White Camelia

Hanakotoba

Dia ingat tentang kejadian lima tahun yang lalu. Dimana dia menemukan seseorang yang harus ditunggu olehnya, sebuah penantian yang tidak diketahui kapan akan berakhir. Dan dia sekarang berdiri di tengah-tengah taman penuh kenangan itu, dengan bunga putih yang mekar sempurna itu.

 


 

Jihoon yang sejak dulunya mahir di dalam segala bidang, sosok yang terlihat sempurna dan dikagumi oleh siapapun itu, baik yang muda maupun tua, yang derajatnya lebih tinggi atau rendah bahkan yang ia kenal maupun tidak.

Ia hidup dalam kehidupan yang orang inginkan, penampilan yang menarik, talenta yang dibawa olehnya, kekayaan yang dimiliki keluarganya dan status sosialnya yang membuat semua orang terkesima. Namun, nyatanya Jihoon tidak memikirkan itu. Jihoon yang nyatanya terlihat sempurna namun ada rasa kesepian yang menyelimuti dadanya. Rasa yang tidak dapat ia selesaikan sendiri tanpa orang lain.

Ketika Jihoon baru saja memasuki umur 17 tahun, ia melarikan diri di tengah-tengah pesta ulang tahun yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Dia sendiri memiliki alasan kenapa ia kabur dari acara yang seharusnya membuat pria mungil itu senang tapi nyatanya ia membencinya. Ia sudah berumur 17 tahun dan artinya kedua orang tuanya akan menjodohkan dirinya kepada pria-pria yang tidak dikenal olehnya, pria yang akan memilikinya tanpa cinta dan pria yang bukan merupakan pilihan dirinya.

Di bawah bulan yang menunjukkan bentuk sempurnanya itu, Jihoon berlari dan terus berlari hingga ia memasuki taman luas yang penuh dengan bunga putih yang mekar sempurna itu. Taman bunga yang tidak pernah dimasuki olehnya karena cukup jauh dari bagunan rumahnya itu. Taman bunga yang tidak pernah dia ketahui namanya itu dan dia duduk di hadapan bunga-bunga itu.

Dia hanya dapat melipat kedua kakinya dan memandang kosong ke kelopak putih yang jatuh itu. jihoon berpikir kembali tentang apa yang terjadi kepadanya selama ini, apa yang ia senangi dari kehidupan ‘sempurna’ yang dimiliki olehnya padahal dia kesepian. Kesibukan yang dimiliki olehnya membuatnya jarang berinteraksi dengan orang lain bahkan teman sebayanya dan itu membuat Jihoon membenci kehidupan yang membuatnya kesepian.

Suara berisik yang berasal dari dedaunan itu membuat Jihoon menatap ke depan, melihat sesosok pria yang tidak pernah dilihat olehnya.

Sosok itu…

Jihoon melihatnya dan sedikit terhenyak. Orang yang muncul di hadapannya itu memiliki visual yang membuat siapapun terpana, postur tubuh yang ideal, gaya yang elegan, tidak lupa dengan karisma yang dapat membuatnya memacari banyak orang.

“Oh… ada orang?” tanya pria itu dan Jihoon tersadar dari lamunannya.

“Kalau begitu aku pergi dulu.” Lanjutnya dan Jihoon menggelengkan kepalanya, “Aku tidak masalah jika ada orang lain berada di sini.”

Pria itu melirik Jihoon sekilas, “Begitukah? Kalau begitu, apakah aku boleh duduk di samping-mu?”

“Silahkan.”

“Apa yang sedang kau lakukan di sini, Lee Jihoon?” dan pria mungil itu menatap tajam kepada sosok itu dan menghela napas pendek, “Aku hanya kabur dari pestaku sendiri, apakah itu salah?”

“Tidak. Aku sendiri juga tidak nyaman dengan acara itu apalagi tuan rumah yang sibuk dengan senyuman palsunya itu.” Jawabnya dengan tenang.

Jihoon mengetahui bahwa ia sedang disindir namun ia tidak marah, hanya senyuman kecil yang terulas, “Ya… kau benar.”

Pria itu kemudian bangkit dan Jihoon melihat sosoknya yang berdiri di bawah sinar bulan itu. Dengan tuxedo berwarna hitam yang terhembus oleh angin malam yang menyejukkan.

“Apakah kau akan kembali?” tanya pria itu dan Jihoon menggelengkan kepalanya, “Aku tidak ingin kembali namun aku juga tidak tau harus kemana.”

Seulas senyum dipamerkan pria itu dan Jihoon terkesima melihatnya, “Kalau begitu aku juga, apakah kau ingin ikut denganku?”

Jihoon berpikir sekilas lalu menganggukan kepalanya, “Baiklah, aku ikut denganmu. Tapi beritahu aku namamu sebelumnya.”

Seungcheol menatap Jihoon lalu tersenyum, “Apakah ada masalah dengan sosokku?”

“Setidaknya jika kau melakukan sesuatu yang aneh kepadaku, maka aku dapat memburumu untuk diberikan kepada hakim nantinya.”

“Apa maksudmu kau tidak mempercayaiku?”

“Tidak seperti itu, anggap saja namamu sebagai jaminan.”

“Panggil saja aku Seungcheol,” jawabnya lalu mengulurkan tangannya kepada Jihoon.

“Ayo bangkit sebelum terlambat.”

 


 

“Bagaimana aku dapat pergi dengan sebebas itu jika orang-orang akan mengenaliku nantinya?” tanya Jihoon dan Seungcheol tersenyum, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

“Pakai ini,” perintah Seungcheol dan Jihoon memakai topeng yang sudah diberikan oleh pria itu. Mereka berdua memakai topeng yang menutupi sebagian wajah mereka dan keluar dari area rumah Jihoon dengan mudah.

Seungcheol pergi membawa Jihoon ke pusat kota, dimana sedang mengadakan festival. Untuk pertama kalinya, Jihoon pergi ke tempat seperti itu. Pria itu melihatnya dengan tatapan takjub, dimana banyak orang yang menjual makanan yang tidak pernah dimakan olehnya dan permainan-permainan yang tidak pernah dimainkan oleh Jihoon.

“Ini apa?” tanya Jihoon dan Seungcheol tersenyum, “Festival. Apakah kau sudah pernah ke festival?”

Jihoon menggelengkan kepalanya dan seketika tangannya ditarik oleh Seungcheol. Jihoon dapat melihat senyuman lebar Seungcheol dan itu membuat Jihoon tersenyum kecil. Mereka berdua menikmati festival itu, mulai dari Jihoon yang mencoba memakan gulali atau sesuatu yang dianggapnya manis itu, apel karamel, es sirup hingga mereka berdua yang bermain tembak-tembakan di kios permainan itu.

Untuk pertama kalinya Jihoon sangat senang dengan apa yang dialaminya, senang mengenal orang baru dan senang dengan apa yang mereka berdua lakukan saat ini. Jihoon melihat bangunan besar dan berbentuk lingkaran itu.

“Apakah kau ingin menaiki itu?” tanya Seungcheol dan Jihoon menatapnya dengan polos.

“Bolehkah?” tanya Jihoon dan Seungcheol mengusap kepalanya, “Tentu saja boleh Jihoon-ah.”

Mereka berdua menaiki bianglala itu dan Jihoon hanya dapat memandangi pemandangan yang tidak pernah dilihat olehnya. Bangunan itu membawanya ke tempat yang lebih tinggi lagi. Seungcheol juga hanya dapat tersenyum ketika melihat Jihoon yang masih terkagum-kagum.

“Apakah kau senang hari ini?” tanya Seungcheol dan melepaskan topengnya. Jihoon memandangi Seungcheol dan kemudian tersenyum manis, “Ya… aku senang sekali… terima kasih Seungcheol-ah.”

Pria itu terdiam melihat senyuman JIhoon dan kemudian mendekatkan dirinya ke Jihoon. melepaskan topeng yang melekat di wajahnya itu dan tersenyum lembut, “Bisakah kau tersenyum seperti itu lagi?”

Seungcheol tidak mendapatkan reaksi yang diinginkan olehnya, wajah merah merona dan terkejut malah Jihoon tunjukkan kepadanya. Pria mungil itu juga terkejut dan merasakan sesuatu yang aneh berada di dalam dirinya karena jantungnya berdetak terlalu berlebihan.

“Lee Jihoon, kau memang lucu,” gumamnya dan kemudian menghapus jarak wajah mereka. Seungcheol menempelkan bibirnya dan itu mengejutkan Jihoon karena ia tidak menyangka kalau ciuman pertamanya akan datang secepat itu. Tautan lembut mereka berdua di tengah-tengah ketinggian itu hanya disaksikan oleh bulan yang bersinar terang.

Seungcheol melepaskan ciuman itu dengan cepat dan kemudian memakaikan topeng itu ke wajah Jihoon kembali. Mereka berdua terdiam hingga bianglala itu membawa mereka kembali ke permukaan tanah. Seungcheol terkejut ketika tangan mungil Jihoon mengenggam tangannya. Dan Seungcheol mengisi sela-sela jari mereka lalu membiarkan mereka diam begitu saja. Jihoon membenci kenyataan bahwa acara itu sudah selesai dan malam itu berlalu begitu saja.

Seungcheol membawanya kembali ke rumahnya, dimana orang-orang sepertinya baru selesai dengan acara itu. Jihoon melangkah masuk tanpa mengucapkan apapun begitu pula dengan Seungcheol.

“Jihoon-ah,” panggil Seungcheol dan Jihoon menghentikan langkahnya sebelum ia membuka pintu itu.

Pria mungil itu menoleh dan Seungcheol tersenyum, “Sampai jumpa.”

Jihoon tersenyum lalu mengalihkan perhantiannya.

Ya, kita pasti akan bertemu kembali.

 


 

“Jihoon hyung!” panggil Seungkwan dan pria itu mengalihkan perhatiannya.

“Apa?”

“Sajangnim― maksudku ayahmu ingin menjodohkanmu lagi?”

Mata Jihoon melebar, “Lagi?!”

“Ya. Lagi.” jawab Mingyu dan Jihoon menggaruk kepalanya frustasi. Bisa dilihat Jihoon ingin menghancurkan barang-barang di ruangannya.

“Baiklah kami berdua pergi dulu. Jam makan siang sudah hampir selesai,” gumam Mingyu dan kemudian mengajak Seungkwan lari sebelum Jihoon mengamuk.

Jihoon menghela napas panjang dan melihat surat yang sudah ditinggalkan Seungkwan tadinya.

 

Tunggu aku di Taman Kamelia.

 


 

Untuk pertama kalinya Jihoon mengetahui bahwa bunga putih itu bernama Kamelia. Jihoon berdiri menunggu sosok yang dipilih ayahnya itu muncul. Semilir angin dingin menerpa sosok Jihoon dan membuatnya ingat tentang malam itu.

Pria mungil itu terlarut dalam kenangan yang terjadi kepadanya 5 tahun lalu dan jika Jihoon jujur, ia merindukannya. Ia merindukan sosok Seungcheol yang memberinya dunia baru, sosoknya yang membuat Jihoon rela menanti dia kembali.

Jihoon menghela napas pendek dan terdengar langkah kaki mendekat kepadanya, “Apakah kau sudah terlalu lama menunggu?”

Jihoon mengenali suara itu dan mata Jihoon melebar saat melihat sosok itu. Lidah Jihoon kelu dan membuatnya menjawab dengan sulit, “… ya― sangat lama.”

Seungcheol terkekeh kecil melihat Jihoon yang gugup di hadapannya. Namun Seungcheol menghentikan basa basinya, ia mendekat dan memberikan sekuntum bunga mawar, “Aku selalu ingat ekspresi wajahmu saat itu saat melihat bunga ini.”

“Seungcheol―”

“Jihoon… kau mengerti makna bunga ini bukan?” dan Jihoon diam tidak menjawab pertanyaannya.

“Menikahlah denganku.”

Jihoon menatap Seungcheol dengan tatapan tidak percaya namun mulutnya berkata begitu saja, “… iya.”

 


 

Note: ini terinspirasi dari anime violet evergarden juga! ketika violet diberi misi untuk menulis surat cinta publik dan apakah kalian sadar bahwa perpaduan white camelia dengan red rose itu sangat epic? ketika sang klien yang merupakan seorang putri menanti pangeran di negeri lain untuk mengatakan bahwa pangeran itu mencintai putri yang sudah menunggunya selama 4 tahun yang panjang, itu keren sekali haha~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Na_Foresther #1
Chapter 1: Jadi dugeun-dugeun pagi-pagi begini. Nice story ^^