The Reasons

Description

Everything happens for a reason. Don't ever regret something that happens in your life, because you can learn from it, even it's a bad thing.

Foreword

Di dalam kehidupan yang terjadi cuma sekali ini, setiap orang pasti memiliki masa-masa yang indah dan buruk. Semua hal yang terjadi di bumi ini, tidak hanya sebuah kebetulan. Ada satu atau dua alasan mengapa sesuatu bisa terjadi. Sama halnya ketika kita dipertemukan dengan seseorang. Mungkin kita tidak tahu alasan yang pas ketika bertemu dengan seseorang. Apakah hanya sekedar bertemu, lalu berpisah nantinya? Ataukah seseorang itu nantinya akan benar-benar berarti di kehidupan kita tanpa kita sadari. 

Cerita yang aku miliki belum selesai seutuhnya, tapi mungkin sepenggal kisah ini sangat berarti bagiku. 

***

"Kamu gagal lagi?" teman baikku, Joy, tiba-tiba bertanya padaku saat kami sedang di tengah-tengah sesi membaca buku pelajaran.

Aku menatapnya yang sedang duduk di hadapanku dengan serius sambil menebak-nebak apa yang sedang dia bicarakan.

"Maksudmu?" tanyaku sambil mengerutkan dahiku padanya.

"Kamu melamun ya, Gyu? Maksudku, kamu gagal mengajak si perempuan itu berkencan." Joy menunjuk perempuan berambut panjang berponi yang saat ini sedang tertawa dengan teman-temannya di meja dekat pintu keluar.

Itu Yuju, perempuan berprestasi di kampus kami dengan suara yang indah. Setidaknya semua orang pasti sudah pernah memuji keindahan suaranya dalam bernyannyi walau cuma sekali.

Aku menghela napas ringan, "Dia memang tipeku, tapi kami tidak cocok. Semua yang terjadi beberapa hari kemarin tidak sesuai ekspektasiku. Aku tidak memiliki perasaan apa pun saat bersamanya."

Joy tertawa terbahak-bahak. Tangannya menepuk-nepuk buku yang tersusun di atas meja. Aku melotot dan mengerutkan dahiku sebagai reaksinya. Itu sama sekali tidak lucu bagiku. Perbincangan mengenai gagal dalam berkencan ditutup dengan tawa canda yang tiada habisnya. 

Hujan sudah turun deras, membasahi jalan dan atap-atap bangunan. Aku pulang sebelum pukul lima, lalu melanjutkan aktivitasku di rumah.

 

***

Beberapa hari berlalu, aku mulai terbiasa untuk tidak berniat mencari seorang pacar. Deretan perempuan yang pernah kuajak berkencan kini sudah jarang muncul, entah kemana mereka pergi. 

Apakah mereka menghindariku? Atau apakah justru mereka sudah benci padaku? Aku tidak tahu jawabannya. 

Seperti biasa, aku menghabiskan waktu luangku dengan mengerjakan tugas dan belajar di perpustakaan besar. Aku melihat seseorang yang kukenal. Itu Wonwoo hyung, temanku yang baru kukenal beberapa hari lalu. Dia lebih tua satu tahun dariku, tapi kami sangat cocok satu sama lain. Maksudku, dia seorang teman yang bisa menerima candaanku. Dulu, saat kami pertama bertemu, kami tidak banyak bicara. Bahkan aku tidak banyak menyadari kehadirannya saat pertama bertemu. 

Kami mulai berteman baik sejak beberapa hari lalu di bulan September. Untuk pertama kalinya aku merasa nyaman saat berbicara kepada orang yang baru kukenal. Kalau boleh jujur, aku selalu menyukai reaksinya saat kami bercanda. Dia memang lucu.... tapi apakah aku wajar mengatakan hal seperti ini? Aku selalu berpikir aku salah telah berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Aku pun pernah menyinggung soal pacarnya untuk memastikan dia single atau tidak. Saat itu aku pikir aku sudah gila, tapi hatiku senang bukan main ketika aku rasa aku punya kesempatan untuk mendekatinya. 

Beberapa hari berlalu, setelah berbicara dengan seseorang yang kupercaya dekat dengan Wonwoo hyung, aku mulai bisa memastikan bahwa aku.... menyukainya. Mungkin ini terdengar gila, banyak orang yang tahu bahwa aku selalu berusaha mendekati banyak wanita, tapi yang saat itu terjadi adalah aku tidak memiliki perasaan apa pun pada semua wanita itu. Mereka menarik, tapi tidak dapat memikat hatiku seutuhnya. Justru orang yang kuanggap biasa aja selama ini lah yang menarik perhatianku. 

Aku merasa ada sesuatu di dalam hatiku yang mendayu-dayu... anjir lebay luh.

Namun, sebelum aku menyatakan perasaanku padanya, justru ada kesalahpahaman yang terjadi. Dia menyangka bahwa aku marah padanya karena sesuatu. Bagaimana mungkin aku bisa marah pada seseorang yang selalu bisa menghiburku setiap waktu? 

Wonwoo hyung bahkan mengirim pesan panjang padaku untuk mengklarifikasi hal tersebut. Aku justru tertawa atas kesalahpahaman ini. Mulai dari situ, aku bisa memastikan bahwa dia.... juga menyukaiku. 

Tanggal 14 September 2017 merupakan tanggal yang tepat. 

Saat malam tiba, aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya dan mengajaknya untuk menjadi pacarku. Wonwoo hyung menangis sebagai reaksinya, dan itu benar-benar lucu. Aku pikir dia akan menolakku, ternyata tidak. 

Aku merasa sudah menjadi manusia yang paling bahagia saat itu. Dia benar-benar seseorang yang kucari selama ini. Banyak sekali momen bahagia yang tidak bisa kulupakan.

***

Hari dan bulan berlalu, kami mulai bertengkar karena hal sepele. Mungkin hanya aku yang menganggap itu sepele, tapi bagi Wonwoo hyung, itu sangat menyakitkan. 

Aku selalu merasa.... bahwa aku lah yang bodoh dan tidak berprikemanusiaan. Aku bukan pula seseorang yang bisa peka dengan sesuatu. Aku sadar itu menjadi kelemahanku sejak dulu, bahkan sebelum mengenal Wonwoo hyung. Tapi hati tetaplah hati. Sekalinya terluka, akan sulit mencari obat penawarnya. 

Sejujurnya, pertengkaran yang selalu terjadi membuat hatiku sakit. Apalagi ketika pertengkaran hebat yang pernah terjadi beberapa minggu lalu. Aku belajar banyak hal setelahnya dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk Wonwoo hyung. 

***

Setelah bertemu dengan Wonwoo hyung, aku sadar bahwa aku tidak cukup dewasa. Tapi apapun yang pernah kami lalui, aku yakin banyak pesan yang tersirat. Tidak semua hal berarti bisa terlihat dengan mata telanjang. Terkadang kita harus ikut merasakan supaya kita bisa tahu dan menjadi pribadi yang lebih peka dengan sesuatu. Pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi juga menjadikanku orang yang lebih dewasa. 

Aku berharap untuk tidak akan pernah lagi menggunakan keegoisan dan ke-childish-anku ketika satu masalah serius muncul di antara kami berdua. Aku ingin Wonwoo hyung untuk tetap bahagia dan merasa aman saat bersamaku. Tapi ternyata itu belum pernah terwujud. Aku selalu saja tanpa sengaja menyakiti perasaannya, dan bahkan aku tidak sadar telah melakukan itu. Itu lah yang membuatku menjadi terlihat bodoh. 

"Wonwoo hyung, aku memang tidak sempurna. Kamu pun demikian. Kamu tahu kenapa kita dipertemukan? Mungkin Tuhan ingin kita untuk saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan yang kita miliki bukan menjadi penghalang dalam hubungan ini. Ketika hatimu terasa sakit karena ulahku, aku tahu itu menjadi bukti bahwa kamu menyayangiku dan tidak ingin aku pergi. Aku sadar, aku selalu ceroboh dalam bertindak sehingga hatimu selalu sakit. Aku sadar kamu selalu butuh pelukan dariku ketika kamu sedang sedih. Tapi aku justru tidak paham dan tidak mengerti kamu. Aku ingin kamu tahu bahwa kamu satu-satunya yang selalu bisa menghiburku. You're the only one I want and need. If someday I have to disappear, I want you to always remember that everything we did together didn't just happen like that. It happened for a reason. Every tears that fall from your eyes make me want to hug you even tighter. Your flaws are beautiful. Please let me remind you that you're one of the most precious humans in this world. Don't feel so lonely please, because you have me and friends who will always stay by your side everytime you're sad. I promise to always hug you when you're not feeling okay. 
Please don't worry about that happened last night, it was a prank. Ian and Nathaniel sent those menfesses to me. I told them to do that. I told Jesse to reply the menfesses. I wanted to make you jealous first. But I guess the prank gone wrong? So I'm sorry if you're really really mad because of it. I'm writing this goddamn long message just for you. Seungkwan gave an idea to make a fanfic story about you and me. But since I'm terrible at writing fanfic story, I make this message and real stories about us. If you think this message , then I'm sorry. I don't mean to do something bad to you. I just wanted to make a surprise for you. 
Thank you for always cheering me up, every jokes that you tell brighten up my day. Thank you for keeping that smile for me, your smiles give me strength. Thank you for always being yourself, because of it, I can show my true colors to you too. Thank you that you listen to me when I'm down, you're the reason why I still stay here.
Please take care of yourself then, I don't want you to cry. But it's okay not to be okay. I love you. A lot." 

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet