Silently

Silently

 

Spring

 

Son Naeun—begitulah sekarang orang-orang memanggilnya, seorang visual yang berasal dari salah satu Girlband pendatang baru yang cukup sukses di awal debutnya, A pink. Tidak ada yang membanggakan baginya menjadi seorang visual, yang selalu membuatnya diharuskan tampil sempurna di depan orang banyak. Seharusnya tidak ada manusia di dunia ini yang terlahir dengan sempurna, bukan? Begitu pula dirinya, seorang gadis yang mempunyai sisi kekurangan. Dia tidak suka banyak bicara, dia bukan tipikal yang mudah berbaur dengan orang asing, dia pemalu dengan orang baru—beginilah seorang Son Naeun, semua yang mengenalnya dengan baik akan sangat tahu akan hal ini.

 

“Naeun-ah, cepatlah! Kita sudah hampir telat,”

 

Suara ketua dari anggota A pink itu membuyarkan segala perhatiannya, membuatnya bergegas merapikan surai panjangnya sebelum keluar dari kamarnya menuju tempat latihan yang biasa dirinya dan para anggota lainnya menghabiskan waktu mereka. Berharap gadis yang biasa dia panggil Chorong unnie itu tidak marah atas keterlambatannya. Chorong unnie memang terkadang terlihat menakutkan, namun dirinya bangga dengan ketua A pink itu—karena dia tahu, tidak mudah baginya untuk dapat berteriak, satu hal yang dirinya tidak bisa.

 

“Sudah siap?” dirinya hanya menanggapi ucapan anggota lain dengan anggukan dan sebuah senyum manis, sebelum akhirnya memakai sepatunya, bersiap-siap keluar dari pintu asrama A pink yang terletak di salah satu Apartement besar. Yah, sudah cukup lama dirinya dan anggota lainnya tinggal bersama-sama dan jauh dari keluarga, walaupun dia akui bahwa sering kali merasa rindu dengan keluarganya. Tapi ini sudah menjadi pekerjaannya, dia tidak akan mengeluh akan hal ini.

 

BUKK

 

Tabrakan yang lumayan keras di bahunya, membuatnya hampir terpental kecil dan meringis pelan. Mengusap-ngusap bahunya pelan, sebelum akhirnya kelereng coklatnya bergulir, mencoba menatap orang yang ditabraknya.

 

Tampan.

 

“Infinite sunbae.”

 

Teriakan Namjo membuatnya tersadar bahwa dihadapan mereka bukan hanya ada satu pemuda, melainkan ada tujuh pemuda yang terasa tidak asing. Yah anggota boyband Infinite yang satu tahun lebih dulu melakukan debut di bandingkan A pink. Tapi entah mengapa tatapannya hanya dapat terfokus pada satu pemuda yang berada tepat di hadapannya. Bohong jika dia bilang bahwa dia tidak tahu siapa pemuda itu, karena tidak ada gadis di Korea ini yang tidak mengenal seorang L, visual Infinite yang terbilang terkenal di kalangan banyak gadis. Dia mengetahuinya, walaupun dia yakin pemuda ini tidak tahu dirinya.

 

Dia dan anggota A pink lain mulai menunduk, melakukan perbincangan kecil. Namun hanya dua orang yang hanya mengeluarkan sedikit suara—itu Son Naeun dan Kim Myungsoo.

 

“L, Kim Myungsoo, Infinite.”

 

“Son Naeun, A pink.”

 

Hanya kalimat perkenalan itu yang keluar dari bibirnya dan pemuda ini.

 

Summer

 

Kim Myungsoo—visual L dari Infinite. Pemuda tampan dan menarik yang mampu membuat gadis manapun tergila-gila kepadanya. Semua gadis-gadis mengagumi segala apa yang ada dalam dirinya, terlebih dengan segala popularitas yang dia dapatkan sekarang. Namun tidak ada yang tahu kan kalau dirinya memiliki kekurangan? Dia bukan tipikal pemuda yang peka, banyak para member lain mengganggapnya bodoh karena ketidakpekaannya terhadap banyak hal, termasuk dirinya sendiri. Tidak banyak bicara, bukan karena dia pendiam, namun dirinya tidak pernah bisa menyusun kata-kata terlebih memulai perbincangan dengan orang lain. Gugup, anggaplah tidak jarang dia merasa canggung untuk mengeluarkan kalimat.

 

Musim panas, membuatnya memutuskan berolahraga dengan berlari-lari kecil di sekitar wilayah Apartementnya. Pemandangan yang cukup terasa biasa di penglihatannya, walaupun cuaca yang lumayan panas tidak membuatnya berkeinginan kembali ke asramanya. Sedikit berniat menenangkan pikiran disela kesibukannya yang membuat waktu santainya benar-benar terbatasi sekarang.

 

“Ouch.”

 

Suara ringisan itu membuatnya menoleh, menemukan satu sosok yang tampak tidak asing baginya. Son Naeun, gadis cantik yang berasal dari anggota Idol baru yang seringkali dia temui. Ah yah, Infinite dan A pink sudah mulai dekat sekarang, mungkin bagi member lainnya, mereka bisa berbincang dengan bebas dan leluasa. Namun dirinya? masih canggung, dan begitu pula dengan gadis ini. Mereka berdua tampak seolah-olah menjadi asing—atau jangan-jangan mereka mempunyai sifat tertutup yang hampir sama.

 

Akhirnya pemuda Kim ini menghampiri sosok itu, berjongkok di samping gadis yang terduduk dan mengusap lututnya yang terluka dan tergores oleh batu yang cukup lumayan besar itu. “Kau tidak apa-apa?” kalimatnya menunjukan kekhawatiran yang tersirat, menatap luka di lutut gadis ini dalam diam. Dan seperti yang dia duga, gadis ini hanya merespon dengan anggukan. Parah, bahkan gadis ini lebih parah darinya saat mengeluarkan kata-kata, gadis yang jauh lebih pendiam darinya, namun baginya ini adalah satu hal yang membuat gadis ini menarik dimatanya.

 

Mencoba membangunkan gadis ini, namun sia-sia.

 

Akhirnya memutuskan kembali untuk berjongkok di depan gadis ini, memunggunginya. “Naiklah,” menawarkan bantuan ke gadis ini untuk menaiki punggungnya agar dia dapat menggendong gadis ini sampai ke asramanya. Dia bukan tipikal pemuda yang akan membiarkan seorang gadis yang sedang terluka. Hingga akhirnya melanjutkan kalimatnya sebelum mendapat penolakan. “Kakimu sedang sakit, kau tidak akan mungkin menolak niat baikku, bukan?” entah apa yang terjadi kepada dirinya hingga banyak bicara hari ini, dia hanya ingin membantu gadis ini.

 

Merasa pelukan di punggungnya, pemuda ini bangkit, berdiri menggendong gadis cantik Son ini—bahkan dirinya dapat menghirup wangi surai sang gadis.

 

Melangkah pelan dan menemukan detak jantuk gadis ini yang terasa berdetak cepat.

 

“Jangan takut, aku tidak akan macam-macam.”

 

Bodohnya, Kim Myungsoo mengartikan detak itu sebagai rasa takut gadis ini terhadap dirinya—ck.

 

Autumn

 

Musim berganti kembali, dan waktu bergulir dengan sangat begitu cepat. Tidak ada banyak perubahan dalam diri Son Naeun, kecuali kenyataan bahwa dirinya dengan pemuda Kim dari Infinite sudah tampak semakin dekat. Walaupun mereka masih sangat jarang melakukan perbincangan rutin layaknya dua orang yang seharusnya sudah dekat. Dia tidak bisa mendeskripsikan apa yang dirasakannya saat ini. Karena nyatanya hanya dengan menyadari tatapan pemuda itu tertuju kepadanya saja dapat membuat wajahnya memerah dan detak jantung yang benar-benar di luar kendali.

