The Vows

CORPSE BRIDE

 

"Tuan Kim. Dari awal. SEKALI LAGI." ucap Pastor Onew pada Suho yang kini tengah berdiri di depan altar. Di sebelahnya, Kyungsoo berdiri dengan sabar.

Kali ini, mereka sedang latihan untuk mengucapkan janji suci mereka.

Tapi, seperti biasanya, Suho gagal.

Salah kata,

Salah gerak,

Salah mimik muka,

Salah menggunakan tangan,

Lupa kata,

Dan lainnya.

Kai mengamati mereka berdua di belakang, sebagaimana seorang tangan kanan seharusnya berada.

Dia hanya berdiri terdiam melihat Kyungsoo kelak akan mengucap janjinya dengan Suho. Hatinya masih sakit, tapi ia berusaha menekannya.

Orangtua Suho dan Heechul duduk di belakang kedua putra mereka itu, mengamati bagaimana mereka mengucap janji.

Janji itu tidak bisa dianggap remeh. Jadi, tentu Suho harus bisa menanggung tanggung jawab itu.

Pastor Onew memulai kata-katanya.

"Dengan tangan ini… aku akan mengangkat penderitaanmu, Gelasmu tidak akan pernah kosong, karena aku akan menjadi wine-mu. Dengan lilin ini, aku akan menerangi jalanmu dari kegelapan… Dan dengan cincin ini, aku akan menjadikanmu sebagai milikku,"

Suho menelan ludah.

"Kita coba sekali lagi," kata sang pastor dengan nada lumayan sabar. Suho mengangguk grogi. "Y-ya! S-sekali lagi…"

Dia menarik nafas dalam-dalam.

"Dengan lilin ini," ucap Suho. Ia lalu menyulut lilin di tangan kanannya ke lilin yang sudah terang di depannya.

Lilin yang dipegang Suho tidak menyala.

"Dengan lilin ini…?" ucap Suho sekali lagi. Ia menyulutnya sekali lagi.

Tetap tidak menyala.

Dan dia mencoba lagi.

"D-dengan lilin ini…?"

….

Tetap tidak menyala jugaa!

Apa lilinnya basah atau Suho tidak beruntung?

Lilin Suho masih ia arahkan kearah lilin yang sudah tersulut api itu, dan perlahan Suho melirik kearah orangtuanya.

"Apa aku harus membantunya menyalakan lilin, sayang? Dia payah sekali…." ucap ibu Suho kecewa. Ayah Suho menggeleng. "Jangan mengomel, sayang… putra kita pasti bisaa!"

Suho melirik kearah Heechul.

Wajah Heechul sudah terlihat seperti dia berniat untuk menusuk Suho tepat di jantungnya.

'HUAAAAA…. IBU MERTUA YANG MENYERAMKAAAN!'

Kai geleng-geleng kepala sambil berkata dalam hati, 'Wajah nyonya sudah begitu, kenapa pengantin prianya bodoh sekali?'

Suho kembali melirik kearah pastor.

"EHEM!" batuk sang pastor. Suho melirik kearah lilinnya yang sudah tersulut. "O-oh, y-ya!" ia lalu menarik lilinya kembali dan siap memulai latihan.

"Dengan lilin ini…"

FUTS!

Lilinnya mati.

Aduh.

"….."

"LANJUTKAN!" geram sang pastor.

TENG TENG TENG

Suara bel mansion megah keluarga Do berbunyi.

"Jongin, buka pintu." ucap Heechul tanpa melirik. "Ya, nyonya." ucap Jongin. Ia lalu pergi membukakan pintu dan kembali lagi dengan memberikan kartu nama sang tamu yang tadi membunyikan pintu.

"Dari Tuan Kris Wu, Nyonya." ucap Kai sesopan mungkin. Heechul mengambil kartu tersebut dan agak terheran. 'Wu? Kenapa dia kemari? Kurasa dia bukan bagian dari keluarga jauhku, kenapa dia datang di acara ini?'

Seorang berambut blonde yang sangat tinggi dan juga sangat tampan lalu memasuki ruangan itu. "Ah, sepertinya aku terlalu cepat sehari, pernikahan kalian besok, benarkan?"

"…?" Suho dan Kyungsoo mellirik kearah Kris heran.

"Jongin, siapkan kursi untuk Tuan Wu." ucap Heechul. Kai mengambil Kursi dan menempatkannya di dekat Kris agar namja itu bisa duduk.

Suho dan Kyungsoo tetap menatap Kris dengan tatapan 'siapa dia? Gelagatnya…aneh..'

"Kenapa menatapku? Lanjutkan saja," ucap Kris dengan dingin.

Pastor Onew kembali memulai. "Mari kita lanjutkan, Tuan Kim."

"B-baik, pastor." ucap Suho sambil mengangkat tangan kiri karena tangan kanannya memegang lilin (yang mati lagi) itu. Kyungsoo dengan sabar menyulut api di lilin Suho tanpa Suho sadari.

"JANGAN MENGANGKAT TANGAN KIRI! GUNAKAN TANGAN KANANMU!" Omel pastor Onew. Dengan panik Suho memindahkan lilinnya ke tangan kiri dan mengangkat tangan kanannya. "I-iya!"

Pastor Onew sudah mulai frustasi.

Suho lupa (lagi) kata-kata awalnya.

"Dengan tangan ini," ucap Pastor. Suho mengikutinya. "Dengan tangan ini,"

"UCAPKAN SAMBIL MEMEGANG TANGAN PENGANTINMU!" geram pastor lagi, lagi, dan lagi. Suho kaget dan segera memegang tangan kiri Dio yang tengah berdiri di sebelah kanannya. "De-dengan tangan ini,"

"Melangkahlah, seperti yang tadi kukatakan," kata sang pastor.

Suho mengangguk, lalu melangkah dua kali sambil memegang tangan Kyungsoo, dan langkah kedua dia menabrak meja altar.

"A-aduh, sakit…"

"BODOH! MELANGKAHLAH TIGA KALI! BUKANKAH AKU SUDAH BILANG?! TIGA KALI!" geram sang pastor. SANGAT SANGAT GERAM. "BOCAH INI! APA KAU TIDAK NIAT MENIKAH, HAH?!" ucapnya lagi.

"T-TIDAK!" teriak Suho.

Kyungsoo kaget dan melirik kearah Suho. "K-kau tidak mau menikah?"

"Bu-bukan begituu! M-maksudnya, aku tidak berniat untuk tidak mau menikah, begitu… aku sangat-sangat ingin menikah!" jelas Suho dengan nada gugup.

BLETAKK!

"OUCHHH!"

Sang pastor memukul kepala Suho dengan tongkatnya.

"Kau tidak terlihat begitu! Apa kau bahkan tidak membawa cincin pernikahan?!" omel sang pastor.

Ibu Suho melirik kearah ayah Suho dengan tatapan 'ini sudah parah. Kalau dia tidak membawa cincin, kubur dia hidup-hidup!'

Ayahnya menggeleng. 'Tenang, dia bawa!'

"O-oh, iya, cincin ya, iya…ini!" ucap Suho dengan nervous sambil mengeluarkan cincin dari sakunya.

Dan seperti biasanya, Suho telmi, sangat-sangat telmi sampai…

…Cincinnya jatuh.

"ARRRGH! ANAK INI! DIA MENJATUHKAN CINCINNYA! DIA BENAR-BENAR TIDAK BERNIAT MENIKAH!" teriak Pastor Onew sambil memegangi kepalanya saking pusingnya. Dalam adat mereka, bila pengantin menjatuhkan cincin, berarti pengantinnya tidak benar-benar berniat untuk menikah, begitulah…

Suasana jadi riuh. Orangtua Suho panik. Heechul geram. Suho takut dan sangat sangat panik sambil mencari kemana cincinnya jatuh. Kyungsoo bingung. Kai heran dan bingung dan ingin menendang Suho keluar mansion. Kris tetap di tempat dan menonton suasana yang tidak terkendali itu. Sedangkan Pastor Onew sibuk dengan doa-doanya yang mendoakan Suho agar dia tidak terlalu…telmi.

Cincin pernikahan itu jatuh ke bawah rok gaun Heechul. Suho yang masih memegang lilin yang menyala langsung merangkak mengambil cincin di bawah rok gaun ibu mertuanya.

Sekali lagi : Suho merangkak mengambil cincin di bawah rok gaun ibu mertuanya.

"KYAAAAAA?!" teriak Heechul kaget karena si calon menantu berani-beraninya menyusup ke dalam roknya. Suho kaget tapi dia berhasil keluar dan menunjukkan cincinnya. "SUDAH BERHASIL KUDAPATKAN!"

Tapi masalah belum beres.

Lilin yang dipegang Suho tadi jatuh ke gaun Heechul.

Lilinnya masih menyala,

Jadi…

"KEBAAKAARAAAAAAAAN!" teriak Heechul histeris. Gaunnya terbakar. Ayah Suho segera menginjak-injak gaun itu agar apinya hilang, sedangkan ibu Suho mengipasinya dengan kipas cantik yang selalu ia bawa. "Aduh aduh kuharap gaunnya tidak bolong atau meninggalkan bekas, yaaaa"

Dan apinya semakin besar karena kipasan angin ibu Suho.

"KAU BODOH! JANGAN DIKIPAS-KIPAS, APINYA MAKIN BESAR!" aum Heechul semakin frustasi.

Keadaan makin kacau, sampai…

BRUSH!

Kris menyiram gaun Heechul dengan segelas wine yang ia pegang, lalu ia melemparkan gelas wine tersebut sembarang arah. Kai segera menangkapnya dengan wajah heran.

Api akhirnya padam.

Semuanya melirik kearah Kris yang masih berdiri dengan wajah dingin. "Apa?"

"CUKUP!" teriak pastor Onew dengan amarah tidak tertahankan. "PERNIKAHAN INI TIDAK AKAN MULAI SEBELUM PENGANTIN PRIA BENAR-BENAR SIAP!"

Semuanya melirik kearah Suho.

Suho berdiri dengan wajah gugup dan takut.

"ANAK MUDA!" teriak sang pastor lagi. Ia berjalan mendekati Suho dengan wajah horror, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Suho. " .JANJIMU."

Gulp.

Heechul memelototi Suho dengan mata menyeramkan.

Orangtua Suho melempar tatapan sinis.

'MATI AKU!' pikir Suho. Ia lalu mundur beberapa langkah, tapi…

THUD!

Jalannya mentok. Di belakangnya ada pintu. Ia dengan panik mencari kenop pintu, membukanya, dan kabur secepat-cepatnya dari mansion itu.

Suasana hening.

"Sepertinya dia sangat gugup," ujar Kris. Kyungsoo melirik kearah Kris, lalu kearah pintu dimana Suho kabur tadi. Ia merasa khawatir pada Suho.

.

.

.

.

.

.

Suho kabur ke sebuah jembatan yang tidak jauh dari gerbang kota. Di suasana malam itu, dia hanya terdiam dalam kelam, menatap bayangannya sendiri di permukaan danau di bawahnya.

"…Kyungsoo…"

Ia menghela nafas.

"Hhh…dia pasti berpikir aku sangat bodoh, hari ini benar-benar parah…"

"PERHATIAN, PARA WARGA, PERHATIAAAAN!"

Suho melirik kearah suara yang datang dari gerbang kota. Itu suara si pembawa pesan kotanya, Park Chanyeol. Pada saat itu belum ada media komunikasi selain surat, dan media komunikasi lisan adalah dengan pembawa pesan yang berteriak-teriak ke seluruh kota meneriakkan berita terbaru sembari membawa lonceng.

Itulah pekerjaan Park Chanyeol.

Suho terdiam, mendengarkan berita apa yang akan disampaikan Chanyeol.

"GLADI RESIK PERNIKAHAN KELUARGA DO DIKACAUKAN OLEH CALON PENGANTIN PRIA DARI KELUARGA KIM!"

'APA?' pikir Suho. Dia membatu.

