Chapter 1

My Friend
Please log in to read the full chapter

“Maaf.” Wendy sambil membungkukukan tubuhnya meminta maaf pada seorang gadis kecil yang ia tabrak sehingga eskrim anak itu terjatuh di tanah.

“Maaf sekali lagi, unnie akan mengganti es krim mu.” Gadis kecil itu tertegun melihat seorang dewasa meminta maaf kepadanya. Biasanya orang dewasa tidak akan perduli padanya bahkan jika ia tersenggol atau tertabrak mereka tidak akan perduli.

“Di mana kau membeli es krim itu, unnie akan membelikannya untukmu. Gadis kecil itu menunjuk toko eskrim tempat ia membeli es krimnya. Tapi sebelum Wendy membelikan es krimnya, ia memastikan kondisi gadis kecil itu terluka atau tidak. Gadis itu kembali tertegun, ada seseorang yang begitu menghawatirkan dirinya selain sang ibu, bahkan ayahnya tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Yang ia tahu ayahnya kerap pulang dalam keadaan mabuk dan sering berteriak pada ibu dan dirinya, sampai akhirnya sang ibu memutuskan untuk menceraikan sang ayah dan merwatnya seorang diri.

“Ini rasanya sama persiskan?” Tanya Wendy sambil tersenyum.

“Apa yang kau lakukan di taman ini seorang diri.”

“Saya sering ke sini sambil menunggu ibu saya yang bekerja tak jauh dari sini.”

“Oh, unnie juga bekerja di sekitar sini.”

“Siapa namamu?”

“Aku Winter umur ku 10 tahun.”

“Kau bisa memanggil unnie Wendy. Senang bertemu dengan mu Winter.” Senyum nya lagi pada gadis kecil itu yang sangat kagum pada Wendy. Mereka berbincang sekitar 10 menit sebelum akhirnya Wendy harus kembali ke kantor dan memastikan Winter aman sendirian di taman, ia meminta supirnya untuk menunggui gadis kecil itu sampai ibu gadis itu menjemputnya.

 

“Kenapa pakaian mu kotor sayang?”

“Oh tadi aku terjatuh omma.”

“Kau tidak apa-apa?” Tanya Irene khawatir. Winter menganggukkan kepalanya meyakinkan sang ibu bahwa ia baik-baik saja.

“Kalau begitu omma kembali ke kantor ya, jangan merepotkan bibi Han.”

“Baik omma.” Sebelum kembali ke kantor Irene mengecup dahi putri semata wayangnya dan memeluk gadis kecil itu.

 

Winter duduk di taman di mana ia biasa menunggu ibunya, ia juga berharap ia bisa bertemu lagi dengan Wendy. Sepertinya harapannya terkabul, ia melihat Wendy berjalan seorang diri dengan setelan jasnya yang terlihat keren di mata Winter.

“Unnie.”

“Oh Winter.” Wah ternyata wannita itu masih mengingat namanya.

“Menunggu ibu mu?”

“Iya unnie.”

“Kau tidak membeli es krim kali ini?”

“Jatah makan es krim ku akhir pecan lagi unnie.”

“Wah kau anak hebat bisa mematuhi peraturan yang ibumu buat.” Sambil mengacak acak rambut Winter, dan hal kecil itu membuat gadis itu sangat senang. Pujian yang jarang ia dengar dari seseorang selain ibunya.

 

Semenjak itu Wendy dan Winter semakin dekat, mereka sering bertemu di taman, mereka bahkan bertukar no HP yang membuat Winter merasa begitu senang karena Wendy memperlakukannnya seperti teman.

 

“Unnie janji akan datang kan?”

“Tentu saja,” ujar Wendy berjanji pada Winter.

 

Seperti janjinya Wendy datang pada pagelaran karya di sekolah Winter. Ia tersenyum melihat gadis itu sangat lincah menari, Winter bisa menemukan Wendy di antara para penonton, ia tersenyum senang, dan semakin bersemangat menari.

“Omma, aku kira omma tidak datang.”

“Maaf omma terlambat, tapi omma melihat penampilan mu, sangat mengagumkan, anak omma sangat hebat.”

“Kau sangat bekerja keras Winter.” Ujar Seulgi yang ia tahu salah satu teman yang sedang mendekati ibunya. Namun Winter hanya tersenyum seadanya pada Seulgi.

“Kau mencari siapa sayang?”

“Wendy unnie.”

“Wendy? Teman imajinasi mu itu?” Tanya Seulgi dan mendapatkan tatapm sinis dari Winter. Gadis itu tidak bicara, ia masih terus melayangkan pandangannya ke sana ke mari mencari keberadaan Wendy namun ia sama sekali tidak menemukan wanita itu, ia sedikit kecewa.

“Ayo, kalau begitu kita rayakan hari ini, kita makan di luar.” Namun Winter menarik tangan ibunya.

“Omma aku lelah bisa kah kita kembali ke rumah.” Bisiknya pada sang ibu. Irene meminta maaf pada Seulgi karena ia putuskan untuk kembali ke rumah saja. Dan Seulgi hanya bisa menghela nafasnya, karena ia tidak berhesil mengambil hati Winter kali ini.

 

Maaf unnie tidak menyapamu setelah penampilan, karena unnie ada rapat di kantor. Penampilan mu sangat memaukau dan senyum mu sangat manis.

Aku mengerti unnie

Please log in to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baeismine03 #1
Chapter 2: huhuhu very sweetss
Wann77
#2
Chapter 2: Keren2...
Tetap semangat menulis tentang Wenrene