Final

Help

Suara pintu asrama milik Seulgi di ketuk sejak beberapa waktu. Irene yang sedikit terganggu langsung keluar dan membuka pintu asrama itu.

“Wendy?”

“Irene?, jadi kamu teman sekamar Seulgi?” Irene hanya mengangguk. Dari dalam terdengar suara Seulgi yang meminta Wendy untuk menunggunya sebentar. Wendy hanya mengiyakan.

“Mau minum apa Wen?,”

“Ngak usah, tadi aku habis minum.”

“Kalau gitu aku balik ke kamar ya.”

“Ya,” ujarnya sambil sedikit tersenyum pada Irene.

 

“Udah di bolehin bawa mobil?”

“Jae In unnie ngak sempat antar kita, supir juga lagi ke luar kota sama ayah, ya jadi aku dibolehin bawa mobil sendiri.” Wendy memang tidak diperbolehkan nyetir sendiri setelah setahun kemaren mengalami kecelakaan yang cukup fatal sampai ia tidak masuk kuliah selama beberapa bulan.

“Jadi teman sekamar kamu yang baru Irene Bae?”

“Kok kamu bisa kenal?”

“Ia teman satu sekolah waktu SMA.”

“Pasti Irene jadi idola ya di sekolah?”

“Dia itu ulzzang di sekolah.”

“Ngak heran sih kalau dia dapat predikat itu. Oh ya Wen, habis dari perpus kita ke café yang dekat kampus ya, kita udah lama ngak ke café.”

“Siap bos.” Wendy dan Seulgi sudah saling kenal selama 2 tahun. Mereka sudah lumayan dekat satu sama lain, Seulgi lebih terbuka kalau dengan Wendy, sementara Wendy adalah tipe yang susah buat mau curhat atau sekedar membicarakan hal yang ia anggap itu pribadi. Sampai saat ini pun Seulgi hanya tau kalau Wendy tinggal sama ayah dan kakak perempuannya Han Jae In, sementara Wendy sendiri memiliki nama Son Wendy. Seulgi tidak ingin bertanya lebih jauh mengenai hal itu kalau Wendy belum mau cerita. Dan dengan seperti itu Wendy merasa nyaman berada di dekat Seulgi.

 

“Wendy,” Teriak Seulgi memanggil sahabatnya itu. Wendy yang membelakangi Seulgi berbalik ke arah datangnya suara itu. Ia melihat Seulgi yang menggandeng tangan Irene menghampiri Wendy dan Jae In unnie.

“Mau nonton?”

“Iya dari kemaren Irene ngajakin nonton tapi baru sempat.” Seulgi tersenyum dengan manis.

“Oh ya unnie. Kenalkan ini Irene.” Jae In mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Irene.

“Kalian?..”

“Aku pacarnya Seulgi, unnie.”

“Wah Seulgi punya pacar cantik juga.”

“Itu..anu…”

“Jadi gini mainnya Seul, punya pacar di simpen sendiri.” Goda Wendy yang membuat Seulgi semakin bingung.

“Ya udah kami duluan ya, mau lanjut diner.” Ujar Wendy sambil menggandeng lengan Jae In meninggalkan Seulgi dengan wajah bingung yang lucu menurut Wendy.

“Kok aku jadi pacar kamu sih Irene?” Seulgi menanyakan hal itu setelah Wendy cukup jauh dari pandangan mereka.

“Udah nanti aku jelasin kalau udah sampai asrama, kita nonton aja dulu.”

 

Seperti janji Irene, ia menunggu Seulgi yang lagi ganti baju, dan menunggu  di ruang tamu untuk menjlaskan apa yang menurut Seulgi aneh dan bisa keluar begitu saja dari mulut Irene.

“silahkan waktu dan ruang aku sediakan buat kamu ngejalasin semuanya.” Irene menarik nafas untuk memulai semuanya.

“Jadi sebenarnya Wendy mantan aku waktu di SMA.”

“Huh?”

“Iya, jadi waktu kelas 2 aku diminta pindah sekolah sama kedua orang tua aku, karena menurut mereka Wendy ngak pantes pacaran sama aku karena keluarganya yang ngak jelas. Dan aku ngak punya pilihan lain selain nurut apa kata mereka dan aku minta putus dari Wendy.”

“Ngak jelas gimana maksudnya, ayah Wendy kan pimpinan Han group.”

“Justru itu, selama yang orang tua aku tahu, tuan Han cuman punya anak satu, yaitu Han Jae In, dan Wendy kan marganya Son. Aku ngak pernah permasalahin itu, tapi kamu tau kan orang tua aku kayak gimana?”

“Lalu apa hubungannya dengan kamu bilang aku pacar kamu?”

“Ngak tau, reflex aja.”

“Aduh Irene, aku ini sepupu kamu, kalau Wendy tau kan aku yang malu.”

“Aku minta maaf ya Seul, tapi kan Wendy saat ini ngak tau kalau kamu sepupu aku.” Seulgi hanya menarik nafas panjang dan meninggalkan Irene menuju kamarnya, ia yakin Wendy pasti akan menggodanya seharian besok.

 

“Kok ngak bareng pacar Seul?”

“Apa sih Wen, emang ke mana-mana harus sama pacar, dia juga beda jurusan.”

“Kalau punya pacar itu di pamerin, jadi seantero kampus tau, biar kamu sama pacar kamu ngak digodain.” Seulgi hanya memandang Wendy dengan kesal.

“Kalau kamu punya pacar, terus Joy gimana? Kan kasian Seul, nanti hatinya potek. Buat aku aja ya Joy nya?”

“Ya, Son Wendy.” Wendy berlari untuk menghindari Seulgi yang marah dan ingin memukul kepalanya. Namun Wendy menghentikan langkahnya saat Irene tepat berada di depannya, begitu juga Seulgi.

 “Bye Seulgi aku ketemu Joy dulu.”

“Yaaaa,, Wendy.”

“Gara-gara kamu nih.”

“Aku?”

“Iya gara-gara kamu bilang kita pacaran, sekarang Wendy godain aku dan dia akan grecep buat deketin Joy.”

“Joy?.”

“Iya, Wendy fans Joy nomor satu, kalau dia nyatain ke Joy, kan aku bisa gigit jari. Soalnya aku juga suka sama Joy.” Rengek Seulgi.

“Nanti aku jelasin deh ke Joy.”

“Aku bakal marah ke kamu seumur hidup kalau Joy sampai jadian sama Wendy.”

 

“Kok mukanya ditekuk gitu Seul?”

“Di rumah ngadepin Irene yang lagi bad mood, di kampus ketemu dosen yang bikin bad mood. Kamu mantan Irene kan Wen?”

“Lah kok jadinya ke sana?”

“Kamu emang manta Irene kan?”

“Iya, tapi apa hubungannya?”

“Sebagai mantan kamu pasti tau dong tu anak bad mood nya kenapa?”

“Kok Tanya aku sih, kan yang bad mood pacar kamu, jangan-jangan ini karena kamu yang masih getol deketetin Joy, makanya pacar kamu bad mood.” Seulgi tak bisa berkata-kata, ini semua karena Irene yang salah tingkah di depan mantan yang dia pikir jalan sama pacar barunya, padahal itu kakak perempuannya Wendy.

“Aku tidur di rumah mu aja ya malam ini, Irene ngerusak suasana hati aku.”

“Sama pacar ngak boleh gitu.”

“Ya udah kamu aja yang pacaran lagi sama Irene sana, biar tu anak ngak bad mood lagi.”

“Kalau kamu segampang itu ngasih Irene ke aku, gampang juga dong kamu relain Joy buat aku.” Seulgi melempar buku yang ada di tangannya tepat ke arah Wendy yang membuat gadis itu sedikit merintih kesakitan.

 

“Cari Seulgi?, dia baru aja keluar.”

“Oh.”

“Kalian udah janji mau pulang bareng?”

“Tadinya mau pakai bus sama-sama.”

“Kayaknya ngak bisa deh, soalnya Seulgi ada jadwal latihan sampai malam.”

“Kalau gitu aku pulang sendiri aja deh.” Ujar Irene sambil jalan menjauhi Wendy.

“Irene tunggu.” Irene menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya ke arah Wendy.

“Kayaknya, di luar hujan, terus halte juga agak jauh. Kamu pasti ngak bawa payungkan?” Irene mengangguk.

“Pulang sama aku aja ya, kita juga searah kok.” Irene segera mengiyakan karena sebenarnya ia sangat merindukan Wendy.

Pacar kamu aku antar pulang ya

Makasih ya Wen

Siap, lanjut aja latihannya semangat!!!!

Siap komandan

 

“Ini pakai jaket aku, kayaknya kamu kedinginan.” Irene hanya menerima begitu saja tawaran Wendy. Rasanya Irene ingin berada di dalam pelukan Wendy saat ini, karena itu lah yang selalu Wendy lakukan jika ia melihat Irene merasa kedinginan. Karena di dalam pelukan Wendy Irene merasakan tidak hanya tubunya, tapi juga hatinya terasa hangat.

“Gimana kabar orang tua kamu.”

“Baik.”

“Kalau kamu?” Irene sedikit tercekak, menahan tangis karena ia sangat merindukan Wendy. Selama di luar negeri ia sama sekali tak berhenti memikirkan Wendy, memikirkan bagaimana sakit hatinya Wendy setelah mendengar penolakan dari kedua orang tuanya.

“Maafin kedua orang tua aku ya Wen.” Irene tidak lagi bisa menahan tangisnya. Melihat hal itu, Wendy segera menepikan mobilnya.

“Kamu kok nagis Irene?, aku udah ngak apa-apa.” Namun Irene menggeleng.

“Apa yang mereka ucapin dulu pasti buat kamu sakit hati banget. Aku benar-benar minta maaf.” Irene tak berhenti menangis, tangisnya semakin jadi. Wendy yang tak tau harus bagaimana untuk menenangkan Irene, yang ia ingat ia selalu memberikan pelukannya agar Irene merasa lebih tenang, dan itulah yang ia lakukan saat ini.

“Jangan nangis lagi, aku benar-benar udah maafin orang tua kamu kok, udah ya jangan nangis,”

“Kamu maafin aku juga kan?”

“Maafin kamu untuk apa Irene?”

“Udah mutusin kamu dan ninggalin kamu gitu aja.”

“Kamu punya alasan, dan aku yakin kamu lakuin itu juga bukan karena kemauan kamu. Jadi udah ya jangan nagis, nanti Seulgi marah sama aku, karena udah buat pacarnya nangis.” Wendy melepas pelukannya dan menghapus air mata dari pipi Irene.

“Udah ya, jangan nagis lagi.” Irene mengangguk.

 

“Wen tolong. Irene tengelam.” Tanpa pikir panjang Wendy segera terjun ke laut dan menarik tubuh Irene yang hampir kehilangan nafas. Setelah sampai di piinggir pantai Wendy memberi nafas bantuan pada Irene yang setelah beberapa kali menerima bantuan akhirnya ia sadar.

“Irene ah,” ujar Seulgi segera memeluk Irene, karena sangat ketakutan saat ini, ia takut jika terjadi sesuatu pada Irene.

“Kan aku udah bilang jangan main di laut, gelombangnya cukup tinggi.” Kali ini giliran Wendy yang marah pada Irene.

“Wen jangan marah dulu, aku masih takut.” Ujar Seulgi yang mulai menangis.

“Kita bawa Irene pulang ya Wen.” Pinta Seulgi pada Wendy yang masih terlihat marah karena  sebenarnya Wendy juga panic dengan keadaan yang seperti ini.

“Kamu bawa Irene dulu ya Wen, biar aku yang beresin semua barang di sini.”

“Ya udah kalau gitu.” Wendy membantu Irene menuju mobilnya dan segera membawa Irene kembali ke asrama.

“Kamu yakin kita ngak perlu ke rumah sakit.” Dengan tubuh yang cukup lemah Irene meminta Wendy untuk langsung kembali ke asrama. Setibanya di asrama, Wendy membantu Irene untuk berganti pakaian dan ia membuatkan minuman hangat untuk Irene.

“Makasih ya Wen, kamu udah mau nolongin Irene tadi.” Ujar Seulgi pada sahabatnya itu.

“Lain kali kalian harus lebih hati-hati ya.”

“Iya Wen, sekali lagi makasih ya.” Wendy tersenyum pada sahabatnya itu. Dari dalam kamar Seulgi dan Wendy mendengar sayup suara Irene yang memanggil nama seseorang, saat mereka melihat ke dalam kamar untuk memastikan Irene baik-baik saja. Keringat dingin keluar dari sela-sela rambut di kepala Irene, dan ia beberapa kali menyebut nama Wendy. Mendengar hal itu, Wendy cukup terkejut, karena yang ia tahu Irene adalah kekasih Seulgi.

“Sepertinya Irene demam Seul.”

“Aku ambil air kompresan dulu sama obat.”

“Jangan tinggalin aku Wen.” Wendy mendengar hal itu dengan jelas, ia melihat ke arah Seulgi dengan rasa yang sangat tidak nyaman.

“Beberapa hari ini, Irene sering mengigau dan di dalam igauannya dia selalu nyebut nama kamu Wen.”

“Apa kamu baik-baik aja, pacar kamu nyebut nama orang lain Seul.” Seulgi hanya tersenyum, dan hal itu sangat membingungkan bagi Wendy.

“Irene…minum obat dulu.” ujar Seulgi yang dibantu Wendy, agar Irene bisa minum obat tanpa harus tersedak.

“Wen, kamu jangan tinggalin aku ya malam ini.”

“Nginep di sini aja Wen malam ini, kamu juga pasti masih agak panic kan?” Wendy hanya mengiyakan permintaan Seulgi namun ia masih tidak tahu mengapa Sulgi baik-baik saja dengan semua ini. Setelah mengganti pakaian dan mandi, Wendy ingin memastikan kondisi Irene.

“Kamu bakal nginep di sini kan Wen?”

“Irene? Apa kamu mikirin perasaan Seulgi kalau aku tetap tinggal?”

“Aku ngak apa-apa kok Wen, ini kamu yang suapin sup buat Irene.” Wendy semakin bingun, mengapa Seulgi bisa begitu santai tentang Irene, sementara jika ia menyinggung Joy, Seulgi akan marah. Wendy yang semakin bingung hanya menuruti perintah Seulgi.

“Habis suapin Irene, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu.” Ujar Seulgi sambil keluar kamar.

Setelah menyuapi Irene dan memastikan demam gadis itu sudah jauuh lebih membaik, Wendy segera menemui Seulgi yang sedang memainkan handphonenya.

“Jadi kamu mau ngomong apa Seul.”

“Tapi kamu janji ngak akan marah ya.”

“Ya tergantung apa yang mau kamu omongin,”

“Ya udah deh, terserah kamu mau apain aku sama Irene setelah ini.” Wendy semakin bingung namun ia berusaha untuk tetap tenang.

“Aku sama Irene, sebenarnya kita itu sepupu.”

“Huh, Seul kamua serius, jadi kamu inces dong, astaga.”

“Bukan gitu Wen, pikiran kamu ya..”

“Terus apa dong,”

“Selama ini, kita ngak pacaran, masak iya aku pacaran sama sepupu aku sendiri.”

“Otak aku masih proses ni tunggu dulu.” Seulgi memutar bola matanya.

“Kamu ingat ngak malam itu, waktu kita ketemu di bioskop.” Wendy mengangguk.

“Malam itu, sebenarnya Irene salah tingkah banget ketemu kamu, dan dia lihat kamu gandengan sama Jae In unnie, dia kira unnie pacar kamu dan dengan reflex dia langsung bilang kalau kita pacaran.”

“Jadi selama ini, kamu bohongin aku kalau kalian pacaran?”

“Irene yang minta Wen, sambil nangis, terus aku harus ngapain dong.” Melihat Wajah Seulgi yang ketakutan dan ingin menangis, membuat Wendy tertawa.

“Itu sebabnya kamu masih getol ngejar Joy.” Kali ini Seulgi mengangguk.

“Sampai kapan kamu mau rahasiain ini semua?”

“Ngak tau, terserah Irene. Kamu nngak marah kan Wen?”

“Ngak, buat apa aku marah Seul?, paling aku aduin ke Joy kalau kamu sama sepupu kamu absurd.”

“Jangan, nanti reputasi aku buruk di mata Joy.” Wendy lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat Seulgi yang lucu.

“Ya udah, kamu tidur gih kamu pasti capek juga. Kalau gitu aku ke kamar Irene buat ngecek dia ya.”

“Tidur di sana juga ngak apa-apa Wen.” Wendy hanya tersenyum pada Seulgi dan segera menuju kamar Irene. Ia mendapati Irene yang sedang duduk di pinggir ranjang, menanti Wendy dengan cemas.

“Kamu kenapa Irene, kamu perlu sesuatu.” Irene menggeleng.

“Istirahat ya,”

“Kamu… Seulgi …. Aku.”

“Udah jangan dipikirin, kamu malam ini istirahat ya.”

“Wen, can you accompany me tonight, here in my bed?”

“Are you sure?”

“Yes.” Wendy naik ke atas kasur itu dan Irene segera memposisikan dirinya di dalam pelukan Wendy.

“Kamu ngak pernah berubah ya, selalu manja ke aku.”

“Just with you.”

“I know. Sleep now, I am here,” Irene mulai menutup matanya.

 

“Kok kamu lepas tangan aku sih?”

“Hidung aku gatel sayang. Sini tangannya aku pegang lagi.”

“Perasaan aku sama Joy ngak semenjijikkan kalian deh.”

“Biar aja sih, sirik aja kamu. Bilang aja kepengen juga, tapi Joy malu pegang tangan kamu, soalnya Joy punya reputasi yang harus dijaga.”

“Tu mulut hati-hati ya Wen.” Kali ini yang menggeplak kepala Wendy adalah Joy. Ia segera menautkan jemarinya di sela jemari Seulgi.

“Nih, emang kamu aja yang bisa.” Sueulgi dengan bangga memperlihatkan hal itu pada Wendy yang masih sedikit meringis kesakitan.

“Makanya sayang, kalau godain temen itu pakai akhlak sedikit.” Keempat sejoli itu melanjutkan double date mereka ke sebuah restoran untuk makan malam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Maaf ya masih banyak typo nya
Semoga kalian suka dengan ceritanya

Comments

You must be logged in to comment
Jung1804
#1
Chapter 1: Loving this one. Fluff and funny towards the end! 🤣
Favebolous #2
Chapter 1: Wkwkwk gemesss