Prologue

Cinnamon Sugar // yejisu;
Please log in to read the full chapter

"Maaf, dia masih tidak ingin menemui mu"

Wanita setengah baya sedang berdiri sembari menatap ke arah Pemuda—yang bukan pertama kalinya berkunjung— tengah bersimpuh dihadapannya.

Kepala Pemuda itu tertunduk dengan tubuhnya yang masih terbungkus setelan yang sudah terlihat sangat berantakan. Menerka dengan cara apalagi yang Pemuda itu harus lakukan agar setidaknya Ia bisa mendapatkan sebuah pintu maaf dari orang tua kekasih hatinya, tidak, lebih tepatnya, mantan kekasih hatinya.

Pemuda itu tampak menyedihkan, wajah tampannya terlihat tak terawat mulai ditumbuhi bulu – bulu halus disekitar rahangnya. Mata yang tampak sembab dengan kantung hitam yang nampak jelas menggambarkan sudah berapa malam yang telah Pemuda itu lewati tanpa dapat memejamkan mata untuk sekedar menenangkan pikiran. Maniknya jelas menggambarkan kekosongan dan hampa kehidupan di dalamnya. Tidak ada gairah ataupun kilatan untuk bertahan dengan harapan.

Seperti sebuah kapal yang baru saja terkaramkan ombak badai yang datang tak terkira. Hancur menenggelamkan mimpi – mimpi dalam angan. Sama seperti dengan hubungan yang selama ini Ia jalin dengan sang kekasih hati. Kini semua sudah musnah, hilang tak tersisa. Terkubur hanya karena sebuah kesalahan yang sepatutnya tak pernah terjadi.

Seharusnya Ia bisa menjadi seorang Pria yang berani mengambil keputusan untuk mempertahankan haknya. Membuat sebuah pilihan, bukan termakan tamak yang nikmat dengan keserakahan. Bukan sebagai seseorang yang dengan mudah bisa diperalat seperti boneka. Namun apa yang bisa dikatakan jika situasi dan tidak ada orang yang bisa mendukungnya, sekarang benar – benar tak ada yang bisa Pemuda itu jadikan tempat untuk sekedar bergantung agar bisa melanjutkan hidup.

Keluarga? Apa ikatan indah seperti itu benar – benar ada? Karena yang Ia tahu,

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet