Awal dari Permulaan

Beautiful Game Over

"Selamat.."

"....."

"Kalian berlima adalah orang-orang terpilih. Setelah 3 orang lagi datang, semuanya baru akan di mulai."

"....."

"Hidup adalah permainan."

"Suara ini datang dari mana sih?"

"Bagaimana kalau kalimatnya sedikit diubah?"

"....."

"Bermainlah untuk hidup."

       
 

*****

 

Chaerin terus menatap kotak yang baru didapatnya tadi di Jepang. Bersalah. Kalau kotak ini penting bagi pemiliknya gimana ya?

Ah, sudahlah.

Member lain sedang tidur. Chaerin sama sekali tidak mengantuk. Ia meletakkan kotak itu di atas kasur dan memotretnya dengan iPhonenya.

Baru saja Chaerin ingin meng-uploadnya ke Instagram, tiba-tiba cahaya terang muncul dari kotak itu. Chaerin melompat karena kaget dan menutup matanya.

"Loh kok.. Leader?!?!!"

"MINJIII!!!!!!"

           

*****

 

"Sudah berapa lama kita disini?" Sehun membuka mulutnya untuk pertama kalinya setelah waktu yang cukup lama. Changmin berdiri dan menggedor-gedor setiap sudut dari ruangan itu. Ruangan penuh ilusi, hitam putih, dan cahayanya yang sangat redup membuat suasana tidak enak.

Bosan. Bingung. Lapar. Haus. Semuanya tercampur jadi satu. "Kalau sampai ini adalah bagian dari sebuah variety show aku akan benar-benar keluar dari SM." Kata Jonghyun.

Entah sudah berapa lama mereka terperangkap disitu. Tidak ada sinyal. Jam berhenti bergerak. Mereka benar-benar bingung. Waktu mereka habiskan dengan diam. Sesekali ada obrolan. Sesekali juga Changmin marah-marah sendiri.

Di suatu suasana yang sangat hening, tiba-tiba ada cahaya. Cahaya yang sangat terang. Cahaya yang pernah mereka lihat. Semuanya bangkit dari duduknya dan mendekati cahaya tersebut, berharap bahwa itu adalah jalan keluar.

Bukan

Cahaya mulai meredup, siluet seorang wanita terlihat.

Apa wanita ini bisa membantu kita?

Apa wanita ini tahu sesuatu?

Terlihat wanita itu berusaha berdiri, ke-5 orang itu serempak mendekatinya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Tao meski ia belum melihat jelas siapa wanita tersebut. "Apa dia manusia?" Tanya Minho.

Terdengar suara. Entah itu bisikan atau suara yang terlalu halus. "A-a-apa-apaan.. I-ini dimana?" Suara lemah ini berasal dari wanita tadi.

Cahaya semakin redup, sosok wanita ini semakin jelas. "Loh.. Kamu kan...?" Kata Sehun terbata-bata. Sehun dan Jiyoung memang saling kenal. Akrab? Tidak juga. Mereka hanya saling kenal karena mereka bagian dari suatu gang dimana para K-pop idol yang lahir pada tahun 1994 berkumpul. Sedangkan yang lain hanya sekedar mengenal Jiyoung dari internet dan televisi. "Sehun..? Kalian..?" Jiyoung bingung.

Tiba-tiba

"Selamat datang orang ke-6.."

"Orang ke-6?"

"Kalian berenam adalah orang-orang terpilih. Setelah 2 orang lagi datang, semuanya baru akan di mulai."

"....."

"Hidup adalah permainan."

"....."

"Bagaimana kalau kalimatnya sedikit diubah?"

"....."

"Bermainlah untuk hidup."

Hening. Ini pertama kalinya Jiyoung mendengar hal seperti tadi. Tapi bagi yang lain? Ini sudah kesekian kalinya. "A-a-apa maksudnya?" Jiyoung bertanya tanpa berpikir panjang. Entah bagian mana yang tidak ia mengerti. Mungkin semuanya. Ia tidak tahu sudah berapa menit berlalu, tapi baru saja beberapa saat yang lalu ia duduk di van nya, menikmati hembusan angin dari AC-nya.

Jonghyun berdiri dan berjalan mendakat kearah Jiyoung yang terlihat ketakutan. "Aku Jonghyun. Kim Jonghyun. Kau pasti mengenal ku, aku cukup terkenal." Jonghyun menunduk dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan satu-satunya perempuan yang berada di ruangan itu. Suasananya memang tidak tepat untuk berkenalan, tapi apalagi yang bisa mereka lakukan? Jiyoung bangkit dari duduknya dan bersalaman dengan pria yang lebih tua itu. "Kang Jiyoung, magnae KARA." Kata Jiyoung tersenyum. Satu persatu pun berkenalan dengan Jiyoung. Suasana jadi tidak terlalu canggung. Mereka terus mengobrol, mulai dari basa-basi, kehidupan di dorm, kesuksesan group mereka masing-masing hingga membandingkan SM entertainment dengan DSP entertainment. Mereka masih berbicara dengan formal antara satu dengan yang lain, tetapi sesekali obrolan mereka diselingi dengan tawa penuh kebahagian. Mereka semua hampir saja lupa tentang situasi mereka saat itu sampai Jiyoung bertanya, "ngomong-ngomong, apa yang terakhir kali kalian lakukan sebelum melihat cahaya keluar dari kotak itu?" Pertanyaan ini tidak asing bagi setiap satu dari mereka. Mungkin karena mereka semua pernah mengalami hal serupa. Yaitu mendapatkan kotak, melihat cahaya yang berasal dari kotak itu, dan masuk keruangan yang sekarang sedang mereka tempati. "Saat itu aku baru saja masuk ke dorm setelah mengambil sepatuku yang tertinggal di ruang latihan. Yunho hyung... apa kau kenal dia, Jiyoung-ssi?" Changmin memulai ceritanya. Jiyoung mengangguk. "Yunho hyung saat itu sedang mandi. Baru saja aku meletakkan sepatuku di atas rak, ada kotak berwarna hitam yang mencuri perhatianku. Aku tidak begitu ingat detilnya, tiba-tiba ada cahaya dari kotak itu dan sekarang aku berada disini." Lanjut Changmin, "tapi saat aku tiba disini, belum ada orang satupun kecuali diriku sendiri. Untung saja tidak lama setelah itu, ada Minho." Katanya sambil melirik Minho. Cerita terus berlanjut, pengalaman berbeda dialami oleh setiap orang.

 

******

 

Chaerin membuka matanya dan menyadari kalau ia sedang tergeletak di lantai putih yang licin dan dingin. Baju yang ia kenakan saat itu memang terbuka sedikit di bagian perutnya sehingga perutnya itu bisa merasakan dinginnya permukaan lantai tersebut. Tembok disekelilingnya berornamen abstrak dan berwarna hitam putih. Selain itu, ia merasa ada beban diatas punggungnya. Beban itu adalah sesuatu yang ia kenal. Mungkin lebih tepatnya, seseorang. Ya, itu Minzy. Sepertinya mereka terjatuh dengan posisi Minzy menimpa Chaerin. "Aduh.. Ini dimana?" Tanya Minzy.

           

******



"Saat aku sampai disini, kukira aku ketiduran di setting MV baru EXO." Kata Sehun. Mereka masih saling berbagi cerita. Tidak lama setelah Sehun mengakhiri kalimatnya, lagi-lagi ada cahaya. Mereka sudah biasa dengan cahaya itu. Mereka duduk terdiam tapi penasaran, menanti cahayanya meredup.

Seketika cahayanya meredup, "J-j-jaejoong hyung?" Changmin terbata-bata sedangkan yang lain membisu. Andai ini shooting drama, pasti kamera terfokus pada 2 orang itu. Jaejoong dan Changmin.

"Selamat datang orang ke-7"

"....."

"Kalian adalah orang-orang terpilih. Setelah 1 orang lagi datang, semuanya baru akan di mulai."

"....."

"Hidup adalah permainan."

"....."

"Bagaimana kalau kalimatnya sedikit diubah?"

"....."

"Bermainlah untuk hidup."

Perhatian masih terpusat pada Jaejoong dan Changmin. Mereka berdua saling memandang. Kapan terakhir kali mereka bertemu? Kapan terakhir kali Changmin memanggil 'Jaejoong hyung'? Sebaliknya, kapan terakhir kali Jaejoong mendengar orang yang di hadapannya itu memanggilnya?

Saat itulah Changmin dan yang lainnya sadar kalau ini sudah pasti bukan variety show. SM tidak mungkin membiarkan mereka bertemu apapun alasannya.

Hening. Entah apa yang membuat mereka semua terdiam. Tidak ada yang bergerak dari posisi mereka semenjak Jaejoong datang. Jaejoong juga tidak bertanya-tanya tentang kenapa dan dimana dia, ataupun pertanyaan-pertanyaan yang selalu ditanyakan yang lainnya.

             

*****

 

"Ini pintu bukan ya?" Tanya Minzy, meraba-raba permukaan tembok itu, mencari gagang pintu yang belum tentu ada. Chaerin mendekat kearah Minzy, "sepertinya bukan." Katanya. Baru saja Chaerin berkata seperti itu, tiba-tiba tembok itu terbuka lebar. Kabut membuyarkan pandangan mereka. Chaerin spontan menggenggam erat tangan Minzy. Sesaat setelah kabut memudar, terlihat 6 orang dalam posisi duduk dan yang 2 lagi berdiri. "Kok ada 2 orang?" Bisik Minho pada Sehun yang ada di sampingnya.

Kabutnya menghilang, Chaerin akhirnya menyadari kalau ia menginjak sesuatu yang ada di lantai dan mungkin itulah yang menyebabkan pintunya terbuka. Minzy dan Chaerin menatap seisi ruangan, bingung. Mereka berdua melangkah maju menuju ke 8 orang yang mereka lihat siluetnya. Belum sempat mereka saling sapa, lagi-lagi suara itu muncul.  

"Selamat datang orang ke-8"

"....."

"Kalian adalah orang-orang terpilih. Permainan akan segera dimulai."

"....."

"Hidup kalian ada di tangan kalian sendiri. Bermainlah jika kalian mau hidup."

"....."

"1 menang, semua hidup. 1 curang, semua mati."

Kalimatnya berakhir disitu. Chaerin dan Minzy yang baru datang hanya bisa diam dan bertanya-tanya dalam hati.

Tidak lama setelah itu ada 8 orang memasuki ruangan tersebut, entah dari mana. Setiap orang memakai baju astronot berwarna putih dan masing-masing membawa kotak yang warnanya berbeda-beda. Changmin mendapat kotak merah, Jiyoung menapat yang biru, Tao yang ungu, Jonghyun yang hijau, Minho yang pink, Sehun yang oranye, Chaerin yang kuning dan Jaejoong yang coklat.

 

Seketika ke-8 "astronot" itu lenyap, meninggalakan ke-9 orang itu kebingungan. 

Sepertinya, ada yang kurang.

Mereka ber-9, tetapi kenapa hanya 8 orang yang dapat kotak?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet