003

the feeling of happiness?

 

Bel sudah berbunyi pertanda semua kelas sudah selesai untuk hari ini dan aku bisa pulang, kurapihkan semua buku dan alat-alat tulisku, berjalan ke loker ku yang berada di lantai dasar. Ku turuni anak tangga satu persatu dan entah mengapa perkataan terakhir lelaki itu, ya sehun... terus ada dalam pikiranku.

“lo itu jadi orang jangan diam aja kalo di tindas, memang nggak capek apa selalu jadi yang ditindas? Memang enak ya selalu jadi mainan orang lain? Jangan diam aja lawan kalo bisa”

“lo itu jadi orang jangan diam aja kalo di tindas, memang nggak capek apa selalu jadi yang ditindas? Memang enak ya selalu jadi mainan orang lain? Jangan diam aja lawan kalo bisa”

“lo itu jadi orang jangan diam aja kalo di tindas, memang nggak capek apa selalu jadi yang ditindas? Memang enak ya selalu jadi mainan orang lain? Jangan diam aja lawan kalo bisa”

Ah sudahlah, mau seberapa banyak aku melawan toh mereka akan selalu menyakitiku dan tidak menyukaiku karena memang pada dasarnya aku ditakdirkan untuk menjadi yang ‘ditindas’.

Kutaruh semua buku dan peralatan sekolahku di loker dan menguncinya kembali. Berjalan ke gerbang, sudah tidak banyak siswa yang lalu lalang, mereka semua sudah bergegas keluar dari sekolah ini saat bel berbunyi, berbeda denganku yang lebih nyaman untuk turun kebawah disaat semua anak sudah pergi, jujur... aku lelah dengan mereka, mereka yang selalu mengerjaiku.

Berjalan keluar dari gedung menuju gerbang sekolah dan menikmati pemandangan taman sekolah yang indah... mungkin setelah lulus nanti, aku akan merindukan saat-saat seperti ini saat-saat dimana aku bisa merasa nyaman disekolah, ya nyaman jika tidak ada orang disekitarku dan mengerjaiku, hanya ada aku dan keindahan sekolah ini, Ibuku dulu juga bersekolah disini, namun nasip Ibu dan aku sungguh jauh berbeda, dari arsip yang sekolah punya, Ibu-ku adalah Murid yang memiliki prestasi cemerlang baik akademik maupun non-akademik, Ia adalah Ketua Osis, Ketua berbagai organisasi pada masanya dan juga Ibuku kerap memenangkan berbagai olimpiade. Bisa dikatakan itu adalah salah satu alasan terkuatku masih bertahan disekolah ini, karena aku ingin memiliki kenangan yang sama dengan Ibu, yaitu bersekolah disini, School Of Performing Arts Seoul.

“Seeyoung~ tunggu” seseorang memanggilku dari belakang.

Aku menoleh dan...

Jongin?

Jongin? Kim Jongin? Mau apalagi dia? Jika dia mau mengerjaiku, tolong jangan sekarang aku sudah capek dan ingin pulang...

“ada apa?” tanyaku datar padanya

“gue cuma mau minta maaf..” ucap Jongin

Maaf? Untuk apa? Untuk perlakukannya selama ini padaku? Iya?

“untuk apa?” tanyaku

“untuk semuanya, ini tahun terakhir kita di sekolah ini, gue pengen lo menikmati tahun terakhir kita disini, walaupun gue benci sama lo” ucap Jongin

Tahun terakhir kita? Dia ingin aku menikmati tahun terakhir di SOPA? Jongin benar-benar bipolar, tadi pagi dia sudah menabrakku dan berkata hal yang menyakitkan padaku dan sekarang? Dia meminta maaf? Apa semua ini hanya jebakan? Jebakan permainan dia dan teman-temannya.

“jika kamu berkata ini hanya untuk mempermainkanku dan membuatku sebagai taruhan dengan teman-temanmu, lupakan saja” ucapku dan kembali berjalan keluar gerbang.

“ikut gue” ucap Jongin sambil menarik tanganku.

“mau kemana? Lepaskan jongin!” ucapku padanya, namun apa daya dia terus menarik tanganku.

Jongin membawaku ke parkiran mobil, ya dia membawaku kemana dia memarkir mobilnya.

“masuk” ucap Jongin sambil membukakan pintuk mobilnya.

“tidak” ucapku datar

“Seeyoung masuk” ucapnya sambil menatap kemataku.

Jongin jika sikapmu tidak seperti itu padaku, mungkin aku sudah jatuh hati padamu sekarang.

“tidak” ucapku lagi.

“Seeyoung gue mohon jangan paksa gue untuk buat lo masuk ke mobil gue” ucap Jongin.

Akhirnya aku mengalah dan masuk ke mobilnya.

Di dalam mobil aku hanya diam, dalam hatiku aku percaya Jongin tidak akan berbuat apapun kepadaku, karena... mau bagaimanapun.. he’s still Jongin that i used to know.

Jongin menghentikan mobilnya didepan Cafe yang cukup jauh dari sekolah dan cukup jauh dari keramaian.

“ayo turun” ucap Jongin.

Kuturun dari mobilnya dan ku ikuti Jongin di belakang.

Sampailah di Kasir

“Selamat sore, silangkan pesanannya” ucap kasir Cafe itu

“1 caramel machiato dan lo?” ucap Jongin mengarap padaku.

“a-ah? Tidak usah” ucapku

“2 caramel machiato” ucap Jongin

“semuanya 15,000won” ucap kasir

Bukan uang yang dia keluarkan melainkan kartu Debit.. bukan karti Kredit... ya dia memang kaya, aku tidak akan heran dengan ini.

Jongin mengambil pesanan nya dan mencari tempat duduk, aku hanya mengikuti dari belakangnya. Duduklah Jongin di meja paling pojok dan sepi.

“duduk” ucap Jongin.

Duduklah aku didepanya, aku hanya menunduk.

“untuk apa kamu membawaku kesini?” tanyaku pada Jongin.

“pengen aja, emang nggak boleh ya gue ajak sahabat kecil gue ke cafe?” tanya Jongin

Dia masih menganggapku sahabatnya? Ku pikir setelah semua yang terjadi, dan semua perlakuannya padaku.. dia sudah tidak menganggapku lagi sebagai sahabat kecilnya. Dan entah mengapa aku merasa mataku berair... aku mencoba dengan sekuat tenaga untuk tidak meneteskan airmata.

“Seeyoung-ah~ maafin gue ya, maafin semua perlakukan gue ke lo, semuanya... semuanya... semua perkataan kasar gue, semua perlakukan gue ke lo” ucap Jongin Datar.

Jongin, mungkin orang tidak tahu kalo dia adalah sahabat kecil ku, ya Jongin, Aku dan BaekMi, kita bertiga adalah sahabat kecil yang dibesarkan bersama. Jongin selalu menjagaku dan Baekmi, kita selalu bermain besama, tertawa bersama, mengerjakan semua bersama-sama... persahabatan kami begitu indah, sampai pada awal Junior High, Baekmi tiba-tiba berubah sikap padaku, entalah aku juga tidak tahu kenapa sikapnya berubah padaku, Baekmi menjadi orang yang benar-benar anti padaku, Baekmi selalu mengajak Jongin bermain namun tidak denganku, sikapnya berubah begitu saja tanpa aku tahu alasannya, namun lama kelamaan aku tahu kenapa ia bersikap seperti itu, ia menyimpan perasaan pada Jongin, entahlah Jongin tahu atau tidak... Dan tepatnya saat kami duduk di bangku kelas 8, Jongin pun ikut menjauhiku dan aku tidak punya siapa-siapa lagi... dan ternyata Baekmi lah orang yang berada dibelakang semua yang terjadi, entalah bagaimana dia mencuci otak Jongin untuk menjauhiku, aku juga tidak tahu apa yang ia katakan pada Jongin sampai-sampai Jongin bisa percaya padanya... pada saat itu aku memilih untuk diam dan membiarkan semua terjadi begitu saja, aku biarkan Jongin menjauh, juga membiarkan Baekmi memfitnahku sesukanya, aku hanya diam dan diam. Tidak ada gunanya melawan kalau pada akhirnya aku juga yang tertindas.

“Jongin, aku tidak pernah marah padamu”ucapku sambil tersenyum pada Jongin.

“Kenapa pas lo tahu Baekmi berbohong lo nggak kasih tahu gue sih?” tanya Jongin

“untuk apa? Toh pada akhirnya aku yakin kamu akan lebih percaya Baekmi daripada aku” ucapku padanya.

“Seeyoung, kenapa sih lo selalu ngalah? Kenapa sih lo nggak pernah mikirin diri lo? Kenapa lo selalu diam aja kalo orang berkata sesuatu yang tidak benar tentang diri lo?” tanya Jongin lagi

“Jongin, apa gunanya? Setelah kamu dan Baekmi meninggalkanku sendiri, apa gunanya aku melawan? Jika pada akhirnya aku akan terus kalah?” Tanyaku, mataku sudah mulai berair.

“kalah dengan perlawanan akan jauh lebih berharga daripada kalah karena mengalah, coba liat diri lo, luka dimana-mana” ucap Jongin

“luka ini belum seberapa jika dibandingkan luka disini *menunju ke arah hati*di fitnah dan dijauhi oleh sahabat sendiri.. dan jika kamu complain tentang luka-luka ini, boleh aku bertanya 1 hal? Kemana kamu disaat aku di kerjai? Kemana kamu disaat orang-orang melakukan semua itu? Kamu hanya diam Jongin” ucapku sambil meneteskan airmata.

Jongin hanya diam dan menunduk.

“jika sudah tidak ada yang ingin kamu katakan, lebih baik aku pulang” ucapku sambil bergegas mengambil tas yang ada dibelakangku.

“gue belum selesai.” Ucap Jongin datar.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
Chapter 3: Ahh, jadi mereka sahabat. Ngena banget kata-katanya See Young, menusuk di hati Jongin itu pastinya. Tapi Jongin bener, See Young harusnya lebih baik bicara, daripada tersakiti kayak gitu...
Keep writing, author-nim!
amusuk
#2
Chapter 2: ah, jadi Sehun tahu tentang See Young..
amusuk
#3
Chapter 1: T_T
Ibu...
Ah, maafkan komen ga berarti ini, saya klik next ya
kriselynne
#4
Chapter 3: awhhh why so sad? :( I'm cry when read the almost-ending-of-the-story T^T
but JJANG! DAEBAK! :D
kriselynne
#5
Chapter 2: ahhhh I wonder she will be with who at the last? i'm curious yeahhhhh *sing with shinee lol
kriselynne
#6
Chapter 1: aigoo why jongin like that? he must be said sorry to her, not like that ;;;;;;
kriselynne
#7
hey hey! finally I'm visitin' ur story ^^ eventhough in here its alrdy midnight but I will read it ^^<3
purnama_tamarind #8
But i read your story. N i like it. Hihihihihi..aku mau tahu progres lebih lanjut diceritamu kaya gimana. Fighting! ^^