Autumn Rain (Yoonhae)

Autum Rain

 

Seoul, 2010.

Hari minggu yang cukup cerah untuk suasana musim gugur di Seoul. Suhu cukup dingin sehingga membuatku harus memakai jaket yang tebal. Aku sedang berada di sebuah sekolah dasar yang mana menjadi tempat aku belajar saat masih kecil. Entah kenapa, aku sangat merindukan sekolah ini. Tempat dimana pertama kali aku bertemu dengannya. Aku memandang pepohonan yang daun-daun  berjatuhan dari tiap ranting. Aku selalu merindukan musim gugur. Selalu…Karena itulah aku menyukai musim ini, sekaligus membencinya…

--------------------------------------------------------------------

Flashback ( Seoul, September 2000)

SD Paran National, Seoul. Ruang kelas 6-1.

Aku sedang sibuk mengerjakan PR matematika yang diberikan oleh Songsaenim kemarin. Aish..kenapa aku lupa kalo ada PR! Ini pasti gara-gara aku keasyikan bertamasya dengan keluarga besar. Untung saja aku datang lebih awal dan bisa mengerjakannya pagi ini. Aku tidak berminat untuk mencontek jawaban temanku. Bukan karena aku sok suci atau apa, tapi satu-satunya manusia pintar di kelas ini adalah aku. Kesannya sombong bukan? Tapi itulah adanya.

Waktu tinggal 15 menit lagi. Kelas sudah hampir penuh dengan murid-murid. Tak ada satupun yang mengomentari apa yang sedang aku kerjakan. Mereka pasti berpikir bahwa aku sedang belajar dan mengerjakan soal-soal seperti biasa.

“ Yoonhae! Kau ini, rajin sekali! Aku bosan melihatmu belajar terus” komentar Haneul, teman sebangku ku yang baru saja datang. Aku menjawab perkatannya hanya dengan tersenyum, dan kembali melanjutkan kerjaanku. Hanya dia yang selalu memperhatikan diriku.

“ Ya’! Beres!” ujarku tersenyum puas. Ku lihat Haneul hanya geleng-geleng kepala. Dia tidak tahu kalau aku baru saja mengerjakan PR.

Triiinngg!! Triiiinngg!!

Bel berbunyi nyaring dan bergema di sepanjang koridor kelas. Kim Songsaenim masuk ke dalam kelas bersama dengan seorang anak laki-laki. Dia memakai jaket tebal berwarna cokelat. Kulitnya mulus, dan pipinya putih merona. Mungkin karena dingin. Dia tampak lucu sekali, seperti kue mochi. Aku lama melihatnya. Ia tersenyum kepada seisi kelas.

“ Anak-anak. Perkenalkan ini teman baru kalian. Dia pindahan dari Busan” ujar Kim Songsaenim

“ Anyeonghaseo. Cho Kyuhyun imnida. Panggil saja Kyuhyun” ucap anak laki-laki itu sambil membungkuk.

Aku menatap lekat anak laki-laki itu. Entah mengapa, aliran darahku berdesir pelan. Detak jantungku melambat dan nafasku sedikit berat. Perutku pun mulai terasa aneh, ada sesuatu yang membuncah dan ingin keluar. Anak itu pun dipersilahkan untuk duduk tepat di belakangku, karena hanya itu satu-satunya bangku kosong. Dia berjalan melewatiku dan…saat itu, detik itu pun aku tak bisa bernafas. Astaga…Tuhan, apa yang terjadi denganku?

--__--__--

            Bel pulang sudah sejak tadi berbunyi. Aku duduk di bangku depan kelas, sambil menghadap pepohonan yang daunnya jatuh perlahan ke tanah. Aku menatapnya dengan perasaan sangat senang. Entah kenapa aku sangat menyukai musim gugur. Penuh dengan warna cokelat dan kemerahan dedaunan. Aku sangat suka melihat mereka jatuh perlahan ke tanah. Terasa memberikan kedamaian di jiwaku.

            Aku terus menatap pohon-pohon itu, hingga tak ku sadari ada seseorang yang duduk di sampingku, sampai ia menegurku.

“ Anyeonghaseyo… Park Yoonhae bukan?” tanya seseorang.

Aku menoleh dan..ternyata dia adalah murid baru itu. Cho Kyuhyun!

“ Ah! Ayeonghaseyo. Ne, Park Yoonhae imnida” ujarku sedikit kaget. Dia tersenyum, dan..ah..manis sekali.

“ Bolehkah aku menjadi temanmu? Aku sangat kesepian sekali. Daritadi hanya sedikit yang menyapaku”

“ Eh? Oh,iya..tak masalah Kyuhyun-sshi. Mereka memang seperti itu, maksudku anak-anak kelas kita. Mereka sedikit tidak peduli dengan anak baru, tapi lihat saja besok. Aku yakin mereka akan menegurmu” ujarku

“ Kau juga begitu kan? Tidak menegurku tadi,hehehe”

Aku tersentak. Benar juga! Aku terlalu gugup untuk berkenalan dengannya. Lagipula aku orang yang tak pandai bicara dan bergaul seperti Haneul.

 “ Ah! Maaf! Aku memang tidak terbiasa menegur orang, maafkan aku”

“ Ah, tak apa-apa. Yang penting, kau sekarang telah menjadi temanku. Bolehkan aku berbicara informal dan memanggilmu Yoonhae saja?” tanyanya

Deg! entah mengapa, saat ia menyebut namaku, perasaan aneh yang tadi datang lagi.

“ N..ne..tak masalah. Kalau begitu, aku akan memanggilmu dengan Kyuhyun saja!” jawabku dengan semangat. Aneh, dekat dengan anak laki-laki ini membuatku begitu semangat dan nyaman.

Dia terseyum lagi, “ Umm…lalu, sedang apa kau di sini? Tidak pulang?” tanyanya kemudian

“ Aku sedang menunggu jemputan. Lagipula, aku biasa duduk di sini memandang tiap daun yang jatuh”

“ Kalau begitu, aku juga sedang menunggu jemputan. Yoonhae, kau suka musim gugur ya?”

“ Sangat! Aku sangat suka sekali! Tapi aku tak suka kalau turun hujan. Aku tak bisa bermain di luar dan menghamburkan daun-daun kering yang jatuh ke atas tubuhku sambil mencium aromanya. Hujan membuat mereka menjadi basah” ujarku yang tanpa kusadari, aku menekuk wajahku dan menggembungkan pipiku.

“ Hahaha, wajahmu sangat lucu sekali loh sekarang.” Aku terkejut mendengar perkataannya. Astaga..lagi-lagi aku melakukan kebiasaanku itu.

“ Ah maaf…”

Dia tersenyum lagi. Aku heran, dia ini sangat suka sekali tersenyum.

“ Aku juga suka musim gugur. Bedanya, aku sangat suka kalau hujan turun saat musim gugur. Itu membuat perasaan menjadi enak..dan…mengantuk! Pas sekali untuk tidur, bukan? Hehehe” ucapnya

Aku tertawa mendengar perkataannya.

“ Ah! Aku juga lahir di musim gugur saat hujan turun! Makanya aku sangat suka keduanya,hehehe” tambah Kyu lagi

“ Jincha?! Kau lahir di musim gugur? Aku juga! Aku lahir bulan Oktober minggu kedua!” seruku

“ Mwo?! Oktober minggu kedua? Hei! Kalau begitu aku lebih tua satu minggu darimu!” jawabnya sambil menatapku tak percaya

Aku tertawa melihat ekspresinya saat itu. Sangat lucu! Pipinya semakin memerah dan mata sipitnya membesar.

“ Apakah aku harus memanggilmu dengan sebutan Oppa?” tanya ku sambil terkekeh

“ Ani~! Jangan! Aku tak mau terkesan lebih tua. Aku sudah biasa menjadi yang paling muda di kelas,hehehe”

 Aku mengangguk dan masih terus tertawa. Perasaan bahagia yang terasa sangat berbeda. Mungkinkah ini pertanda, bahwa aku mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya? Terlalu cepat, kalau begitu. Aku kembali menatap wajahnya. Benar-benar membuat perasaan senang menjadi semakin meledak! Aku tak pernah tahu, bahwa hanya melihat wajah seseorang pun kita bisa mengalami kebahagian 100 tahun!

--__--__--

            Hari-hariku entah mengapa, menjadi lebih dari sekedari cerah! Aku terus bersemangat pergi ke sekolah, karena aku bisa melihat Kyuhyun setiap hari. Apa perlu kukatakan? Dia itu benar-benar jenius! Aku benci harus kalah darinya. Mungkin hanya dia satu-satunya manusia di kelas yang kujadikan rival. Selama ini aku selalu tenang duduk di bangku kelas dengan predikat bintang kelas, dan sekarang? Seorang Cho Kyuhyun mulai menggeser posisiku itu! Tak akan ku biarkan!

            Walau begitu, aku diam-diam mengagumi kecerdasannya. Dia memiliki pesona yang sangat berbeda. Aku pun sering kali bermain bersamanya. Berbicara dan duduk di bangku depan kelas, sambil melihat dedaunan yang berguguran saat pulang sekolah. Sungguh hari-hari yang menyenangkan. Ia membuat perasaanku sangat nyaman dan tentram. Aku benar-benar tak ingin kehilangan dirinya.

            Hari ini pun aku berangkat ke sekolah dengan semangat yang lebih dari biasanya. Hari ini, Kyuhyun berulang tahun! Aku sudah menyiapkan kado untuknya! Sebuah buku diary yang telah aku hiasi dengan gambar daun-daun maple yang berwarna cokelat dan merah. Serta kuselipkan selembar daun maple asli yang telah ku press, sehingga tampak seperti daun yang diawetkan. Aku masuk ke dalam kelas. Sepi, karena ini benar-benar terlalu pagi. Dan, hanya ada satu murid yang sangat rajin duduk tepat di belakang bangku ku sambil membaca buku pelajaran. Ya, murid itu adalah Cho Kyuhyun, dan juga merupakan cinta pertamaku.

“ Pagiii!!!” teriakku sekencang mungkin

Dia tampak terkejut dan membuat buku yang ia baca jatuh. “ Ya! Yoonhae! Kau benar-benar mengagetkanku!” serunya

Aku tersenyum lebar dan mendekatinya.

“ Saengil chutkahe, Cho Kyuhyun! Ini untukmu!” aku memberikan kado yang telah ku siapkan kepadanya.

Ia tersenyum, sangat lebar dan cerah. Lalu menerima kado pemberianku dan membukanya. Ku lihat mata sipitnya itu membesar, kelihatannya sangat senang sekali.

“ Wow! Ini sangat luar biasa Yoonhae! Gomawoyo!” ujarnya dengan mata berbinar-binar. Lalu ia mengeluarkan lembaran daun maple yang ku telah ku press.

“ Kau membuatnya sendiri?” tanyanya dan aku mengangguk.

“ Waaa, benar-benar daun yang bagus sekali! Cantik! Dimana kau menemukannya, Yoonhae?”

“ Rahasia!” jawabku sambil mengedipkan mata. Tak mungkin aku memberitahunya, bahwa seminggu sebelumnya aku sibuk mencari di setiap pohon-pohon di seputaran taman yang memiliki daun maple dengan bentuk dan warna yang sangat sempurna.

“ Ah,kau ini. Umm..sekali lagi…gomawo!” ucapnya. Dan aku hanya tersenyum senang mendengarnya.

“ Jangan lupa, minggu depan aku yang berulang tahun! Beri aku kado yang saaanggaaatt special! Okeh?” celetukku

“ Hahaha, aku tak janji….!” jawabnya sambil memamerkan deretan gigi susu putihnya itu.

Aku mengembungkan pipiku, pertanda bahwa aku kesal.

“ Ah, Yoonhae,seperti itu saja terus. Kau sangat lucu! Hahaha” ucapnya yang semakin membuatku kesal.

Aku masih terus menggembungkan pipi dan duduk dengan kasar di bangku ku. Kyu masih saja terkekeh, lalu dia mendekatiku dan mencubit pipiku.

“ Hei, tidak baik loh marah kepada orang yang sedang ulang tahun!” Serunya sambil memberiku sebatang cokelat. Mataku membesar dan ia pun masih saja terus tertawa.

“ Ayo! Kita rayakan ulang tahunku!” ujarnya semangat. Aku menghentikan mengembungkan pipiku dan merayakan ulang tahunnya dengan memakan cokelat yang diberikannya. Cokelat itu terasa sangat manis lebih dari biasanya. Mungkin inikah efek dari perasaan suka? J

--__--__--

Keesokan harinya. Hujan pertama di musim gugur datang. Aku sedikit kesal karena aku tak bisa menyentuh daun-daun yang berguguran. Namun, aku teringat dengan Kyu yang sangat menyukai hujan di musim gugur dan membuat perasaan dongkolku sedikit demi sedikit menghilang. Aku tersenyum. Cinta memang aneh, membuat sesuatu yang kita benci berubah menjadi menyukainya jika orang yang kita suka pun menyukainya.

Aku berangkat diantar oleh Appaku naik mobil. Sepanjang perjalan aku terus memperhatikan air hujan yang turun. Ternyata, hujan juga sangat cantik ya? Begitulah pikiranku. Sesampai di sekolah, aku masuk ke kelas. Cukup sepi, namun aku tak melihat Kyuhyun. Mungkin dia belum datang karena hujan yang cukup deras ini.

Aku terus menunggu sambil membaca buku. Haneul kembali mengomel-ngomel tentang kebiasaanku ini. Hingga bel berbunyi, Kyuhyun tak juga hadir. Apa mungkin dia telat? Atau sakit? Aku merasa sangat resah. Bagaimana ini? Aku ingin bertemu dengannya dan mengatakan, bahwa aku tak lagi membenci hujan di musim gugur. Dia pasti sangat senang mendengarnya.

Kim Songsaenim yang juga wali kelas kami pun masuk. Semua murid yang sedari tadi ribut, menjadi diam dan tertib.

“ Anak-anak, ibu baru saja dapat kabar tadi. Kyuhyun pindah sekolah. Ia ikut Appa-nya dinas ke Mokpo. Memang mendadak…dan kita tidak bisa mengucapkan salam perpisahan kepadanya. Ibu juga tidak tahu alamat rumahnya. Semoga saja, Kyuhyun baik-baik saja dan sehat selalu.” kata Kim Songsaenim.

Aku tertegun mendengarnya. Kyuhyun pindah? Dan..aku tak bisa lagi bertemu dengannya? Ini pasti bercanda! Baru saja kemarin aku merayakan ulang tahun bersamanya. Sekarang ia sudah tak ada lagi bersamaku. Sedangkan aku tak tahu alamatnya..aku belum mengenalnya lebih lama. Ini terlalu cepat!

Tanpa kusadari, airmata jatuh di kedua pipiku. Dadaku sesak, aku menangis. Haneul melihat reaksiku yang langsung berubah. Ia mengenggam tanganku, erat. Ia tahu bahwa selama ini aku sering bermain bersama dengan Kyuhyun. Dia memang terkadang kesal karena aku jarang bermain dengannya, tapi dia tak pernah marah dan menghalangi kebersamaan aku dan Kyuhyun.

Hujan di luar kelas semakin deras, begitu pula dengan airmataku. Aku terus menunduk, takut ketahuan menangis. Aku menahan suara tangisku agar tak keluar. Benar-benar sesak dan sangat menyakitkan.

“ Aku….benci hujan di musim gugur….” ucapku dalam hati.

--__--__--

Flashback End

--__--__--

            Sekarang aku adalah mahasiswi tingkat akhir Seoul National University jurusan Arsitektur. Menjadi arsitek adalah cita-citaku sejak kecil. Karena sekarang hari minggu, aku ingin keluar sebentar dan mengulang kembali kenangan  masa kecilku di sekolah ini. Aku masih ingat, saat aku di kelas 2 SMP, aku mendapat kabar bahwa Kyuhyun berada di Seoul lagi. Mereka sekeluarga memang sering pindah karena pekerjaan Appanya. Aku mencari keberadaannya, namun nihil. Aku sama sekali tak bisa menemukan jejaknya. Seoul terlalu luas untuk mencari keberadaan seseorang. Bodohnya diriku, aku tak terpikir untuk mencarinya di website sekolah di Seoul sampai aku berada di kelas 3 SMA. Sayangnya, karena kebodohanku itu, aku tak menemukan namanya lagi. Tentu saja ia sudah pindah bukan?

            Setamat SMA, aku memutuskan masuk ke Seoul National University, karena ini adalah Universitas nomor 1 di Korea Selatan. Aku memilih ini karena aku sangat yakin bahwa orang sejenius Kyuhyun akan mengambil salah satu jurusan di universitas ini. Saat upacara penerimaan mahasiswa baru, aku mencarinya pada barisan mahasiswa di tiap jurusan. Meski waktu telah lama berlalu, aku masih ingat jelas wajah mungilnya itu. Tapi, lagi-lagi aku lupa bahwa wajahnya pasti telah banyak berubah. Aku menyerah. Aku tak dapat menemukannya. Aku telah berkeliling mencari, hingga melihat daftar nama mahasiswa baru di tiap jurusan. Dia sama sekali tak ada di sini. Tak ada di universitas yang sama denganku. Entah dimana keberadaanya, aku benar-benar berharap suatu hari dapat melihatnya lagi. Sekilas saja, sudah cukup bagiku.

            Aku kembali lagi dari kenanganku. Berjalan menelusuri koridor sekolah. Melihat kelas-kelas, bangku dan meja yang mungil, serta bangku di depan kelas dan pohon yang sering ku lihat bersamanya. Tak banyak yang berubah. Aku melihat arloji, sudah jam 3. Aku harus pulang ke apartemenku, untuk membuat makan malam. Kalau tidak, Haneul pasti akan ngomel-ngomel lagi. Ya, aku tinggal bersama Haneul di sebuah apartemen yang dekat dengan kampus. Aku selalu bersama dengannya sejak SD. Dia memang sahabat terbaikku.

            Aku memutuskan untuk ke mini market terlebih dahulu untuk membeli sayur dan daging. Saat keluar dari mini market, aku melihat keramaian di pinggir jalan. Orang-orang saling bergumam dan berteriak histeris. Aku penasaran dan menanyakan kepada orang yang lewat.

“ Maaf, ada apa? Kenapa di sana ribut sekali?” tanyaku pada seorang Ajusshi yang lewat

“ Ada yang kecelakaan. Tabrak lari. Katanya ia ingin menolong nenek yang nyaris tertabrak truk, tapi dia sendiri yang tertabrak. Kasihan sekali anak muda itu” jawab Ajusshi tersebut

“ Oh…, terimakasih Ajusshi. Maaf mengganggu” ujarku sambil membungkuk. Ajusshi itu tersenyum lalu pergi.

            Aku penasaran ingin  melihat, tapi aku urungkan. Pasti sangat mengerikan. Aku bisa melihat darah yang berceceran di jalanan. Aku takut melihat darah. Segera aku kembali pulang. Sesampai di apartemen, aku melihat Haneul sedang mengetik skripsinya. Sepertinya mood mengerjakan tugasnya sedang kambuh, baguslah. Haneul juga kuliah di universitas yang sama namun dengan jurusan yang berbeda. Dia mengambil jurusan hukum, ia ingin jadi pengacara yang kaya raya katanya kepadaku saat SD dulu.

            Aku menuju dapur sambil menyalakan televisi. Itu adalah kebiasaanku, jika sedang mengerjakan sesuatu harus selalu menyalakan televisi, tak peduli acara yang diputar itu apa. Aku membuka belanjaanku. Mencuci bersih sayur dan daging yang tadi ku beli. Aku ingin membuat daging tumis malam ini, pasti rasanya lezat sekali. Ketika aku sedang mengupas bawang, aku mendengar siaran televisi yang menampilkan berita kecelakan. Aku tertarik melihatnya karena berita itu tentang kecelakaan tadi. Aku segera berdiri menatap lekat layar televisi. Aku penasaran bagaimana kronologis kecelakaan tadi.

Di laporkan, telah terjadi tabrak lari di persimpangan jalan Chungdon, Seoul, sekitar pukul 03.20 pm. (kamera menyorot kerumunan orang-orang). Menurut saksi mata di lokasi kejadian, kecelakaan terjadi dikarenakan seorang pemuda yang ingin menolong seorang nenek menyebrang ketika sebuah truk besar datang dengan kecepatan tinggi. Diperkirakan pengemudi dalam keadaan mabuk, karena truk oleng dan lampu lalu lintas masih hijau. (wawancara dengan saksi mata). Korban adalah seorang mahasiswa tingkat akhir Korea University jurusan Tekhnik Mesin yang bernama Cho Kyuhyun. Di temukan KTP korban dan tas dengan isi berserakan di sekitar lokasi kejadian.

Deg! Apa? Apa aku tak salah dengar? Korban itu Kyuhyun? Kyuhyun yang itu?

Aku masih terus menatap lekat televisi dengan pandangan tak percaya. Kamera masih terus menyorot lokasi kejadian dan…buku! Aku menemukan buku diary persis yang kuberikan kepada Kyuhyun di lokasi itu! Duniaku serasa berputar, aku terduduk dan melepaskan pisau yang masih ku genggam tadi. Haneul terkejut, dan segera menemuiku.

“ Yoonhae-ah, ada apa?” tanyanya

Aku terus saja menatap berita itu. Haneul ikut melihat dan ia terperangah saat kamera menyorot KTP korban, dan…itu benar-benar foto Kyuhyun! Aku yakin itu! Ya Tuhan…..

Korban segera di larikan ke Rumah Sakit Youngdungpo dan dibawa ke ruang UGD. (kamera masih terus menyorot lokasi kejadian).

Aku merasa nafasku terhenti sesaat. Segera ku berlari keluar apartemen dan masuk ke dalam lift. Haneul tak berkata apapun dan membiarkanku pergi. Saat lift terbuka, aku terus saja berlari dan berlari. Aku tak menghiraukan orang-orang yang melihatku heran. Aku berlari meski nafasku sesak. Tujuanku hanya satu. Aku harus segera ke rumah sakit itu. Tak jauh dari apartemenku. Aku tersandung batu dan membuat lutut serta tanganku berdarah. Aku tak peduli, sebanyak apapun darah dan luka yang kudapatkan. Aku harus segera menemui Kyuhyun!

20 menit aku berlari tanpa henti. Aku sampai di rumah sakit dan segera menuju ke meja administrasi. Nafasku terasa berat dan sangat sesak. Aku bertanya kepada petugas administrasi yang menatapku dengan perasaan khawatir.

“ To..to.tolong..hhhaa…hhaa”

“ Maaf, apa yang bisa saya bantu? Apakah Anda tidak apa-apa?” tanyanya khawatir

Aku menggeleng dan berusaha mengatur nafasku, setelah cukup teratur, aku kembali bertanya.

“ Tolong…dimana pasien korban tabrak lari yang bernama Cho Kyuhyun….hhaa..hhaaa” tanyaku dengan nafas yang masih terengah-engah

“ Ah..Cho Kyuhyun-sshi. Tadi dia baru saja keluar dari UGD dan sekarang sedang berada di ruang operasi.” jawab petugas itu

“ Nee…gomaseubmnida..” ucapku dan langsung berlari mencari ruang operasi. Aku melihat denah rumah sakit itu dan menemukannya. Aku segera menuju ke sana dan ku dapati seorang Ajusshi bersama seorang anak laki-laki yang sepertinya masih SD

“ Maaf..apa benar anda Tuan Cho, Appa-nya Kyuhyun?” tanyaku

Dia menatapku dan mengangguk, “ Iya, saya orang tuanya. Kamu…”

“ Saya Park Yoonhae, temannya saat SD. Tadi saya melihat beritanya di televisi dan langsung kemari.” jawabku

Cho Ajusshi terus menatapku, lalu tersenyum. “ Terima kasih sudah datang, kau pasti terburu-buru bukan? Ayo duduk dulu” ucapnya ramah

Aku mengangguk dan duduk di sampingnya. Ia memberikanku sebotol air mineral dan aku langsung menghabiskannya. Aku membungkuk, mengucapkan terima kasih.

“ Jadi..noona gadis musim gugur itu ya?” tiba-tiba anak kecil di sebelah Cho Ajusshi bertanya pada ku.

“ Hm..apa?” ulangku

“ Hehe, Noona namanya Park Yoonhae kan? Gadis musim gugur yang sering di ceritakan hyung” ucapnya

Aku mengerutkan dahiku. Kyuhyun menceritakan tentang diriku?

“ Hehe, noona pasti bingung. Aku tak akan mengatakan lebih jauh. Aku takut dimarahi hyung. Oh ya, namaku Cho Minhwan.” tambah anak laki-laki yang juga adik Kyu.

Aku masih terus menatapnya bingung. Aku kembali teringat dengan keadaan Kyuhyun.

“ Ajusshi, bagaimana kondisi Kyuhyun?” tanyaku

Cho Ajusshi menghela nafas dengan berat, “ Kondisinya sangat kritis. Dia banyak kehilangan darah. Aku harap, ada keajaiban dari Tuhan” ujar Cho Ajusshi. Ia menatap keluar jendela. Menatap dedaunan musim gugur yang berjatuhan.

Aku tertegun mendengarnya. Separah itukah? Aish! Yoonhae babo! Apa kau tak melihat darah yang ada di lokasi kecelakan tadi. Aku tertunduk. Gemetar…aku berharap ini hanyalah mimpi buruk dan aku akan terbangun nanti. Sayangnya, ini adalah kenyataan. Aku bisa merasakan luka yang sekarang entah mengapa terasa sakit ketika jatuh tadi.

Setelah hampir menunggu 1 jam. Pintu ruang operasi pun terbuka. Keluar seorang dokter paruh baya dan asisten serta perawatnya. Cho Ajusshi menemui dokter itu. Ku lihat raut wajah Cho Ajusshi mendung. Ia berjalan gontai ke arahku. Memandang Minhwan dan mengusap lembut kepala anaknya itu. Ia kembali melihat ke arahku.

“ Operasinya memang berjalan lancar. Tapi kemungkinan dia hidup hanya 20%. Organ dalamnya luka parah dan sampai sekarang ia belum keluar dari masa kritisnya…” Cho Ajusshi tampak begitu terpukul. Ia kembali memandang ke luar jendela.

“ Kyuhyun….sangat suka dengan musim gugur…, bukan begitu, Yoonhae?” lanjutnya

Aku mengangguk. Hatiku terasa sangat sakit sekali. Bagaimana ini? Apa ini jawaban dari pencarianku selama 10 tahun? Aku menunduk, hatiku benar-benar sedih. Aku ingin menangis tapi airmataku tak mampu keluar.

Kyuhyun dipindahkan ke ruang perawatan. Kami dipersilahkan untuk melihatnya. Aku masuk ke dalam bersama Cho Ajusshi dan Minhwan. Aku menatap pria yang sedang terbaring lemah dengan bantuan alat pernafasan dan selang infus. Hatiku kembali sakit. Ini bukan kondisi yang aku inginkan saat bertemu dengannya. Wajahnya pucat dan ia terlihat sangat lemah. Tak banyak yang berubah. Ia terlihat semakin tampan. Namun, aku tak ingin melihat ia tak berdaya seperti ini. Tak ada senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Aku ingin mendengar tawanya…aku merindukan senyumannya…aku merindukan suaranya yang lembut. Aku menahan tangisku agar tak pecah. Kali ini air mataku benar-benar keluar. Ya..aku menangis. Setelah 10 tahun tak bertemu dengannya…inilah pemandangan dan suasana yang ku dapatkan. Tuhan…ini terlalu menyakitkan.

Ku rasakan Minhwan menggenggam tanganku erat. Ia menatapku dan dan berusaha menghapus airmataku dengan tangan mungilnya.

“ Noona, jangan menangis. Hyung pasti tidak suka melihatmu menangis” ujarnya

Aku tersenyum dan menghapus air mata yang jatuh. Aku kembali memandang Kyuhyun yang masih saja belum membuka matanya. Cho Ajusshi berjalan mendekatiku.

“ Jangan menangis, Yoonhae. Oh iya, kau pasti belum makan kan? Paman ingin keluar sebentar mencari makan malam, kau mau pesan apa?”

“Ah, tidak usah. Pasti sangat merepotkan. Saya belum lapar” tolakku dengan halus

“ Sudahlah, jangan terlalu memaksakan dirimu. Pokoknya kau harus makan. Paman titip Kyuhyun dulu ya? Sampai jumpa” kata Cho Ajusshi

“ Appa! Aku ikuut! Aku ingin Kimbbap,umm..bulgogi juga!” seru Minhwan. Cho Ajusshi hanya tersenyum dan mengusap kepala anaknya itu.

“ Kami pergi dulu ya?” ucapnya kemudian.

Aku membungkuk dan menutup pintu. Aku kembali duduk di sebelah ranjang Kyuhyun. Ia masih belum sadar juga. Aku mendekatkan wajahku untuk melihat wajahnya lebih dekat. Garis wajahnya kini tampak semakin tegas. Pipinya yang sedikit chubby dan merah kini berubah menjadi sedikit cekung dan pucat. Hidungnya semakin mancung dan bulu matanya masih tetap lentik. Aku tersenyum, ia benar-benar menjadi pria yang tampan sekarang.

Aku menyentuh tangannya yang besar, jemarinya kurus dan panjang. Dingin sekali, tak sama seperti dulu yang selalu terasa hangat walau cuaca sedang dingin. Aku mengenggam tanggannya dengan erat, aku benar-benar tak ingin melepaskannya.

“ Hei..Cho Kyuhyun, ini aku…Yoonhae. Apa kabar? Sudah lama tak bertemu, kau..semakin tampan ya?” ucapku sambil tertawa pelan

“ Awalnya…aku kira kita tak bisa bertemu lagi…tapi, aku tak ingin bertemu denganmu dalam keadaan seperti ini. Hei, apa kau mendengar kata-kataku? Umm…Kyuhyun, kenapa kau pergi begitu cepat dan tanpa memberi tahu kepadaku? Aku sangat sedih saat itu, aku juga kesal padamu. Aku melewatkan ulangtahunku tanpa dirimu. Bukankah kau sudah janji? Ah! Kau memang mengatakan tidak janji ya? Ternyata kau mau pergi, huh! Sekarang aku menemukanmu Kyuhyun! Kau tahu? Selama 10 tahun ini aku selalu mencari jejakmu walau sekecil apapun itu…”

“ Umm..kau mendengarkan ku bukan? Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu. Sesuatu yang lama ku pendam sejak 10 tahun ini…” aku mengangkat wajahku dan mendekatkannya ke telinga Kyuhyun, aku membisikkan sesuatu

“ Saranghae…jongmal saranghae, Cho Kyuhyun…”aku mengatakannya dengan terus menggengam tangan Kyu.

Suasana hening, hanya terdengar deru angin musim gugur. Tiba-tiba hujan datang dengan pelan. Aku melihat ke luar jendela, dan bergerak ke sana.

“ Hujan? Hei! Ini hujan pertama di musim gugur tahun ini! Kyu! Lihat! Kau suka hujan, bukan? Ayo buka matamu dan lihat! Sangat indah loh?” seruku bersemangat. Aku terus tersenyum. Namun, tiba-tiba pandanganku tertuju pada alat pendeteksi jantung yang menunjukkan gambar garis lurus dan mengeluarkan bunyi lengkingan panjang yang konstan.

            Astaga! Tuhaaann! Apa yang terjadi?!! Aku segera menekan tombol yang ada di ranjang menandakan bahwa pasien sedang dalam keadaan gawat. Aku pun keluar dari kamar untuk memanggil dokter agar segera datang. Tepat saat ku membuka pintu, Cho Ajusshi dan Minhwan pulang. Ia menatapku dan aku hanya bisa menangis. Ia melepaskan belanjaannya dan segera berlari masuk ke dalam. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Kyuhyun. Aku kemudian memeluk Minhwan dan dokter beserta perawat pun datang dengan terburu-buru. Mereka meminta kami keluar. Aku masih terus terisak dan melihat dari jendela. Dokter menggunakan alat pacu jantung yang ditempelkan di dada Kyuhyun sambil terus melihat layar pendeteksi detak jantung. Percuma, sia-sia..itu tak membawa perubahaan apapun. Masih bisa ku lihat Dokter itu memeriksa nadi Kyuhyun dan gerakan matanya. Ia menunduk lesu. Aku langsung tersadar dengan apa yang telah terjadi. Aku berpaling, dan menoleh ke arah Cho Ajusshi. Beliau tampak terpukul dan terus memeluk Minhwan. Dokter keluar dari kamar. Aku menggeleng pelan dan menutup wajahku saat ku dengar ucapannya kepada Cho Ajusshi.

“ Maaf…anak Anda telah tiada….kami sudah berupaya…namun inilah kehendak Tuhan…”

Dokter itu pun menepuk pundak Cho Ajusshi yang diam mematung. Ia kemudian berlalu sambil menunduk. Perawat masih ada di dalam dan menutup wajah Kyu dengan selimutnya. Aku masih terduduk dan terdiam di sudut ruangan. Air mataku benar-benar tak mampu dibendung lagi. Sama derasnya dengan hujan di luar sana. Aku berdiri dan berlari keluar. Tak kuhiraukan orang yang ku tabrak. Aku tak bisa melihat apa-apa lagi. Duniaku serasa kelam dan aku tenggelam dalam pusaran hitam yang pekat. Aku sampai di sebuah taman Rumah Sakit ini. Aku menatap langit yang kelabu. Semakin kelabu dan hitam karena hari sudah hampir malam. Aku menangis dengan sangat keras. Tak ada seorang pun yang menyadarinya. Air mataku telah berbaur dengan hujan. Isakan tangisku telah menyatu dengan deru hujan serta gemuruh yang sesekali terdengar.

“ Tuhan…terlalu cepat kau memanggilnya…!!!” seruku. Aku tak peduli cuaca semakin dingin menusuk tubuhku. Aku sudah benar-benar tak peduli lagi, hingga ku rasakan tubuhku menggigil dan lemas. Aku terjatuh dan tak sadarkan diri…

--__--__--

            Sekarang aku berada di dalam kamarku di apartemen. Kemarin aku pingsan di tengah-tengah taman. Cho Ajusshi mencariku dan menemukanku. Aku kemudian di rawat di kamar tepat di samping kamar Kyuhyun. Aku sadar setelah pingsan selama 2 jam. Ku lihat Haneul sudah ada di sampingku. Ternyata ia menyusulku ke rumah sakit ini setelah aku tak kunjung pulang. Aku demam tinggi namun aku menolak untuk rawat inap. Aku pun kembali ke apartemen dan tidur kembali. Tubuh dan jiwa ku terasa sangat lelah.

Tok tok tok.

Ku dengar pintu kamarku diketuk. Itu pasti Haneul. Ia membuka pintu sambil membawa nampan berisi sarapan dan obat. Ia tersenyum ke arahku. Aku pun membalasnya.

“ Hei! Sudah bangun ternyata. Aku kira kau masih tidur. Kau kan sering tidur saaanggaattt lama!” serunya

“ Hahaha, aku bukannya beruang yang sedang hibernasi, Haneul-ah” ujarku sambil tertawa

“ Senang melihatmu tertawa. Dari semalam wajahmu kecut sekali. Nah, ini sarapan untukmu! Jangan protes soal rasa. Obatmu juga harus diminum! Mengerti!”

“ Ne..kau ini cerewet sekali. Omma ku saja tak secerewet dirimu!” balasku

“ Aishh! Anak ini! Benar-benar menyebalkan!” gerutunya

Aku hanya tertawa saja. Suasana pun kembali menjadi hening. Aku tahu apa yang dipikirannya. Ia membuka mulut lalu menutupnya lagi. Aku pun tahu apa yang akan ia katakan.

“ Kau tak perlu cemas, Haneul. Bukankah sore ini pemakamannya? Maukah kau menemaniku?” ucapku pelan dan tersenyum. Aku berusaha membuat suaraku setegar mungkin. Aku tak boleh menangis lagi.

Ku lihat Haneul menatapku dalam. Segaris senyuman terkembang di bibirnya. Ia menangguk pasti dan memelukku erat. Aku membalas pelukannya. Perasaan sedih pun perlahan menyeruak di antara kami. Kami menangis dalam diam…

--__--__--

Jam 3 sore di pemakaman umum kota Seoul. Langit masih mendung dan rintik hujan turun dengan pelan. Aku berdiri di samping Haneul, ia sejak tadi terus menggenggam tanganku dengan sangat erat. Mungkin ia khawatir aku akan tumbang dan jatuh. Aku berusaha sekuat tenaga untuk berdiri tegar, menatap sebuah peti kayu yang sekarang dimasukkan ke dalam tanah.

10 menit, upacara pemakaman selesai. Aku masih terus berdiri di samping makam Kyuhyun. Menaburkan bunga ke atas tanah yang basah ini. Kemudian aku mengeluarkan sebungkus daun maple yang telah ku kumpulkan sepanjang perjalanan tadi dari tas hitamku. Ku hamburkan ke atas makam Kyuhyun secara perlahan.

“ Kyuhyun…kita bertemu di musim gugur…dan kau pun pergi meninggalkan ku lagi di musim gugur, saat hujan pertama kalinya turun… Semoga kau tenang dan bahagia di sana. Aku selalu mencintaimu, hingga kapan pun. Tunggulah aku, dan saat itu aku akan menemuimu. Selalu bersama dirimu, selamanya…” ucapku pelan

            Aku berdiri dan berjalan menjauh menuju sebuah pondok kecil di ujung gerbang. Ku lihat Minhwan berlari ke arahku. Ia memberikanku sesuatu, ya..diary Kyuhyun yang pernah ku berikan.

“ Noona, ambillah. Ini pasti akan menjadi benda paling berharga untukmu, karena ini adalah benda berharga milik hyung” ujar Minhwan. Aku tersenyum kecil dan menerima diary itu. Ia kemudian berlari lagi ke arah Cho Ajusshi yang menunggu bersama dengan Haneul.

Aku membuka halaman pertama diary itu dan membacanya. Aku tersenyum melihat tulisan yang tertera di halaman tersebut. Aku menutup diary itu dan berjalan ke arah Haneul.

“ Selamat jalan, Kyuhyun…. Istirahatlah dengan tenang…saranghae..” ucapku sambil menatap langit yang kelabu.

--__--__--__

 

Diary Cho Kyuhyun

Gadis Musim Gugur

Ia gadis mungil yang manis.

Senyumannya saat memandang daun-daun yang berjatuhan tak pernah pudar

Tampaknya, wajahnya yang tenang itu memang cocok untuk musim ini

Gadis musim gugur, aku menyebutnya

Gadis kecil yang membuat jantungku berdenyut dengan cepat

Detakan hebat dan perasaan hangat mengalir hanya dengan memikirkannya

Sungguh ajaib!

Apakah dia seorang penyihir?

Ku rasa bukan, karena ia memiliki senyuman malaikat.

Aku mencintainya sejak pertama kali melihatnya

Dirinya, gadis musim gugurku

Dirinya, Park Yoonhae…

                                                          Seoul, 8 Oktober 2000

--FIN--

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet