Always be My Valentine

Description

Cerita tentang kisah cinta Jeong Jaehyun dan Lee Taeyong.

Disclaimer : Ini cerita bxb, yang tidak suka jangan baca karena anda salah kamar.

Foreword

Aku menatap pada tangan yang kini merangkum jemari tangan kiriku. Punggung tangan putih bersih yang menampilkan gambar kebiruan otot tangannya membuat tanganku terlihat rapuh. Rasanya sudah lama sekali kami tidak bersentuhan seperti sekarang ini dan hatiku sungguh merasa hangat, seakan panas tubuhnya menyalur dalam diriku dari genggaman tangannya yang mantap dan erat.

Semilir angin menggerakkan helaian rambut di kening laki-laki itu, wajahnya yang menatap lurus ke depan, seakan sedang memasukkan memori sore hari ini dalam benaknya, sama seperti yang kulakukan. Sungguh, hari ini adalah hari yang sangat berarti bagi kami berdua. Karena pada hari ini akhirnya terbukalah semua isi hati, kepedihan, sesak karena sakitnya perasaan yang menghimpit lebih dari satu tahun yang lalu terbuka sudah.

Penderitaan itu dengan sangat arogan kami pertahankan selama berbulan-bulan, aku dengan pemikiran rasionalku yang ternyata irrasional, dan dia dengan kesombongannya untuk menempatkan harga dirinya diatas ketulusan perasaan hatinya, membuat kami membiarkan jurang yang semakin menganga, memisahkan dan mencabik sedemikian parahnya hingga tak tertahankan lagi.

Syukurlah kami punya Ten. Laki-laki itu, yang dengan jeli menangkap kepedihan dan rasa sakit yang terabaikan dari pribadi keras kepala kami. Kalau bukan karena dia, aku tak tahu lagi akan sampai kapan keretakan ini akan berlangsung dan menghancurkan inti dari perasaan kami sebenarnya. Kejujuran yang semakin tertimbun oleh banyaknya permasalahan dan ego yang tak terkalahkan.

Tanpa sadar aku menggerakkan tangan kananku yang bebas untuk menyentuh helai rambutnya yang dipermainkan hembusan sang bayu. Sesungguhnya aku hanya ingin menyentuhnya, ingin menyentuh bagian lain dari tubuhnya karena tiba-tiba kerinduan itu muncul bergejolak dan aku tak ingin lagi melawannya, menyangkal diriku sendiri seperti yang sudah kulakukan selama ini terhadapnya.

Jaehyun menggerakkan kepalanya dan kini kami bertatapan. Sorot matanya yang sendu dan rapuh itu sudah meluluhkan hatiku bahkan sejak dia membawaku dalam perjalanan penuh keheningan yang singkat namun terasa sangat panjang dari Seoul menuju ke Paju.

Aku mencoba menyunggingkan senyum di bibirku padanya, tak tahu harus berkata apa. Mataku masih terasa perih akibat menangis terlalu lama sejak dua jam yang lalu, mungkin bengkaknya pun belum hilang. Yang pasti wajahku terlihat tak lebih baik dari wajahnya yang juga terlihat pucat dengan mata sama bengkak dan kantung mata kehitaman mewarnai area bawah matanya. Dia mengaku tidak bisa tidur semalaman karena rencana bepergian ini, sedang aku tak bisa tidur nyenyak bahkan sejak beberapa hari yang lalu saat kami sepakat untuk menghabiskan waktu sehari ini bersama.

Siapa yang lebih bersalah menuai hukuman yang lebih berat… dan itu adalah aku.

Nafasku tiba-tiba tercekat saat kemudian aku merasakan gerakan tubuhnya bergeser kearahku. Kepalanya mendekatiku, wajahnya semakin dekat hingga aku bisa melihat bulu mata panjang membingkai indah matanya yang hanya berjarak kurang dari lima belas senti dariku.

“Aku ingin menciummu… Bolehkah?”

Dan kembali aku tak kuasa untuk melakukan apapun. Tanpa menunggu jawaban, dia telah memajukan wajah dan bibirnya menangkup milikku, mematrikan ciuman pertama kami…

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet