Two Egded Sword
WISH
WISH
Written by rhie_sha
Chapter 3 : Two Edged Sword
Terkadang Yunho tak menyangka, bahwa semua akan menjadi seperti ini. Satu-satunya wanita yang ia cintai kini jadi orang yang paling tak ingin ia temui. Pandangan bangga dari kedua putranya bermetamorfosa jadi kecewa. Tempat yang dulu disebutnya rumah, kini tak lebih dari sebuah bangunan tanpa nyawa. Ia sadar, bahwa ini menyakitkan. Ia tahu, pertengkarannya dengan Jaejoong sampai pada titik yang bisa dikatakan konyol. Tapi apa mau dikata, tidakkah itu yang dilakukan pernikahan padamu? Tujuh belas tahun mengarungi samudera bertajuk rumah tangga, ada masanya dimana jenuh itu tiba jua. Mungkin inilah yang terjadi pada mereka. Yunho menghela nafas lelah.
“Lho, Yunho?!” Ada kejut yang ia tangkap di sana. Yunho mendongakkan kepala.
“Heechul-ah?”
Yang disapa dengan seenaknya mendudukan diri di bangku di hadapannya. “The one and only.. Tumben kau di sini? Sedang apa?”
Yunho terkekeh. “Noona, apalagi yang di lakukan orang di mall kalau tidak untuk belanja?”
“Heh? Presiden direktur ShinKi Corporation menghabiskan waktu untuk belanja di hari kerja? Sedang kerasukan apa kau?” Straight to the point, khas Heechul bukan? Lagi, Yunho tersenyum.
“Aku melewatkan pentas seni Changmin dua hari yang lalu, jadi kupikir ada baiknya aku membelikannya sesuatu sebagai permintaan maaf.”
“Ah, dan kau memutuskan untuk melakukannya sendiri supaya terasa lebih tulus begitu? Che, kalau kau ada waktu untuk belanja, kenapa tidak sekalian saja kau habiskan dengan anakmu? Dia akan lebih menyukai itu daripada hadiahmu, tahu?”
“Aku hanya ada waktu sampai jam tiga sore ini, noona. Dan Changmin masih ada di sekolah. Tidak mungkin menemuinya sekarang.” Yunho menyisip kopinya. Pahit.“Kau sendiri, habis memborong lagi ya, noona?” Diliriknya jejeran tas di samping Heechul. Seringai yang muncul di bibir Heechul membuatnya mengangguk maklum.
“Lalu, mana hadiah yang kau beli?”
Yunho menggeleng. “Aku masih belum membeli apa-apa. Sedikit lapar saat sampai di sini. Jadi aku makan dulu. Baru sempat melihat-lihat sekilas tadi.”
“Memangnya mau membeli apa?”
“Entahlah, kurasa Play Station baru dan beberapa buku. Atau mungkin baju. Aku belum memutuskan.”
“Mau kubantu mencari? Kalau soal baju, aku tahu toko yang bagus di sini.”
“Kalau itu tidak merepotkanmu, tentu saja.”
“Omong kosong, lagipula aku juga mau ke sana. Ada blazer yang harus aku beli. Prada, limited edition, PINK! Jadi sebaiknya kau cepat tuan. Aku tak mau kehilangan blazerku.”
Tidak ada orang yang bisa menghadapi Heechul yang murka. Tidak, kecuali kau punya cadangan nyawa, dan Yunho jelas tidak punya. Jadi ia segera membayar makanannya dan beranjak mengikuti sang diva. Memutuskan untuk tidak memikirkan masalahnya terlalu lama. Lagipula apa gunanya berfikir tanpa tindakan? Bukankah sebaiknya ia segera menemukan hadiah untuk Changmin, dan setidaknya satu masalah bisa terselesaikan. Benar kan? Yunho meyakinkan diri. Baiklah, ayo lakukan ini..
“Mau kubawakan belanjaanmu, noona?”
Naif kalau kau berfikir takdir akan berhenti di sini
Karena tidakkah kau tahu
Ada mata yang membulat tak percaya
Dan hati yang terbalut asumsi
Juga emosi
Naif kalau kau berfikir semua tidak bisa menjadi lebih buruk lagi
Karena kau tahu
Itu baru saja terjadi
“Hyun... Hyunjoong-ah... Bisa kita bertemu?”
Quote by Nicholas Sparks:
Just when you think things can't get any worse, they do. I've learned that life is life an hourglass. Sooner or late, everything hits rock bottom.
Comments