Titik Temu

Something Kinda Crazy
Please log in to read the full chapter

 

Irene dan Wendy

 

Selepas Kim Heeae meninggalkan ruang makan, Bae Woosung sempat menatap putrinya untuk beberapa saat. Keduanya saling bertukar pandang, namun dengan pesan yang berbeda. Awalnya Irene menaruh harapan lebih terhadap appa-nya, sayangnya harapannya pupus dengan sangat cepat ketika Bae Woosung kemudian memilih untuk menyusul istrinya.

 

Ia cukup kecewa, namun Irene tahu ada hal lain yang harus menjadi fokus utamanya saat ini. 

 

Dengan segera ia memutar tubuhnya ke arah Wendy dan mendapati gadisnya sudah tertunduk kalah, perlahan tangisnya pecah dalam kesunyian. Tetes demi tetes air mata membasahi wajah dan jatuh ke pahanya. 

 

“Sayang, I’m so so sorry. I’m–...”

 

Ucapan Irene tertahan di pangkal lehernya. Ia akhirnya lebih memilih untuk memeluk Wendy dengan erat. 

 

Kali itu keduanya memilih untuk berkomunikasi melalui bahasa tubuh mereka. Tentang bagaimana Irene meluapkan rasa bersalahnya dan Wendy yang harus menelan pil pahit di luar dugaannya. 

 

Lima menit berselang, Wendy berusaha menarik napasnya dalam-dalam. 

 

“Let’s go home.” ujar Irene sembari menggenggam erat jemari Wendy, memberikan usapan halus di punggung tangannya. 

 

Kalimat singkat tersebut rupanya mampu membuat Wendy mendongakan kepalanya dan kini menatap lekat kedua bola mata Irene yang juga menampung air mata di pelupuk matanya. 

 

“Anywhere is my home if it’s with you. Kamu nggak bahagia disini, so this is not my home.” ucap Irene lagi. 

 

“Jangan asal–...”

 

Irene dengan cepat menggelengkan kepalanya. Tangan kanannya melepaskan genggamannya untuk berpindah menangkup wajah Wendy. 

 

“Aku serius. Kita pergi dari sini sekarang, bahkan kalau kamu mau kita bisa cari penerbangan untuk pulang sekarang. Aku minta maaf untuk semuanya, I thought I’m protecting you but–...”

 

“Tapi kabur juga bukan cara yang tepat, Irene.”

 

“Stay disini juga bukan cara yang tepat. Aku nggak mau kamu diperlakukan kayak tadi.”

 

Tangan kiri Wendy yang tadinya digenggam oleh Irene kini turut terangkat, ganti mengusap tangan Irene yang masih menangkup wajahnya.

 

“Aku nggak mau mencuri kamu dari keluargamu. Aku nggak mau apa yang terjadi di orang tua ku, kejadian juga di kamu, Irene."

 

Irene baru akan membuka mulutnya ketika Wendy menepuk punggung tangannya pelan serta memberikan seulas senyuman ke arahnya. 

 

"Let's stay, sesuai rencana kita dan sesuai ucapan eomma kamu. Kalau kamu pergi cuma karena aku, berarti kamu bakal nyakitin hati orang tua kamu. Lagi pula, kamu udah janji untuk jadi bridesmaid di pernikahan Sooyoung juga kan? Janji harus ditepati."

 

Irene menatap mata Wendy dengan lekat, berusaha menerjemahkan isi hati kekasihnya melalui ekspresi yang terpancar di bola matanya. Namun rupanya Wendy serius dengan ucapannya. 

 

"K-kamu yakin? Kita nggak harus tinggal disini, kita bisa balik menginap di apartemen Taeyeon. Kita stay di Korea bukan berarti harus tinggal disini."

 

Wendy mengangguk mantap. “Mungkin kalau kita stay disini, perlahan aku bisa lebih mengenal orang tua kamu dan begitu juga sebaliknya.”

 

Irene mendesah pelan, "Okay, tapi kalau gitu aku bakal tinggal sama kamu. Jangan paksa aku tinggal jauh dari kamu. It's the least I can do to make me feel better, to make sure you are okay."

 

"Tapi nanti orang tua kamu–..."

 

"Take it or leave it, Wendy Son."

 

"Ada berapa kamar di rumah tamu?" 

 

"Nope, kita sekamar. Aku nggak mau pisah. Like what I said, take it or leave it."




 

= Something Kinda Crazy =





 

"Kamu yakin dengan keputusan kamu ini?" tanya Wendy yang kini sedang berlutut di dekat kopernya. 

 

Keduanya kini berada di salah satu kamar yang ada di rumah tunggu tamu yang telah dipilih oleh Irene. Irene sengaja memilih kamar yang memiliki balkon namun tidak menghadap ke arah rumah utama keluarganya. Ia tahu persis permainan seperti apa yang akan dilakukan oleh eomma-nya itu.

 

Dengan kontur wilayah yang cukup berbukit, rumah tunggu tamu terletak lebih rendah dari rumah utama. Sehingga secara otomatis penghuni rumah tunggu tamu akan mendongak ketika mereka hendak menatap rumah utama. 

 

Kalian tidak lebih tinggi dari kami. 

 

Itulah pesan yang ingin disampaikan oleh keluarga Bae kepada tamu mereka. Namun dalam kondisi seperti ini, pesan yang ingin disampaikan oleh nyonya Bae kepada Wendy adalah untuk menyadarkan Wendy bahwa kasta Wendy lebih rendah dari keluarga Bae.

 

“Ya, aku yakin.” ucap Irene sembari membuka pintu balkon kamar mereka. 

 

Sementara Wendy menata barang bawaannya, Irene menatap sejenak ke arah rumahnya.

 

“Aku minta maaf–...” ucap Irene sembari matanya menerawang ke arah rumah yang sudah ia huni sejak ia lahir.

 

“Lagi?”

 

Irene membalikkan badannya kemudian berjalan ke arah Wendy. Ia memilih ikut bersimpuh di lantai bersama kekasihnya. Diraihnya kedua tangan Wendy untuk ia genggam dan ia pijat dengan lembut.

 

“Bukan karena ucapan orang tua ku, well, aku juga minta maaf untuk itu tapi maksudku adalah maaf karena aku udah nutupin semuanya dari kamu–...... selama ini.”

 

Wendy menghela napasnya panjang.

 

“Kalau kita di amerika sekarang, mungkin aku udah marah besar ke kamu. But somehow, aku udah gak bisa marah lagi sekarang. I know you have your reason.”

 

“This is exactly the reason. Aku bukan takut kamu bakal memanfaatkan kekayaanku, aku tahu kamu bukan orang yang kayak gitu. I’m afraid of what my family is gonna do.” jawab Irene dengan pelan. 

 

“You think you can protect me?” 

 

Irene tersenyum simpul kemudian mengangguk pelan.

 

“I told you, aku dulu pernah punya hubungan dengan anak konglomerat juga. She chose me, tried to protect me, but she failed nonetheless. We failed. Kalau aku pikir lagi, semuanya karena aku dan mantanku itu sama-sama berusaha menutupi apa yang terjadi, our communication .”

 

“Aku harus bersyukur karena kalau nggak, berarti kamu masih sama dia sekarang.” sungut Irene kesal.

 

Hal ini sontak membuat Wendy tertawa. 

 

“Kamu jealous sama orang yang waktu itu masih duduk di sekolah menengah?”

 

Irene hanya mengedikkan bahunya, enggan menanggapi.

 

“Minggu depan adalah tantangan yang sesungguhnya. Perayaan chuseok tahun ini diadakan di salah satu mansion milik harabeoji yang berada di pesisir pantai. Semua keluarga akan berkumpul disana.”

 

“Terdengar seperti hari kiamat buatku.” canda Wendy.

 

“Tidak kalau kita bisa mempersiapkan semuanya. Kita punya Taeyeon, dia yang mengatur seluruh rangkaian acara. Jadi kita bisa dapat bocoran dan bersiap sejak dini. Ada Sooyoung juga, dia pintar mengalihkan isu. Harapan terakhirku ada di halmeoni. Kalau kita bisa mengambil hati halmeoni, setidaknya musuh kita tinggal satu.”

 

“Eomma-mu?”

 

Irene menggeleng, “Harabeoji.”

 

Irene bangkit dari posisinya duduk, kemudian menarik Wendy untuk ikut berdiri bersamanya. Ia mengambil ponselnya yang tadi ia lempar secara asal ke atas kasur kemudian mengajak Wendy untuk naik ke atas kasur bersamanya.

 

“Kita pakai waktu yang tersisa untuk belajar tentang–...”

 

“Kamu nggak perlu jelasin ke aku sejarah tentang perusahaan keluargamu. Katie or Yerim udah cerita semuanya ke aku. Mulai dari kapan harabeoji mu buat perusahaan pertama bahkan hingga sekarang harabeoji memilih anak keduanya sebagai penerus. Katie bilang keluargamu patriarki banget. Tadinya aku sama sekali bingung kenapa Katie cerita itu semua ke aku, tapi sekarang aku paham. Anyway, perusahaan pertama harabeoji bergerak di perdagangan ikan kan? Berarti aku tebak mansion yang dipakai untuk chuseok besok punya nilai nostalgia yang cukup tinggi buat harabeoji?”

 

Irene mengerjapkan matanya beberapa kali dan secara tidak sadar menganggukan kepalanya. 

 

“Dari cerita Katie–...”

 

“Lebih baik kamu mulai biasain untuk sebut nama asli dia, Kim Yerim. Dengan begitu, keluarga ku akan tau kalau kamu juga punya kenalan orang berpengaruh.”

 

“Cuma satu?”

 

“Better than none. Koneksi itu penting. Sekarang ada enam orang yang berada di pihakmu.”

 

“Enam?”

 

“Aku, Taeyeon, Sooyoung, Jiyul -well, i hate to say this but he likes you. Not that kind of like but, yeah- dan sekarang ada Yerim juga.”

 

“That’s five, babe.”

 

Irene menggaruk pelipisnya secara canggung. 

 

“Uhm, Seulgi adalah yang ke enam.”

 

“Seulgi? Seulgi Kang? Your best friend? Our best friend?”

 

Irene mengangguk kaku, “Keluarga Seulgi adalah salah satu kolega dekat keluargaku juga. Mungkin tidak memiliki pengaruh sebesar keluarga Jiyul atau Yerim, tetapi mereka juga keluarga terpandang dan terhormat. Bahkan mungkin sama terpandang dan terhormatnya dengan keluarga suami Taeyeon.”

 

“Aku benar-benar merasa sedang berada dalam mimpi. Tiba-tiba rasanya aku dipaksa untuk membaca sebuah sejarah suatu dinasti dan mengingat semua seluk-beluk informasi yang ada. Semua informasi ini bikin aku sakit kepala.” ucap Wendy sembari memijat pelipisnya.

 

Tiba-tiba ekspresi wajah Irene berubah, seakan-akan ia mendapatkan ide yang bisa membantunya melewati minggu-minggu penuh tantangan. 

 

Irene meninggalkan kasurnya dan lagi-lagi menarik Wendy untuk ikut bersamanya. 

 

“Kita mau kemana?” tanya Wendy yang sudah berjalan mengikuti Irene, setengah terseret.

 

“Pengetahuan adalah harta paling berharga dan tak ternilai. Jadi aku mau kasih kamu informasi-informasi penting.” ucap Irene yang menolehkan wajahnya sembari tersenyum penuh harap. 

 

“Tidak ada tempat yang bisa kasih kita pengetahuan lebih bagus dari perpustakaan atau museum, rumahku nggak ada museum tapi kami punya perpustakaan. Mungkin Yerim bisa kasih kamu informasi yang sudah diketahui publik tapi nggak ada informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan sumbernya langsung.” lanjut Irene lagi. 

 

Keduanya berjalan menuruni anak tangga kemudian keluar dari rumah tunggu tamu. Walaupun eomma-nya melarang Wendy untuk tinggal di rumah mereka, namun sama sekali tidak ada larangan untuk berkunjung bukan?

 

Irene menggenggam tangan Wendy dengan erat. Harapan sekecil apapun akan ia perjuangkan untuk bisa meluluhkan hati keluarganya. Bahkan jika perlu, ia tidak akan ragu untuk menghasut pamannya, Hanchul, agar bisa memasukkan istri keduanya ke dalam keluarga besar mereka.

 

Berbeda dengan sebelumnya, Irene mengajaknya untuk memasuki rumah keluarga Bae Woosung melalui pintu samping dan berjalan menyusuri lorong panjang yang memiliki beberapa pintu yang Wendy tebak merupakan sebuah kamar. Walaupun ia penasaran, tetapi Wendy tidak ingin berlaku tidak sopan dengan mengintipnya.

 

Irene menunjuk ke arah kirinya, tepat dimana lorong tersebut bercabang. 

 

“Belok disini akan membawamu ke dapur belakang–...”

 

“Ada dapur depan?” 

 

Irene tertawa saat melihat tatapan terkejut di wajah Wendy, “Dapur utama hanya dimasuki oleh keluarga inti dan beberapa pelayan kepercayaan. Sisanya akan melakukan tugas mereka di dapur belakang. Tapi, eomma sering melakukan inspeksi ke dapur belakang karena sebenarnya disinilah semua masakan dibuat.”

 

“Kamar gelap yang tadi ada di sisi lorong itu untuk pekerja di rumah ini?”

 

Irene mengangguk. 

 

Tepat pada saat Irene berbelok di ujung lorong dan mendorong pintu besar yang menjadi penghalang, Wendy menganga tak percaya. Rasanya ia seolah-olah memasuki dunia lainnya yang ada di dalam istana keluarga Bae. 

 

Sebuah halaman luas dengan pepohonan rindang, bunga-bunga di setiap sisi jalan setapak, serta kicauan burung-burung membuatnya merasa ia berada di sebuah cagar alam. 

 

Lagi-lagi ia teringat akan ucapan Katie -slash- Yerim dan ucapan Irene sebelumnya pun ada benarnya. Mungkin Yerim mendeskripsikan ini semua dengan mini zoo, namun kenyataannya halaman belakang keluarga Bae lebih tepat disebut sebagai cagar alam. 

 

“Rumahmu nggak tiba-tiba punya pantai kan di belakangnya?” tanya Wendy yang masih termenung takjub dengan keindahan yang ia lihat di hadapannya. 

 

“Uhm, pantai nggak ada tapi kalau kolam buatan yang cukup luas, kami punya itu.” 

 

Irene berusaha menjawab sejujur mungkin walaupun tetap ada informasi-informasi yang ia kurasi sedemikian rupa agar kekasihnya tidak semakin terkejut.

 

“Kolam?”

 

“Halmeoni suka filosofi bunga teratai, jadi semua anggota keluarga kami punya sebuah kolam teratai di rumah masing-masing.” ujar Irene santai yang dibalas dengan anggukan oleh Wendy. 

 

Mata Wendy tak henti melirik ke kiri dan ke kanan, menikmati keindahan-keindahan yang tersaji dalam ‘rumah’ kekasihnya itu. Ia melihat sebuah air mancur Andalusia yang menjorok dari dinding batu dengan ukiran bunga teratai yang dipahat di atas batu kuarsa merah jambu. 

 

Lalu tepat di kanannya, ia melihat sebuah sangkar burung besar yang mungkin lebih tepat ia sebut sebagai mini dome dimana dari sana terdengar kicauan-kicauan burung. 

 

“Appa suka koleksi hewan-hewan langka. Dia punya koleksi burung dari kolega bisnisnya maupun burung-burung yang memang ia senangi dan ia beli dari penjual hewan langka. I’m not proud with that but at least disini semua hewan itu dirawat dengan layak. Beberapa bahkan sudah menghasilkan keturunan. Ada yang kami sumbangkan ke kebun binatang, ada juga yang tetap kami pelihara.”

 

Irene berhenti melangkah, ia kemudian membalikkan tubuhnya untuk menatap Wendy dengan lekat. Kedua tangannya kembali menggenggam tangan Wendy. 

 

“Aku ingin berkata dan bertindak sejujur mungkin mulai dari sekarang. Tujuanku menunjukkan semua ini bukan untuk pamer atau buat kamu merasa insecure. Aku ingin menunjukkan tempat dimana aku lahir dan tumbuh, serta menunjukkan hal-hal yang disenangi keluarga ku untuk menjadi referensi buat kamu saat chuseok besok. Aku yakin akan ada anggota keluargaku yang akan menanyakan ini dan itu, aku nggak mau kamu merasa sebagai outsider.”

 

Wendy tersenyum memahami. Ia kemudian mengikis jarak di antara mereka dan menanggalkan kecupan singkat di bibir Irene. 

 

“Aku paham. Tapi aku butuh waktu untuk mencerna ini semua, ya?”

 

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Bltrx82 #1
Chapter 6: too much plot twist 😭🤣🔥
Myheart210210 #2
Chapter 6: Ya tuhan nggak sabar jika ini harus update chapter selanjutnya dalam waktu lama😭
Krystaloxygen #3
Chapter 6: Surprise but not surprise. Tapi kek. Waw banyak sekali yang terjadi 🤣🤣
Krystaloxygen #4
Chapter 6: 😱😱😱😱😱😱
xabillx #5
Chapter 6: wendy: "surprise apa lagi ini ya tuhan 😫"
Irenebae32
#6
Chapter 6: Jadi Taeyeon dan Wendy adalah mantan wah bagaimana kelanjutannya yaa jadi penasaran dan bagaimana nanti tanggapan Irene
Irenebae32
#7
This story is really fun
idkfaw #8
Chapter 6: Àaaaasssdgdhhxjckxkckc
envyou2908
#9
Chapter 6: Wtf wentae!
Demima #10
Chapter 6: Wentae supermacy!! Aaagghhhh, cliffhanger-nyaaa… astagaaaa, kuatkan aku sampai next update, jebbaaaalll 🥹