Final Chapter

Sorry, I Love U
Please Subscribe to read the full chapter

So, cerita ini akan dibagi menjadi 2 bagian (dari POV-nya Yuri dan POV-nya Jessica), jangan bingung ya ^^

 

~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~00~

 

Yuri POV

.

.

Cinta……

.

Satu kata yang sampai detik ini belum aku percayai lagi. Jika kalian melihatku, aku jamin siapapun akan menjauhiku. Pria yang tak memiliki banyak harta, gaya berantakan dan seperti tak punya masa depan.

.

Hidupku keras, musuh-musuh menantiku dimanapun aku berada. Sifat tempramen, mudah emosi, dan gampang melayangkan pukulan kepada siapapun orang yang berani mencari masalah. Ya, aku pria yang sangat sangat jauh dari kata pria idaman.

.

Biiiipp…..

“Hai, ini Yoong. Aku sedang tidak bisa menerima telpon, tinggalkan pesan setelah bunyi ini—

.

.

“!!” kemana lagi perginya anak itu. Tanpa pikir panjang aku langsung melajukan mobilku menuju sebuah lokasi yang mungkin aku yakini Yoong berada disana. Anak itu, selalu saja mencari masalah.

.

Dengan tergesa-gesa, aku langsung mencari Yoong. Sayangnya, suasana bar malam ini sangat ramai, dan menemukan Yoong akan membutuhkan sedikit waktu lebih banyak. Kuamati satu per satu orang-orang di bar ini, mereka tanpa perduli sekelilingnya, bercumbu mesra dengan pasangan masing-masing bahkan making out tanpa rasa malu.

.

Akhirnya aku menemukan Sooyoung di salah satu sudut bar, aku yakin dia tahu dimana aku bisa menemukan Yoong.

.

“Hai buddy”, aku mendekatinya dan menemukan ia sedang bercumbu dengan salah satu wanitanya.

.

“Oh, hai Yul” sapanya.

.

“Aku mencari Yoong, apa kau melihatnya?” tanyaku. Seketika perubahan raut wajah Sooyoung berubah sedikit takut. Ia bergegas membawa wanitanya pergi dari situ tapi aku berhasil menahannya.

.

“A..a.. aku tidak tahu, Yul” ucapnya terbata. Aku yakin Sooyoung mengetahui sesuatu.

.

“Jangan bohong!! Katakan dimana adikku” aku sedikit mencengkram bahunya. Ia tampak meringis kesakitan.

.

“…………………………”

.

“Katakan Young” ucapku sekali lagi saat ia belum memberikan jawabannya.

.

.

“Dia ada di Hotel xxx daerah gangnam, kurasa dia sedang bersenang-senang disana” tanpa membuang waktu aku keluar dari bar dan menuju lokasi.

.

.

Sepanjang perjalanan aku tetap berusaha menghubunginya, berharap ia mengaktifkan ponselnya. Tapi yang kuharapkan sia-sia, kulajukan mobilku di atas rata-rata.

.

“Oh . Aku mohon Yoong jangan lakukan itu” gumamku semakin kacau.

.

Aku mendengar kabar dari salah satu rekanku bahwa Yoong ingin membalas dendam pada salah seorang pejabat Kepolisian dan yang aku tahu pejabat itu memiliki seorang anak gadis. Aku takut, Yoong berbuat melebihi batas. Biar bagaimanapun cukup aku saja yang pernah merasakan jeruji besi, jangan sampai Yoong terlibat kasus apapun.

.

Kulihat hotel ini tidak terlalu ramai, tapi dapat dipastikan ini adalah hotel murahan yang orang-orang sewa hanya untuk sekedar transaksi narkoba atapun one night stand bersama wanita-wanita penghibur.

.

Dengan menggunakan sedikit kekerasan, akhirnya aku mendapatkan nomor kamar yang dipakai Yoong dari resepsionis. Tanpa mengetuk pintu, aku mendobrak paksa pintu kamar bernomor 211, dan disanalah terlihat Yoong sedang mencumbu setiap inci tubuh seorang wanita yang hampir tanpa sehelai benangpun.

.

Ini bukan Yoong, bagaimana mungkin adikku melakukan perbuatan menjijikkan seperti ini. Wanita itu lemah tak berdaya di bawah Yoong dan yang terdengar hanya suara isakan darinya. Kusingkirkan Yoong dari tubuh mungil itu, dan tanpa ampun aku memukul Yoong, memukulku adikku sendiri.

.

.

“Kau gila, Yoong!” makiku setelah kupastikan Yoong tak melawanku dengan beberapa luka di bagian wajahnya.

.

Sebrutalnya aku, aku tidak pernah memperlakukan seorang yeoja seperti ini. Dan hari ini aku melihat adikku sendiri meniduri seorang gadis yang tak berdosa dan yang lebih parahnya ia adalah anak dari pejabat polisi yang dulu membuatku masuk penjara.

.

Aku menghampiri gadis itu, kulihat ia masih ketakutan dan menangis, Aku langsung mengambil selimut tebal yang ada di dekat tempat tidur untuk menutupi tubuhnya. Semua sudah terlambat.

.

Aku tahu, Yoong berbuat seperti ini karena ingin membalas dendamku pada pejabat Kepolisian itu. Tapi tidak seperti ini caranya, aku sangat marah padanya. Kulihat 2 orang muncul di pintu kamar, dan mereka adalah anak buahku yang akan membawa Yoong pergi dari sini. Tidak, lebih tepatnya membawa Yoong keluar dari negara ini.

.

Setelah keadaan mulai membaik, aku kembali mendekati gadis itu. Tak kusangka ia sudah tertidur dengan airmata yang sudah mengering di sudut matanya. Tanpa berniat membangunkannya, aku mengangkat tubuhnya dengan bridal style. Akan sangat berbahaya jika kami menginap disini.

.

Kukembalikan ia ke keluarganya, dan aku siap bertanggung jawab atas perbuatan Yoong. Bagiku sama saja, hidup kembali ke penjara ataupun menghirup udara bebas, semuanya tetap sama. Hidupku hampa, tanpa dia.

.

.

Dua tahun menjalani hukuman, tiba-tiba aku dibebaskan dengan syarat. Kulihat seorang gadis berdiri tak jauh dari sell tahananku. Gadis itu, gadis yang gagal kuselamatkan dari perbuatan Yoong. Ia tersenyum ramah, aku masih tidak mengerti dengan situasi ini.

.

“Aku minta maaf, tidak seharusnya kau menjalani hukuman ini” ucap gadis itu saat aku tiba dihadapannya.

.

Gadis itu tetap tersenyum tulus, memaafkan perbuatan Yoong dan justru meminta maaf padaku. Sungguh di luar dugaan, gadis ini memiliki hati seperti malaikat. Ia semakin cantik dan menawan daripada sebelumnya. Tetapi, tetap saja hanya dia yang paling menawan di mataku.

.

“Kim Seohyun” ia mengulurkan tangannya, setelah dua tahun akhirnya aku tahu siapa nama gadis ini.

.

“Kwon Yuri, terima kasih atas——- ”

Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, dua orang lainnya datang. Satu pria muda berseragam kepolisian dan satu lagi yeoja yang tak pernah aku lupakan seumur hidupku.

.

“Oppa…..” panggil gadis itu kepada pria muda berseragam polisi. “Orang ini yang menyelamatkanku, oppa” ucapnya lagi.

.

Oh sekarang aku mengerti. Kenapa aku berhasil dibebaskan secepat ini. Meskipun aku berterima kasih pada gadis itu, tapi saat aku beralih menatap wanita lain yang ada di ruangan ini, hatiku terluka.

.

Ia tersenyum sangat manis, tapi buka untukku melainkan pria yang berada disebelahnya. Pria yang merupakan kakak laki-laki gadis itu dan juga aku yakini adalah penggantiku. Ia semakin cantik dan dewasa, tapi sepertinya aku sudah tidak pantas lagi bersanding disebelahnya. Mana mungkin ia mau dengan pria pembuat onar sepertiku.

.

.

Keheningan menyelimuti kami hingga dua orang pelayan menyajikan makanan untuk kami. Setelah dari kantor polisi, wanita dihadapanku ini membawaku untuk makan siang bersama. Tapi suasana tak seperti dulu, saat ia menjadi kekasihku. Semuanya kini seolah –tidak pernah ada apapun yang terjadi– diantara kami.

.

“Kau tidak banyak berubah, Oppa. Kuharap setelah ini jangan terlibat masalah lagi. Beruntung, Taeyeon mau mengabulkan permintaan adiknya” ia mulai membuka suara.

.

Hatiku seolah panas mendengar nama pria itu meskipun ia menyelamatkanku dari hukuman yang lama tapi mendengar –mantanku– menyebut namanya sudah membuat amarahku ingin meledak.

.

“Kau tidak perlu khawatir lagi tentang hidupku, Tiffany-ssi. Terima kasih untuk semuanya” tanpa pikir panjang, aku keluar dari restoran dan meninggalkan ia disana. –Ya, itu jauh lebih baik–

.

Aku menuju salah satu bar, ingin menumpahkan semua perasaan ini. Kuharap setelah minum beberapa gelas martini, aku bisa melupakan perasaanku pada Tiffany. Perasaan yang seharusnya sudah aku hapus 4 tahun lalu. Ternyata minuman itu berefek padaku, sejenak aku melupakan semuanya.

.

Dalam perjalanan pulang, aku bergegas menuju apartemenku –lebih tepatnya apartemen yang pernah menjadi milikku dan Tiffany– dan bodohnya aku, semua foto Tiffany masih tersimpan rapi di hampir semua sudut kamar, kamarku dan mantan kamar Tiffany.

.

Aku memilih lewat tangga dibanding lift, karena apartemenku hanya berada di lantai 3. Belum sempat aku menginjakkan langkah pertamaku di atas tangga, tiba-tiba suara wanita meminta tolong terdengar di telingaku.

.

Oh !! Makiku kesal. Haruskah aku menyelamatkan seorang wanita yang mengalami pemerkosaan –lagi? Awalnya aku menolak, lebih baik tidak mencampuri urusan orang lain tapi saat perbuataan Yoong muncul di kepalaku, tanpa sadar aku menuju sumber suara.

.

Entah dari mana kekuatan sebesar itu kudapat, mungkin saja pengaruh martini dalam tubuhku. Aku merusak pintu kamar itu hingga tek berbentuk, dan kulihat seorang wanita dengan rambut cokelat keemasan sedang dinikmati oleh 3 pria hidung belang.

.

Tanpa ampun aku menghajar ketiga laki-laki brengsek itu, namun sayangnya aku lengah dan seseorang dari mereka berhasil memukul kepalaku dengan lampu table. Cairan merah kental dapat kurasakan menetes dari kepalaku. Menyakitkan! Tapi aku harus menyelesaikan ini. Dengan tenaga yang tersisa, satu per satu dari mereka tumbang.

.

Syukurlah, security apartemen segera datang. Kuakui apartemen disini sangat murahan, jadi tidak heran jika hal seperti ini bisa terjadi. Dan yang paling aku syukuri adalah bahwa wanita terselamatkan –maksudku ia belum ditiduri oleh pria-pria brengsek– Akhirnya kubawa wanita ini ke apartemen kecil milikku. Belum sempat aku membuka pintu kamar, semuanya menjadi gelap dan aku seperti mendapat kedamaian.

.

.

———————————————————-

.

Sebuah cahaya yang menyilaukan, membuatku terbangun. Kepalaku masih terasa sakit, dan kusadari ada perban yang melingkar di dekitar kepalaku. Kulihat ke arah cahaya, dan melihat wanita yang kuselamatkan semalam membuka tirai kamarku.

.

“Kau sudah bangun? Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu tidurmu” ucapnya sedikit takut.

.

Aku mencoba duduk, tapi rasa sakit di kepala masih kurasakan. Dengan cepat ia membantuku untuk duduk. Terlihat kekhawatiran di wajahnya, tanpa sadar aku tersenyum. Saat aku menatap matanya, rasanya aku mendapatkan kebahagiaan berkali-kali lipat. Love at the first sight? Aku tidak mempercayainya.

.

Beberapa hari ini, kuizinkan ia untuk menetap bersamaku. Masalahnya sangat besar, wanita ini melarikan diri dari rumahnya karena menolak perjodohan yang diusulkan ayahnya dan calonnya adalah seorang polisi. –Sigh– kenapa lagi dan lagi aku harus mendengar kata “polisi”. Apa hidupku berada di sekitar mereka?

.

.

Hari demi hari berlalu, dan sampai detik ini ia masih berada di apartemenku. Kami mulai akrab dan saling mengenal kepribadian masing-masing. Ternyata ia wanita yang dingin, dan jarang berbicara di awal. Namun sekarang, ia sangat menggemaskan dan terkadang sifat manjanya membuatku ingin melindunginya.

.

“Yul, aku ingin makan daging” ucapnya manja dengan bergelayut di lenganku.

.

“Baiklah, malam ini kita akan makan di luar” sedetik kemudian ia mengecup pipiku singkat. Kebiasaan saat mengucapkan terima kasih. Terkadang aku berpikir, apa hubungan aku dan selama ini? Entahlah, yang jelas aku sangat bahagia ia bersamaku kini.

.

Sesuai janji, kami pergi ke restoran yang menyediakan daging panggang. Restoran yang cukup sederhana karena ini yang aku mampu. Lagi dan lagi, kadang aku berharap bahwa aku seorang yang terlahir dari kalangan atas agar aku bisa mengajaknya ke restoran mewah.

.

Saat kami akan masuk, segerombolan pria baru saja keluar dan mereka tidak memperhatikan bahwa ada kami. Ia terjatuh, dengan refleks aku memukul pria yang menyenggolnya. Perkelahian tak terhindarkan. Meskipun aku berhasil memukul beberapa dari mereka tetap saja aku terkena pukulan. Dan saat itu pemilik restoran keluar dan menghentikan perbuatan kami.

.

.

“Aww…Aww!!!” rintihku saat ia mengobati lukaku di bangku taman yang tak jauh dari sungai Han. “Pelan-pelan, Sicaa” pintaku padanya. Aku tahu, ia pasti marah karena tindakanku tadi. Tapi melihat ia jatuh, aku tak dapat menahan emosiku.

.

“Apakah setiap persoalan harus diselesaikan dengan melayangkan pukulan? Kau harus dewasa, Yul” setiap kalimatnya terdengar kekesalan tapi ia benar, aku selalu memilih jalan kekerasan.

.

“Aku minta maaf, Sica” ucapku lagi. Ia tak menanggapi perkataanku, masih tetap fokus mengobati lukaku. Setelah itu ia menyandarkan tubuhnya ke kursi.

.

“Seharusnya kau minta maaf pada dirimu sendiri, Yul. Ini bukan kali pertama kau melakukan hal ini. Belajarlah mengontrol emosimu” walaupun ia berbicara dengan nada biasa tapi itu cukup menyakitkan untukku dengar.

.

Setiap kalimat yang diucapkannya, membenarkan semuanya. Sepertinya aku harus memutar kembali beberapa kejadian.

.

Saat kami berbelanja keperluan di mini market, seorang ahjussi tanpa sengaja menumpahkan kopi panasnya ke Sica. Beruntung saat itu baju yang ia kenakan tebal, sehingga tidak menimbulkan luka. Bagaimana aku tidak marah? Ku ulangi sekali lagi, kopi itu panas.

.

Selain itu ada juga cerita saat kami mengalami sedikit insiden di lampu merah. Sebuah motor dari arah kanan melanggar rambu lalu lintas dan menabrak mobilku yang membuat kaca pintu mobil pecah. Sica yang berada paling dekat dengan kaca yang pecah itu. Beruntungnya, serpihan kaca hanya sedikit melukai tangannya. Namun, emosiku tetap saja memanas. Aku memukul pengendara motor itu dan menyebabkan aku harus membayar perawatan Rumah Sakitnya.

.

Yang paling parah, saat aku dan Sica berkunjung ke bar. Pada saat itu aku ingin bertemu dengan beberapa temanku sedangkan Sica duduk di depan meja bartender dan menungguku. Seketika, seseorang mendekatinya dan menawarinya minum. Kulihat dari kejauhan, Sica menggeleng pertanda ia menolak minuman itu. Yang paling mengejutkan adalah pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Sica, seperti membisikkan sesuatu. Dan kulihat Sica mendorong pria itu. Kupastikan pria itu berbicara kurang ajar padanya, tanpa ampun aku memukul wajah brengseknya. Beruntunglah, dua orang kepercayaanku berhasil menahanku. Kalau tidak, kupastikan hidung pria itu patah.

.

.

Sigh!!

.

.

“Apa aku pria sekasar itu?” pikirku.

.

Tiba-tiba sebuah kepala bersandar di pundakku, tangan halusnya mengusap lembut lenganku.

“Belajarlah mengontrol emosimu, Yul. Kau pasti bisa” ucapnya meyakinkanku.

.

Sejenak aku menikmati moment ini, terkadang semua yang kulakukan bersamanya tidak akan berlogika jika itu menyangkut tentang Sica. Entahlah, perasaan dan pikiran ini semua dikuasai olehnya. Apakah aku mencintainya?

.

“Yul…” suaranya yang merdu memanggilku. “Aku ingin naik itu” aku menoleh pada apa yang ditunjuk oleh Sica. Ferris Wheel. Tentu! Aku tidak pernah menolak permintaannya.

.

Kamipun menikmati pemandangan kota Seoul dari sini. Sica begitu senang, ia seperti anak kecil yang bebas dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi. Namun sayang, kejadian tak terduga terjadi.

.

Permainan ini tiba-tiba terhenti, dan sesaat kemudian sebuah pengumuman terdengar. Oh Tidak! Kenapa permainan ini rusak saat kami justru berada di ataa. Seketika Sica menjadi panik dan memelukku. Ia sangat ketakutan, aku tahu dia benci situasi ini.

.

Aku menenangkannya, tubuhnya bergetar karena ketakutan. Tapi kuyakinkan ia bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aroma stroberi tercium dari rambut indahnya. Oh Yul, kau menjadi pria ert jika berpikir yang aneh-aneh. Tapi jujur, jangankan aroma rambutnya, bahkan aroma tubuhnya seperti ekstasi buatku. Ini gila!

.

Tak lama kemudian, Sica sudah tenang. Tiba-tiba ia sedikit mengubah posisinya, dan tanpa sengaja s-nya terasa di lenganku. . Situasi ini membuatku semakin hilang akal. Okay Yul, berhentilah menjadi pria ert.

.

Jessica menatapku dan tersenyum. Kini ia tidak ketakutan lagi. Tanpa sadar sebuah kalimat meluncur begitu saja dari bibirku saat melihat matanya dan senyumannya.

“Sica, apakah aku pantas untuk menjadi kekasihmu?”

.

Detik selanjutnya, waktu seakan berhenti berputar. Ingin rasanya aku menarik kembali ucapanku. Atau jika perlu aku terjun bebas dari Ferris Wheel ini untuk menyembunyikan rasa malu darinya. Tapi, waktu kembali berputar dan rasanya mulai detik ini semua terasa ringan saat bibir mungil itu memberikan jawaban yang membuatku melayang ke langit paling tinggi.

.

———————————————————

.

.

“Seobang, bangun~” sebuah suara merdu yang hampir 2 bulan ini dapat ku dengar setiap pagi. Sebenarnya sih tidak, kadang saat malam pun aku dapat mendengar suara merdunya apalagi saat ia mendesahkan namaku. Oke Yul. Hentikan!

.

“Hemmmmm” hanya itu jawabanku. Aku sangat lelah akibat semalam. Eits, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Semalam aku kerja lembur, ya walaupun pekerjaanku tidak tetap tapi setidaknya aku tidak akan membuat Sica baby menderita.

.

“Seobang~” panggilnya lagi. Aish, kalo sudah seperti ini pasti dia menginginkan sesuatu. Dan kupastikan ia sedang mempoutkan bibir mungilnya saat ini. Akhirnya aku membuka mata dan menoleh ke arahnya. “Aku lapar~”

.

Gosh!! Kenapa dia sangat menggemaskan seperti ini. Tanpa basa basi ku sambar bibir mungilnya. Kusudahi acara ciuman itu, kalo diteruskan, aku tidak akan berbagi cerita pada siapapun.

.

Satu hal yang paling ajaib di hubungan kami, biasanya sang wanita akan memasak dan menyiapkan makanan untuk kekasihnya. Namun, ini sebaliknya… kekasihku ini sangat-sangat tidak bisa memasak. Bahkan aku melarangnya menyentuh barang apapun di dapur.

.

Nasi goreng kimchi dengan telur mata sapi favoritnya sudah dihidangkan dan siap untuk kami santap. Candaan demi candaan mengiringi sarapan kami. Tak jarang kami melakukan kekonyolan di tengah kebersamaan ini.

.

“Seobang, gomawo” ucapnya saat aku akan pergi keluar rumah. Siap bekerja untuk kebutuhan kami.

.

“I Love You more” balasku. Ia tersenyum lalu memelukku, memberiku kata-kata penyemangat pagi ini. Tak ada yang lebih indah dari melihat senyum dan kebahagiaan darinya.

.

“Hati-hati seobang, aku akan menunggumu pulang” begitulah kata-kata selalu ia ucapkan ketika aku akan pergi bekerja.

.

Menjadi seseorang yang memiliki pekerjaan tidak tetap memang tidak mudah. Kadang aku harus kerja ekstra untuk mencari tambahan dana. Ada waktu dua jam untuk melakukan pekerjaan berikutnya. Aku pun menuju bar tempat dimana aku sering berkumpul bersama-sama temanku.

.

Satu poin yang sangat aku kagumi dari Sica. Ia tidak pernah melarangku berhubungan dengan teman-temanku. Meskipun awalnya ia sedikit takut berkenalan dengan mereka, tapi sekarang Sica sudah mulai terbiasa.

.

“Hai Yul” sapa Jaej

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
DarkestAngel #1
Chapter 1: Nice story, but seems like i have read it before.