Guardian Angel

Guardian Angel

            Rintik-rintik hujan perlahan membasahi bentala. Debu halus tersapu oleh air langit yang semakin lama semakin mengalir tanpa ragu. Tera yang lupa membawa payung memilih untuk berteduh di tepi jalan. Perjalanannya tinggal 700 meter untuk tiba di rumah, namun jika dia memaksakan diri pasti akan basah kuyup. Telepon gadis itu tiba-tiba berdering.

(percakapan di telepon)

Hallo

~Dimana dek? Ujan nih. Mau dijemput?

Udah deket sih, udah gak usah kak

~Deket? Dimana emang?

Di samping toko besi sebelum lampu merah kak

~Yaudah, diem di situ ya. Kakak jemput

Okay, thanks kak

            Ten bergegas menjemput adik semata wayangnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Di kota besar seperti Jakarta cukup berbahaya seorang perempuan tampak sendirian tanpa pengawasan. Meski Tera sudah berusia 21 tahun dan bekerja di perusahaan yang cukup besar, namun tetap saja Ten merasa adik perempuannya adalah adik kecil yang harus dia perhatikan.

            Ten Bergegas membawa payung dan dua jaket, satu untuk dirinya dan satu untuk Tera. Dia berjalan agak tergesa. Dia tahu adiknya tidak suka menunggu. Ketika menyebrangi lampu merah, Ten tersenyum melihat adiknya dari kejauhan. Ketika lampu menunjukkan warna merah, Ten berlari menuju Tera berada. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang mengabaikan rambu lalu lintas.

            Brakk

            Ten tertabrak dan terpelanting ke badan jalan. Mobil itu menginjak gas meninggalkan TKP. Tabrak lari. Tera menoleh mendengarkan suara decitan dan tabrakan. “Kakaak”, Tera berteriak histeris.

-----

            Keesokan harinya, Tera tampak terduduk lemas di sudut rumah. Tera menangis tanpa suara, air matanya mengalir tak terbendung melihat kakak lelaki satu-satunya terbujur kaku di depan matanya. Dia menangis dalam diam, namun pikirannya berkecamuk. Sahabat Ten datang menghampiri Tera.

            “Tera, turut berduka cita. Kamu yang kuat ya. Masih ada Kak Doy. Kalau ada apa-apa, Doy bakal bantu”, Doyoung memeluk adik sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Air mata Tera yang mengalir dalam diam, akhirnya tak dapat menahan tangisnya lagi. Tera menangis sejadi-jadinya di pelukan Doyoung. Kakak Sekaligus keluarga satu-satunya pergi selamanya meninggalkan dirinya.

            “Tera salah kak, harusnya Tera kemarin pulang sendiri. Harusnya Tera nolak Kak Ten buat jemput. Sekarang Tera sama siapa” Tera menangis, menjerit, melampiaskan sesak di dadanya.

            Doy hanya bisa memeluk Tera tanpa bisa berkata apa-apa. Perlahan air mata Doy pun mengalir tanpa permisi.Doy tahu betul Tera dan Ten hanya hidup berdua selama ini, orang tua mereka bercerai dan menjalani hidup masing-masing.

            “Tera mau nyusul kakak aja, Tera gak mau hidup sendiri. Tera udah gak punya siapa-siapa lagi,” tubuh Tera bergetar. Doyoung berusaha menahan Tubuh Tera agar tidak terjatuh.

            “Tera, kan masih ada Kak Doy. Doy bakal temenin Tera. Tera gak akan sendirian. Semuanya sudah takdir. Tapi Ten sudah tenang sekarang. Semuanya bukan salah kamu, ini semua sudah suratan takdir. Kamu jangan nyalahin diri sendiri ya.” Doy menarik tubuh Tera dan mendudukan tubuh mungil itu di sofa. Doyoung mengambil air minum untuknya dan untuk Tera.

            Satu persatu pelayat datang. Ten akan dimakamkan pukul 14.00. prosesi pemakaman dilakukan dengan khidmat. Kedua orang tua Tera dan Ten pun datang dengan keluarga masing-masing. Mengenang saat terakhir anak mereka.

       Pandangan Tera kosong. Melihat kakak tersayang berada di liang lahat. Sedikit demi sedikit, tanah mulai menutup makam Ten. Mengistirahatkan pemuda itu untuk selamanya.

            Seusai pemakaman, orang tua Tera dan Ten langsung meninggalkan pusara anaknya, pulang ke rumah masing-masing. Tera benar-benar sendiri sekarang. Tera masih terduduk di makam Ten yang masih basah dipenuhi bunga mawar merah. Sekarang sudah tidak ada lagi kakak bawel yang memarahi dirinya ketika dia ceroboh, ketika maagnya kambuh dan dia lupa makan karena sibuk mengerjakan project kantor.

----

            Keesokan harinya Tera masih harus masuk kantor. Jangankan untuk beranjak dari tempat tidur, untuk membuka mata terasa berat untuknya. Namun dia harus melanjutkan hidup. Setidaknya dia tidak ingin Ten bersedih di alam sana.

            Setibanya di kantor, sahabat Tera menyapanya, “Lo kenapa masuk, harusnya ambil cuti sampai lu tenang.” Nagata merasa prihatin dengan sahabatnya yang tampak lesu.

            “Kalau gue di rumah yang ada nangis mulu. Mending gue ngantor bisa ada pengalihan setidaknya sementara waktu” Jawab Tera tanpa melihat sahabatnya. Tera sibuk meletakkan tas dan menyalakan PC-nya.

            “Yaudah kalau gitu. Kalau butuh apa-apa bilang gue ya. Entar makan siang di meja aja, gue bawa bekel banyak hari ini” Nagata berlalu sambil menepuk bahu Tera.

            “Siap dragon,” Canda Tera. Senyum terukir tipis di bibir Tera.

            “Jangan dipaksain senyumnya. Kasihan kucing tetangga pada kabur ntar,” Nagata tertawa mendengar leluconnya sendiri. “Tapi lo emang cocok jadi Tera yang ceria. Semangat yak” Nagata kembali duduk di mejanya.

            Tera mulai mengoperasikan komputer di depannya. Dia mulai membuka email dan aplikasi-aplikasi lain. Tera mulai merasa aneh, email kantor yang biasanya menumpuk hingga puluhan dalam sehari. Hari ini hanya ada dua email, itupun email kemarin karena dirinya tidak masuk. “Naga, email eror ya?” Tera memanggil sahabatnya yang tidak begitu jauh dari mejanya.

            “O iya, gue lupa ngasih tau, email kita di-hack dari kemarin. Makanya kemarin ngepasin banget kita gak ada kerjaan jadi bisa ngelayat di tempat elu,” Jawab Nagata sekenanya sambil memeriksa lembar kertas yang masih menjadi bagian pekerjaannya.

            Entah kenapa Tera merasa aneh, kantornya yang cukup besar dan ternama memiliki tim IT yang luar biasa, bisa diretas oleh orang lain. Tanpa berfikir panjang Tera menghubungi Doyoung.

Kak

~Iya Tera

Kakak yang ngehack email kantor?

~Hah?

Iya, kakak yang ngehack?

~Email kantor kamu dihack? Wah kakak gak tau

Bener gak tau?

~Yaudah kalau emang dihack mending kamu beli kopi aja, nyantai dulu

Tuh kan bener, Kak Doy yang hack?

~Bukan ya ampun. Udah mending ngopi atau jalan-jalan gitu

       Tera menutup ruang obrolan dengan Doyoung. Dia yakin kalau sahabat kakaknya itu sangat mengerti teknologi. Namun Tera tetap berterimakasih kepada Doyoung karena berkat dirinya, Tera tidak perlu berpikir keras hari ini.

            Tera pulang kantor berjalan kaki hari ini seperti biasanya. Ketika dia tiba di rumah, semua terasa sepi. Jam dinding menunjukkan waktu pukul 6.15. Perjalanan dari kantor hingga ke rumahnya memang dekat, hanya 15 menit. Tetapi Tera terkadang lembur sehingga membuatnya pulang lebih malam. Hari ini, berkat Kak Doyoung, Tera bisa pulang lebih awal. Hanya saja, semua terasa lebih sepi dari biasanya. Kak Ten yang biasanya bawel dan menceritakan berita hari ini kepadanya, kini hanya tersenyum di dinding sebagai foto dalam figura. Tera memandang foto itu dan bercerita tentang hari ini, seolah kehadiran kakaknya bisa dirasakan olehnya.

            Ketika Tera asik bercerita tentang hal yang terjadi hari ini, tiba-tiba lampu mati. Tera yang memiliki claustrophobia merasakan sesak dan mulai menangis. Tera merasakan ketakutan yang sangat mengerikan hingga sulit bernafas. Kemudian lampu kembali menyala dan Doyoung bergegas masuk ke rumah Tera.

            “Tera ventolin-nya dimana?” Tanya Doyoung melihat Tera yang kesulitan bernafas. Tera memang memiliki claustrophobia dan asma dari kecil. Tera menunjuk tas tak jauh darinya, Doyoung bergegas mengambilnya.

          “Napas Tera, tenang,” Doyoung membantu Tera menggunakan Inhaler-nya. Tera perlahan-lahan mulai dapat bernafas tenang. Ketika nafasnya sudah mulai beraturan, Tera bertanya pada Doyoung, “Kakak kok bisa di sini?”

            “Kebetulan lewat, tadi mati lampu di rumah kamu. Makanya kakak langsung ke sini” Jawab Doyoung. “Kakak nge-stalker-in aku ya?”

            “Hah, ngapain. Kakak juga ada kerjaan kali. Kebetulan tadi beneran.” Doyoung berusaha meyakinkan Tera.

            Dalam hati Doyoung berkata, Ten menitipkan kamu sama aku. Mana bisa aku membiarkan kamu sendiri. Saat aku tahu rasanya sendiri di dunia ini seperti apa. Aku akan menjagamu seperti Ten menjagamu, hingga kau bisa tersenyum lagi seperti dulu, Tera.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet