ooo

Fox
Please Subscribe to read the full chapter

    Song Mino POV  

      Pertama kali bertemu dengannya, di sebuah kelab malam. Saat itu aku duduk di bar dengan lesu, mereguk vodka yang baru lepas dari tangan bartender berharap segelas larutan bening etanol itu dapat segera membuatku kehilangan akal. Namun, hanya pening yang diterima tubuhku. Aku masih di dalam kontrol, mengingat berbagai peristiwa yang terjadi hari ini yang membuat dadaku terasa terhimpit batu besar. Laki-laki itu menghampiri bar, duduk tepat di sampingku. Ia terlihat begitu menawan hanya dengan t-shirt putih dan jaket denim. Dengan gerakan tangan yang elok Ia menenggak bir, lidah menyapu tetesan yang tertinggal di bibir bawah yang padat, fat-cheeks dengan rona semu di kulit pucat, I can’t help but stare.

      “Sampai kapan menatapku seperti itu? Apa kau salah satu ‘predator anak’?” guraunya diiringi tawa renyah. Bahkan saat tertawa dia terlihat lebih menawan, indah. Belum sempat menimpali, dia melanjutkan kalimatnya. “Well, kau terlalu tampan untuk menjadi predator anak.”

      Malam itu, aku dan dia bercengkerama. Obrolan ringan namun tetap menarik untuk didengar dan dibahas bersama, tak membiarkan keheningan merenggut suasana sedetik pun. Dia kerap mengeluarkan dirty jokes dan menggodaku dengan sentuhan-sentuhan kecil di tangan dan paha, namun sama sekali tidak membiarkanku menyentuhnya. Kupikir mungkin akan sangat sulit untuk mengajaknya keluar. Namun, salah, dia yang pertama mengusulkan.

      “Motel? Aku mungkin tidak innocent lagi. Tapi, aku bisa menjadi baby boy dan naif di atas ranjang.” Dengan mata rubah itu dia mengerling nakal.

      Sesungguhnya aku bukan pria yang biasa berburu pria-manis di bar, bagiku hal tersebut sangat picisan, sebisa mungkin aku menghindari hook-up dengan stranger. Entah karena dia yang memiliki aura yang kuat atau hanya aku yang sedang melankoli, aku menjilat ludah sendiri. Malam itu kami menghabiskan malam di Motel. Aku tidak pernah menyangka dia masih disampingku saat terbangun, ekspetasiku hanya sampai pada seks satu malam dan pulang tanpa meninggalkan pesan apapun.

      “Kau suka telur mata sapi?” jemari kemerahan miliknya membelai pipiku. Aku mengangguk sambil tersenyum simpul.

      Sejak itu, aku menaruh hati padanya. Aku selalu bersyukur Tuhan masih berpihak padaku dan mengirimnya masuk dengan mudah ke dalam kehidupan hambar yang aku jalani. Dengan sangat alami.

 

 

      Memasuki pertengahan Juli, udara terasa begitu lembab. Musim panas tahun ini, sukses membuat orang-orang menjadi pemalas seketika, tidak bisa lepas dari hand-fan barang sedetik saja dan enggan melalukan sesuatu yang menghabiskan tenaga, apalagi membiarkan kulit mereka terpanggang sengat matahari. Pengecualian bagi Mino. Ia berlari dari kelas ke kelas, gedung ke gedung, menyusuri koridor dengan sebuah notes ditangan. Tidak lain milik Seungyoon, kekasihnya. Merupakan rahasia umum bahwa kekasihnya itu teledor, kali ini dia meninggalkan catatan kalkulus di apar

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Inseo274 #1
Chapter 1: Omagaaaaaatt Akyu syukaaaaaa
akarijeong
#2
Chapter 1: why pendek bangt :(
suka nih kalo yoon ygvnakal
laviosa666 #3
Chapter 1: pertamax :)
woaaah aku emg ragu sih seungyoon innocent wkwk orang2 pd baby-in wkwkk