Dari kejauhan, Chanyeol melihat kearah Suho yang berdiri di tengah jembatan. Chanyeol agak gugup—orang yang dia 'beritakan' ada di depannya.

"SI TUKANG IKAN AKAN JADI IKAN KALENGAAAAN! KELUARGA DO SANGAT GERAM KARENA KEKACAUAN YANG IA PERBUAT!"

Sekian berita dari Chanyeol.

Park Chanyeol dan mulut besarnya.

Suho menghela nafas dalam-dalam, dia kecewa. Beritanya pasti sudah tersebar satu kota sekarang. Keluarganya pasti sangat malu.

"HHHH…TERSERAAAH!" teriak Suho dari hati kecilnya. Dia memutuskan untuk berjalan menjauhi kota, mencari pencerahan di malam gelap di tengah musim dingin itu.

.

.

.

.

Suho berjalan di tengah hutan dengan galau.

"…Seharusnya itu tidak susah, kok!" gumamnya. "Itu kan hanya beberapa kata,"

Ia mengangkat tangannya. "Dengan tangan ini, aku akan mengambil wine-mu…. eh, bukan! Salah, salah!"

Ia terus berjalan.

"Dengan tangan ini…aku akan me…" ucapnya sembari meletakkan tangannya di dada.

Dada?

"E-eh?! Ya Tuhan, tidak tidak! Kenapa jadi di dada? Kenapa aku ert? Eh, tapi Kyungsoo kan namja, dia tidak punya da-YA AMPUN KENAPA AKU JADI BERPIKIR BEGITU, TUHAAAN?! MAAFKAN AKUU!"

Ya ampun, Suho…

Ia terus, terus, dan terus berjalan.

Ia lalu sampai di sebuah pohon besar yang bercabang banyak, dengan salju di bawahnya.

"Dengan lilin ini, aku akan…"

"Aku akan?"

"Aku akan…"

Dia menghela nafasnya lagi. "…Aku akan membakar gaun ibumu dan membuat kebakaran."

Suho meletakkan tangannya di jidatnya, dia stress dan frustasi. Suho lalu duduk di sebuah akar besar dari pohon itu. "Hhh…ini tidak berguna!"

Perlahan, Suho mengeluarkan cincin tadi dari sakunya. Ia teringat Kyungsoo. Dia tidak mau Kyungsoo kecewa.

Suho berdiri dan mencoba mengumpulkan keberaniannya. Tangan kanannya memegang cincin tersebut dengan benar.

"Dengan tangan ini, aku akan mengangkat penderitaanmu."

Suho agak bingung, tapi ia merasa lebih percaya diri. Ia lalu melanjutkan kata-katanya pada pohon-pohon—seakan mereka adalah manusia.

"Gelasmu tidak akan kosong, karena aku akan menjadi wine-mu."

Dia mulai percaya diri.

Suho tersenyum senang. Ia melihat sebatang pohon yang tak berdaun karena musim dingin itu dan memegang rantingnya—seakan ia memegang tangan Kyungsoo. "Ah, Kyungsoo-ah, kau sangat cantik mala mini, matamu benar-benar sebening berlian…"

Ia beralih ke pohon lain. Kali ini ia asumsikan itu sang ibu mertua. "Apa? Nyonya Do, anda ingin saya memanggilmu 'ibu'? Hmm, terserah anda, sih…"

Suho bicara sendiri.

Kasihan juga, tapi cara itu ampuh untuk membentuk kepercayaan dirinya.

Namja yang sudah mendapatkan percaya dirinya dengan cara bicara sendiri pada pohon-pohon(?) itu lalu melanjutkan kata-katanya.

"Dengan lilin ini," ucapnya sambil mematahkan satu ranting pohon seakan itu sebuah lilin dan bergerak seakan menyulutnya. "Aku akan menerangi jalanmu dari kegelapan…"

"Dan dengan cincin ini," ucap Suho mantap. "…Aku akan menjadikanmu sebagai milikku,"

Ia lalu memasangkan cincin itu di sebuah akar pohon yang berbentuk seperti jari-jari tangan.

Suho berhasil mengatakan semua vows-nya.

.

.

Angin mulai berhembus kuat.

"KAAAK….KAAAAAK…"

Suho agak kaget. Angin menyibak keras dan juga gagak-gagak bertengger di pohon besar itu, bersuara menimbulkan rasa takut di diri Suho.

Dan tiba-tiba…

GREP!

Akar yang terpasangi cincin itu mencengkram tangan Suho bagaikan tangan manusia, menarik tangan Suho kedalam tanah.

"HU-HUWAAAAAAAAAA!" teriak Suho kaget. Ia mencoba menarik tangannya dari dalam tanah. Tangannya keluar, tapi masih dicengkram oleh akar yang sekarang sudah berubah menjadi tangan tengkorak manusia itu.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Suho ketakutan. Ia berusaha keras melepaskan cengkramannya, lalu…

KRAK!

Tangan itu patah. Suho terpental ke belakang. Ia melirik tangan kanannya dan tangan itu masih mencengkram tangannya, lebih kuat.

"HUWAAAAAAA IBUUUUUU" teriak Suho sambil menggoyang-goyangkan tangannya agar tangan itu lepas.

Akhirnya lepas juga!

GRAKKKK GRAKKK

Suara aneh keluar dari tanah dimana akar itu berasal. Tanahnya mulai terbelah seperti ada yang akan melesak keluar dari dalam tanah.

GRAKKK

Suho terdiam dalam rasa takut. Mulutnya terbuka karena kaget dan tidak tahu harus bagaimana.

KRAKKKK!

Sebuah tangan berkulit pucat keluar dari tanah dan menancap keluar, dan tubuh 'makhluk' itu perlahan keluar.

Suho ingin lari.

Tapi, badannya kaku.

Ia masih tercengang. Dan matanya terus melihat makhluk itu keluar sempurna dari dalam tanah.

Seorang namja berkulit pucat berbaju tuxedo putih keluar dari dalam tanah. Wajahnya tertutup salju dan dedaunan musim dingin.

Cahaya bulan menerangi makhluk itu, Suho sekarang lebih jelas melihatnya.

Dia terlihat seperti manusia.

Perlahan, ia menyibakkan salju di kepalanya, menampakkan wajahnya.

Seorang namja berwajah kecil, berhidung mancung, bermata indah dan juga dengan bibir dan senyum yang tak kalah indah.

Tapi, tetap saja menakutkan. Kulitnya sepucat mayat dan ia…tidak terlihat seperti manusia hidup.

Namja itu lalu bersuara.

"…Aku bersedia,"

Suho masih tak percaya dengan apa yang ada di depannya.

Namja itu meraih Suho dengan tangannya, tapi Suho segera berlari sekencang-kencangnya.

Tangan kiri yang patah milik namja itu lalu kembali menyatu dengan tubuhnya—meski masih berbentuk tulang belulang. Ia segera mengejar Suho yang lari tunggang langgang di tengah hutan.

Suho berlari dan dia terjatuh dari sebuah tebing kecil. Ia jatuh tersungkur dan kepalanya menabrak batu nisan.

Ia tercengang melihat batu nisan yang jadi tempat 'pendaratan' kepalanya itu.

'JADI INI KUBURAN?! KUBURAN DI TENGAH HUTAN?! PANTAS SAJA BERHANTU! HUWAAAAA IBUUUUUUU'

Tak jauh dari tempat Suho, namja tadi terus mengejarnya perlahan.

Dengan efek sinar rembulan di belakangnya.

Suho bersumpah, efek sinar bulan itu menambah kesan horror! Dia ingin segera pulang dan meringkuk di pelukan ibunya!

Suho kembali berlari, dan…

BRUKK!

…Dia menabrak pohon dengan telak.

Kepalanya terasa pusing, dan ia melirik ke belakang.

Namja itu mulai mendekat—Suho bisa melihatnya meskipun penglihatannya memburam.

'Apa dia hantu?!'

Setelah penglihatannya kembali jelas, Suho segera berlari secepat-cepatnya, melintasi sebuah sungai yang membeku karena saat itu musim dingin. Ia berusaha berlari tapi karena es itu licin, ia jadi berlari di tempat. Suho ingin menangis karena namja itu sudah sangat-sangat dekat dengannya, tapi Tuhan masih menyayangi Suho dan akhirnya Suho bisa berlari.

Jalan keluar hutan sudah terlihat. Suho mempercepat larinya, namun ia dihadang ranting-ranting pohon yang memperangkapnya. Ia berusaha lepas dan akhirnya berhasil meskipun jasnya agak sobek. Ia keluar dari hutan, dan berhenti di jembatan dimana ia merenung tadi.

"H-hah…hah…. a-aku selamat!" serunya sambil mengatur nafas.

Ia berjalan mundur, berbalik, dan…

TADAAAAA!

Namja itu ada di hadapannya!

"HUWAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Suho histeris. Ia terus mundur, mundur, dan mundur sampai mentok karena di belakang adalah jembatan.

Namja itu tersenyum kecil sambil berjalan menghampiri Suho.

Angin kuat berhembus menusuk kulit Suho dan gagak-gagak hitam beterbangan diatas mereka.

Tangan namja itu memegang pundak Suho, mendekatinya dengan perlahan.

Suho tercengang, tidak bisa bergerak. Ia hanya berharap kalau dia akan tetap hidup karena ia pikir dia sudah cukup taat beribadah pada Tuhan.

Namja itu sekarang hanya berjarak 4 cm dari wajah Suho.

"…Kau bisa mencium pengantinmu sekarang," ujar namja itu.

Lalu…

Suho merasakan sebuah bibir yang lembut tengah berada di bibirnya.

Namja itu mencium Suho.

Dan Suho….

.

.

.

.

.

.

Pingsan.

Apalagi kalau bukan pingsan?

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
strawberrymarshmalow #1
Chapter 6: Thor, di ffn ada epilogue disini kok nggak?
KazumaBtomat #2
Chapter 6: Kayanya yang di FFn nggak sampe selesai, ya? ._.
rainysummer #3
Chapter 6: Author ini keren.....
YaraTheApples #4
Chapter 6: sulay sama kaisoo bisa bersama.......
kenapa chanbaek, ndak... hiks...hiks...
tapi meskipun gitu, critanya bener2 bagus n menghibur......!!!!!
YaraTheApples #5
Chapter 2: dari awal liat kelakuan suho...., langsung ketawa,
apalagi pas tragedi kebakarannya, hehehehehehehe
leanndrea #6
Chapter 2: Dari awal baca part ini, beneran ngakak mpe lupa klo temen kosan lg sakit.hehe
cupulwin #7
Chapter 6: rasanya campur aduk pas baca ff ini, serem, tegang tapi ada lucunya jg, ff yg bagus author-nim..
lyrasymphony
#8
Chapter 6: Antara ngakak dan sedih baca ff ini, Thor...

Ngakak: Karena penghuni Underworld itu bego semua! XD *dipelototin semua penghuni Underworld*
Apalagi si Baekhyun, tuh... Kasihan sih, kisahnya ma Chanyeol sad ending... ;~~;
Tapi kalo g ada Baekhyun yg 'rada2', Underworld g bakal seseru itu! xD
G ada Baekhyun, g rame! xD *ngiklan dikit*

Sedih: Yakali, plotnya aja bunuh2an semua .__.
Kris Wu... Grrrr... *cakar2, gigit2 Kris*
I hope you'll end up BADLY slash SEVERELY in the hands of the Underworld's occupants! Cx #evilsmirk

Anyway, good job Thor! :D
ff-nya kereeeen! ^^d
lovidovi #9
Chapter 4: Hahahaha banyak kelucuan di sini.
Leeteuk mengoleksi poster Taylor Swift.
Orang mati ber eyeliner, dsb.
Masih di tengah2 sih, gak tau akhirnya bakal sedih atau gembira
lovidovi #10
Chapter 1: maminya d.o adalah heechul lol,
nyonya heechul cerewet dan sangar nih!