 

Seorang Kim Myungsoo selalu hadir dalam mimpinya, dan tidak jarang membuatnya kadang tidak bisa tertidur seperti sekarang ini. Hingga gadis bermarga Son ini mengambil sweaternya, memakai sweater itu sebelum memutuskan keluar dari asramanya untuk menghirup udara malam serta menenangkan pikirannya dari hal-hal yang akhir-akhir ini seolah-olah menghantuinya—well, Myungsoo seolah-olah menghantuinya.

 

Melangkah pelan pada akhirnya ke lorong sisi Apartement, menunduk menatap lantai tanpa menghentikan langkahnya. Hingga akhirnya sebuah tubrukan kecil membuatnya menghentikan langkahnya, kepalanya terangkat, menatap sosok yang di tabraknya.

 

Kim Myungsoo—berada di hadapannya.

 

Mundur satu langkah karena canggung dengan posisi mereka yang terlampau dekat satu sama lain, membuat detak jantungnya kembali tidak beraturan seperti biasa. Menunduk kembali, tidak berani menatap pemuda itu walaupun tahu pemuda itu kini menatapnya dalam. Dia merasakan hal itu. Mungkin dirinya sudah sangat terbiasa dengan kesunyian saat mereka berada berdua tanpa member lain. Semua terasa berbeda. Mungkin jika member lain disini, suasana akan mendadak menjadi ramai, walaupun tetap saja dirinya dan pemuda ini tetap diam, selalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

 

“Sedang apa kau disini?”

 

Kalimat yang pertama dikeluarkan pemuda itu, membuatnya kembali menongak untuk menatap pemuda itu dengan canggung. Tersenyum manis pada akhirnya sebelum mengeluarkan suara pelannya. “Aku hanya sedang berjalan-jalan,” nadanya gugup, bahkan dia yakin bahwa Myungsoo juga merasakan kegugupannya. Ah yah, dia memang bukan tipikal yang dengan mudah menutupi rasa gugupnya kepada orang lain—terlebih di depan pemuda yang disukainya. Tampak seperti orang bodoh.

 

Tidak tahan dengan kecanggungan di antara mereka hingga akhirnya gadis ini membungkuk hormat sebagai bentuk rasa pamitnya untuk kembali ke asrama. Namun sebelum tubuhnya berbalik dengan sempurna, jemari pemuda itu menahan lengannya dengan lembut.

 

“Temani aku,”

 

Apa dia bisa menolaknya? Tidak bisa.

 

Winter

 

Ini semua gara-gara Nam Woohyun.

 

Kim Myungsoo hanya dapat terdiam dengan seorang gadis Son Naeun yang terduduk tepat di sebelahnya. Dia seharusnya tahu bahwa ini ide konyol saat Woohyun memutuskan untuk menghabiskan malam natalnya dengan anggota A pink. Dia tentu bukan mempermasalahkan hal ini, melainkan betapa menyebalkannya ketika para member lain dengan sengaja meninggalkan mereka berdua dengan alasan agar mereka dapat menghabiskan waktu berduaan. Konyol, bukan? Walaupun dia tahu anggota lainnya hanya ingin mendorong dirinya menjadi sosok yang sedikit terbuka, yang terpenting terbuka dengan perasaannya sendiri.

 

Status mereka, teman dekat sekarang.

 

Bodoh ketika seorang Myungsoo menginginkan hubungan yang lebih dari sebatas teman namun tidak tahu bagaimana harus mengatakannya dan mengutarakan permohonan itu terhadap gadis ini. Dia ingin mengatakan bahwa dia menyukai gadis ini, tergila-gila dengan gadis ini bahkan bisa dibilang dia sedang jatuh cinta untuk kali ini. Namun sifat tertutupnya membuatnya tidak tahu harus melakukan apa sekarang, ketika perasaan ini seolah-olah membawanya ke tahap kegilaan. Andai saja untuk malam ini dia bisa meminjam kepribadian Woohyun atau Sungyeol untuk mengatakan apa yang dia rasakan kepada gadis ini, sayangnya itu tidak bisa.

 

Dua jam sudah dia terduduk disini bersama sang gadis dalam diam, dan udara semakin lama semakin dingin dengan salju yang perlahan turun menghiasi malam natal kali ini. Tidak ada yang berbicara sama sekali, bahkan keadaan taman yang tergolong sepi tidak membantu mereka untuk bicara satu sama lain. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, seperti kedua pasangan bisu yang tidak mampu mengeluarkan kata-kata apapun. Myungsoo memang bodoh, benar seperti apa yang dikatakan kepada member lainnya.

 

Tapi semua orang mempunyai batas jenuh, dia tahu.

 

Dan ini terjadi kepada gadis ini, karena gadis ini mulai bangkit, membuatnya sedikit kaget, terlebih saat gadis ini kembali membungkukan tubuh memohon diri untuk pamit. Yah, seperti beberapa waktu lalu, disaat dengan bodohnya selalu membuat gadis ini jenuh dengan kebisuan dirinya dan ketidakpastian apa yang dia rasakan sekarang.

 

Tangannya kembali terjulur, menahan kepergian gadis itu.

 

Sekarang, atau tidak sama sekali.

 

Bangkit dari duduknya, memposisikan diri berhadapan dengan gadis itu, hingga tatapannya bertemu dengan tatapan lembut gadis itu. Pemuda Kim ini tersenyum kecil, merapatkan coat gadis itu agar tidak kedinginan—namun dia tahu bahwa bukan inilah yang diharapkan gadis itu, terdengar dari helaan nafas kecewa yang di dengarnya keluar dari bibir Son Naeun.

 

Tersenyum semakin lebar menatap raut wajah kecewa gadis ini.

 

Tatapan dalamnya kini berubah menjadi tatapan lembut, satu jemarinya terangkat, mengusap pelan pipi lembut gadis itu, membuat gadis itu tersipu dalam diam. Tidak, Kim Myungsoo masih tidak mengeluarkan kata-katanya, sekarang dia malah mendekatkan diri, mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

 

Kecupan di dahi—untuk perasaan sukanya kepada gadis ini.

 

Kecupan di pipi—untuk perasaannya yang hampir gila karena selalu memikirkan gadis ini.

 

Dan berakhir, kecupan dalam di bibirnya—sebagai bentuk rasa cintanya yang tidak terhingga untuk gadis ini.

 

Dia menentukan caranya sendiri untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan—dan sebuah pelukan dari seorang Son Naeun membuatnya tahu bahwa gadis ini mengerti—sangat mengerti.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
temonijji #1
KEREN PARAAAAHHH GANGERTI LAGI HUHUHU T^T
strawberrister
#2
Chapter 1: ini cerita berbahasa indonesia pertama yang aku baca di aff dan aku tidak menyesaaal :D
keep up the good work author-nim
crepusculum
#3
Chapter 1: Ooooooh another pinkfinite in bahasa fic ;A; creys
I like it, this is well-written. Nggak banyak dialog tapi justru memang itu yang memang ingin ditekankan. Pembagian waktu ke empat musim juga bagus, membuat alurnya ketahan supaya ga terlalu cepet. Penyampaian isi pikiran tokohnya pun udah dapet C: 'feel'nya udah nyampe. Your writing style is kinda similar to mine, so i can 'feel' and understand it even better.
Hanya saja, beberapa masukan dari saya, some words are better left written in english. Mungkin pengakalannya bisa pake italic biar keberadaannya ga terasa aneh. Yang kedua, i notices, mungkin terlalu banyak kalimat yang nggak pake subjek. You should try to add more 'Dia', 'Ia', atau nama tokohnya :} itu aja sih, i'm still learning to become a good reader and writer too heheh.
Fighting author-nim!!