My Little Yoeja [Dribble: Jinyoung]

My Little Yoeja [Dribble: Jinyoung]

 

 

Wahhhhh Ini adalah karya Fanfictions Dribble karya Author. Kali ini Ff nya agak berbeda, biasanya kan karya author berchapter-chapter, kali ini Uthor mau nyoba yang endingnya kilat. Karena Author suka banget pemandangan dari balkon dan tergila-gila *eh ga gila banget sih. Sama video klip Taylor Swift – you belong with me. Jadinya author bikin ff yang latarnya balkon. Gomawo yang sudah baca~ Jangan lupa komment nya ya!!

 

Fanfictions drabble.

That’s Balcon..

Title               : My Little yoeja.

Author            : Cho Jung Ra.

Genre                         : Friends,Romance.

Rate                : SU ^^

Main cast       : Jinyoung B1A4 dan sesosok yoeja (You).

 

“Kita berteman Selamanya ya Jinyoung-ah!” Yoeja manis itu menyunggingkan senyum cerianya.

“Nde.. Selamanya..”

 

Author POV

Jung Jin Young. Saat ini siapa yang tidak kenal nama itu. Seorang namja yang kini sukses menjadi entertain. B1A4. Nama itu kini menyatu dalam hidupnya. Memang impiannya bisa berdiri di atas panggung dan menebarkan senyum kesemua orang yang melihatnya. Demi impiannya itu, namja itu menukar kehidupan masa lalu nya dengan kehidupannya yang baru, sebagai seorang idola.

Jinyoung menatap langit yang mulai kelabu. Hari ini Jinyoung akhirnya sejak memulai debutnya, bisa pulang kerumah Omma dan Appa-nya. Itu semua karena Channie yang sedang terbaring di rumah sakit karena masalh ginjalnya. Wajah Jinyoung kembali bersedih mengingat Dongsaengnya yang sangat kasihan itu. Untuk sementara waktu B1A4 di berikan waktu libur sampai Gongchan pulih dari sakitnya.

“Omma.. Appa.. Aku pulang!!” Rumah Jinyoung tampak sepi.  Kemana Omma, Appa dan Onnie??  Jinyoung segera masuk kedalam rumah karena semakin lama suhu di luar semakin dingin.

“Aigoo~ Aku telat!” Tiba-tiba saja Jinyoung mendengar suara keluhan dari balik pintu. Jinyoung pun tersenyum . Itu pasti Onnie. “Ya! Jinyoung-ah! Kapan kau pulang??” Onnie Jinyoung kaget saat membuka pintu dan melihat Jinyoung membawa koper nya.

“Baru saja onnie. Mana Appa dan Omma?”

“ Aigoo~ kedatanganmu tidak tepat waktu! Hari ini Omma dan Appa sedang menggunjungi teman lama mereka dan aku ada tugas di kuliah. Tapi, tenang saja kami akan kembali sebelum makan malam. Kau di rumah saja jangan kemana-mana. Arraseo! ” lalu Onnie nya Jinyoung berlari sepanjang jalan. Jinyoung pun masuk kedalam rumah dan menjelajahi setiap sudut tempat tinggalnya dulu.

“Ah! Sofa baruu!!” Jinyoung segera membanting badannya ke sofa empuk di hadapannya. Setelah dia puas bersantai di sofa barunya, Jinyoung segera naik ketingkat dua menuju kamarnya untuk merapihkan barang-barangnya. Letak kamar Jinyoung bersebrangan dengan kamar Onnie-nya. Sama-sama berada di lantai dua.

Jinyoung yang ingin segera merebahkan tubuhnya di atas kasur, segera masuk ke kamarnya. Dia terpana melihat kamarnya. Sama sekali tidak berubah. Jinyoung segera merapihkan baju-baju yang di bawanya dari dorm. Sejenak Jinyoung tersenyum. Disini kan masih banyak baju ku, kenapa aku harus repot-repot membawa baju dari dorm. Aigoo~ aku benar-benar Babo.

“Omma!!” Jinyoung menghempaskan badannya ke kasur hangat dihadapannya. Tak lama Jinyoung tertidur di kasur hangatnya.

“Jinyoung-ah! Setelah menjadi artis terkenal apa kau masih mau berteman denganku?” Tidak bisa dipungkiri, tersirat wajah khawatir dari wajah yoeja dihadapanku ini. Saat ini aku akan menuju dorm ku yang baru. Aku akan memulai kehidupanku menjadi sosok idola.

“Aigoo~ Kau ini. Tentu saja kau masih menjadi temanku. Selamanya kita akan berteman bukan? Aku tidak mungkin melupakan yoeja yang menyebalkan sepertimu. Arraseo?”

“Yah! Jinyoung babo. Bukan aku tapi, kau yang menyebalkan. Nde.. Aku percaya. Sekarang cepat kau pergi, aku sudah tidak tahan lagi melihat wajahmu. Aku terlalu bosan.” Yoeja itu menatap skeptis namja manis di hadapannya.

“Kejam sekali yoeja satu ini, baiklah aku pergi. Annyong!!”

“Jinyoung-ah!!” Terdengar suara omma dari lantai bawah. Jinyoung yang baru saja tertidur, terbangun oleh suara Omma nya. Kenapa aku harus bermimpi di siang bolong begini. Jinyoung melihat keluarjendela. Aigoo! Ini sudah malam.

“Aigoo yeobo. Uri Jinyoung tidak mungkin ada di rumah. Mungkin anak perempuan kita sedang berusaha mengerjai kita” Tak lama terdengar suara Appa dari lantai bawah.

“Omma! Appa!!”

“Jinyoung! Itu suara Jinyoung! Yeobo kajja kita ke atas” Tak lama kedua orang tua Jinyoung menghampiri kamar anak laki-laki nya.  Melihat kehadiran Omma dan Appa nya di hadapannya. Jinyoung berlarri memeluk Appa dan Ommanya.

“Omma, appa bogopshida!” Jinyoung bergelayut manja di pelukkan Appa dan Omma-nya. Siapa sangka leader B1A4 bersikap sangat manja dan kekanak-kanakkan di hadapan kedua orang tuanya.

“Aigoo... kapan kau pulang? Kau terlihat semakin tampan”

“Sudahlah. Uri Jinyoung tampak masih kelelahan. Biarkan dia istirahat sejenak. Jinyoung, kalau kau sudah bersih-bersih, segera kau turun kebawah dan makan malam bersama. Sebentar lagi Onnie mu sampai di rumah.”

“Nde Appa, Omma” Akhirnya Jinyoung ditinggalkan sendiri di dalam kamarnya. Jinyoung memperhatikan jendela balkon di samping rumahnya. Rumah jinyoung dengan sebelahnya memang berdampingan. Kebetulan Balkon Jinyoung bersebrangan dengan kamar salah satu anak perempuan dari keluarga itu berhadapan. Jinyoung dan yoeja itu seumuran. Dan mereka merupakan teman sejak kecil. Dulu sebelum debut, Jinyoung sering berbincang dengan yoeja itu dari balkon masing-masing.

“Mwo!” Jinyoung terkejut, tiba-tiba saja dia melihat sosok yoeja di dalam kamar yoeja. Rasa rindu membuncah di dalam hati Jinyoung. Tapi, samar-samar Jinyoung mendengar suara tangisan dari arah kamar yoeja itu. Jinyoung berniat menyapa yoeja itu, sebelum...

“Yah Onnie!” Tiba-tiba saja badan Jinyoung di peluk erat oleh Onnie-nya dari arah belakang. Perlakuan Onnie-nya itu membuatnya mengurungkan niat untuk menyapa yoeja itu.

“Aigoo.. Dongsaeng ku yang manis sudah tumbuh besar. Kau semakin tampan sekarang. Chankkaman! Apa kamu baru saja memperhatikan tetangga kita itu? Aisshh Jin-ah. Kasihan sekali yoeja itu, sudah selama hampir satu minggu, dia selalu murung. Gosipnya sih.. dia putus dengan namjachingu-nya” Noona Jinyoung memandang Jinyoung dengan tatapan jahil. Dia sebenarnya tahu, sudah sejak lama dongsaengnya ini memperhatikan yoeja itu.

“Jinjja Onnie?? Dia punya namjachingu?” Jinyoung tampak terkejut mengetahui yoeja polos itu sudah tumbuh dewasa meninggalkan dirinya. Onnie Jinyoung yang curiga memandang donsaeng satu-satunya itu dengan tatapan penuh tanya. Jinyoung yang merasa gawat, berusaha menarik kata-katanya.  “ Anniyo Onnie. Sudahlah. Kajja kita makan!” Jinyoung menarik tangan Onnienya agar segera menuju meja makan dan melupakan kejadian memalukan tadi.

Akhirnya pagi tiba. Jinyoung yang baru saja bangun segera membuka jendela di beranda nya, membiarkan udara pagi mengisi ruang kamarnya.

“Yah! Jinyoung-ah!” Jinyoung dikejutkan munculnya yoeja teman masa kecilnya itu di beranda kamar. Yoeja itu terkejut dengan kedatangan Jinyoung yang tiba-tiba.

“Annyong! Apa kabarmu? Kau sudah besar rupanya ” Jinyoung mendekat ke beranda agar bisa berbincang dengan yoeja itu, seperti dahulu. Diam-diam Jinyoung merindukan masa-masa itu.

“Aku? Tentu saja aku baik-baik saja. Aigoo~ kau terlihat semakin..” Yoeja itu hampir saja meneruskan kata-katanya. Kau terlihat semakin tampan Jinyoung-ah. “Jelek! hahhahaha”

“Ya! Beraninya kau mengejekku jelek! Apa kau mau diserbu dengan yoeja-yoeja penggemarku” Jinyoung menatap kesal yoeja di depannya itu.

“Miahae aku lupa kalau kau sekarang sudah terkenal dan memilik segudang fans.” Yoeja itu sebenarnya tidak suka Jinyoung-nya sekarang sudah berubah menjadi public figure, idola.

“Aigoo~ jangan ngambek seperti itu. Kajja! Cuaca sedang cerah, kau temani aku berjalan-jalan di sekitar sini ya!”

“Mau tidak ya? Hmm..” Yoeja itu memutar matanya, berniat mengejek kepada Jinyoung.

“Yah!”

“Oke. Oke aku akan menemanimu. Dasar namja bawel. Baiklah aku mandi dulu. Nanti kau jemput kerumahku ya!” Yoeja itu berbalik, masuk kedalam kamarnya dan tentu saja menutup jendelanya agar Jinyoung tidak bisa melihatnya.

****

“Jin-ah. Palliwa! Kau lama sekali sih. Palli! Belikan aku ice cream” Jinyoung kesal dengan yoeja yang ada di sampingnya. Kenapa dia buru-buru sekali. Akhir-akhir ini Jinyoung jarang berolahraga, ditambah beberapa kali dia bolos ke gym. Lagi pula berat badannya sudah stabil, sehingga membuatnya malas menegluarkan tenaga lebih.

“Kau ini. Jangan terburu-buru!” Dengan sekejap saja yoeja itu sudah memesan  dua ice cream rasa coklat.

“Kau yang bayar Jin-ah”

“Aisshh Jinjja... nde aku bayarkan kali ini!” Jinyoung mengeluarkan uang dari dompetnya dan segera membayar ice cream kepada ahjussi penjual. “Kamsahammida ahjussi” Jinyoung segera menghampiri yoeja yang sedang asyik menikmati icecreamnya di bangku taman. Melihat kedatangan Jinyoung, yoeja itu memberikan satu ice cream untuk namja itu.

“Bagaimana kehidupanmu yang sekarang? Kau menikmatinya bukan? Jujur aku iri pada mu. Sekarang semua orang mengenal namamu Jun Jinyoung.” Yoeja itu memandang kosong ke arah langit.

“Tidak juga. Terkadang aku merindukan masa-masa laluku. Bisa bebas bermain tanpa ada tumpukan jadwal pertunjukkan. Tapi, menjadi idola adalah impianku sejak dulu, aku harus menahan perasaanku demi menebusnya” Jinyong menatap yoeja disampingnya itu. Selama sepersekian detik mereka hanya saling bertatapan dalam diam. Seakan mereka akan mengungkapkan sesuatu, namun mereka meragukannya. Jinyoung bingung, apa benar sahabat nya ini sedang patah hati? Kenapa dai terlihat baik-baik saja?

“Chagiya..” Tiba-tiba saja lewat sepasang kekasih dihadapan Jinyoung dan yoeja itu. Pasangan itu menatap sinis kearah yoeja disampingnya itu. Sedangkan yoeja itu hanya menatapnya tajam.

“Kajja kita pergi dari sini Jung-ah!” Yoeja itu segera menarik tangan Jinyoung agar pergi menjauhdari pasangan yang menjijikan itu. Namja dari pasangan itu adalah mantan namjachingu yoeja sahabat Jinyoung. Wajah merah karena menahan emosi dari yoeja itu terlihat oleh Jinyoung.

“Chankkaman!” Jinyong menghentikan langkah sahabatnya itu saat mereka sudah jauh dari pasangan penganggu itu. “Aigoo~ kau menangis. Uljimma  ” Jinyoung mengahpus air mata yoeja itu.

“Anniyo.. Aku tidak menangis. Kajja kita pulang aku sedang badmood” Yoeja itu kembali berjalan, Jinyoung menahan tangan yoeja itu dan menariknya kedalam pelukkannya.

“Kau ingin menangis? Menangis lah sepuasmu. Kau ingin marah? Marahlah. Aku kan mendengarkan amarahmu. Kau menganggapku sahabat bukan? Kalau kau memang sahabatku, kau bisa kapan saja menggunakan bahuku untuk menangis” Keadaan seperti itu membuat yoeja itu semakin bersedih dan meneruskan tangisannya.

“Dia.. Aku menyukainya. Ini semua salahku. Kenapa aku percaya dengannya. Aku fikir dia tulus mencintaiku. Aku senang saat mengetahui ada namja yang menyukaiku. Sehingga aku tidak menyangka betapa jahatnya namja itu yang menjadikanku hanya sebagai taruhannya. Setelah dia mendapatkanku, dia langsung mencampakkanku. Babo! Namja babo! Hiks..” Di dalam hati Jinyoung cemburu mengetahui betapa yoeja di pelukkannya ini menyukai mantannya yang sangat jahat itu. Padahal sejak dulu hingga sekarang Jinyoung menyukai yoeja di pelukkannya ini.

“Uljimma.. Aku yakin di dunia ini masih ada namja baik yang menyukaimu. Hmm mungkin saja namja itu bukanlah jodohmu. Tunggu sajalah, kau pasti akan mendapatkan namja yang kau inginkan.” Yoeja itu menarik dirinya dari pelukkan Jinyoung. Yoeja itu sduah menghentikan tangisannya.

“Gomawo Jin-ah”

“Jinyoung? Jinyoung-sshi!?” Tiba-tiba saja entah darimana muncul seorang yoeja lainnya di hadapan mereka berdua. Hara nama yoeja itu, dia adalah mantan Jinyoung semasa High School. Namun, hubungan mereka sangatlah singkat.

“Hara?”

“Nde aku Hara! Kau masih ingat bukan? Aigoo~ kau semakin tampan Jinyoung-ah! Aku selalu menonton penampilanmu lho. Apa kau tahu? Aku Bana!” Yoeja (sahabat Jinyoung) jengah melihat pemandangan di hadapannya. Dia memilih untuk pergi meninggalkan mereka diam-diam. Sudah lama yoeja itu membenci Hara. Hara selalu saja menyakiti Jinyoung. Mempermainkan perasaan Jinyoung semaunya. Yoeja itu dengan perasaan kesal segera menuju pulang kerumah.

Jinyoung tak lama sadar kalau yoeja itu sudah tidak ada di sampingnya.

“Hara aku duluan ya! Aku ada urusan lain. Annyeong!” Jinyoung melambaikan tangan kearah Hara. Sebenarnya Jinyoung tidak pernah menyukai Hara. Dulu dia menjadikan Hara sebagai yoejachingu hanya karena suatu alasan.

Jinyoung yang khawatir akan keberadaan yoeja itu segera mencarinya kesana dan kesini. Jinyoung terus mencari hingga larut malam. Sampai akhirnya Jinyoung yang putus asa menelfon Omma dari yoeja itu.

“Yeoboseyo”

“Mm.. Ini saya Jinyoung. Apa (...namamu...) ada di rumah?”

“Nde. Dia baru saja pulang dan dia sedang tidur di kamarnya. Apa perlu dipanggilkan?”

“Ah andwae ahjumma! Biarkan dia istirahat. Kamsahammida” Jinyoung menghela nafas lega karena yoeja itu sudah pulang dengan selamat. Tapi kenapa dia meninggalkanku begitu saja?

Saat tiba dirumah, Jinyoung langsung di sambut dengan keluarganya diruang makan. Setelah makan malam Jinyoung segera masuk kedala kamarnya, dia memperhatikan balkon di samping balkon kamarnya. Jendelanya sudah di tutup rapat, lampunya juga sudah dimatikan. Pasti dia sudah tidur, kenapa dia pergi begitu saja, itu membuat Jinyoung kesal. Jinyoung mengambil kertas di meja dan menulis kata yoeja babo! Kenapa kau meninggalkanku?! Kemudian meremasnya dan melemparnya ke balkon yoeja itu, dan berharap saat pagi yoeja itu membacanya.

***

Pagi  hari.

Jinyoung bangun dan membuka jendela kamarnya dan terlihat dari kamar Jinyoung, yoeja itu sedang menyisir rambutnya di kamarnya. Jinyoung tersenyum smirk melihatnya.

“Yah!” Jinyoung memanggil yoeja itu. “Yah! Yoeja babo! ” Jinyoung kembali memanggilnya. Namun, bukannya menghampirinya, yoeja itu malah meninggalkan kamarnya. Jinyoung heran dengan kelakuan yoeja itu. Jinyoung yakin suaranya cukup keras saat memanggil yoeja itu. Tidak mungkin yoeja itu tidak mendengarnya. Apa dia marah? Kenapa dia harus marah? Bukankah aku yang seharusnya marah setelah kemarin dia meninggalkanku begitu saja? Aigoo~ Molla!!. Jinyoung memilih untuk meninggalkan kamarnya dan turun kelantai bawah untuk sarapan.

Seusai sarapan Jinyoung berniat mengunjungi yoeja itu, namun hasilnya nihil. Yoeja itu sedang tidak ingin di temui siapa-siapa. Ada apa dengannya?

Manager menelfon Jinyoung kalau, Jinyong harus kembali esok hari. Gongchan sudah membaik dan B1A4 akan kembali beraktifitas. Jinyoung benar-benar keasl kenapa harus cepat berakhir. Sampai hari ini jinyoung belum bisa menemui yoeja itu. Tiap kali dia ingin mengunjunginya, dia selalu beralasan ssibuk dan tak mau di ganggu. Yoeja itu juga selalu menutup beranda kamarnya rapat-rapat. Entah sudah berapa banyak pesan yang di tulis Jinyoung dan di lemparnya ke beranda yoeja itu. Terlihat banyak sekali kertas yang berserakan disana. Tampaknya yoeja itu sama sekali tidak membaca pesannya.

“Aigoo~ yoeja itu benar-benar membuatku gila.” Sepanjang hari Jinyoung hanya memandang ke arah beranda yoeja itu. Berharap suatu saat dia membuka berandanya dan mau berbicara dengannya. Jinyoung pun mendekatkan dirinya keberanda itu.

“Ya babo! Aku akan pergi besok. Apa kau masih tidak ingin menemuiku? Kalau aku bersalah, aku minta maaf. Bicaralah. Jangan diam saja. Kau hanya akan membuatku frustasi! Hari ini aku akan menunggumu di sini sampai malam nanti. Aku akan menunggu” Jinyoung pun duduk di bangku yang ada di berandanya, menanti yoeja itu mau berbicara dan menemuinya.

Sampai malam tiba. Jinyoung tertidur di kursinya. Di balik tirai beranda kamar yoeja itu, yoeja itu memperhatikan namja manis yang sudah menunggunya sejak pagi. Yoeja itu terisak pelan.

“Ya babo.. Kau tidak seharusnya menungguku seperti itu. Aku tahu bagaimana rasanya menunggu, menunggu namja babo sepertimu menyadari perasaan yoeja biasa seperti ku. Menunggmu mengubah pandangan mu menganggapku lebih dari sahabat” Hampir saja yoeja itu mebuka tirai nya, sebelum dia melihat Jinyoung terbangun.

“Yah! Kau masih tidak ingin menemuiku? Baiklah kalau itu mau mu. Terserah kau sajalah”Jinyoung menatap kesal beranda di hadapannya dan segera masuk kemarnya untuk mempersiapkan kepergiannya besok.

“Mianhae..” Yoeja itu terisak pelan dibalik tirai kamarnya. Dengan berat hati dia melihat kepergian Jinyoung.

Akhirnya pagi pun tiba, Jinyoung sudah siap dengan kopernya. Sebelum berangkat Jinyoung menyempatkan diri sarapan bersama keluarganya.

“Dia masih mengabaikanmu, Jin-ah?” Onnie Jinyoung menatap kasihan dongsaeng disampingnya.

“Nde onnie. Hmm... kalau nanti Onnie bertemu yoeja itu, tolong sampaikan ya Onnie.” Jinyoung putus asa dengan pengabaian oleh yoeja itu.

Tibalah disaat Jinyoung harus pulang. “Annyong omma, appa, onnie. Aku pergi.” Di balik jendela rumah yoeja itu. Terlihat samar yoeja itu memandang sedih kepergian Jinyoung, namja yang dicintainya.

“Annyong babo.. ” Yoeja itu berbicara pelan di dalam tangisnya, melepas kepergian Jinyoung. Yoeja itu menahan perasaanya sekuat tenaga saat Jinyoung masuk ke dalam van. Dia takut perasaanya akan menganggu kehidupan baru Jinyoung. Tangannya meremas erat kertas . Kertas terakhir yang di lemparkan Jinyoung sebelum kembail ke dorm.

Yoeja babo aku pergi dulu. Mianhae. saranghae.

Kata-kata itulah yang tertera di kertas terakhir Jinyoung yang berada di genggaman yoeja itu.

“Nado saranghae Jinyoung-ah. Hwaiting! Aku akan kembali menunggumu” Yoeja itu tersenyum singkat dan segera kembali kedalam kamarnya.

***************************************************************************************

Yap! Selesai!. Gimana? Gimana? Bagus gak? Mian kalau ceritanya kurang menarik. Untuk selanjutnya author akan membuat fanfic dengan cast CNU. Tunggu ya!

-WAJIB, HARUS COMMENT YA!!!-  *caps lock author ancur.

Gomawoo~~  ^_^

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet