Bees : I See You [The Next Chapter]

Description

The Next Chap From "Bees : The First Time We Meet"

Foreword

Inspired By Shin  Sung Hoon - I See You


 

"Violet  Evening time, memories of where I was standing back in the first place we meet. And, wait for yuor return." - Lay

 

"Xingxing! Aku pergi les dulu ya, nanti setelah aku pulang kita main lagi, oke?"

Bocah kecil  bersurai karamel itu menepuk pelan kepala bocah kecil dighadapannya. Melangkah kembali, meraih sepedanya dan menaikinya. Mengeliminasi jarak  antaranya. Melambai sejenak sebelum siluet tubuhnya  menghilang dibalik tikungan. Meninggalkan  bocah kecil tadi berdiri diam didepan pintu kediamannya. Bocah kecil itu tak beranjak. Mata kecilnya menatap kearah perkarangan rumahnya yang dipenuhi oleh berbagai tanaman hias. Harapan  dan keinginan lebih terpantri sejak lama didalam benak kecilnya.

Ia tersentak kala sebuah sentuhan lembut terasa dilengannnya. Membuat seluruh khayalannya menguap di udara hangat musim panas ini. Wajahnya mendongah, menatap tubuh wanita cantik yang berdiri dibelakangnya.

"Xing Tuo sayang, masuk yuk. Tante siapin cookies dan susu madu kesukaan kamu sambil nunggu kak Xiao Lu pulang."

Senyuman lembutnya menguar, membuahkan sebuah dimple samar dipipi kanannya. Langkah kecilnya menapak menuju ruang keluarga rumah minimalis itu. Mengistirahatkan tubuhnya diatas permadani berbulu dilantai. Matanya terfokus pada tayangan anak-anak dihadapannya.

"Ini dia honey cookies dan honey milk kesukaan Xing Tuo."

Ia kembali tersenyumkecil. Meletakkan boneka lebah yang sejak tadi  berada didalam pelukkannya. Tangan mungilnya meraih sebuah cookies dan mulai menyantapnya. Wanita dihadapannya tersenyum kecil seraya mengelus  lembut kepala sang bocah kecil.

"Auntie."

Ia terdiam menatap kearah bocah dihadapannya yang terrtunduk. Menunggunya kembali berucap.

"Aku kangen mamah."

Ia tertunduk. Mata kecilnya hanya terus memperhatiakan bulu-bulu permadani yang tampak sangat lembut. Ia tak  berbohong, benaknya benar-benar merindukan sang ibu yang tengah berada di negara seberang. Wanita itu tersenyum, menambah tingkat kecantikkannya. Tangannya yang tak lagi muda menangkup kedua pipi bocah itu dan mengangkatnya agar dapat menatapnya.

"Xing Tuo merindukan mamah?"

Pertanyaan yang tek membutujhkan jawaban dari bocah dihadapannya, karena ia pasti sudah mengetahui apa jawabannya.

"Gimana kalau kita telfon mamah? Kita video chat sama mamah Xing Tuo?"

Mata kecil itu  berbinar. Senyum ceria tercetak jelas diwajahnya. Ia mengangguk lembut . Wanita itu mulai meraih gadgetnya dan membuat sebuah panggilan. Ia menyerahkan gadget itu ketangan mungil dihadapannya. Sebuah wajah wanita cantuk berusia 40an terpantri jelas dalam layar jernih itu.

"Hai sayang."

Ia tersenyum, melambaikan tangannya. Mata kecilnya tak berhenti berbinar menatap wajah yang cukup ia rindukan. 2 tahun sudah ia tak berjumpa dengan sang ibu.

"XIng Tuo kangen mamah ya?"

Ia mengangguk kecil. Matanya perlahan menyendu dan berwarna kemerahan. Binar yang sejak tadi bergelung dalam matanya mulai meredup dan tergantikan oleh genangan air yang memenuhi kelopak matanya.

"Mamah juga kangen sama kamu sayang."

Wanita itu tersenyum lembut, namun tak dapat dipungkiri bahwa sebuah rasa sesak juga memenuhi dadanya. Bocah kecil itu tak bergeming. Bibir mungilnya mulai bergetar.

"Maaf sayang, mamah belum bisa ngunjungin kamu. Papah terlalu sibuk disini."

Ia  berkata lembut mencoba memberi pengertian pada bocah dihadapannya.  Bocah itu tetap terdiam. Rintik hujan kecil mulai menguar dari balik kelopak matanya. Ia menangis.

"Xing Tuo tidak jadi anak nakal kan sayang?"

Ia menggeleng lemah. Rasa rindu akan pelukkan ibunya yang membuncah membuahkan rasa menyesakkan yang tak mampu ditahan benak kecilnya.

"Xing Tuo harus nurut ya sama auntie Xi dan uncle Xi. Gak boleh nakal dan ikuti aturan ya sayang."

Tangisnya mulai mengeras. Beberapa isakkan memilukan mulai lolos dari bibir mungilnya. Ia hanya menatap lirih figure sang ibu.

"Sayang, mamah harus pergi lagi. Gak apa ya? Nanti kalau papah dapat waktu libur kita  jalan-jalan ke dysney ya sama ka Xiao Lu. Kamu baik-baik ya sayang. Wo ai ni sayang."

Layar gadget itu menggelap. Tangan mungilnya terulur menyerahkan gadget itu pada sang tante dihadapannya. Tangisnya belum juga mereda. Wanita dihadapannya merengkuhnya erat. Membiarkan tangis kerinduan bocah kecil itu pecah dipelukkannya.

Hembusna halus terdengar dari bibir mungil dipelukkannya. Bocah kecil bernma Xing Tuo itu terlelap dipelukkannya. Ia tersenyum, merebahkan tubuh mungil itu diatas permadani. Mengelus lembut wajahnya.

Sore menjelang. Kedua manik mata itu terbuka. Menatap bingung keseluruh ruangan. Ia mengucek pelan sebelah matanya yang terasa berat dan sembab.

"Auntie."

Ia bergumam, kaki kecilnya melangkah mencari sosok wanita yang sudah dua tahun ini merawatnya. Ia tak menemukannya. Mata mungilnya melirik jam didinding yang terpampang jalas. Pukul 15:30 sore. Kaki kecilnya melangkah menuju pintu keluar. Mengenakan sebuah sendal lucu dengan bentuk lebah hewan ksukaannya. Ia melangkah menuju perkarangannya, memutuskan untuk menunggu kakak sepupunya kembali dari kegiatan lesnya sebentar lagi.

langkahnya terayun, mendekati jejeran pot-pot kembang daisy yang terjejer rapih. Matanya tertuju pada rumah diseberangnya. Teringat akan kejadian seminggu yang lalu. Hari dimana ia bertemu pandang dengan bocah pemilik hazel tajam yang tinggal dirumah itu. Ia tersenyum kecil. Matanya teralihkan oleh pergerkkan seekor serangga yang menjadi favoritenya. Lebah. Ia memperhatikannya dengan seksama. Saat dimana lebah itu mulai menghisap nectar dari bunga daisy dihadpannya.

"Lebah pekerja."

Gumamman kecil itu terdengar samar. Ia tersenyum kecil. Matanya tak lepas memandang serangga penyengat itu. Suara benda terbentur mengusiknya. Kepalanya mendongah, menangkap sosok tubuh yang ia yakini jauh lebih tinggi darinya. Bocah itu, pemilik hazel tajam itu tengah mendribble bola basketnya santai tanpa menyadari bocah bernama Xing Tuo itu tengah menatapnya dengan mata berbinar.

Bocah  berhazel tajam itu mulai melangkah masuk menuju perkarangannya. Ia hampir membuka pintu rumahnya. Hampir, karena tubuhnya tiba-tiba berbalik. Merasa ada yang memperhatikannya. Bocah berkulit putih susu itu berjongkok cepat saat menyadari bocah berhazel tajam itu memutar tubuhnya. Ia berjongkok, bersembunyi dibalik rimbinnya bunga daisy yang mulai bermekaran itu.

Tangan kecilnya sibuk memainkan rumput dihadapannya. Tak berniat atau mungkin takut untuk kembali berdiri. Cukup lama ia seperti itu hingga sebuah suara mengusikknya.

"Xingxing? Sedang apa disitu?"

Bocah bersurai karamel itu menyenderkan sepeda hitamnya disam[ping pagar halamannya. berjalan menuju bocah kecil yang tengah berjongkok dan menatapnya polos. Ia merendahkan tubuhnya dan ikut berjongkok.

"Sedang apa?"

Ulangnya. Dagunya ditumpukkan diatas tangannya yang berada diatas lututnya. Bocah kecil dihadapannya menatapnya dengan pandangan bingung yang menggemaskan.

"Sedang melihat semut ka."

Ia bohong besar. Mata bulat Xiao Lu menatap kearah yang ditunjuk oleh adik sepupunya itu. Mencari seekor serangga berwarna hitam yang akan menggigit saat dalam bahaya. Namun ia tak menemuka apapun kecuali tanah yang tertutupi rumput hijau.

"Mana semutnya?"

Ia menatap kearah adik sepupunya. Semantara bocah berkulit putih susu itu hanya mengendikkan bahunya.

"Mungkin sudan kembali kesarangnya ka."

Mereka saling bertatap sejenak, Xiao Lu mengendikkan bahunya acuh. Bangkit dan menepuk-nepuk pelan bagian belakang celananya.

"Sudahlah, ayo masuk."

Ia meraih lengan sang adik sepupu dan menariknya untuk melangkah menuju kedalam rumahnya.

Hazel tajam itu menatap dengan alis bertaut didahinya. Menatap tubuh itu yang mulai menghilang dibalik pintu rumah yang berada diseberangnya. Perlahan senyum tipis terpantri diwajahnya. Tanpa bocah bernama Xing Tuo itu ketahui bahwa bocah berhazel tajam itu menunggu dan memperhatikannya dari balik jendela rumahnya yang bergordyn transparant.

 

"For me, you were like a breeze in the summer. Feels, but I can't see. Because yo're going to hide when I started to looking at you." - Kris


END part. 2

Please if you read it, leave some comments. I need it. Thanks. :)

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet