an untold story behind Music Bank Jakarta

Bittersweet

Langit Jakarta yang kelabu tiba-tiba dihiasi ribuan warna.

 

Ratusan kembang api diluncurkan dan mewarnai langit Jakarta. Pertanda konser Music Bank in Jakarta 2013 telah berakhir.

 

Yanti meloncat-loncat kegirangan melihat kembang api yang kesekian kalinya. Steph yang ada di sampingnya hanya bisa ikut berteriak dan kembali mengarahkan kameranya ke langit, mencoba mengabadikan setiap moment yang ada.

 

Aku?

 

Hanya bisa berdiri dalam keheningan duniaku sendiri . .

 

Di antara ribuan orang yang meneriakkan nama idola mereka . .

 

Di tengah kegembiraan ribuan orang . .

 

Aku sibuk dalam pemikiranku sendiri.

 

Tadi . . aku bertemu dengannya . . dia di atas panggung dan aku berada di kerumunan penonton . . mata kami bertemu, walaupun hanya untuk sedetik . . aniya . . hanya seper-sekian detik . .

 

Dan tiba-tiba . . aku menyesali keberadaanku di konser itu.

 

Mungkin akan lebih baik jika aku hanya melihatnya di TV . . Mungkin akan lebih menyenangkan jika tadi aku menolak ajakan Yanti dan Steph . . Mungkin . . Mungkin . .

 

***

 

Steph dan Yanti kembali menarikku kembali ke dunia nyata.

 

“Sita! Ayo ke backstage!”kata Yanti dengan penuh semangat.

 

“Yan . . Kakiku sudah lelah. Mungkin ada baiknya aku langsung pulang.”

 

Dalam hati, aku setengah berdoa Yanti bisa memahami alasanku dan membiarkanku lolos kali ini . . but  . . well . . no one can say “no” to her . .

 

Dengan sekuat tenaga, Yanti menyeretku ke arah pintu backstage.

 

“Yaaantiiiiii . .”

 

Aku berusaha merajuk untuk mengubah hatinya. But once again . . it was useless . .

 

Steph menunjukkan backstage pass-nya dan petugas yang ada di area backstage pun membiarkan kami masuk.

 

“HYUKKKIIIIEEEE!!!”seru Yanti dengan keras.

 

OK . . This is it . . the point of no return . .

 

Aku sudah tidak bisa lari lagi.

 

Semua orang yang ada di backstage menoleh ke arah kami.

 

“YEOBOOO!”

 

Si pria-berwajah-mirip-monyet-penuh-nafsu itu pun menghambur ke arah kami dan langsung memeluk Yanti.

 

And here we got the cheezzzzy couple again . .

 

Well . . tapi aku setengah bersyukur . . karena aku bisa lepas dari cengkraman tangan Yanti yang super kuat itu.

 

Aku menoleh ke arah Steph dan mendapati maknae yang satu itu sudah berada dalam pelukan Siwon.

 

Great . .

 

Mereka menarikku ke sini hanya untuk melihat mereka dengan pasangannya.

 

Aku menarik nafas panjang dan mulai berpikir bagaimana caranya meninggalkan tempat ini tanpa diketahui Yanti dan Steph.

 

“Noonaaaa!!!”

 

Tiba-tiba aku merasa ada yang menarikku ke dalam sebuah pelukan hangat.

 

“Ryeowook-ie . .”

 

“Tadi aku melihatmu dari atas panggung. Aku senang sekali kau bisa datang!! Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu!!!”

 

Aku hanya bisa tersenyum dan balas memeluk adik kecilku ini.

 

Yes I miss Ryeowook so much . .

 

Sudah hampir 1 tahun ini aku tidak memeluknya. Namun, tiba-tiba ia melepaskan pelukanku dan mulai merajuk.

 

“Kami sudah sering tampil ke Jakarta, kenapa kau tak pernah menonton kami?!”

 

Aku hanya bisa tersenyum melihatnya cemberut seperti ini.

 

“Mianhaeyo, Wookie-a . . noona ga nomu pappeundeyo . .”

 

Dusta.

 

Aku selalu menonton mereka jika Super Junior tampil di Jakarta. Aku selalu melepaskan rasa rinduku akan mereka dari bangku penonton . . ya . . hanya sedekat itulah jarak yang bisa aku raih.

 

“Sita-ssi, kau kemana saja selama setahun ini? Sejak kau pindah ke Jakarta, kau sama sekali tidak pernah menghubungi kami! Apa kau tidak merindukan oppa-oppamu?!”kata Yesung oppa sambil menarikku ke dalam pelukannya.

 

Tentu saja aku merindukan kalian. Merindukan kalian setengah mati!

 

Tapi . .

 

“Noona! Kau sudah berjanji akan menonton musicalku!”seru Kyuhyun.

 

“Noona! Kau bahkan tak datang saat Jungsu hyung masuk ke camp.”seru Sungmin,

 

Di tengah semua keributan itu . .

 

Mataku kembali menemukan dia.

 

Pria yang membuatku menjauh dari kalian semua.

 

“Oremanida, Sita-ssi.”katanya dengan dihiasi senyuman yang dulu mengisi hari-hariku.

 

Aku melepaskan diri dari pelukan Yesung oppa dan mengangguk kecil padanya.

 

“Oremanida, Donghae-ssi.”

 

 

Entah bagaimana . . Donghae berhasil membuat anggota Super Junior lainnya pergi dari ruang ganti mereka. Ada yang mencari makan . . ada yang sibuk pacaran . . ada yang mencoba peruntungan untuk kabur dari pengawasan manager . .

 

Dan . .

 

Hanya tinggal aku dan dia disini.

 

“How’s your life?”tanyanya.

 

Ia tak menatapku seperti yang biasa dia lakukan. Ia hanya memandang botol air mineral yang ada di tangannya seakan botol itu bisa berubah menjadi seekor kelinci.

 

“Baik. Bagaimana denganmu? Kulihat kalian sangat sibuk berkeliling untuk promo dan tour sepanjang tahun ini. Kuharap kau menjaga kesehatanmu. Asmamu bisa kambuh jika kau terlalu lelah.”

 

Aku terdiam saat melihat senyum penuh kepahitan tersungging dari bibirnya.

 

“Kau . . masih belum berubah.”

 

“Apakah ada alasan untuk berubah?”tanyaku.

 

Donghae sedikit menggelengkan kepalanya sebelum menjawab, “Aku tak punya hak apa pun untuk memintamu berubah.”

 

Majayo, Lee Donghae.

 

Kau tak punya hak apa pun atas diriku lagi . . tapi . . apa pun yang kau lakukan . . hal sekecil apa pun itu . . masih sangat berpengaruh besar akan diriku.

 

“Kau pun tak berubah. Selalu saja berpasrah dan mengalah.”kataku lirih.

 

Kata-kataku berhasil mengalihkah perhatiannya dari botol air mineral dan memandangku tajam.

 

“Terkadang . . aku berpikir . . apa yang terjadi pada kita . . seandainya di hari itu kau tidak menyerah . . seandainya kau mau berjuang demi apa yang pernah kita miliki . . seandainya . .”

 

Aku terhenti.

 

Jika aku lanjutkan . . maka aku akan mengatakan sesuatu yang pasti akan kusesali.

 

“Sita . .”

 

Donghae melangkah maju dan berusaha meraih tanganku.

 

KRING KRING KRING!!!

 

Ponselku berbunyi.

 

Tangan Donghae terhenti dan gagal menggenggam tanganku.

 

Aku langsung mengeluarkan ponsel dari dalam saku celanaku.

 

“Yoboseyo . . Ye . . Arraso . . aku akan segera pulang sekarang.”

 

Aku mematikan panggilan singkat itu dan kembali berusaha tersenyum padanya. Berusaha seakan tidak ada yang pernah terjadi di antara kami berdua.

 

“Aku permisi.”

 

***

 

Wajah Ryeowook yang cemberut kembali menyambutku saat aku berpamitan.

 

“Noona . . tidak bisakah setidaknya kau makan malam bersama kami”

 

Aku menggelengkan kepalaku dan meletakkan tanganku di pipi Wookie.

 

“Mianhaeyo, Wookie-a . . tapi . .”

 

KRING KRING KRING!!

 

Ponselku kembali berbunyi.

 

“Omo! Apakah itu hyung?”seru Ryeowook saat mengintip nama yang tertera di ponselku.

 

Aku mengangguk singkat sebelum menjawab, “Yoboseyo.”

 

Ryeowook langsung merebut ponselku dan mengubah setting-nya menjadi speakerphone hingga kami semua bisa mendengarnya bicara.

 

“Hyungggg!!”

 

“Eh? Siapa ini?”

 

“Ini aku, Ryeowook-ie . . Noona sedang bersama kami. Kami baru saja selesai tampil di Jakarta.”

 

“Aaah! Ryeowook-ie! Bagaimana Jakarta? Apakah menyenangkan?”

 

“Akan lebih menyenangkan jika hyung juga ada disini bersama kami!”seru Kyuhyun.

 

Tawa yang sangat khas terdengar dari seberang sana.

 

“Hyung pun berharap bisa ada di sana bersama kalian . . Tapi kalian lebih tahu dari siapa pun itu tidak mungkin.”

 

Aku hanya tersenyum mendengar celotehan dari para member lainnya yang berharap kehadirannya di tengah kami.

 

“Jungsu hyung . .”

 

Aku terdiam saat Donghae memanggil namanya.

 

“Ogh! Itu pasti Donghae! Ya! Ima! Jagalah noona-mu dari mereka semua. Dia sedang mengandung Jungsu kecil saat ini.”

 

Senyum Donghae menghilang. Suasana hening sejenak sebelum akhirnya keriuhan kembali mewarnai ruangan ini.

 

“YA!! Bagaimana mungkin aku tidak menyadari kalau kau sedang hamil selama ini?!”seru Yanti.

 

“Sudah berapa lama?”tanya Steph.

 

“Astaga! Tadi aku memaksanya berdiri lama di festival!”seru Yanti lagi.

 

“MWO?! Kau berdiri di festival selama concert?!”seru Jungsu dari seberang sana.

 

Aku hanya tertawa kecil dan menjawab, “Gwenchana oppa . . aku akan segera pulang. Nanti aku akan menelepon lagi sesampainya di rumah. Hati-hati selama bertugas prajurit Park!”

 

“Arraso . . Saranghae, yeobong . .”

 

“Na do saranghae.”

 

Aku memutuskan percakapan dan mendapati wajah penuh senyum mencurigakan di depanku.

 

“Aish . . pasangan ini sungguh membuatku iri!”seru Kangin.

 

“Noona . . Carikan aku pacar, jadi aku bisa bermanja seperti Jungsu hyung juga!”kata Kyuhyun.

 

Aku hanya tertawa mendengar semua perkataan mereka.

 

“Tapi . . berarti Jungsu hyung hebat juga . . sebelum dia masuk wajib militer, program pembuahannya berhasil.”seru Hyukjae.

 

Ucapannya barusan mendapat hadiah cubitan dari Yanti di tangannya.

 

“Bisa tidak kau mengucapkan sesuatu yang tidak berhubungan dengan hal berbau mesum?”

 

***

 

Siwon, Steph dan Donghae mengantarkanku kembali ke apartemenku.

 

“Biar aku antar sampai ke unitmu.”kata Donghae.

 

“Tidak usah repot. Aku bisa sendiri.”

 

Donghae seakan tidak mendengarkan kata-kataku dan tetap turun dari mobil milik Steph. Setelah mengucapkan selamat malam dan berterima kasih pada Siwon dan Steph, aku pun berlalu menuju unit apartemenku. Aku sempat mendengar Donghae meminta Steph dan Siwon untuk menantinya sejenak.

 

Donghae mengikuti dari belakang dalam diam.

 

“Terima kasih sudah mengantarkanku.”kataku saat kami sudah mencapai pintu apartemenku.

 

Donghae kembali tersenyum dan mengangguk.

 

Ketika aku berbalik dan akan memasuki apartemenku, Donghae pun buka suara, “Kumohon . . jangan menjauh seperti ini lagi. Bukankah awalnya kita berteman? Tidak bisakah . . kita . . kembali ke titik awal? Kembali berteman?”

 

Ya Tuhan . .

 

Aku menguatkan diri dan berbalik. Berusaha menampilkan senyum yang paling tulus yang bisa kuberikan.

 

“Dangyonhaji. Chingu-cheorom . . aniya . . aku istri leader kalian . . sudah pasti aku akan menjadi kakak ipar yang baik bagi kalian semua.”

 

Donghae mengangguk dan tersenyum.

 

“Jalka.”

 

Aku melambai dan memandang punggungnya menjauh perlahan.

 

***

 

Donghae memasuki mobil Steph.

 

Ia mendapati Siwon dan Steph memandangnya dengan pandangan iba.

 

“Kenapa kalian memandangku seperti itu . .”

 

“Donghae-a . . Ini sudah lebih dari setahun . . Dia bahkan sudah sengaja menghilang demi membuatmu melupakannya.”kata Siwon.

 

Hyung . . geu yojaneun . . nareul saranghaetdeon-saram ijen ne-gyeote eobtjiman . . geunde nan . . ajik itji motago . . geu yojaneun itji motago . .” (hyung, that woman . . a person that I used to love that no longer by my side . . I still cant forget her . . that woman . . I cant forget her)

 

“Donghae . .”

 

“I’m okay. Don’t worry. She’s my hyungsu-nim . . no more than that. What I got just . . her sweet memory as mine long time ago.”

 

Siwon menghela nafas dan menyalakan mesin mobil.

 

Donghae menatap jendela apartemenku dan berbisik . .

 

“kakkeum nunmuri nal chaja ol ttaemyeon . . areumdawothaedeon uril gieokhalkeyo . . haengbokhaeyo, hyungsu-nim.” (sometimes when tears come to me . . I will remember our beautiful memories . . be happy, sister in law.)

 

 

-KKEUT-

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet