TWO

Fiction

 

Kim Hyuna POV

Sesampainya di rumah, aku membuka laptopku. Ku baca lagi folderku yang berjudul “Third –Undescribed Love Feeling”. Novel yang belum selesai ku garap. Aku mengklik folder itu, lalu menekan tombol delete.

          Aku menghela nafas panjang. Dan dengan terhapusnya folder –calon novelku itu, berakhir pula semua kepahitan hidupku semenjak kepergian Hyunseung—atau setidaknya kuharap begitu. Aku tersenyum tipis, namun air mata meleleh dari mataku.

          “Jangan khawatir, Hyunseungie.. Novel ini memang tak akan ku teruskan lagi, tapi kau tak akan pernah ku hapus dalam hidupku. Aku bersumpah. Aku akan berhenti meratapi kepergianmu. Kau puas?” aku tersenyum –mungkin Hyunseung juga tersenyum bangga sekarang.

***

          “Kau serius dengan itu?”

          “Yap. Ada yang salah? Aku melakukan tepat apa yang kau dan Yoon Daejoon –atau-siapa-dia- itu sarankan, bukan?” aku menatap lurus ke arah Yoseob.

          “It’s Yoon Doojoon, anyway.” Ujar Yoseob dalam bahasa Inggris,

          “Ah iya.. Doojoon!” Yoseob hanya memutar bola matanya,

          “Kenapa? Kau sendiri yang menyarankan aku untuk berhenti menulis masalah Hyunseung. Aku menurutimu karena kau sahabatku. Aku tak akan mendengar saran orang lain kecuali saran dari orang terdekatku. Oke?” aku menyeringai lebar yang diikuti oleh tawa kecil dari Yoseob.

          “Dasar keras kepala,”

          “Sebenarnya kau tidak harus melakukannya sekarang. Kau bisa melakukannya jika kau sudah siap dengan komitmen untuk tidak lagi membahas Hyunseung di khalayak umum.”

          “Aku sudah siap –sangat siap, Seobie.”

          “Baiklah, aku mendukungmu, Hyun!” Yoseob tampak tersenyum puas.

          “Bagus.. Oh maaf. Aku harus segera pulang. Annyeong!” aku membungkuk lalu meninggalkan Yoseob.

          Sesampainya di rumah, aku segera menuju balkon kamarku, lalu duduk dikursi di sudut ruangan. Kulihat Suzy, tetangga sebelah rumahku sedang asyik memadu kasih dengan namjachingu-nya, Kim Myungsoo. Seperti pasangan dimabuk cinta lainnya, lovely dovey..

 

          Aku mulai berfikir menulis masalah mereka –pasangan yang dimabuk cinta. Kusambar laptopku, lalu segera kutulis cerita baru.

 

          Kali ini, tokoh lelaki romantis di novelku, kunamai ‘Yong Junhyung’ sedangkan si wanita, well uhm.. Kunamai dia ‘Kim Seungah’ –ya, perpaduan namaku dan Hyunseung.. Sempurna!

         

          Kim Hyuna teteplah Kim Hyuna. Ambisius. Aku terus menulis hingga larut malam. Namun tak berapa lama kemudian, aku telah diseret kedalam dunia mimpi.

 

 Dalam mimpiku, Hyunseung tersenyum ke arahku. Aku berlari untuk mengejarnya – aku tak ingin kehilangannya lagi. Tidak akan. Sementara aku berlari, bayangan Hyunseung terus menjauh. Perlahan mundur—semakin jauh dan semakin jauh. Ia terus saja memegang dadanya sambil tersenyum. Aku ingin berteriak—menahan bayangannya yang seakan semakin menjauh, namun tenggorokanku seakan tercekat. Aku ingin berteriak tapi tidak ada suara yang keluar. Bayangannya semakin menghilang tersapu angin dan pasir. Aku kehilangan tenaga dan jatuh berlutut sambil terus menangisi Hyunseung.

 

***

 

          “Kau apa?” Yoseob membalikkan badan, dapat kulihat dari matanya, ia penasaran.

         

          “Aku serius. Tadi malam aku bermimpi tentang Hyunseung.”

 

          “Bukan masalah itu! Maksudku bagian ia memegang dadanya.” Aku memicingkan mata kearah Yoseob.

 

          “Maksudmu?”

 

          “KIM HYUNA! Aku tak tau kau sebodoh ini. Maksudku tidakkah kau merasa aneh dengan ‘Hyunseung memegang dadanya?’ apa kau tak sepeka itu?” Seperti tersambar petir, aku mematung saat mendengarkan kata demi kata yang dikeluarkan Yoseob.

 

          “A-apa yang salah dengan itu?” Aku mencoba menyangkal teori Yoseob.

 

          “KEMATIANNYA! Ada sesuatu yang mungkin terjadi pada kematiannya.” Dadaku seakan ditikam oleh belati.

 

Aku merasakan sakit itu. Sakit sewaktu seseorang mulai menguak kembali masalah Hyunseung saat aku sedang mencoba mati-matian mengikhlaskannya. Pandanganku mulai kabur, bisa ditebak, detik berikutnya lantai kampus sudah dibasahi oleh titik-titik air mataku.

“M-maaf. Aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih.” Kurasakan sepasang lengan sedang mengalung hangat di tubuhku—Yoseob. Ia selalu tau cara menenangkanku.

 

Aku menggelengkan kepala dan menghapus air mataku.

 

          “Tak masalah,” Kataku sembari tersenyum getir.

 

          “Hyunseung meninggal pada kecelakaan mobil, bukan penyakit organ dalam.” Aku menjelaskan pada Yoseob dan perlahan melepaskan diri dari pelukannya.

 

          Yoseob hanya mengangguk dan tersenyum. Ia sahabat terbaik yang pernah kumiliki.

 

          “Jadi bagaimana perkembangan novel barumu?”

 

          “Sempurna, aku punya konsep baru.” Senyuman lebar terpampang di wajahku.

 

***

 

          Aku kembali menjadi Kim Hyuna—si penulis saat kembali bertatapan dengan laptopku. Aku meneruskan ceritaku. Oh, sedikit bocoran. Ada 2 tokoh utama disini.

         

          Yong Junhyung— Lelaki tampan dengan mata yang selalu memicing, berambut coklat dengan poni menutupi dahinya. Pipinya tembam dengan bibir yang kecil dan tebal. Tampak dingin di luar.. Namun ia seorang pemuda yang romantis.

 

          Sempurna bukan? Ya, sangat sempurna. Aku bisa membayangkan betapa sempurnanya tokoh khayalanku. Sementara Kim Seungah—ah.. Kubuat dia seperti karakterku.

 

          Kuceritakan dia—Kim Seungah; sedang dalam depresi berat, seakan datang sebagai malaikat, Junhyung teman sekampusnya mencoba menghiburnya.

 

          Kehidupan yang dirasa pahit, menjadi lebih indah dan berwarna bagi Seungah karena kehadiran Junhyung. Ditambah lagi sikap romantis Junhyung terhadapnya. Setiap pagi, Junhyung akan selalu berdiri di depan pintu pagar rumah Seungah hanya untuk memberinya setangkai mawar.

 

          Aku selesai pada BAB ke- 12 saat aku menyadari bahwa karakter Junhyung kubuat hampir mirip—atau bahkan sama persis dengan Hyunseung sewaktu hidup. Kondisi ini mulai membuatku muak. Kupeluk lututku sambil menangis. Dalam tangisanku, aku masih saja mengutuki Hyunseung karena membuat aku terlalu mencintainya.

         

          Menangis membuatku lelah. Entah mengapa.. Padahal hanya mata yang bekerja tapi aku benar-benar lelah. Kuputuskan untuk tidur.


 

~~To be continued~~

Ini dia lanjutannya .___. Mian kalo ngebosenin hehe ^^v

Apakah Hyuna tau maksud mimpinya?

Apakah Hyunseung sedang memberikan clue tentang kematiannya pada Hyuna?

Apakah akhrinya Hyuna tau?

Apakah yang akan terjadi pada Hyuna selanjutnya?

Bagaimana kelanjutan hubungan Raul Lemos dan Krisdayanti?

Kenapa author tiba tiba tanya gak jelas?

Author juga nggak tau .___. Stay tuned di Fiction ^^~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michellejanety #1
Chapter 3: Misteri meninggalnya Hyunseung dong TyT
HanJiHee
#2
Chapter 3: TAMAT???!!???! o_O
Asli..!! Gw guling-guling bneran stelah baca part ini..>.<