Give Me a Reason Why

Black Hole
Please Subscribe to read the full chapter

"Aku sudah mulai tak sanggup." Keluh Baekhyun dalam hati.

Pagi ini saat ia membuka matanya, yang dia rasakan hanya perih dan lelah. Pikiran yang melayang entah kemana ketika tidur. Tidur yang dulu menjadi tempat pelariannya untuk berduka pun kini tak lagi bisa bersahabat dengannya.

Baekhyun membalikkan badannya. Kembali menarik selimut tebalnya sampai menutupi kepala dan seluruh tubuhnya. Mencoba untuk kembali memejamkan mata. Namun si tidur sialan itu tak kunjung menyapanya. Dia kembali menggerakkan tubuhnya, mencari posisi yang nyaman untuk terlelap walaupun dia tau dia seharusnya bangun untuk memulai hari.

Senin pagi bukanlah favorit semua orang. Begitu juga dengan Baekhyun. Ketika alarmnya berbunyi tepat 30 menit setelah Baekhyun lama terjaga, terdiam dikeheningan pagi, berusaha untuk tidak berfikir, namun hal itu sia-sia. Tetap saja dia masih memikirkannya.

Chanyeol. Lelaki menyebalkan itu. Harusnya ia tinggalkan saja dari dulu. Harusnya tidak dia bukakan pintu itu untuk menyambut kehadiriannya. Baekhyun sudah terbiasa sendiri. sepi tidak lagi menjadi lawan baginya. Sepi adalah kawan. Namun tentu saja tidak baik terlalu mengakrabkan diri dengan sepi. Karena Baekhyu  tau, dilubuk hatinya, dia butuh seseorang, yang mau memecah keheningan hari-hari bersamanya.

Tapi tidak Chanyeol. Baekhyun terlalu naif untuk percaya bahwa akan ada yang tahan untuk tetap tinggal. Dengan semua kegilaan, semua khayalan, semua inginnya. Tidak akan ada yang tahan. Termasuk Chanyeol. Baekhyun tau itu. Dia telah mendorong lelaki itu sampai pada batas kewarasan dalam menghadapi dirinya.

Salut kadang, melihat bagaimana Chanyeol mampu mengisi hari, membuat Baekhyu tertawa, membuat Baekhyun kembali menangis, yang paling penting dapat membuat Baekhyun kembali berharap. Kepada satu hubungan dengan akhir yang mungkin akan bahagia.

"Aku sungguh lelah." rintihnya. Sulit untuk tetap waras dalam hubungan ini. Disaat mereka sama-sama tahu bahwa diam tidak akan menyelesaikan masalah, namun malah jalan itu yang mereka pilih.

Baekhyun perlahan membuka matanya. Menatap nanar dari dalam selimut tebalnya. Memperhatikan tiap-tiap jahitan, untaian, alur benang yg selama ini tidak pernah dia perdulikan. Sambil menarik nafas dalam-dalam. Ia gapai ponsel yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berbaring. Benda yang belum lama ini berhenti berdering. Menandakan waktunya untuk manghadapi hari yang baru.

Digenggamnya erat benda dingin itu. Berat. Namun lebih berat lagi perasaannya pagi ini. Masih tidak ada kabar darinya. Haruskah aku lagi yg mengiba? Baekhyun membatin.

Sudah dua hari tanpa kabar darinya. Hal ini terulang lagi. Ingin rasanya Baekhyun teriak, terisak, menangis sejadi-jadinya. Namun sekumpulan sel dalam otaknya yang masih waras menariknya untuk sadar. Tidak. Tidak untuk kali ini. aku tidak akan mengiba lagi. Tidak akan menangis lagi. Tidak akan meminta lagi. Karena kali ini, Chanyeol yg sudah keterlaluan. Dia yang sudah melewati batas.

Dia seharusnya tau, dia seharusnya peka. Jika dia benar-benar mencintai Baekhyun, dia tidak akan bersikap seperti bajingan itu. Chanyeol tau semuanya. Baekhyun sudah cerita. Tapi bisa-bisannya dia abaikan semua rasa yg telah diungkapkan, bisa-bisanya dia tidak memperdulikan kenangan pahit itu.

Trauma.

Bagi Baekhyun itu adalah hal yang sangat menyakitkan. Bukan hal yang ingin dia ingat ataupun kenang. Namun dia harus mampu terus melangkah, berdampingan dengan hal itu seumur hidupnya.

Dan Chanyeol abaikan itu.

"Terlalu." Baekhyun mulai menitikkan air mata.

Matahari belum lagi menunjukkan cahaya terangnya, tapi Baekhyun sudah tidak peduli. Apakah hari ini akan cerah atau hujan badai yang akan datang menerpa.

Karena dia sudah putuskan, untuk hari ini saja. Biarkan dia kembali dalam lubang gelapnya.

Tangisnya pecah. Sesaat setelah ia bisikkan nama itu. "Yeol.."

Haruskah berakhir seperti ini? Kisah cinta yang awalnya tidak Baekhyun inginkan, namun kini telah terbiasa mewarnai hari-harinya. Memang tak selalu indah seperti pelangi. Namun tidak pula terlalu kelam.

Cinta hadir karena terbiasa. Baekhyun akui itu. Dari setiap sapaan, canda dan tawa yang hadir menemani harinya. Setiap tangis, resah, gelisah, rasa takut dan khawatir hilang saat Chanyeol bersamanya.

Jika ditanya apa yg paling Baekhyun sukai dari Chanyeol, dengan lantang dia akan menjawab, "tangannya." Karena disetiap sentuhan, genggaman, Baekhyun rasakan cinta itu. Bukan hanya sekedar omongan belaka.

"Tak banyak ingin ku.." ungkapnya.

Tidak semua rasa harus dipahami. Tapi mengapa Chanyeol tidak mau mencoba mengerti, mengalah. Apa sulitnya. Mungkin sulit. Karena selama ini Chanyeol lah yg selalu mengalah, meminta maaf. Chanyeol lah yg selalu berusaha kembali. Bertahan.

Tapi sungguh kali ini, sungguh Chanyeol sudah keterlaluan. Baekhyun tidak tahu apakah kata-kata maaf saja akan cukup untuk menyelesaikan ini semua. Karena dirinya tidak akan kembali sama.

Ada jarak yang membentang. Ada tembok yang menghalangi. Pintu yang mulai tertutup. Dan Baekhyun takut. Sangat takut, pintu itu akan kembali terkunci.

Sudah dua hari. Baekhyun tidak tahu sampai berapa lama lagi dia akan bertahan. Saat ini yang ia inginkan hanya ketenangan.

"Aku sayang sama kamu, Yeol.." kata-kata itu bagaikan obat penenang baginya, tapi tetap saja air matanya tidak berhenti mengalir. Terbersit perih dihatinya. Bukan rasa yg seperti ini yang Baekhyun harapkan.


Disisi yang lain, Chanyeol menatap kosong ke layar laptop dihadapannya. Sesekali mengetukkan jarinya di atas meja kerja sembari mengikuti detak jarum jam yang memecah kesunyian.

Kantor hari ini cukup sepi. Hanya suara ketikan dan gesekkan kertas yang terdengar disekitarnya sejak tadi. Laporannya pun sudah 80% rampung. Hanya tinggal beberapa point yg harus ia lengkapi.

Sudah dua hari dia tidak menghu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Beau1996 1341 streak #1
Chapter 1: Communication is always key in a relationship!