! Pletak!

 

“Aku tau kau ketua siswa yang rajin belajar, suka menabung, senang menolong dan tidak sombong! Tapi jangan berlebihan seperti itu rajinnya! Kalau kita masuk besok kita terjebak badai seharian, pabo!” Myungsoo menyemprot namja itu dengan makiannya habis-habisan. Tak peduli kalau namja itu sahabatnya. Tak peduli namja itu memeliki status tertinggi diantara seluruh siswa di sekolah.

 

Siapa yang mau masuk di hari berbadai?

 

“Tapi jika di kelas kita aman kan?” ujar namja itu setelah berhasil menghindar dari serangan Myungsoo dan Dongwoo selanjutnya.

“Kau saja yang bersekolah besok Nam Woohyun!”

 

Woohyun, namja itu segera berlari keluar kelas mengamankan diri. Sepertinya ia sudah tidak aman lagi berada didalam kelas. Dikelilingi oleh dua hewan buas yang siap menerkamnya.

Woohyun membiarkan kakinya terus berlari menjauhi kelas. Walau nyatanya kedua sahabatnya yang mengerikan itu tak mengejarnya. Tapi entah kenapa, kakinya enggan berhenti.

 

Sampai ia tiba di atap sekolah.

 

Matanya melihat melalui jendela kecil yang dibuat di pintu menuju atap sekolah. Tangannya tak segera membuka gagang pintu itu. Karena matanya lebih dulu menangkap sosok lain yang berada disana.

 

Punggung itu.. Woohyun mengenalnya.

 

Perlahan dua sudut berlainan di ujung bibirnya melengkung, membentuk sebuah senyuman.

“Alasan aku ingin bersekolah walau pun badai datang hanya satu. Karena hanya di sekolah lah aku bisa melihatnya..”

 

Bisikan pelan dari Woohyun itu.. menjawab pertanyaan Myungsoo dan Dongwoo secara tidak langsung.

 

 

“Sonsaengnim-sonsaengnim itu memang sudah tidak waras!” Myungsoo lagi-lagi mengumpat, sebelum menjatuhkan tubuhnya di kursi samping Woohyun.

“Kau ini baru selesai istirahat sudah mengumpat seperti itu.” Woohyun hanya menanggapi seadanya. Ia sudah hafal kebiasaan dan hobi sahabatnya itu. Terlebih hobi mengumpatnya.

“Aku kesal Woohyun! kenapa besok harus tetap masuk?! Argh, aku jadi tidak bisa berduaan dengan Yeollie!” kali ini Woohyun menghempaskan punggungnya kasar ke sandaran kursi. Sedikit lebih kencang lagi, mungkin Myungsoo akan terjungkal bersama kursinya.

“Sudah kubilang kan, kita aman jika berada didalam kelas? Lagipula badai tak akan terjadi selama sehari penuh kan?”

“Ah, molla!”

 

Woohyun tersenyum tipis menanggapi sahabatnya itu. Ia belum melihat sosok Dongwoo. Jika sosok dino itu datang, kemungkinan besar ia akan mengeluhkan hal yang sama dengan Myungsoo. Walau dengan cara yang lebih sopan.

 

Woohyun sangat amat bersyukur, para sonsaengnimnya sempat melihat berita di televisi mengenai badai esok. Badai yang akan terjadi mulai sore hari. Setidaknya sekolah bisa masuk setengah hari, baru dipulangkan.

 

Dan Woohyun bisa tetap melihat sosok itu besok..

 

Bruukk!

 

Suara yang cukup kencang itu membuat Woohyun segera tersadar dari lamunannya. Ia pikir Myungsoo masih mengamuk sehingga ia benar-benar terjatuh bersama kursinya. Namun ternyata ia salah besar. Yang terjatuh adalah namja lain. Terjatuh tepat didepan kelas.

Semua barang yang dibawanya jatuh berserakan. Sekarang, namja itu sibuk memunguti barang-barangnya. Wajahnya menahan kesakitan, entah dimana. Karena Woohyun tak melihat bagaimana namja itu terjatuh.

 

Walau terjatuh, tak ada seorang pun yang menolongnya. Semua yang ada di kelas ini, seolah tak acuh dengan apa yang baru saja terjadi pada namja itu. Semua menganggap tak terjadi apa-apa barusan.

 

Woohyun segera bangkit dari kursinya hendak menolong namja itu. Namun ia kalah cepat. Namja itu lebih dulu berdiri dan kembali berjalan menuju tempat duduknya.

Mata Woohyun mengikuti pergerakan namja itu, sampai namja itu benar-benar duduk di tempat duduknya. Helaan nafas Woohyun hembuskan.

 

Coba ia lebih cepat sedikit. Mungkin ia bisa membantu namja itu. Setidaknya.. tak semuanya acuh pada namja itu..

 

 

 

Namja bermata sipit dengan pipi chubby itu berjalan dengan susah payah dengan tumpukan buku di tangannya. Kalau bukan untuk mengerjakan tugas Sejarah, mungkin ia tidak perlu bersusah payah meminjam buku sebanyak itu dari perpustakaan.

 

Tapi kalau ia mengerjakannya bersama dengan yang lain, atau berkelompok, itu akan lebih mudah..

 

Bruukk!

 

Namja itu mengaduh kesakitan saat bokongnya mendarat mulus di lantai dingin kelasnya. Karena melamunkan hal yang tak penting, ia tak melihat ada meja guru di hadapannya. Dan karena beban buku yang ia bawa membuat tubuhnya tak bisa seimbang sehingga terjatuh.

Hanya sesaat ringisan sakit itu keluar dari bibirnya. Sebelum ia segera bangkit Dan memunguti buku-buku yang terjatuh berserakan di lantai. Lalu berjalan menuju tempat duduknya.

 

Suara yang ia timbulkan cukup kencang. Ia terjatuh juga di depan kelas, tempat yang mudah dilihat oleh semua isi kelas. Tapi kenapa tak ada yang menghampiri untuk menolongnya? Sekedar membantunya memunguti buku?

 

Ia bukan pengemis yang meminta perhatian semua orang. Ia tau hal seperti ini akan terjadi. Siapa yang akan memperhatikannya? Bukankah ia sudah mengandaikan dirinya seperi semut di tengah-tengah ilalang?

 

Tapi ia lebih suka jika seandainnya mereka mentertawakan dirinya yang terjatuh. Ia tak butuh sebuah pertolongan. Ia hanya ingin kehadirannya disadari.

 

Tapi sepertinya itu mustahil.

 

 

Woohyun memacu motornya pelan. Ia ingin menikmati pemandangan di sekitarnya. Walau hanya orang berlalu lalang.

Sangat bertolak belakang dengan motor yang dikendarainya. Sebuah motor balap yang ia bawa pelan. Mungkin orang yang melihatnya pertama kali akan menganggap Woohyun baru belajar mengendarai motor. Tapi sungguh, Woohyun hanya tak ingin memacu kendaraan bermotornya di atas kecepatan 20km/h sekarang.

 

Deretan toko di daerah Hongdae itu sesekali tak luput dari pandangan Woohyun. walau terkesan ramai dan berdesakan, tetap tak menyulitkan Woohyun untuk mengendari motor balapnya. Di tengah-tengah kerumunan pengunjung.

 

Matanya jeli menyapu ke semua toko di deretan Hongdae itu. Bahkan matanya seolah bisa menerobos masuk ke dalam toko-toko itu. Menerawang isi toko-toko itu.

Karena tujuan ia sebenarnya, memang mencari seseorang yang berada di salah satu toko itu.

 

Woohyun menyerah. Setelah sekitar sepuluh menit memutari daerah Hongdae, ia memilih memarkirkan motornya. Rencana pertamanya menemukan orang itu memang gagal, tapi bukankah jika setiap rencana pertama gagal selalu ada rencana kedua?

 

Woohyun membuka helmnya. Menampilkan wajah tampannya. Sedikit mengibaskan rambutnya, namja tampan itu menghela nafasnya. Mungkin akan lebih mudah menemukan orang yang ia cari dengan berjalan kaki.

Dan kaki Woohyun pun mulai melangkah. Menjauhi tempat dimana motornya diparkirkan.

 

Tempat pertama yang ia tuju. Toko peralatan music.

 

Sebenarnya toko ini yang sedari tadi menarik perhatian Woohyun. kemarin, ia melihat sosok itu disini. Walau kemungkinannya sangat kecil sosok itu mengunjungi toko ini setiap hari, apa salahnya berharap?

 

Woohyun berjalan mendekati petugas yang tengah berjaga di toko itu. Sedikit berbincang dengan petugas namja itu, sebelum tersenyum ramah dan pamit menjauh dari petugas itu.

 

Raut ramah Woohyun berubah, saat tubuhnya memunggungi petugas namja itu. Ia terlambat. Orang yang ia cari baru saja pulang, dari toko ini.

 

Helaan nafas Woohyun loloskan begitu saja. menyesali dalam hati, kenapa ia tak langsung ke toko ini sedari tadi? malah berkeliling sekitar Hongdae tak jelas?

 

Tapi indera pendengaran namja tampan itu kembali mendengar suara si petugas toko. Bahkan langkah kakinya mengikuti kemana si petugas toko itu berjalan. Menuju sebuah piano klasik berwarna putih yang berada di tengah-tengah toko.

Dan perlahan senyum itu kembali tampak di wajah Woohyun. piano ini.. Ini yang selalu membuat orang itu datang ke toko ini. Hanya untuk sekedar memainkan piano ini.

 

Satu informasi tambahan untuk si stalker Woohyun. orang yang diikutinya, sangat amat menyukai music.

 

 

Ditengah keramaian lalu lalang pejalan kaki di malah hari. Di antara kerumunan orang yang tertawa, tersenyum, berbincang dengan teman yang menemani jalan-jalan mereka. Hanya ia yang berjalan dengan wajah setengah tertunduk.

 

Hembusan dinginnya angin malam seolah tak mengganggunya. Kaos lengan pendek tipis yang ia kenakan sebenarnya sangat menyiksanya. Tapi entah kenapa, kulitnya seolah kebal merasakan dingin yang cukup menyengat itu.

Itu semua karena yang ia rasakan di hatinya jauh lebih dingin dari pada hawa malam musim dingin sekali pun.

 

Diantara sekerumunan orang yang berisik asik berbincang, hanya ia yang terdiam. Hanya berbicara dengan hatinya, itu yang bisa ia lakukan. Membatin didalam hatinya..

 

Ia terdiam di sisi jalan, di zebra cross. Menunggu sampai lampu hijau menyala, pertanda untuk pejalan kaki menyebrang.

Hatinya membatin, sepertinya ia tak perlu menunggu lampu itu berganti. Bagaimana kalau ia langsung menyebrang saja? membiarkan tubuhnya terhantam benda besi keras?

Setidaknya itu tak semenyakitkan dengan apa yang ia rasakan selama ini. Sepertinya..

 

Lampu hijau akhirnya menyala. Ia membiarkan pejalan kaki yang bergerombolan untuk menyebrang duluan. Sementara dirinya, memilih berjalan di belakang. Dengan tatapan yang semakin menunduk ke bawah. Menatap tanah yang ia pijak.

 

Bahkan sepertinya ia kalah dengan tanah. Yang selalu mendapatkan perhatian semua orang yang menapakinya.

Seburuk itukah ia bahkan lebih buruk dari tanah? Sebuah benda mati?

Apakah ia harus menjadi benda mati terlebih dahulu untuk mendapatkan perhatian semua orang padanya?

 

Ia pikir, jika itu terjadi belum tentu akan ada yang memperhatikannya.

 

 

Woohyun memasuki ruangan kelasnya dengan senyum yang terkembang lebar di wajahnya. Sangat amat bertolak belakang, dengan raut wajah hampir seluruh siswa di kelasnya. Bahkan kedua sahabatnya pun tak luput menekukkan wajah mereka.

Woohyun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum berjalan mendekati kedua sahabatnya. Hanya karena masalah badai, kelasnya seolah habis terkena badai. Sebaiknya Woohyun tak mengungkit-ungkit masalah badai jika tak mau kena masalah dengan dua sahabatnya itu.

 

Sesaat bokongnya menyentuh bangkunya, matanya menangkap raut wajah yang aneh dari salah satu sahabatnya. Tepatnya sahabatnya yang bermarga Jang.

“Sepertinya masuk sekolah memang tak selamanya buruk.”

Ucapan dari namja itu bahkan turut mengundang perhatian dari Myungsoo. Yang sekarang merubah tatapan kesalnya menjadi tatapan bingung dan penuh tanda tanya.

 

Dongwoo menatap Woohyun dan Myungsoo bergantian. Woohyun menaikkan satu alisnya, seolah bertanya “Mwo?”. Tapi namja dino itu malah memperlebar senyuman anehnya.

“Ya, cepat beritahu apa yang membuatmu tersenyum gila seperti itu pabo!”

Myungsoo, yang dilahirkan sebagai namja tak sabaran menjitak kepala Dongwoo. Cara ampuhnya untuk memaksa Dongwoo buka mulut jika sifat menyebalkannya mulai kambuh.

“Aish.. maksud ucapanku tadi banyak yang bisa kau lakukan di sekolah. Seperti membolos dan kencan secara diam-diam?”

 

Woohyun memutar bola matanya, tepat saat ia mendengar maksud dari seorang Jang Dongwoo. Dan tanpa perlu melihat Myungsoo, ia sudah tau apa reaksi namja itu.

Saat suara berisik mengganggu pendengarannya, ia yakin, Myungsoo dan Dongwoo tengah berselebrasi ria. Dan mungkin sebentar lagi dua makhluk itu akan meninggalkannya sendiri di dalam kelas.

 

Mereka bukannya tega meninggalkan sahabat sendiri. Hanya Woohyun yang belum memiliki pasangan.

Bukannya mereka menganggap Woohyun akan menjadi orang ketiga nantinya. Tapi percuma mengajak Woohyun keluar kelas. Sampai digeret paksa pun, bokong namja tampan itu tak akan terangkat dari kursinya. Kecuali kalau ada bom yang dikirimkan Korea Utara terjatuh di daerah sekolahnya.

 

Kerena ada pemandangan yang lebih indah, yang bisa Woohyun nikmati di dalam kelas. Ini yang membuat Woohyun menganggap kelasnya sebagai ‘Home sweet home.’

 

 

Jam istirahat pertama habis. Saat semua siswa sudah berada didalam kelas, tiga bangku masih kosong belum berpenghuni. Ketiga penghuninya masih di luar kelas.

Woohyun melirik dua bangku sahabatnya yang masih kosong, sebelum beralih pada suara radio kelasnya yang tiba-tiba terdengar.

 

“Bagi seluruh siswa Woollim High School, diharap untuk tidak keluar kelas. Badai sudah mendekati daerah sekolah kita. Untuk memulangkan para siswa sangat mustahil. Berlindunglah didalam kelas. Kunci semua jendela kelas rapat-rapat. Dan jangan lupa untuk mengunci pintu kelas masing-masing. Terima kasih.”

 

Suasana kelas tiba-tiba menjadi riuh. Seluruh siswa mulai kembali memprotes tentang mengapa mereka tak diliburkan. Hanya yang masih waras, yang mulai sibuk mengunci jendela kelas.

 

Woohyun menyenderkan punggungnya pada senderan bangkunya. Ia sama sekali tak mencemasi sahabatnya, yang kemungkinan berada di luar kelas. Karena beberapa menit yang lalu, ia mendapati pesan bahwa mereka berada di kelas kekasih mereka. Dongwoo berada di kelas Hoya, dan Myungsoo berada di kelas Sungyeol. Mungkin mereka tak akan kembali sampai badai reda. Memang itu yang mereka rencanakan.

 

Pandangan matanya tertuju pada bangku yang biasa ia perhatikan. Dan saat itu juga matanya membulat.

 

Glodok glodok

 

Suara jendela yang tertempa angin cukup kencang itu menandakan badai mulai datang. Tapi Woohyun malah berdiri secara tiba-tiba, dan berlari menuju pintu kelas.

 

“Ya! Apa yang akan kau lakukan Woohyun?! badai sudah datang!” suara salah satu murid Woohyun hiraukan. Dengan cepat ia memutar kunci pada pintu kelasnya dan berlari keluar tanpa peduli untuk menutup pintu kelas kembali.

 

Telinganya seolah tuli, tak mendengar panggilan teman-temannya.

 

Kakinya berlari sekuat tenaga menyusuri lorong-lorong kelas. Matanya menyusuri setiap sudut bahkan inci yang ia lewati.

 

Sosok yang selalu ia pandangi. Sosok yang membuat ia ingin datang ke sekolah di hari badai sekalipun… tak ada di dalam kelas.

 

TBC

 

Huewehehehe #ketawaepil

Akhirnya setelah entah berabad lamanya gak nulis FF (longfict loh) akhirnya terciptalah FF super gak jelas ini -___- tadinya mau dibikin wansyut, tapi takut alurnya kecepetan (sering banget aku bikin alur kecepetan) jadilah terpotong (?) potong. Oh ya, ini pengalaman saya mau bikin FF yang angst. Tadinya mau sad romance, tapi nanti WooGyu kaga bersatu dong #plak. Jadi ini lah pilihan saya, ANGST!

Berharap FF gaje ini masih menarik minat anda reader setia WooGyu Fanfiction untuk membacanya. Kalo boleh minta kritikan ya? Aku gak bisa nilai diri sendiri, jadi mohon kritikannya ^^

Bisa disalurkan kritikan mengenai cerita gaje ini melalui RCL *loh

 

Happy reading anak-anak WooGyu :*

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
redvelvetrose #1
Chapter 1: Nam Woohyun: ketua siswa yg rajin belajar, suka menabung, senang menolong dan tidak sombong. lol, deskripsi siswa ideal XD
Siswa yg tidak diperhatikan siapa2 itu si Sunggyu kan? kenapa bisa dia diabaikan smw orang? kasiaan..
Woohyun, cepat cari Sunggyu, bawa k tempat aman, jangan smpai kalian kejebak badai yaaa..
adorexo
#2
Seems interesting! Keep writing author-nim!! would you mind checking out my fanfic? Sorry for advertising :D