Chapter I

NAIVE

Kisah ini adalah kisah tentang dua orang anak naif yang telah bersahabat sejak lama, Lee Jeno dan Na Jaemin.

Keduannya hidup disuatu tempat dipinggiran kota; lahir, tinggal, dan besar disana,- namun untuk bersekolah mereka melakukan perjalanan ke ibu kota

Di Ibu Kota Na jaemin adalah idola. Gadis yang merupakan kapten tim pemandu sorak ini, memang terkenal akan kecantikannya; tubuhnya ramping, senyumnya manis, kakinya jenjang, dan  rambutnya halus sewarna madu.

Namun bukan hanya parasnya yang rupawan, kepribadian gadis kelas 2 SMA ini juga menawan. Jaemin murah senyum, ceria, dan baik pada siapa saja. Sehingga tak heran jika banyak siswa pria yang menaruh perhatian padanya.

Bertolak belakang dengan jaemin, ada Lee Jeno. Berbeda dengan sahabatnya yang begitu terkenal, jeno adalah siswa yang biasa-biasa saja. Secara fisik tak ada yang menonjol darinya. Bukan berarti jeno jelek, bukan. Tapi jeno tidak terlalu merawat dirinya.

Saat pergi kesekolah jeno akan menyisir rambut seadaanya. Seragamnyanya juga longgar, tidak pas dengan bentuk tubuhnya. Belum lagi kacamatanya. Kacamata yang jeno kenakan itu sangat kuno!. Berganggang tebal dengan rantai dikanan-kirinya!.

Namun meski begitu, nama jeno juga cukup terkenal. Terkenal dikalangan para guru tapinya. Ya wajar saja, karena secara akademik prestasi jeno sungguh luar biasa.

Pemuda yang terkenal pendiam & bicara seperlunya itu, sudah menjadi peringkat pertama pararel selama 3 semester berturut-turut disekolahnya. Dan jangan lupakan prestasi lainnya, juara olimpiade cerdas cermat baik ditingkat regional, nasional, maupun internasional!.

 

000

 

Sore itu, seperti  biasa jeno dan jaemin pulang sekolah bersama-sama. Keduannya berjalan beriringan menuju ke halte bus dekat sekolah mereka.

Dan disepanjang perjalanan,-seperti yang terjadi setiap harinya,- beberapa orang kini tengah memperhatikan keduannya. Memperhatikan jaemin lebih tepatnya. Menatap gadis itu dengan tatapan terpesona dan mengidolakannya.

Ya setiap harinya memang beginilah rutinitasnya. Baik saat berangkat kesekolah, maupun sepulang sekolah. Saat jeno berjalan dengan jaemin disampingnya orang-orang pasti akan memperhatikannya. Para siswa laki-laki khususnya.

Bukan apa-apa, jeno juga tak terganggu dengannya, karena toh semua orang sudah tau tentang mereka. Tau tentang jeno, jaemin dan hubungan pertemanan diantara keduannya. Benar-benar hanya sebatas teman tak ada yang lebih dari itu semua.

Setiap kali keduannya pulang bersama-sama seperti ini juga, jeno selalu bersyukur dalam hatinya. Bersyukur karena meski jaemin telah menjadi ‘idola’ tapi sikap wanita itu tak pernah berubah kepadanya. Tetap seperti seorang na jaemin sahabat sejak masa kecilnya.

 

000

 

Didalam Bus nomor 82. Bus yang hanya mengangkut keduannya. Begitu memasuki bus, jaemin langsung menyandarkan tubuhnya. Menyandar kearah kursi dibelakangnya dan menghela nafas panjang.

Jeno sendiri? Laki-laki itu kini terlihat sibuk dengan buku bacaannya.

“jeno~” jaemin kini melihat kearah sampingnya. Kearah jeno yang saat ini terlihat fokus dengan buku ditangnnya. Jeno mengalihkan pandangannya.

“wae?” Tanya laki-laki itu.

“aku bertemu dengan mark oppa pagi ini” jaemin memulai ceritanya.

“mark sunbae? Lalu?” Namun jaemin diam saja. Tak melanjutkan ceritanya.

“Lalu bagaimana? Apa kau sudah mengatakannya?” Jeno bertanya lagi. Namun jaemin menggeleng kini.

“belum” wajahnya terlihat sedih. “aku bingung,  bagaimana harus mengatakannya” kini gantian jeno yang menghela nafasnya.

“ya kau tinggal katakan saja, katakan kalau suka suka padanya. Dan ajak dia pergi kencan setelahnya”

“tidak semudah itu”

“apanya yang tidak mudah?”

“bagaimana kalau mark oppa menolakku? Bagaimana kalau dia tak suka padaku? Aku perlu melakukan observasi terlebih dahulu!” Jeno mendengus.

“Ya Tuhan Na Jaemin, kau bahkan sudah melakukan observasi berbulan-bulan! Apa itu belum cukup untukmu??!”

“aku takut lee jeno”

“apa yang kau takutkan??”

“entahlah! Tapi seperti ada getar ketakutan? Jika aku bertemu dengan mark oppa jantungku deg-degkan. Tubuhku bahkan kaku, dan aku lupa segala sesuatu yang ingin kukatakan!”

Tepat sesaat setelah jaemin menjelaskan perasaannya, ekspresi jeno kini berubah. Seolah berfikir tentang masalah lainnya (?).

“ya jeno kau mendengarkanku atau tidak??!” Jeno mengangguk sekenannya. Tapi ekpresinya masih tetap sama, seolah tengah memikirkan hal yang lainnya.

“jaemin-a” pangil laki-laki itu kini sereaya lebih menghadap kearah sahabatnya.

“coba katakan padaku. Jika kau merasa takut saat melihat seseorang, tapi kau tetap ingin terus melihatnya apa itu artinya aku suka padanya??”

“Heol????!!! Ya lee jeno!” Kini gantian jaemin yang tampak terkejut ditempatnya

“YA JENO. SEOLMA??!” Jaemin menutup mulutnya.

“jangan bilang kau…”

“-KAU JUGA TENGAH SUKA PADA SESEORANG??!!!” Jaemin membelakakan matanya. Tak percaya.

Jeno menghindari tatapan jaemin untuknya.

“ya jeno katakan padaku!” Rengeknya. Rengek jaemin seraya mengguncang-guncang tubuh laki-laki dihadapannya.

“katakan padaku siapa wanita itu?!!”

“itu tidak penting jaemin”

“apanya yang tidak penting??!"

"Kau tahu aku merasa terhianati karena kau tak pernah menceritakan apapun padaku!” Kini wajah jaemin berubah marah. Dan jeno menyadari perubahan itu.

“Baiklah aku kan menceritakannya padamu”

“namanya Huang Renjun, dia satu kelas denganku!”

 

000

 

Diruang tengah kediaman keluarga Lee, Kini keduannya, -jaemin dan jeno- tampak tengah duduk disana. Bersiap untuk memulai aktifitas sore menjelang petang mereka. Mengerjakan tugas bersama-sama. Atau lebih tepatnya jaemin meminta jeno untuk membantunya menyelesaikan tugas sekolah yang kurang dipahaminya.

Namun karena kejadian di bus sebelumnya, alih-alih bisa fokus dengan dengan tugas-tugasnya, kini pikiran jaemin malah terbang kemana-mana.

Terbang memikirkan betapa sempurnanya persahabatan mereka. Dan akan lebih sempurna jika renjun dan mark akan bergabung dengan keduannya!.

“jeno-ya” kini tiba-tiba jaemin memanggil sahabatanya. Memanggil jeno yang kini tampak tengah fokus dengan tugas-tugasnya.

“hmm?” Sahut jeno tanpa memalingkan perhatiannya pada tugas-tugas dihadapannya.

“kau ingin pergi kemana nanti?”

“maksudmu?” Jeno tampak tak mengerti.

“maksudku, kemana kau ingin pergi nanti. untuk double date pertama kita bersama renjun dan mark oppa?”

“YA NA JAEMIN!” Amuk jeno begitu menyadari sahabatnya itu sedang tak fokus dengan tugasnya. “fokuslah pada tugasmu!” Jeno mencibir. Namun jaemin tetap tak bergeming.

“kau tau, kau tidak akan pernah bisa menikah jika terus seperti itu!”

“seperti itu bagaimana maksudmu?!”

“terlalu fokus dengan tugasmu!” Jeno mendengus.

“kalau begitu, coba jelaskan padaku apa hubungannya pemilihan lokasi kencan dengan pernikahan?” Tantangnya. Jaemin menaikkan dagunya bersiap memberikan penjelasannya. Menjawab tantangan sahabatnya.

“mudah saja!”

“Jika kau salah memilih lokasi kencan, hubunganmu tak akan pernah bertahan lama. Dan itu artinya kau tidak akan pernah sampai menikah!”

“otakmu encer sekali untuk hal-hal semacam itu”

“tentu saja! Karena aku ingin hidup bahagia. Aku ingin memiliki kekasih segera!” Jeno mendecih.

“ya! Jika kau ingin punya kekasih segera, lalu kenapa kau takut mengungkapkan perasanmu pada mark?!”

“karena mark oppa itu berbeda!”

“apanya yang berbeda??”

“hasil observasiku mengatakan mark oppa adalah laki-laki yang dewasa. Dan dirinya juga menginginkan kekasih yang sama sepertinya!”

“dewasa??”

“heum” jaemin mengangguk. “dewasa maksudnya berpengalaman soal cinta”

“jadi kau merasa kau tidak berpengalaman soal cinta?” Jaemin mengangguk lagi, kini ekspresinya berubah sedih.

“kau kan tahu sendiri aku belum pernah punya kekasih. Makanya untuk mengutarakan perasaanku saja aku tidak bisa. Aku benar-benar tidak tau caranya.” Jeno jadi ikut sedih. Sedih meratapi nasib sahabatnya ini.

“kau belum terlambat jaemin-a. Kau bisa belajar mulai dari sekarang!”

“belajar?” Jeno mengangguk.

"cobalah untuk melakukan observasi. lakukan pengamatan pada pasangan saat mereka pergi kencan. Kau amati apa yang mereka lakukan. Amati, cermati, dan pelajari untuk bekalmu bersama mark sunbae nanti." jaemin nampak berfikir kini.

“bagaimana kalau aku langsung praktek saja??” 

“praktek? Itu malah lebih bagus lagi!”

“-tapi denganmu?!”

“hah?? Maksudmu??”

“bantu aku jeno. Bantu aku untuk praktek menjadi dewasa!”

 

000

 

Pertengkaran kini nyaring terdengar. Terdengar dari ruang keluarga milik keluarga lee. Putra bungsu mereka, Lee jeno, kini tampak tengah adu mulut dengan sahabatnya na jaemin.

Memperdebatkan tentang baik atau tidaknya usulan yang baru saja jaemin utarakan untuk praktek  menjadi dewasa.

“ayolah jeno aku serius meminta padamu”

“aku juga serius jaemin. Tapi idemu itu benar-benar tak masuk diakal”

“apanya yang tak masuk diakal??!!”

“kau memintaku untuk menjadi bahan praktekmu? Kita pergi kecan bersama, membiarkanmu menggandeng tanganku, bersandar dipundakku, dan kegiatan apapun itu yang biasanya dilakukan oleh pasangan. Aku tidak bisa!”

“iya tapi kenapa??"

"karena kau itu sahabatku jaemin! Kita bukan pasangan!"

"tapi ini kan hanya untuk 'praktek' saja. Semacam latihan bersama agar kita punya pengalaman soal cinta dan menjadi dewasa!"

“tapi aku tetap tidak bisa jaemin!”

“oh ayolah jeno. Bukankah kau suka belajar? Praktek ini juga merupakan pembelajaran."

“tapi itu tidak sama jaemin-a”

“tentu saja sama! Hanya bedannya, jika setiap hari kita belajar tentang materi-materi disekolah, kali ini kita akan belajar soal cinta. Cinta dan tentang menjadi dewasa!. Tentu saja tak ada yang berbeda!!” jeno tampak memikirkannya.

“Apa hal-hal seperti itu memang butuh dipelajari?”

“tentu saja!”

“sekarang coba kau pikirkan-“ jaemin kembali memulai teorinya. “dalam usiamu yang sekarang, dan dengan banyaknya buku yang telah kau baca. Apa yang kau ketahui tentang cinta?” Jeno menggelengkan kepalanya.

“Dan apa kau juga tahu apa itu maksudnya menjadi dewasa?” Lagi-lagi jeno menggelengkan kepalanya.

“kau pasti juga belum pernah menggandeng tangan wanita bukan??!” Lagi-lagi jeno menggelengkan kepalanya.

“lihatlah!! Kau yang genius saja tidak tahu apa-apa!” Kini jeno mulai terpesuasi. Terpesuasi memikirkan kebenaran usul sahabatnya ini.

"tapi aku benar-benar tidak tau apa-apa jaemin-a. Tidak tahu apa-apa soal cinta dan menjadi dewasa"

"ya justru itu kita akan belajar bersama-sama!" kini jeno tampak merenung.

"baiklah kalau begitu aku mau"

"benarkah???"

“tapi ada syaratnya”

“apa itu?”

“kau yang harus lebih mengajariku. Karena aku sama sekali tidak tau ilmu tentang cinta dan menjadi dewasa!”

 

000

 

DAY 1 - praktek menjadi dewasa oleh jeno dan jaemin

 

Pagi itu tak seperti pagi biasanya, karena di pagi biasanya, saat jam telah menunjukkan pukul 7.10 jaemin sudah akan bersiap untuk berangkat kesekolah, sembari mampir kerumah jeno untuk menjemput laki-laki itu dirumahnya.

Ya rumah jeno memang lebih dekat dengan jalan raya, jadi wajar saja kalau jaemin yang datang menjemputnya.

Namun pagi ini, alih-alih bisa berangkat tepat pada waktunya. Pada pukul 7.00 saja, baik jeno maupun jaemin masih terlihat baru bangun dari tidurnya!

Ya bagaimana tidak! Pasalnya keduannya semalaman melakukan pembicaraan. Pembicaraan lewat telepon sampai lewat tengah malam!.

Apa yang mereka bicarakan?? Tidak ada!

Hanya obrolan tidak penting dan tidak ada manfaatnya juga!. Namun alih-alih menyesali perbuatannya, pagi ini mereka malah terlihat bangga. Bangga karena telah melakukan satu pelajaran berharga.

Pelajaran untuk menjadi dewasa. Telepon dengan lawan jenis sampai lewat tengah malam!.

.

.

Kini setelah keduanya selesai mencuci muka dan menggosok giginya, baik jaemin maupun jeno sama-sama tergesa berlari menuju halte bus yang ada dekat drumah mereka. Mengejar bus yang akan berangkat pada pukul 07.25.

Didalam bus jeno merasakan pusing tidak seperti biasanya. Ya wajar saja pusing, pasalnya kini jeno tak membawa kacamatanya!. Kacamata miliknya tertinggal diatas westafel kamar mandinya.

“jaemin aku pusing” keluh jeno sembari kini menutup matanya. Kini keduannya terlihat tengah berdiri ditengah kerumunan orang yang penuh sesak didalam bus.

“kau tidak membawa kacamatamu?” Jeno menggelengkan kepalanya. “tertinggal dirumah sepertinya”

Namun alih-alih memasang ekspresi khawatir akan kondisi sahabatnya, kini jaemin malah tercengang ditempatnya. Tercengang ditempatnya sembari memperhatikan wajah seseorang yang saat ini tengah menutup matanya.

Ya Tuhan dia tampan! Jika seperti ini jeno terlihat benar-benar tampan!

Dan tanpa sadar kini jaemin menyentuh wajah laki-laki dihadapannya, mengusap pipinya dan memandanginya terpesona.

Jeno yang terkejut saat seseorang tengah membelai wajahnya. Reflek segera membuka matanya.

“ya apa yang sedang kau lakukan?!“ protesnya seraya menepis tangan jaemin diwajahnya.

Jaemin yang tersadar dari aksinya, sontak kini merasakan malu diwajahnya. Namun cepat-cepat wanita itu membela dirinya.

“a-aku ha-hanya ingin memperaktekan pembelajaran kita yang kedua!!”

“pelajaran yang kedua??”

“eum pelajaran untuk menjadi dewasa!. saling memuji setiap harinya.”

“Lee Jeno hari ini kau terlihat tampan!”

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
bebebe #1
Chapter 2: Lol !
Jeno and Jaemin daebak wkwkwk
Kayaknya Jaemin udah punya rasa ke Jeno ketika Jeno nya masih anteng anteng aja.
Kapan kalian sadaaaaarr... waiting for next update and thank you for fast update ?
bebebe #2
Chapter 1: Yeaaaaayyy new story.. hope you update it frequently. I also love this couple in nct !
This will be nomin couple rite? Kekekek
babycorn #3
Chapter 1: oh wow you wrote another new story author-nim 0.0
but this time the main characters is different. i don't know who are they yet, but thank you ^^