Candy | Dajeong

Description

"unnie," Sebuah senyum membesar di wajah Dahyun. Ia tertunduk, sama sekali tidak berani melihat sepasang mata di depannya dan tersipu malu. Ia memainkan jari-jari tangan di depannya karena nervous. Memikirkan kalimat selanjutnya yang akan ia keluarkan hanya membuat jantungnya berdebar semakin cepat. "umm aku, aku sudah lama menyimpan perasaan ini padamu dan aku... aku menyukaimu, Jeongyeon unnie"

Foreword

"unnie," Sebuah senyum membesar di wajah Dahyun. Ia tertunduk, sama sekali tidak berani melihat sepasang mata di depannya dan tersipu malu. Ia memainkan jari-jari tangan di depannya karena nervous. Memikirkan kalimat selanjutnya yang akan ia keluarkan hanya membuat jantungnya berdebar semakin cepat. "umm aku, aku sudah lama menyimpan perasaan ini padamu dan aku... aku menyukaimu, Jeongyeon unnie"

Keheningan menyelimuti setelah ia mengatakan itu. Dahyun masih tertunduk ke bawah menunggu respon balik. Keheningan itu hanya membuat kecemasannya meningkat drastis sekaligus takut tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

"umm, aku rasa itu masih kurang"

Dahyun berdecik sebal sambil membalikan badannya pada Chaeyoung dan Tzuyu yang duduk di kasurnya. "haish, memangnya apalagi sih yang salah?"

"kau masih terlalu nervous unnie, yang membuat kau gagap saat berbicara, kau harus percaya diri" Chaeyoung mengomentari. "sekarang coba lagi"

"ish" sebal Dahyun kembali membalikan badannya ke arah cermin yang ada di depannya.

Mereka bertiga sedang berada di kamar Dahyun sekarang. Ia meminta tolong kepada dua teman se-dormnya untuk membantu bagaimana caranya menyatakan isi hatinya kepada salah satu unnienya. Ia sudah terlalu lama menyimpan perasaan di hati kepada unnienya itu dan rasanya ingin meledak jika ditahan lebih lama lagi. Dahyun so done with this crazy stupid love, dan disinilah ia sekarang berlatih untuk melakukan confess kepada unnienya tersebut.

"aku rasa kau harus menatap matanya" Tzuyu memberi saran.

"benar, kalau perlu kau juga bisa genggam tangannya. sekarang bayangkan Jeongyeon unnie ada di depanmu. genggam tangannya dan tatap matanya, dengan begitu dia tahu kalau kau sedang serius" lanjut Chaeyoung.

Dahyun menghela nafasnya dan kembali menatap ke depan. Refleksi dirinya pada cermin ia bayangkan kalau di depannya sekarang adalah Jeongyeon dan ia menatap matanya serius.

"Jeongyeon unnie," Dahyun memulai kembali. "setelah lama ku pelajari, aku sekarang mengerti tentang apa yang ada di dalam hatiku. hatiku membuncah dan selalu meneriaki namamu ketika bertemu denganmu. dan aku tersadar kalau aku sangat mencintaimu, unnie"

"itu terlalu serius, coba lebih santai lagi" Chaeyoung kembali mengomentari.

"unnie, aku sudah memikirkan tentangmu dalam beberapa waktu ke belakang dan aku mempunyai rasa padamu, aku mencintaimu"

"itu terlalu santai"

"ada hal yang selalu terputar dalam pikiran ini dan aku sudah tidak bisa menahannya lagi. di dalam pikiran dan hati ini adalah kau. aku sudah mengagumimu sejak lama unnie, dan rasanya aku sudah jatuh kepadamu. dengan segenap hatiku aku menyatakan, aku mencintaimu, Jeongyeon unnie"

"terlalu panjang"

"unnie, aku mencintaimu, kau mau jadi pacarku?"

"kau sedang menyatakan cinta atau mengajak bermain?"

"aarghh!" Dahyun mengerang frustasi. Ia membalikan badannya dan melempar tubuhnya di sebelah Chaeyoung pada punggungnya. "aku bingung! aku tidak tahu harus bagaimana"

"haha ayolah unnie ini kan masih latihan, bagaimana jadinya kalau kau menghadapinya langsung nanti?" ucap Chaeyoung.

"aku tidak tahu..."

"haha makanya kita butuh latihan, kalau kau menyerah bagaimana kau akan bisa"

Dahyun mengerang frustasi, ini jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan. Ia mendudukan dirinya dan menatap kedua temannya itu. "haish ini sangat sulit, kalian tahu? memangnya bagaimana dengan kalian dulu saat confess, Chaeyoung?"

"aku..." Chaeyoung terhenti sesaat, menatap ke langit-langit terlihat berfikir. "itu terjadi pada malam kita mengadakan party setelah comeback kita. mungkin karena saat itu aku terpengaruh oleh alkohol secara tidak sadar aku tiba-tiba confess pada Mina unnie. keesokan harinya Mina unnie menceritakan itu dan ternyata unnie juga merasakan hal yang sama. dan yeah begitulah"

"dan kau Tzu?" tanya Dahyun.

"kalau aku... Jihyo unnie yang confess padaku" Tzuyu tertunduk sambil tersenyum, pipi memanas karena malu sendiri mengingat kejadian itu. "kalimat yang dikeluarkan Jihyo unnie sangat simple, tapi selalu membekas di hatiku"

Dahyun kembali mengerang frustasi dan menidurkan dirinya pada kasur, itu sama sekali tidak membantu. Sejak tadi siang ia sudah memantapkan dirinya kalau akhirnya malam ini juga ia akan mengutarakan perasaannya pada Jeongyeon. Tapi ternyata ini sangat sulit dan membingungkan seperti ini yang malah membuatnya menjadi ragu sekarang.

"haha ayolah unnie jangan hilang semangat seperti itu" Chaeyoung berdiri dari duduknya lalu menarik kedua tangan Dahyun untuk membuat duduk. Dahyun duduk dengan lemasnya dan wajahnya terlihat malas sekali. "kau terlalu overthinking sehingga kau malah menjadi kaku dan gugup, kau harus lebih natural seperti biasa"

"bagaimana aku tidak overthinking? aku akan menyatakan perasaanku pada Jeongyeon unnie!" rengek Dahyun memanyunkan bibirnya. "sepertinya lebih baik ini tidak usah dilanjutkan, ini tidak akan berhasil..."

"janganlah menyerah seperti itu, kau pasti bisa unnie"

"kau mudah berbicara seperti itu. lagipula tidak ada yang menjamin Jeongyeon unnie juga akan menyukaiku..."

"yah jangan semakin pesimis seperti itu!" seru Chaeyoung.

"tidak mungkin Jeongyeon unnie tidak akan menyukaimu. dia pasti akan menerimamu apa adanya bagaimanapun kau menyatakan perasaanmu" Tzuyu menyemangati.

"nah betul itu" Chaeyoung menyetujui. "yang kau butuhkan saat ini adalah tenangkan dirimu. kau harus percaya diri pada dirimu sendiri, dan Jeongyeon unnie akan menjadi milikmu"

Dahyun menghirup nafasnya dalam dan mengeluarkannya pelan, berusaha mengeluarkan semua beban yang ada di dalam dirinya. Mereka benar, kunci dari semuanya adalah harus tetap tenang. Mungkin ia masih bisa tenang di sini tapi masalahnya adalah apa ia masih bisa tenang jika bertemu Jeongyeon. Sepertinya tidak, melihatnya dari jauh saja sudah bisa membuat hatinya menggila.

"cah, sekarang ayo kita pergi ke Jeongyeon unnie"

"EHH!?" Dahyun terkejut dengan perkataan Chaeyoung.

"mengapa terkejut seperti itu? bukankah kau yang bilang sendiri kalau malam ini juga kau akan confess pada Jeongyeon unnie?"

Dahyun teringat kalau itu yang ia katakan pada mereka berdua tadi siang. Tapi kepercayaan diri itu sudah hilang semua sekarang. "a-aku belum siap..."

"kau sudah siap dan sangat yakin, tinggal bertingkah natural saja dan selesai. ayo berdiri" Chaeyoung meraih kedua tangan Dahyun memaksanya untuk berdiri.

"n-no! b-bagaimana kalau unnie menolakku?"

"Jeongyeon unnie tidak mungkin menolakmu, aku yakin seratus persen" Chaeyoung mulai menarik Dahyun ke pintu depan tapi Dahyun juga berusaha menahan tubuhnya. "Tzuyu-ah bantu aku!"

Tzuyu bangun dari duduknya dan mendorong Dahyun dari belakang sehingga Dahyun tidak bisa lagi menahan dirinya. Mereka membawa Dahyun keluar dorm mereka dan membawanya ke pintu unit dorm yang ada di sebelahnya dimana Jeongyeon berada. Dahyun terus bernegosiasi dan merengek tapi mereka berdua tidak menggubris sedikitpun. Kalau orang lain melihat apa yang mereka bertiga lakukan, pasti mereka akan menganggapnya aneh.

"m-mereka pasti sudah tidur, sebaiknya kita jangan ganggu mereka" Dahyun kembali beralasan.

"ini baru jam sembilan malam, mana mungkin mereka sudah tidur" ucap Chaeyoung sambil menekan pin dorm itu.

Sesaat pintu terbuka mereka berdua langsung menyeret Dahyun masuk ke dalam. Sampailah mereka di ruang tengah dan di sana Dahyun langsung melebarkan matanya seperti melihat sesuatu yang horor. Tiba-tiba ia tidak bisa merasakan tubuhnya, membeku di tempat layaknya patung. Orang itu, orang yang akan ia confess-kan perasaannya, sekarang berada tepat di depannya.

"yah! tak bisakah kalian tenang sedikit malam-malam seperti ini? mengapa masuk saja berisik sekali?" protes Jeongyeon yang sedang duduk di sofa karena sesi menonton televisinya terganggu.

"mianhae unnie hehe" Tzuyu tertawa.

"ada apa kalian ramai-ramai ke sini?" tanya Jeongyeon.

Chaeyoung dan Tzuyu menatap satu sama lain secara bersamaan. Mereka berdua mengangguk dan langsung mengerti satu sama lain tanpa berbicara.

"aku... aku mau ke Mina unnie" ucap Chaeyoung dan langsung pergi ke kamarnya.

"aku juga mau ke Jihyo unnie hehe" sama sepertinya, Tzuyu juga langsung berlari.

Dan sekarang tinggalah Dahyun sendirian berdiri canggung di sana. Dahyun bersumpah mereka berdua akan membayar apa yang telah mereka lakukan padanya di sini.

"dan kau, apa yang kau lakukan disini Dahyun-ah?" tanya Jeongyeon.

"a-aku..." suaranya bergetar karena gugup dan ia langsung menampar dirinya dalam hati. Ia berdehem membersihkan tenggorokan dan sedikit menenangkan dirinya, ia harus bermain santai. "mereka berdua pergi ke sini dan aku tidak tahu harus apa hehe"

"mau menonton drama bersamaku? ini dramanya Seungyeon unnie yang terbaru" ajak Jeongyeon.

"uhh, n-ne"

Dahyun melangkahkan kakinya mendekat dan duduk di sofa sebelah Jeongyeon, meninggalkan jarak yang cukup di antara mereka berdua.

Fokus Jeongyeon kembali pada drama yang terputar di televisi melanjutkan yang tadi sempat terjeda. Namun beda halnya dengan gadis yang ada di sebelahnya. Sejak duduk di sofa, Dahyun tidak menonton televisi, bahkan melirik saja tidak. Ia hanya tertunduk sambil memainkan jemarinya. Kegugupannya meningkat berkali-kali lipat dari sebelumnya. Jantungnya berdebar dengan cepat yang rasanya ingin melompat. Ini sudah malam dan bukan musim panas tapi ia merasakan dirinya berkeringat. Sekarang Jeongyeon sudah ada di sebelahnya, hatinya gelisah tidak karuan tak mengerti apa yang harus dilakukan.

Sebenarnya Dahyun cukup handal dalam hal menyembunyikan perasaannya terhadap Jeongyeon. Ia bisa setiap hari memasang wajah seperti biasa dan bertindak seolah tidak terjadi apapun jika berada di dekat Jeongyeon, walau di dalam hatinya serasa ingin meledak. Tapi untuk case yang sekarang sangatlah berbeda. Mereka hanya berduaan di ruangan ini dan yang lebih penting lagi, Dahyun akan menyatakan cintanya. Semua rencana yang telah ia susun sejak siang buyar semua karena kegugupannya ini.

"kau tidak memperhatikan televisi, Dahyun-ah"

"e-ehh?" Dahyun cukup terkejut dengan suara tiba-tiba itu dan menoleh pada Jeongyeon. "i-iya kah?"

Jeongyeon tertawa kecil dan memutus pandangan matanya dari televisi ke Dahyun. "ya, dari sudut mataku aku bisa melihat kau hanya tertunduk sambil memainkan jarimu. kau terlihat sangat gelisah, ada apa?"

Dahyun tertegun karena tertangkap basah. Tentu saja ia gelisah, crushnya hanya duduk beberapa sentimeter di sebelahnya dan di sini ia akan mengungkapkan perasaannya. Sial, sekarang harus apa, ia malah semakin bingung dan gugup. Haruskah ia lari? Dahyun berteriak dalam hatinya karena panik.

"hey ada apa? apa terjadi sesuatu?" Jeongyeon terlihat khawatir sekarang karena kurangnya respon dari Dahyun.

"a-aku..." Dahyun menggigit bibir bawahnya. Matanya tertuju pada lantai karena tak tahu lagi harus ke mana.

"haha gwenchana Dahyun-ah, kau selalu bisa menceritakan apapun padaku, aku tidak akan men-judge-mu kau tahu itu kan?"

Masalahnya adalah ini tentang Jeongyeon, tentang orang yang ia ajak bicara. Tentu saja ini tidak semudah menuangkan air ke dalam gelas. Ia saja sudah bersyukur belum pingsan sekarang. Dahyun memejamkan matanya dan menghela nafasnya panjang untuk membuang semua rasa takutnya. Tidak, ia sudah bertekad sendiri untuk melakukan ini dan ia tidak boleh menjadi pengecut.

Dahyun menegakkan tubuhnya dan memiringkan tubuhnya yang kini lebih menghadap Jeongyeon. "sebenarnya, a-ada yang ingin kubicarakan padamu, unnie"

Jeongyeon menaikan alisnya dan juga ikut menghadap Dahyun. "apa itu?"

"tapi sebelum itu kau harus berjanji dahulu padaku, apapun yang aku katakan nanti kau jangan marah kepadaku, ne?" ucap Dahyun serius.

"well, selama kau tidak merusak panci kesayanganku seperti yang Momo lakukan sebulan lalu saat memasak air, aku tidak akan marah" Jeongyeon mengedikan bahunya.

Dahyun tertawa kecil, unnienya selalu bisa membuatnya tertawa walau di situasi seperti ini. Tapi tak lama wajahnya berubah menjadi serius kembali. Dahyun terdiam setelahnya dan kembali larut dalam pikirannya, ia bingung harus mulai dari mana.

"soo..." Jeongyeon memulai kembali. "apa yang ingin kau katakan?"

"j-jadi begi-gini" sial Dahyun menjadi gugup kembali, sedari tadi ia tidak menemukan kalimat yang pas.

"genggam tangannya dan tatap matanya" Dahyun teringat perkataan Chaeyoung.

"unnie," Dahyun meraih kedua tangan Jeongyeon dan menatap matanya. "ada sesuatu hal yang sangat penting ingin kukatakan padamu"

Jeongyeon cukup terkejut dengan aksi Dahyun yang tak terduga itu tapi tetap diam membiarkan Dahyun melanjutkan.

"akk-aku... aku..." mulutnya terbuka, terasa sulit sekali untuk mengucapkannya. "aku-- aku..."

Jeongyeon membulatkan matanya sambil tersenyum kecil mengisyaratkan Dahyun untuk memberanikan apapun yang ingin dikatakan.

"a-aku..." tapi itu hanya membuat kegugupan Dahyun bertambah. Oh tuhan, untung saja sumber cahaya hanya dari televisi di depannya kalau tidak Jeongyeon pasti sudah bisa melihat wajahnya yang sangat merah.

"aku?" suara Jeongyeon lembut menirukan ucapan Dahyun.

Mata Jeongyeon berbinar menatapnya dengan senyum manisnya mengharapkan kalimat lanjutan darinya. Rasanya ia ingin pingsan, sekarang juga. Tapi tidak, ia harus kuat, ia harus menyelesaikan apa yang telah ia mulai.

"ak-ku, aku sudah menyimpan perasaan ini sejak lama, aku..." Dahyun terhenti sesaat mengambil nafas.

"...aku mencintaimu, Jeongyeon unnie"

Terjadi keheningan setelahnya, keduanya saling diam. Wajah Jeongyeon terlihat datar masih seperti tadi dan Dahyun tidak bisa mengartikannya dan ia semakin deg-degan. Tak lama setelah itu tiba-tiba Jeongyeon meledak dalam tawanya.

"AHAHAHAHA, aigoo Dahyun-ah hahaha" Dahyun mengerutkan keningnya bingung melihat Jeongyeon tertawa sampai seperti itu. "kau sedari tadi gugup hanya ingin mengatakan itu? hahaha arraseo, aku juga mencintaimu"

Dahyun tambah bingung tapi kemudian ia langsung mengerti mengapa respon Jeongyeon seperti itu. "no unnie! bukan mencintai yang seperti itu yang ku maksud"

"ehh bukan? ahh aku mengerti, kau sedang bermain truth or dare dengan Chaeyoung dan Tzuyu kan? lalu kau mendapatkan dare mengatakan itu? aahhh paham paham" ucap Jeongyeon.

"n-no bukan juga, itu bukan maksudku" Dahyun menjadi panik.

"ahh kalau begitu pasti ini prank kan? haha Dahyun-ah kau tidak bisa membohongiku, aku--"

"unnie aku serius dan aku tidak bercanda!"

Jeongyeon akhirnya berhenti tertawa ketika Dahyun berseru. Pandangannya kembali pada wajah Dahyun yang sekarang sangat serius, sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau ia sedang bercanda. Ia tidak mengerti apa maksud Dahyun dan mengapa dia sangat serius sekarang. Sampai akhirnya ia membulatkan matanya ketika ia akhirnya tersadar.

Jeongyeon terkejut sendiri membuat mulutnya terjatuh. "D-dahyun-ah, kau..."

"ne unnie, ini bukanlah candaan dan aku serius mengatakan ini. bukan karena sebagai member atau teman, tapi dari dalam hatiku. aku mencintaimu, Jeongyeon unnie" ucap Dahyun tulus.

Sekarang Jeongyeon yang jantungnya berdebar dengan cepat. Ia terkejut, sama sekali tidak menyangka salah satu membernya ada yang confess kepadanya seperti ini.

"Dahyun-ah, aku tidak..." Jeongyeon terhenti.

Ia tidak tahu harus berkata apa dan bagaimana. Mulutnya terbuka, mencari kata-kata yang hilang di mulutnya. Ini semua terlalu tiba-tiba dan Jeongyeon mulai gelisah dan panik karena tidak tahu sekarang harus bereaksi apa. Tidak pernah terlintas di kepalanya memikirkan skenario ketika ada member yang confess padanya.

Dahyun menatapnya cemas sambil menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Jeongyeon. Tapi wajah Jeongyeon yang menatapnya khawatir membuatnya risau dengan bagaimana ini akan berlanjut. Sekarang ia menjadi takut, takut ini tidak sesuai rencananya.

"Dahyun-ah..." Jeongyeon kembali menatap pada wanita di depannya. "ini pertanyaan yang sangat berat dan aku tidak bisa menjawabnya langsung karena aku tidak tahu perasaanku kepadamu"

Dan disitulah dimana hati Dahyun langsung jatuh dan hancur berkeping-keping. Jeongyeon tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Dan itu sangat melukai hatinya menerima fakta itu.

"beri aku waktu untuk berfikir dulu, ne?" tambah Jeongyeon menatapnya sedih.

Dahyun tertunduk dan merasa kecewa, tidak yakin kecewa terhadap unnienya atau pada dirinya sendiri. "ne..."

Ini jauh dari ekspektasi yang ia harapkan. Hatinya terasa sangat berat mendapatkan jawaban seperti itu. Bukankah itu sama artinya kalau ia ditolak? Dahyun tidak mengerti itu, yang jelas hatinya sangat sakit.

"mianhae Dahyun-ah" ucap Jeongyeon sangat menyesal.

Keduanya saling diam dan tidak berbicara satu sama lain lagi. Situasi mereka berdua sudah terlanjur menjadi menjadi sangat canggung dan tidak nyaman. "well, jam berapa sekarang? sudah sangat malam ternyata, sepertinya aku akan tidur duluan Dahyun-ah. goodnight"

Jeongyeon berdiri dari sofanya dan langsung melangkahkan kakinya pergi ke kamarnya. Tertinggal Dahyun sendirian di sofa dengan televisi yang masih menyala menyinarinya. Suara helaan yang sangat berat keluar dari mulutnya. Bagus sekali, ini tidak berjalan dengan baik. Semua harapan tentang Jeongyeon yang ada di dalam dirinya hilanglah sudah. Ia langsung menyesali apa yang ia lakukan barusan.


 

-


 

"aku mengacaukan semuanya dan sekarang Jeongyeon unnie menjauhiku!" Dahyun kesal pada dirinya sendiri. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil merengek. Sekarang ia benar-benar menyesali perbuatannya.

"jangan sedih seperti itu unnie, kau sendiri yang bilang kan kalau Jeongyeon unnie butuh waktu?" Chaeyoung di kursi mobil sebelahnya menenangkan.

"apa bedanya itu dengan ditolak? Jeongyeon unnie mengatakan itu hanya untuk memperhalus kalau dia tidak menyukaiku! dan nanti akhirnya pun tidak akan berbeda, unnie pasti akan menolakku" Dahyun terdengar sangat pesimis dan putus asa.

Tzuyu yang ada di belakang hanya diam saja mendengarkan Dahyun yang sedari berangkat dari hotel tadi terus saja merengek soal Jeongyeon. Jangan salah sangka, ia juga merasa kasihan melihatnya seperti itu, hanya saja ia juga sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menenangkannya. Jadi ia hanya mendengarkan seperti podcast yang menemani perjalanan mereka menuju venue konser.

"tentu saja dia butuh waktu karena dia pasti terkejut dengan confess-mu. tenanglah, aku yakin Jeongyeon unnie pasti akan membalas perasaanmu" ucap Chaeyoung selembut mungkin.

"membalas dengan melempar batu ke hatiku" ucap Dahyun pahit.

"hey ayolah jangan pesimis seperti itu. beri unnie waktu dulu"

"ini sudah berminggu-minggu Chaeng dan sejak saat itu dia terus saja menghindariku! bahkan berbicara sedikitpun tidak. bagaimana aku bisa tenang hah?"

"mana mungkin Jeongyeon unnie menolakmu, kalian sudah kenal sejak lama jadi tidak mungkin unnie tidak bisa menerimamu. tapi saat ini unnie masih belum menyadari itu saja. jadi kau harus bersabar sampai itu, ne?" Chaeyoung mengelus pundak wanita patah hati di sebelahnya itu.

Dahyun menghela nafasnya berat dan menatap ke jendela mobil luar. "I don't know, Chaeng. memang tidak seharusnya aku tidak confess pada Jeongyeon unnie dan semuanya sekarang menjadi seperti ini..."

"aniya, unnie pasti akan menerimamu. percayalah padaku, okay?"

Dahyun masih memasang wajah cemberutnya dan Chaeyeong tidak mengerti lagi apa yang harus ia katakan untuk menenangkannya. Dahyun sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan Chaeyoung. Tentu saja tidak, sejak di hari dimana ia mengungkapkan isi hatinya kepada crushnya, hari-harinya menjadi kacau setelah itu.

Keesokan hari setelah ia confess dan bertemu lagi saat ada jadwal, Dahyun bisa langsung merasakan jarak diantara mereka berdua. Jeongyeon mengabaikannya seolah Dahyun tidak disana. Itu terjadi juga di hari berikutnya, kemudian hari berikutnya, bahkan sampai sekarang ini setelah hampir dua minggu sejak malam itu. Dan semenjak itu juga hari-hari Dahyun diisi dengan kemurungan.

Ia tidak lagi bisa dekat dengan Jeongyeon. Tidak ada lagi sapaan dan juga senyum hangat yang keluar darinya, tidak ada jokes yang terlontar dan tertawa bersama, tidak ada "Dahyunie, apa kau sudah makan?". Semua itu hilang begitu saja. Ini sangat sakit di hatinya, ditambah lagi dari semua member hanya dia yang tidak diajak bicara dan menganggapnya tidak ada. Jeongyeon benar-benar mengabaikannya.

Pernah beberapa hari lalu saat sebelum mulai latihan choreo, Dahyun mencoba untuk menyapa Jeongyeon. Tapi yang ia dapat hanya "hai" yang sangat dingin sebelum Jeongyeon meninggalkannya dan pergi menghampiri Nayeon. Hatinya serasa diremas dan itu membuatnya sedih sampai sekarang. Jeongyeon akan melakukan apapun untuk menghindarinya.

Iya, Dahyun mengerti kalau Jeongyeon butuh waktu dan ruang untuk berfikir, tapi apa iya sampai segitunya? I don't know, Ia tidak mengerti.

Para member sekarang sudah sampai di venue konser mereka. Twice saat ini sedang disibukan dengan world tour yang mana mereka sedang berada di USA. Mereka sangat sibuk. Cukup lelah memang karena jadwal mereka yang sangat padat dan harus pindah dari satu tempat ke tempat lain hanya dalam waktu seminggu. Tapi ini worth it karena mereka bisa bertemu dan melihat wajah bahagia Once. Tiga puluh menit setelahnya, mereka briefing terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan check sound setelahnya.

Di sini adalah kesempatan Dahyun untuk melihat Jeongyeon paling bebas, bukan hanya curi-curi pandang ketika di dalam ruangan. Dahyun bisa melihat Jeongyeon yang tersenyum bahagia, menyapa Once, dan mengambil hadiah yang Once berikan. Tapi di saat yang bersamaan disini juga dimana ia bisa melihat pemandangan tidak mengenakan terpampang jelas di depan matanya. Dan itu membuatnya iri.

Ia iri ketika melihat Jeongyeon yang memeluk Momo dari belakang. Ia iri ketika Jihyo membisikan sesuatu pada telinganya dan itu membuat Jeongyeon tertawa lepas. Bahkan ia iri hanya sekedar Jeongyeon yang memberikan sebotol air mineral pada Tzuyu. Dahyun iri karena ia bukan yang ada di posisi itu, karena sekarang ia tidak lagi bisa merasakan itu. Ia hanya bisa menghela nafasnya berat dan meneguhkan hatinya sambil berharap badai akan cepat berlalu.

"aaaaaaaa aku lapaaarrr" Momo mengerang. Mereka semua sudah turun dari stage setelah melakukan check sound.

"memangnya kau pernah tidak lapar Momoring?" Sana tertawa kecil.

Momo memutar matanya malas. "kali ini aku sungguhan lapar. kau juga begitu kan Dahyunie?"

Dahyun tersentak ketika sebuah tangan merangkulnya. Pikirannya sedang ada di dunia lain dan ia langsung sadar karena itu. "e-ehh? ne hehe"

"kalau begitu ayo makan!" Momo excited.

"haha ne, tapi aku mau ke toilet terlebih dahulu" ucap Dahyun sambil melepaskan tangan Momo.

"okay~"

Dahyun permisi kepada para member untuk pergi ke kamar mandi. Tujuannya bukan untuk buang air sebenarnya tapi hanya untuk menenangkan pikirannya. Ia masuk ke dalam kamar mandi, berdiri di depan wastafel sambil menatap dirinya sendiri pada cermin.

Ia menghela nafasnya panjang. Apa ia salah melakukan ini? Semakin hari, semakin ia dicueki Jeongyeon, semakin ia merasa menyesal telah mengungkapkan perasaannya. Mengapa Jeongyeon membutuhkan waktu yang sangat lama, mengapa tidak langsung menjawab.

Apa Dahyun kurang di mata Jeongyeon?

Semua pertanyaan tersebut membuatnya overthinking dan takut. Lama-lama ia berfikir kalau ini memang salahnya, mungkin memang seharusnya ia tidak mengungkapkan perasaanya. Semakin lama ini berlangsung, semakin ia berfikir untuk menyerah. Mungkin yang terbaik dari ini semua adalah melupakan perasaannya terhadap Jeongyeon. Ia sangat pesimis dan ini tidak akan berhasil.

Cukup lama ia berada di sana merenung pada pikirannya sendiri, tapi sekarang ia harus kembali. Ia membuka keran dan membasuh kedua tangannya, lalu mengeringkannya dengan tissue. Ia menghela nafasnya lagi dan pergi ke luar toilet dan menghadapi kenyataan bahwa Jeongyeon tidak bisa membalas perasaannya. Ini sangat sulit tapi ia harus menguatkan hatinya, ia harus--

'brugghh'

"awww!"

Dahyun terjatuh ke belakang karena terpeleset lantai kamar mandi yang ia tidak sadar kalau licin. Tapi yang sakit bukan bokongnya, melainkan tangan kanannya yang tidak sengaja ia jadikan sebagai tumpuan saat terjatuh.

"haish..."

Dahyun merintih kesakitan sambil memegang sikunya yang terasa nyeri ketika digerakan. Ia mencoba meluruskan tangannya tapi itu malah semakin terasa nyeri. Sial, mengapa pakai acara jatuh segala.

"Dahyun-ah!"

Mendengar namanya ia langsung menaikan kepalanya ke depan. Ia terkejut dan hatinya melompat ketika melihat salah satu member yang beberapa hari ini sudah membuat hatinya galau saat ini sedang berlari kecil mendekatinya.

"kau kenapa, mengapa kau duduk di lantai?" Jeongyeon terdengar khawatir sambil berlutut di sebelahnya.

"a-ahh, aku tadi terpeleset" Dahyun malu mengakui itu.

"biar aku bantu" Jeongyeon membantu Dahyun perlahan untuk berdiri. "apa ada yang sakit?"

"ne, tangan kananku agak nyeri tadi ketika jatuh"

"aigoo" Jeongyeon langsung memegang tangan Dahyun dan Dahyun langsung tersentak sedikit karena terasa sakit. Ketika Jeongyeon tahu dimana letak sakitnya, ia mulai memijatnya pelan. "tahanlah, ini akan sedikit sakit"

"e-ehh...?" Dahyun gugup.

Bukan hanya karena pijatan itu, tapi hatinya sekarang jungkir balik karena Jeongyeon sekarang sangat dekat dengannya. Rekor terdekat sejak dua minggu ini. Dahyun kehilangan kata-katanya dan hanya menatap wajah Jeongyeon yang sangat dekat di depannya. Andai Jeongyeon tahu, jantungnya berdebar cepat sekarang.

Jeongyeon akhirnya menaikan kepalanya dan bertemu dengan wajah Dahyun yang sangat merah. Ia bingung awalnya tapi tak lama ia menyadari kenapa dan langsung melepas tangannya.

"ehh, m-maaf" ucap Jeongyeon langsung mundur dan membuka jarak di antara mereka.

"a-aniya, aku harus berterima kasih" Dahyun juga sama gugupnya.

"tadi... kau lama kembali, so... aku-- Jihyo menyuruhku datang kesini" ucap Jeongyeon gugup sambil menggaruk leher belakangnya, walau sebenarnya tidak ada yang bertanya soal itu. "uhh, k-kita harus kembali, yang lain sudah menunggu"

"unnie tunggu," Dahyun menggenggam pergelangan tangan Jeongyeon mencegahnya untuk pergi. "ada sesuatu yang perlu kita bicarakan"

Jeongyeon kembali membalikan badannya dan dengan canggungnya berdiri di depan Dahyun. "umm, apa yang perlu dibicarakan?"

"mungkin bukan kita tapi aku, ada sesuatu yang perlu aku katakan" Dahyun menatap unnie di depannya yang menunggunya kelanjutan kalimat darinya dengan cemas. Dahyun menghela nafas dengan beratnya. "aku... aku mau minta maaf. aku tidak seharusnya mengatakan itu padamu pada malam itu..."

Mendengar itu membuat Jeongyeon terkejut. "no Dahyun no, jangan meminta maaf soal itu, kau tidak salah apapun"

"lalu mengapa kau menghindariku unnie? mengapa kau selalu saja menjauhiku?" ucap Dahyun meminta sebuah penjelasan.

Jeongyeon bisa menyadari perubahan wajah Dahyun yang menjadi serius. Jeongyeon menghela nafasnya, Dahyun berhak mendapat penjelasan dan ia tidak bisa terus menggantungnya. "sebenarnya, aku sudah punya jawaban"

Kalimat itu langsung menyalakan peringatan di dalam diri Dahyun. Tiba-tiba ia menjadi tegang, mengantisipasi apa jawaban dari Jeongyeon yang selama ini membuatnya penasaran.

"umm, lalu apa jawabannya?" tanya Dahyun ragu.

Sebenarnya ia belum siap untuk mendengar jawaban itu. Ditambah Jeongyeon yang saat ini menatapnya sedih sama sekali tidak mengindikasikan tanda-tanda baik. Dan itu membuatnya semakin harap-harap cemas dan gelisah.

"aku..."

Jeongyeon masih memiliki keraguan di suaranya untuk mengeluarkan jawabannya. Dahyun menatap tepat di matanya, menunggu jawabannya dengan penuh harapan. Jeongyeon benci ketika perkataannya nanti bisa merusak wajah rapuh itu.

Akhirnya Jeongyeon menghela nafasnya berat untuk terakhir kali. "maafkan aku Dahyun-ah, tapi... sampai sekarang aku belum memiliki perasaan yang sama sepertimu. aku tidak bisa membalas perasaanmu, mianhae"

Sebuah tombak menancap dengan cepat di hati Dahyun. Mimpi buruknya berubah menjadi kenyataan dan ia tidak bisa bohong kalau hatinya sangat sakit. Kepalanya tertunduk dan air mata berkumpul di pelupuk matanya. Ini sakit sekali, crush yang sudah lama ia idolakan untuk kedua kalinya menolak cintanya.

"a-ak--" Dahyun mencoba menahan rasa sakitnya namun gagal. "aku minta maaf..."

Hatinya terlalu sakit membuatnya hanya bisa mengeluarkan kalimat itu sebelum ia membalikan badannya untuk pergi.

"Dahyun-ah tunggu," Jeongyeon meraih tangan Dahyun mencegahnya untuk pergi.

Ia membalikan Dahyun untuk kembali berdiri di depannya. Tangan kanannya menaikan dagu Dahyun agar ia bisa menatapnya dan ia sudah bisa melihat air mata yang membasahi pipi Dahyun. Aigoo, apa yang telah ia lakukan sampai membuatnya menangis.

"kau mau ke mana, aku belum selesai berbicara Dahyun-ah" Jeongyeon menyeka air mata itu dengan jarinya. Ia tertawa kecil, ia merasa bersalah tapi disaat yang bersamaan juga lucu melihat gadis putih ini menangis.

Dahyun hanya membiarkan Jeongyeon melakukan apa yang dia lakukan sambil menenangkan diri dari tangisnya. Ia menatap wajah Jeongyeon yang sekarang lebih soft dan tenang, tidak tegang seperti tadi.

"confess-mu pada malam itu terlalu tiba-tiba, Dahyun-ah, dan itu sangat mengejutkanku" Jeongyeon memulai. "setelah berfikir lama tentang perasaanku padamu, sampai sekarang aku masih belum bisa merasakan perasaan yang sama seperti kau kepadaku"

"tapi," Jeongyeon menatap mata Dahyun. "tapi bagaimana kalau kita melanjutkan ini semua secara perlahan dan kita melakukan date terlebih dahulu?"

Mendengar itu membuat Dahyun membulatkan matanya terbengong. "date?"

"iya date. aku dan kau, kita berdua saja melakukan date. aku memang tidak punya rasa padamu tapi aku mau kok menumbuhkan rasa itu dengan date. dan tugasmu di date itu adalah membuat aku agar jatuh padamu. itupun juga kalau kau mau"

"mau!" Dahyun langsung berseru. Mendengar itu Jeongyeon tertawa dan Dahyun malu sendiri karena dirinya terdengar seperti kepengen sekali barusan. "m-maksudku, ayo kita date hehe"

"haha arraseo. ayo kita rencanakan di waktu luang, kita lihat apa kau bisa melakukan itu" Jeongyeon menyeringai terdengar menantang.

"ehh!? aku yakin kau pasti akan langsung jatuh padaku sesaat setelah date pertama nanti" Dahyun tidak mau kalah.

"haha ya ya apa katamu" Jeongyeon mengacak rambut Dahyun dan merangkulnya. "ayo kita kembali, mereka pasti sudah mencari kita"


 

-


 

Dahyun tidak pernah melakukan date.

Of course ia pernah menghabiskan waktu hanya berdua saja dengan salah satu member atau teman lainnya di luar Twice, tapi itu hanya friendly date. Saat masa SMP atau SMA pun juga sama, ia tidak pernah merasakan percintaan masa remaja karena ia sibuk menjadi trainee pada waktu itu.

Sekarang ia akhirnya bisa merasakan itu. Di umur dua puluh lima tahunnya, Dahyun baru akan melakukan first date sungguhan dengan wanita yang sudah ia crush sejak lama.

First date dengan first lovenya? Dulu saat masih sekolah Dahyun pernah memiliki crush pada teman kelasnya, saat trainee ia juga pernah memiliki crush pada sesama trainee lain, bahkan saat di Twice pun ia juga pernah punya (sedikit) crush terhadap Sana. Tapi kali ini berbeda, Jeongyeon berbeda. Jeongyeon adalah crush yang paling lama menetap di hatinya bahkan sampai ia nekat menyatakan perasaannya. Jadi safe to say kalau Jeongyeon adalah cinta pertamanya.

Dahyun ingin first datenya perfect dan ia sudah memiliki rencana apa yang akan mereka lakukan. Pertama ia ingin membawa Jeongyeon ke arcade, Jeongyeon sangat menyukai game dan ia sangat kompetitif saat bermain dengan Mina. Setelahnya ia akan membawanya ke dog cafe, ia sudah bisa membayangkan betapa senangnya Jeongyeon ketika mengelus semua anjing di sana. Terakhir, ia akan membawanya ke toko ice cream, dimana mereka akan bercengkrama, mengobrol sana-sini sambil menikmati ice cream. Yup, semua date itu adalah tentang Jeongyeon.

It's perfect, Dahyun sudah merencanakan itu jauh berbulan-bulan sebelumnya. Dan sebentar lagi bayangannya melakukan date dengan Jeongyeon akan berubah menjadi kenyataan. Setiap saat itu terlintas di kepalanya, itu membuatnya kegirangan sendiri layaknya orang gila.

Tapi Dahyun harus menerima kenyataan bahwa Twice saat ini sedang sibuk. World tour, persiapan comeback, dan lain sebagainya memenuhi jadwal mereka. Mereka bisa berada di tiga kota yang berbeda hanya dalam waktu seminggu, berpindah-pindah tempat untuk melakukan tour USA mereka. Mereka punya sih waktu di sela-sela jadwal itu, tapi itu tidak banyak dan rencana Dahyun panjang dan berat. Takutnya mereka malah akan kelelahan dan sakit. Sekarang ini mereka sedang kembali ke Korea tapi itu untuk mempersiapan comeback mereka seperti shooting MV, photoshoot dan lain sebagainya. Itu menyebabkan date mereka terus mundur dan mundur.

Jeongyeon seakan mengerti dengan kesusahan yang dialami Dahyun jadi ia menawarkan date di rumahnya di sela jadwal mereka. Dahyun sebenarnya agak kecewa first datenya tidak bisa seperti yang ia rencanakan. Tapi apa boleh buat, mereka sedang sibuk sekarang sehingga Dahyun tak punya banyak pilihan selain menyetujuinya. Toh akan masih banyak date lainnya setelah ini.

"haish, ini tidak cocok" gerutu Dahyun saat melihat pakaian yang dikenakannya saat mengaca.

Today is the day. Sejak pagi Dahyun tidak bisa diam dan tidak berhenti mengatakan pada Chaeyoung dan Tzuyu kalau ia sedang nervous karena akhirnya hari ini adalah hari dimana ia akan melakukan date dengan Jeongyeon.

Saat ini sedang ada di kamarnya, memilih pakaian apa yang cocok digunakan untuk nanti. Sedari tadi ia sudah mengenakan pakaian, melihat dirinya pada cermin, kurang puas, memakai pakaian lain, melihat pada cermin, kurang puas. Dan itu terus berlanjut sampai kasurnya sekarang dipenuhi dengan semua pakaian yang ada di lemarinya. Tentu saja ia ingin berpenampilan terbaik di depan Jeongyeon.

"aigoo, ini juga kurang sepertinya, mengapa aku tidak punya baju yang bagus sih?" keluh Dahyun lagi terdengar semakin frustasi.

"apa yang kau lakukan sampai kamarmu berantakan sampai berantakan seperti ini, Dahyun-ah?"

Mendengar suara itu membuat Dahyun menoleh ke arah pintu kamarnya melihat Jihyo berdiri di depan pintu dengan Tzuyu yang hanya memunculkan kepalanya di sebelah.

"unnie, menurutmu bagus yang mana? yang kupakai atau yang ku pegang?" Dahyun malah bertanya.

Jihyo menaikan alisnya. Dahyun saat ini sedang memakai short dress berwarna coklat yang hanya menyentuh sampai atas lututnya, sementara yang ada di tangannya adalah shoulder off dress berwarna merah. Kemanapun Dahyun akan pergi tapi menurut Jihyo kedua pakaian itu sangat fancy.

"ohh, kau mau date dengan Jeongyeon bukan?" Jihyo teringat.

"kau tahu!?" Dahyun membulatkan matanya karena terkejut. "Tzuyu-ah!"

"a-aku bersumpah aku hanya memberitahu Jihyo unnie!" seru Tzuyu.

"tak masalah Dahyun-ah, lagipula aku yakin semua member sudah tahu soal ini. Jeongyeon juga cerita padaku tentang ini dan dia bilang dia sangat excited" ucap Jihyo.

"jinjja?"

Mendengar kalau Jeongyeon juga excited dengan date ini membuat Dahyun senyum-senyum sendiri. Rona merah muncul di pipinya membayangkan bagaimana nanti datenya berjalan, ia semakin gila sekarang.

Jihyo tertawa kecil melihat itu. "kalau begitu, apa kau butuh bantuan?"

"aku masih bingung dengan pakaian yang akan ku pakai" ucap Dahyun agak merengek. "apa kau punya saran?"

"well selama aku sering jalan dengan Jeongyeon, orang itu lebih suka memakai pakaian yang casual. mau ke manapun itu Jeongyeon lebih suka mengenakan pakaian yang nyaman dipakai, bahkan di New York atau Paris pun juga sama. kalian akan ngedate di rumah Jeongyeon kan? apalagi itu, aku yakin dia akan memakai pakaian santainya" jelas Jihyo.

"tapi ini first date ku unnie, dan aku mau tampil terbaik di depan Jeongyeon unnie" Dahyun mengoreksi.

"aku tahu, tapi tetap saja pakaianmu sekarang sangat overdressed. kau ingat kan beberapa bulan lalu saat semua orang berdandan cantik untuk mendatangi pesta perusahaan, tapi Jeongyeon hanya datang mengenakan kaos dan jeans? aku yakin seratus persen kalau nanti dia juga akan mengenakan itu juga. bahkan aku tidak yakin kalau dia akan mandi"

Dahyun tertawa kecil mendengar penjelasan itu. Kalimat terakhir tentu saja adalah candaan, tapi membayangkan nanti ia yang disambut dengan Jeongyeon yang baru bangun tidur dan wajah bantalnya membuatnya tertawa.

"jadi saran terbaikku adalah pakai pakaian yang casual juga. aku mengerti kau ingin meng-impressnya tapi aku yakin Jeongyeon akan suka dengan apapun yang kau kenakan" tambah Jihyo.

"haha arraseo unnie, nanti akan ku ganti" ucap Dahyun.

"butuh bantuan lain?" tanya Jihyo.

"aniya sudah cukup. aku ingin semuanya natural jadi aku ingin tahu Jeongyeon unnie lebih dalam secara mandiri"

"okay, aku yakin date kalian akan berjalan lancar. aku benci mengatakan ini tapi menurutku Jeongyeon adalah orang yang enak untuk diajak date secara romantically" Jihyo tersenyum pada Dahyun seolah ia bangga pada anaknya sendiri. "satu hal lagi, kalau Jeongyeon macam-macam padamu atau bahkan sampai membuatmu menangis, katakan saja padaku. akan ku tendang bokongnya saat itu juga"

"hahaha ne ne" Dahyun tertawa.

"baiklah, semangat datenya. hwaiting!" Jihyo menyemangati sebelum akhirnya pergi.

"semangat unnie!" begitu juga dengan Tzuyu yang menyemangatinya lalu menyusul Jihyo pergi.

Dahyun menghela nafasnya dan semua beban di pundaknya terasa lebih ringan sekarang. Yeah ia harus semangat, ini kesempatannya untuk membuat Jeongyeon jatuh kepadanya dan ia tidak bisa mengacaukan ini.


 

-


 

"kau harus tenang Dahyun" ucapnya pada dirinya sendiri.

Dahyun sekarang sudah ada di depan pintu apartemen Jeongyeon. Kedua tangannya dingin karena gugup. Ia juga tak lupa membawa barang pelengkap lainnya, di kirinya memegang sebuket bunga mawar sementara di kanannya membawa paper bag yang berisi dessert. Ia juga mengikuti saran Jihyo, sekarang ia mengenakan kemeja crop top berwarna pink dibarengi dengan celana jeans, casual tapi sangat presentable untuk sebuah date.

Ia masih belum menekan bel rumahnya, masih sangat nervous untuk bertemu datenya. Afterall ini adalah date pertamanya jadi sangat wajar kalau ia sangat gugup dan takut kalau ia akan mengacaukan semuanya. Ia harus membuat date ini sempurna. Bersikap natural seperti biasa, jangan bertanya hal aneh, dan jangan bertindak sesuatu yang membuat situasi menjadi awkward, Dahyun terus mengulangi itu di kepala.

Ia menghela nafasnya dan menekan bel di depannya, ia sudah siap. Tak sampai satu menit ia mendengar suara langkah kaki yang mendekati pintu dan akhirnya terbuka.

"Dahyunie!" sapa Jeongyeon dengan riangnya. "kenapa kau terlambat? ayo masuk masuk"

Dahyun melangkah masuk ke dalam. "haha mianhae, itu karena aku membawakanmu ini, unnie" Dahyun memberikan buket bunganya itu dengan malu-malu.

"uwah, aww thank you Dahyun-ah~" Jeongyeon tersentuh mendapat bunga darinya. "by the way ini kan mawar, tapi kenapa warna putih haha"

"karena putih adalah warna oficialku dan kau akan selalu mengingatku setiap kali kau melihat bunga itu" Dahyun tertawa sendiri dengan gombalannya.

Itu membuat Jeongyeon memutar mata malas. "whatever. tapi serius, terima kasih Dahyun-ah. ini sangat wangi dan cantik"

"akunya atau bunganya?" tanya Dahyun menaik-naikan alisnya.

"haha cih dasar, kau sangat gombal sekali hari ini, huh?"

"sudah ku bilang aku akan membuatmu jatuh padaku hari ini juga, unnie" Dahyun menyeringai dan Jeongyeon hanya tertawa menggeleng kepala melihat itu.

Mereka berdua masuk ke dalam dan pandangan Dahyun mengitari seisi rumah Jeongyeon. Ini pertama kalinya ia ke rumah Jeongyeon, rumahnya terlihat rapi dan nyaman, di sana juga ada anjing baru Jeongyeon yang bernama Yuki. Tempat ini sangat "Jeongyeon" sekali. Tebakan Jihyo tadi pagi benar sebenarnya, Jeongyeon sekarang hanya memakai kaos polos berwarna hitam dan juga jeans, bedanya hanya kaosnya diselimuti oleh jaket kulit (dan tentu saja sudah mandi).

"kau lapar, Dahyun-ah?" tanya Jeongyeon yang sedang memakai apron di counter dapur.

"ah ne, aku belum makan siang" Dahyun menghampirinya.

"baiklah aku akan memasak untuk kita, kau bisa duduk saja di meja makan" Jeongyeon mulai menyiapkan bahan-bahan.

"kau tidak butuh bantuan? ayolah ini kan date, masa aku hanya menonton saja"

"haha baiklah, kemari"

Dahyun ikut masuk ke dalam counter dan melihat bahan-bahan yang sudah disiapkan. Daging yang nanti akan dibuatkan Chop Steak, kentang yang akan digoreng, dan sayur untuk salad.

"uwah, sup rumput lautnya terlihat enak unnie" ucap Dahyun saat membuka tutup panci. "kau membuatnya sendiri?"

"ne, karena hari ini adalah hari ulang tahunnya Mina makanya aku membuat itu. nanti aku akan memberikannya ketika bertemu nanti" ucap Jeongyeon yang diangguki Dahyun. "apronmu ada atas sana, kau bagian yang membuat salad ya"

"ne~"

Dahyun pergi mengambil apron itu. Tapi ia langsung menyeringai dan berjalan mendekati Jeongyeon karena sebuah ide terlintas di kepalanya. "unnie, karena ini date bagaimana kalau kau memakaikannya untukku?"

Jeongyeon cukup terkejut dan mendengus ingin tertawa terhadap permintaan itu tapi tetap mengambil apronnya. Ia berdiri dari belakang dan mulai memakaikannya. Jarak antara mereka berdua menjadi terlalu dekat bahkan sudah bisa dibilang Jeongyeon memeluknya. Dahyun tak bisa berhenti tertawa geli sepanjang Jeongyeon memakaikannya.

Ditambah lagi wajah Jeongyeon super dekat di samping wajahnya seolah dia ingin menciumnya. Benar saja Jeongyeon mencium pipi Dahyun di balik rambutnya dan itu membuat Dahyun menjerit ketawa geli dengan hati yang sudah jungkir balik. Ia cukup terkejut dan tidak menyangka Jeongyeon akan melakukan hal itu.

Mereka mulai memasak sesuai bagian mereka masing-masing. Jeongyeon dengan chop steaknya dan Dahyun dengan saladnya. Masakan hari ini cukup simple sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya. Setelah mereka selesai dengan masakan masing-masing, mereka menyiapkan semuanya ke dalam mangkuk dan piring. Semuanya mereka rapihkan pada meja dan mereka mulai makan.

"hmm~ ini enak unnie" ucap Dahyun sambil mengunyah.

"jinjja?" tanya Jeongyeon dan Dahyun mengangguk tanpa ragu. "haha makanlah yang banyak. you know, semua member sudah pernah ke sini selain kau dan Chaeyoung, makanya aku ingin memasak untukmu" Jeongyeon memasukan daging ke dalam mulutnya. "kau bisa datang kesini kapan saja kau mau Dahyun-ah, katakan saja padaku"

"haha serius?" Dahyun menjadi agak malu.

"ya, agar aku tahu kapan kau akan datang dan aku bisa kabur pergi hahaha" Jeongyeon tertawa dan Dahyun hanya melengos.

Sesi makan mereka berlangsung sambil mengobrol satu sama lain. Topik yang hangat mereka berdua bicarakan adalah tentang masa-masa tujuh tahun terakhir mereka bersama. Mereka tertawa lepas karena mengingat momen masa lalu bersama itu dan saling menceritakan rahasia kecil yang sebelumnya belum mereka ketahui.

Obrolan mereka lancar dan mengalir begitu saja. Ini tidak canggung seperti yang Dahyun bayangkan, mungkin efek dari pembawaan Jeongyeon yang santai dan sering sekali mencandainya, itu juga membuatnya ikut menjadi santai. Bahkan sering sekali Dahyun menyelipkan gombalan receh di tengah obrolan mereka. Dan lebih penting lagi, tak ada awkward momen yang terjadi.

Mereka akhirnya selesai makan dan membereskan meja dari piring dan mangkuk kosong karena mereka akan melanjutkan memakan dessert.

Dahyun mengeluarkan dessert yang ia bawa tadi dari paper bagnya. Terdapat cheese cake, cup cake, roti, dan beberapa makanan manis lainnya yang bisa mereka nikmati. Mereka memakan dessert mereka sambil kembali mengobrol tentang sana sini.

"apa yang akhir-akhir ini suka kau lakukan, unnie?" tanya Dahyun di sela pembicaraan mereka.

"you"

Dahyun terdiam, bahkan juga dengan sendok yang terdiam di udara. Ia terkejut dengan kerutan di dahinya, hanya menatap Jeongyeon karena kehilangan kata-kata.

"aku mau tahu lebih lagi soal Kim Dahyun"

Disitu dimana Dahyun tidak bisa menahan tawanya sekaligus menahan rasa malunya. "maksudku adalah hobi, hobi apa yang kau lakukan belakangan ini"

"hobi?" Jeongyeon terdiam sambil memakan cheese cakenya karena berfikir. "aku tidak punya hobi"

"ehh? masa tidak punya" ucap Dahyun.

"haha ya memang begitu, tak banyak yang aku lakukan, entahlah" Jeongyeon mengedikan kedua bahunya dan memasukan sesendok cheese cake ke dalam mulut. "bagaimana denganmu?"

"aku... apa ya" Dahyun menatap ke atas terlihat berfikir. "oh! aku sedang suka melakukan bubble bath belakangan ini"

Jeongyeon tertawa. "haha memangnya itu bisa disebut sebagai hobi?"

"ne tentu saja bisa. you know, bersantai di dalam bath up sambil memainkan busa sabun mandi, itu sangat menyenangkan dan bisa membuat tubuhmu relax. aku sering melakukannya sambil menonton netflix" jelas Dahyun.

"hmm, aku tidak pernah mencoba sebelumnya" ucap Jeongyeon.

"aku sangat merekomendasikannya padamu unnie, aku bahkan memfoto beberapa saat aku di bubble bath"

"o--" Jeongyeon terdiam dengan perkataan Dahyun. Karena itu membuat pikirannya melayang dan pipinya memerah. "kenapa kau memfoto dirimu pada bubble bath dan ingin memamerkannya padaku Dahyun-ah haha"

Dahyun akhirnya sadar dengan apa yang ia katakan tadi. "a-aniya! bukan itu maksudku! jangan berfikir macam-macam" seru Dahyun yang menyebabkan Jeongyeon tertawa dan Dahyun merengek karena malu sendiri dibuatnya.

"you know what, Dahyun-ah," Jeongyeon memulai dan tersenyum sendiri karena itu. "sekarang kau sudah terlihat jauh lebih dewasa dari yang ku bayangkan. rasanya seperti baru kemarin kau, Chaeyoung, dan Tzuyu pulang sekolah bersama dan lanjut melakukan jadwal. tapi lihatlah kau sekarang, kau terlihat sudah sangat dewasa. kau bahkan sekarang sering sekali memakai pakaian yang terbuka di depan banyak orang haha"

Dahyun tertawa malu pada statement terakhir dan itu sedikit membuat pipinya memerah. "aku punya photoshoot ku kemarin untuk 'Yes, I'm Dahyun', kau mau lihat unnie?" Dahyun mengeluarkan ponselnya untuk mencari foto yang dimaksud.

"aigoo, itu pasti akan sangat terbuka" ucap Jeongyeon khawatir dan Dahyun hanya tertawa kecil.

Dahyun akhirnya menemukan foto itu dan membalikan ponselnya untuk dilihatkan pada Jeongyeon. "ini kau bisa lihat"

Melihat itu mulut Jeongyeon langsung jatuh terbuka. Dress hitam dengan bagian belakangnya terbuka menampakkan punggungnya yang putih dan sangat mulus. "uwah..."

"haha, is it good? aku belum memperlihatkannya pada member lain"

"tentu saja itu bagus! kau sangat cantik Dahyun-ah, sangat elegan dan sangat-- wah" Jeongyeon tak bisa berkata banyak dan pujian itu membuat Dahyun menjadi malu sendiri. "punggungmu sangat terbuka seperti itu, bisakah aku melihat yang lebih dari itu?"

"ne tentu saja, aku punya--" Dahyun terhenti ketika ia mengerti apa yang dikatakan Jeongyeon. Ia menatap ke depan melihat Jeongyeon sudah menyeringai padanya. "yah unnie! mengapa kau sangat byuntae sedari tadi hah!?"

Jeongyeon hanya tertawa lepas sementara Dahyun untuk kesekian kalinya tersipu malu.

"hahaha tapi serius Dahyun-ah, kau terlihat sudah sangat dewasa. maksudku lihatlah dirimu sekarang, kau sudah berani menyatakan cinta pada unnienya sendiri"

"unnie jangan ingatkan aku pada malam itu lagi..." Dahyun tertunduk, Jeongyeon benar-benar tidak berhenti membuatnya tersipu.

"hahaha, setelah malam itu kau confess kepadaku, aku terus saja tidak berhenti memikirkanmu. aku jadi berfikir tentangmu beberapa hari ke belakang dan aku baru menyadari sesuatu. aku sekarang mengerti kenapa kau menjadi sering men-chatku sampai tengah malam, mengapa kau selalu ingin duduk bersebelahan denganku, mengapa kau mencium pipi saat konser, mengapa kau--"

"unnie stop hentikan!" Dahyun menghentikannya dengan pipi yang sudah sangat merah. Oh tuhan, ini sangat memalukan tertangkap basah seperti ini.

"haha wae? aku tidak berhenti tertawa memikirkan itu karena aku tidak menyadari usahamu itu. apalagi saat kau tiba-tiba confess padaku, makanya aku terkejut dan sama sekali tidak percaya dengan yang kau bicarakan malam itu haha"

"I'm trying, okay? aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan" Dahyun tertunduk malu memanyunkan bibirnya tak berani menatap matanya.

"haha I know, but I think it's cute tho, aku mengapresiasi keberanianmu"

Dahyun kembali menatap Jeongyeon dan disambut dengan senyum lebar dan hangat di wajah Jeongyeon.

"jadi kupikir mengapa tidak untuk membuka hatiku untukmu. itulah kenapa aku mau melakukan date denganmu, Dahyun-ah" ucap Jeongyeon.

Dahyun kembali tersenyum lebar mendengar perkataan Jeongyeon. Itu adalah salah satu dari banyak hal yang ia sukai dari unnienya itu. Jeongyeon tidak pernah menjudge dan memandang aneh seabsurd apapun yang pernah ia lakukan. Walaupun Jeongyeon tidak memiliki rasa padanya, tapi dia memberi Dahyun kesempatan untuk date. Dan itu membuat hatinya tersentuh.

"jadi... apa kau senang dengan date kita hari ini?" tanya Dahyun malu-malu.

"ne tentu saja, ini sangat menyenangkan! bagaimana denganmu?" tanya Jeongyeon balik.

"aku sangat enjoy dengan ini. tulang pipiku sangat sakit karena tidak berhenti tertawa haha"

"haha benar, bahkan aku tidak sadar sekarang sudah jam empat sore" Jeongyeon melihat jam tangannya. "cah, itu artinya waktunya kita beberes"

"ehh? sudah selesai datenya?" Dahyun terdengar kecewa.

"kita ada rapat dengan management jam lima nanti, kau ingat?" Jeongyeon berdiri dari kursinya membuat Dahyun memanyunkan bibirnya. "kita masih bisa melakukan date lainnya"

"date lain? kita akan mengadakan date kedua?" wajah Dahyun langsung menjadi cerah.

"haha yeah, mengapa tidak?" Jeongyeon mengacak rambut Dahyun dan pergi ke dapur.

Jeongyeon tersenyum sendiri sambil mencuci tangannya pada wastafel. Ia tidak menyangka akan sangat menyenangkan seperti ini melakukan dengan date dengan Dahyun. Wanita itu sangat lucu ketika tersenyum, tawanya yang khas, dan pipinya yang selalu memerah ketika digoda. Rasanya ia ingin sekali mencubit pipinya gemas. Sepertinya Dahyun memang tidak bercanda ketika ia akan membuatnya langsung jatuh kepada wanita itu.

"Dahyun-ah, kau akan mencuci piringnya kan?"

"hump unnie, kan aku sudah membelikanmu bunga" rengek Dahyun.

"hahaha, aku hanya bercanda" Jeongyeon mematikan keran dan membalikan tubuhnya. "tapi... kalau kau mau mencuci piringnya, kita akan melanjutkan date kita setelah rapat dengan management nanti. itupun kalau kau mau"

"jinjja!?" Dahyun langsung berlari menuju dapur dan mengambil apronnya. "cepat pakaikan!"

Jeongyeon hanya tertawa melihat kelakuan Dahyun itu dan mengambil apronnya untuk memakaikannya. "kau sangat suka dengan datenya, huh?"

"aku sangat suka dengan unnienya, bukan datenya"

"haha dasar gombal" Jeongyeon mencubit gemas hidung Dahyun. "aku akan ganti baju, setelah itu kita bisa berangkat bersama nanti ke perusahaan"

Dahyun bisa melihat Jeongyeon yang mulai berjalan ke arah kamarnya. Disaat itu ia suatu pertanyaan terlintas di kepalanya. Pertanyaan yang sudah sedari tadi membuatnya penasaran.

"unnie"

Panggilan itu membuat Jeongyeon menghentikan langkah dan membalikan badannya lagi. Dahyun tertunduk ke bawah sambil memainkan jarinya. Jantungnya kembali berdebar dan berubah menjadi sangat gugup. Sensasi ini sama seperti waktu malam itu saat ia confess.

"apa kau... you know," Dahyun menaikan kepalanya. "setelah date ini... apa kau sudah membiarkanku masuk ke dalam hatimu?"

Jeongyeon tersenyum hangat mendengar pertanyaan itu. Rasanya ia ingin terus mencubit pipinya karena terlalu gemas. Dahyun benar-benar terlalu polos tentang masalah percintaan, dari yang tiba-tiba confess padanya dan sekarang ini. Apa dua jam meluangkan waktu dengannya sudah bisa menjawab pertanyaan itu? Itu adalah pertanyaan yang sangat mudah bagi Jeongyeon.

Bukan menjawab tapi Jeongyeon berjalan mendekati Dahyun. Jantung Dahyun berdegup semakin cepat dan sekarang Jeongyeon berdiri tepat di depannya. Ia mendongakkan kepalanya keatas, matanya langsung terfokus pada senyum manisnya, mata bulatnya, dan wajah cantiknya.

Sebuah tangan menangkup pipi kirinya yang memberikan sensasi gemetar di seluruh tubuhnya. Dan tanpa peringatan apapun, Jeongyeon memajukan wajahnya dan menyatukan bibir mereka berdua.

Mata Dahyun langsung melebar karena tiba-tiba merasakan benda lembut yang menempel di bibirnya. Dahyun sudah pernah mencium bibir beberapa member, tapi ini adalah pertama kalinya dari ciuman itu ia merasakan kupu-kupu yang langsung meledak di dalam perutnya.

Dahyun memejamkan mata tak lama setelahnya merasakan lebih dalam bibir lembut Jeongyeon. Bibir Jeongyeon terasa seperti cheese cake yang ia makan barusan. Ia membiarkan jiwanya melayang ke atas awan. Hatinya luluh mengakibatkan merasakan sensasi hangat di dadanya akibat ciuman itu. Ini yang sudah lama ia bayangkan, ini yang sudah lama ia imajinasikan, sangat sempurna.

Jeongyeon's lips are just like candy sugar so sweet that Dahyun will always crave for more.

Akhirnya Jeongyeon yang memundurkan wajahnya memutus ciuman mereka. Ia tertawa kecil melihat wajah Dahyun yang terkejut dan sangat merah. Sekali lagi, it's so cute.

"aku harap itu bisa menjawab" Jeongyeon meluruskan tubuhnya dan membalikan badan kembali berjalan ke kamarnya. "cepat bereskan cuciannya, atau kau akan ku tinggal dan date nanti malam tidak jadi"

Sesaat setelah Jeongyeon menutup pintu, Dahyun langsung melompat kegirangan di tempat sambil mengeluarkan suara bahagia. Ia memegang dadanya yang berdebar dengan cepat dengan kedua tangan, masih tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Apa Jeongyeon baru saja menciumnya!? Ini seperti mimpi!

Dahyun masih tak bisa berhenti kegirangan karena tak bisa menahan hatinya yang penuh dengan kebahagiaan. Oh betapa tidak sabarnya ia untuk date mereka nanti, itu pasti akan jauh lebih menyenangkan dari ini.

***
END

dimulai sama kapal Dajeong dulu hehe. jarang banget kapalnya tapi sekalinya ada lucu banget mereka berdua huhuhu. apalagi lagu "Candy" ini selalu ingetin aku sama mereka berdua yg ciuman pipi pas konser

selanjutnya bakal kapal apa nih?

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet