A CHANCE

A CHANCE
Please Subscribe to read the full chapter

Hyuna tidak pernah menyangka bahwa kehidupan pernikahannya yang telah dibangun enam tahun lamanya akan berakhir seperti ini. Sebenarnya,

 

ini belum benar-benar berakhir. Status pernikahannya dengan Oh Sehun sedang berada di ujung tanduk alias di ambang kehancuran. Oh Hyuna bingung

 

apa kesalahannya dan apa yang harus dilakukannya.

 

Semua ini bermula dari enam bulan yang lalu, sikap Sehun mulai berubah. Sehun– suaminya yang selalu pulang sebelum makan malam mulai berubah.

 

Sehun sering pulang di atas jam dua belas malam, bahkan hingga dini hari pukul empat Sehun baru pulang. Ia juga mulai jarang mengangkat telepon dari

 

Hyuna. Namun, tiap kali Hyuna mengirim pesan singkat Sehun selalu menyempatkan diri untuk membalas pesan Hyuna meskipun hanya terdiri dari dua

 

karakter– ya.

 

Awalnya Hyuna tidak terlalu mengambil pusing. Karena Sehun selalu pulang dalam keadaan normal. Tidak ada bau sake, wine, ataupun berbagai jenis

 

minuman keras lainnya. Dan tiap pulang Sehun juga selalu mengecup kening Hyuna dan mengunjungi kamar putra semata wayang mereka– Oh Jinyoung.

 

Namun lambat laun Hyuna mulai merasa ada yang salah dengan kebiasaan suaminya yang mulai berubah. Sehun yang selalu meninggalkan telepon

 

genggamnya di atas meja nakas di kamar mereka, sekarang tidak lagi. Bahkan Hyuna mulai memperhatikan dengan teliti. Sehun kerap membawa telepon

 

genggam miliknya kemana pun, bahkan ke kamar mandi. Sehun kerap kali menjauh dari Hyuna ketika dia sedang menerima telepon. Padahal sebelumnya

 

ia tidak pernah seperti itu.

 

Dan akhirnya, kecurigaan Hyuna terjawab sudah. Sepulang dari rumah sakit, yang pada waktu itu masih menunjukkan pukul empat sore. Hyuna berencana

 

untuk mengganti pakaian dulu sebelum menjemput Jinyoung di tempat orang tua Sehun. Ketika Hyuna memarkirkan mobilnya dia terkejut melihat mobil Sehun

 

yang terparkir rapi di halaman. Hyuna dengan senyum cerianya kemudian memasuki rumah mereka. Sayup-sayup ia mendengar suara gemericik air dari

 

kamar mandi kamarnya. Hyuna langsung menuju ke kamar miliknya dan Sehun lantai dua. Ketika membuka pintu kamar ia tidak menemukan siapa-siapa,

 

namun suara gemericik air di kamar mandi masih terdengar, itu tandanya Sehun sedang mandi pikirnya. Ketika Hyuna meletakkan tas kerjanya di atas nakas,

 

ia melihat telepon Sehun yang tiba-tiba menyala memberi tanda bahwa ada pesan singkat yang masuk. Dengan diliputi rasa penasaran Hyuna lalu membuka

 

dan membaca pesan tersebut.

 

From : Hara

Sayang, dimana? Aku takut. Bisa temani aku malam ini lagi. Datanglah. Aku menunggumu..

Hatinya Hyuna terasa nyeri seperti di hantam palu raksasa di dadanya. Sakit dan sesak. Ia tidak tahu apa maksud dari ini semua. Mengapa suaminya–

 

Oh Sehun mendapat pesan macam ini dari wanita bernama Hara. Hyuna butuh penjelasan, dan ia sadar saat-saat seperti ini tidak akan mudah diselesaikan

 

dengan emosi. Hyuna menarik nafas perlahan dan menghembuskannya.

"Kau sudah pulang?" ternyata Sehun telah menyelsaikan kegiatannya. Bahkan Hyuna tidak menyadari suara pintu kamar mandi yang terbuka di belakangnya.

 

Hyuna berbalik dan menatap Sehun lalu tersenyum.

"Hm, iya. Tumben kau pulang pukul segini, yeobo." Jawab Hyuna ramah sembari tetap mempertahankan senyumnya. Sehun balas mentapnya datar

 

namun enggan menjawab pertanyaan Hyuna. Matanya memindai seluruh tubuh Hyuna dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan berhenti di sisi kanan

 

Hyuna tepatnya pada sesuatu yang sedang di gengggam Hyuna.

"Apa yang sedang kau lakukan?!" Tanya Sehun setengah mendekat sambil melangkah maju mendekati Hyuna dan kemudian merebut telepon gengggam

 

miliknya dari tangan Hyuna.

"Tidak ada. Sehun-na, cepat ganti pakaianmu. Aku menunggumu di ruang keluarga. Ada hal yang ingin kutanyakan." Pinta Hyuna lalu berjalan menuju pintu

 

kamarnya. Sedikit menghela nafas ketika ia kembali menutup pintu kamarnya dan mengusap matanya yang sedikit berair. Hyuna lekas menelfon seseorang

 

di ujung sana.

"Omma, bisakah aku meminta bantuanmu? Aku titip Yonggie sampai besok pagi. Ada urusan yang harus aku selesaikan malam ini. Terima kasih, Omma."

 

Hyuna lalu berjalan menuruni tangga menuju ruang keluarga.

 

Hyuna melihat Sehun menuruni tangga dengan penampilan yang cukup rapih. Kemeja biru gelap dengan celana kain hitam, terkesan sedikit formal.

 

Setelan rambutnya yang seperti biasa dan kedua kakinya di hiasi sepasang sepatu kulit mahal yang mengkilap.

"Sehun-na, kemarilah," Pinta Hyuna sambil menepuk-nepuk sisi sofa di sebelahnya. Sehun lantas menghampiri Hyuna.

"Apa kau sibuk malam ini, Hun-na?" Hyuna merapihkan kerah kemeja Sehun.

"Hn. Aku ada janji dengan Xiumin. Ada sesuatu?" Hyuna diam tidak berkata apa-apa. Sehun berbohong padanya.

"Tidak. Aku hanya ingin bertanya." Sehun mengerutkan dahi. Tidak biasa Hyuna seperti ini. Biasanya ia akan bertanya sampai ke akar dari jawaban Sehun.

"Hn."

"Apa.. Kau juga punya janji dengan wanita bernama Hara, Hun-na?" Sehun melotot menatap Hyuna kaget. Pertanyaan barusan, apa maksudnya?

"Kenapa kau tidak menjawab, Hun-na? Apa kau punya janji dengan wanita itu?" Tanya Hyuna lagi.

"Apa maksudmu?"

Hyuna menangkup kedua pipi Sehun. "Jelaskan padaku, Sehun. Siapa wanita bernama Hara itu?"

"Aku tidak mengerti," Elak Sehun

Hati Hyuna berdenyut. Sejak kapan suaminya menjadi pembohong seperti ini. Apa yang membuat Sehun seperti ini.

"Haruskah aku mengambil telepon genggammu dan memperlihatkanmu pesan dari wanita bernama Hara itu, Oh Sehun?" Sasuke membelalakkan matanya.

 

Pesan? Dari mana Hyuna tahu. Ia yakin, pasti pada saat ia sedang mandi tadi.

"Na-yaa…"

"Jelaskan padaku Hun-na. Aku mohon.." Air mata mulai menetes dari pipi Hyuna.

"Jangan menangis." Pinta Sehun. Hyuna mengangguk.

"Aku tidak akan menangis jika kau mau menjelaskan semuanya padaku. Sekarang." Hyuna menekan Saehun.

"Baiklah, tapi setelah aku menceritakan ini semua padamu berjanjilah untuk tidak meninggalkanku." Hyuna mengangguk. Apapun itu, ia siap. Batin Sakura.
 

"Aku, sebenarnya sudah tidak bisa menahan ini lagi. Sudah lama aku ingin bicara tentang ini padamu. Tapi aku takut kau akan marah dan meninggalkanku

 

dan membawa Yonggie bersamamu," Sehun memberi jeda.

"Aku– Hara memiliki hubungan tanpa sepengetahuanmu, Na-yaa." Cukup. Hyuna paham. Dia tidak perlu bertanya lebih lanjut mengenai hubungan macam

 

apa yang dimiliki oleh suaminya dan wanita bernama Hara itu. Ia sudah mengerti, yang masih menjadi pertanyaan–

"Sejak kapan, Na-yaa? Sejak kapan?" Hyuna bertanya diringi derai air mata yang terus mengucur dari kedua iris emeraldnya.

"Enam bulan yang lalu saat kau pergi ke L.A." Shock. Hyuna shock! Pekerjaannya yang berlangsung di L.A yang hanya butuh waktu satu minggu dimanfaatkan

 

oleh Sehun untuk mencari kesenangan lain?

"Kenapa, Hun-na? Kenapa? Hiks.." Hyuna terisak. Sepedih inikan saat kita mengetahui kenyataan bahwa suami yang kita cintai ternyata berselingkuh?

 

Mencari kehangatan lain di luar sana?

"Awalnya, aku tidak tahu. Semua bermula saat Suho dan Chanyeol mengajakku ke salah satu pesta temannya di pub." Jawab Sehun dengan penuh

 

penyesalan. Ditatapnya Hyuna dalam, dia tidak menyangka bahwa perbuatannya akan menyakiti Hyuna separah ini.

"Lalu kau meneruskannya selama enam bulan ini? Kemana pikiranmu Oh Sehun?! Apa kau lupa kau sudah punya aku dan Yonggie disini? Dirumah ini?"

 

Tanya Hyuna histeris. Sungguh ia tidak mampu menahan air matanya.

"Oh Sehun…. Aku ingin bertanya sekali lagi. Apa kau… pernah tidur dengan wanita itu?" Hyuna menatap Sasuke penuh tanda Tanya. Mencari jawaban, dan

 

Sehun mengangguk. Demi tuhan Sehun mengangguk! Kepala Hyuna pening seketika. Rasanya sesak begitu sesak seakan-akan sesak ini akan membunuhnya

 

perlahan-lahan.

"Berapa-kali! Sekali? Dua kali? Tiga kali?" Hyuna semakin histeris saat Sehu tidak kunjung menjawab. Itu tandanya Sasuke telah melakukannya lebih dari

 

itu. Hyuna semakin terisak dan menutup wajahnya.

"Na-yaa, bukankah kau beranji untuk tidak meninggalkanku," Sehun mencoba untuk menggapai Hyuna namun ditepis kasar.

"Bagaimana mungkin Oh Sehu ! Bagaimana mungkin kau melakukan ini padaku! Apa salahku, katakan! Apa salahku hingga kau memutuskan untuk

 

bermain di luar sana!" Emosi Hyuna mulai tersulut. Sungguh, perasaannya campur aduk. Marah, kesal, menyesal, benci, semuanya menjadi satu.

"Apakah kau bisa meninggalkannya untukku dan Yonggie, Hun-na? Tinggalkan dia, kita mulai lagi bersama. Bertiga denganku dan Yonggie."

 

Hyuna menghapus air matanya. Berharap permintaannya yang satu ini disetujui oleh Sehun. Namun Sehun tetap diam, tak menjawab. Hyuna menatap

 

Sehun penuh harap.

"Aku– Aku..tidak bisa. Hara juga membutuhkanku." Sehu menunduk. Hyuna menatap pria berusia tiga puluh tahun itu frustasi. Apa maksudnya?

"Hun-na, aku dan kau sudah terikat. Ada Yonggie di antara kita. Bukankah kami– aku dan Yonggie lebih membutuhkanmu dibanding wanita itu,"

 

Hyuna menjambak helaian rambutnya. Ia tidak menyangka Sehun akan berkata demikian, sungguh itu di luar pikirannya.

"Na-yaa, kumohon mengerti posisiku." Sehun mengelus pundak Hyuna pelan. Hyuna tetap terisak sembari menutup kedua wajahnya. Tangisannya pilu

 

menyayat hati. Apa salahnya hingga Sehun tega kepadanya dan Yonggie.

Sekian lama pasangan suami-istri itu bergelut dalam diam. Hanya isakan Hyuna yang mewarnai atmosfer senja itu. Tidak ada satupun dari mereka yang

 

mebuka suara untuk mencairkan suasana yang kian menegang.

Sehun menghela nafas. Entah apa yang harus dilakukannya. Ia butuh Hyuna dan Yonggie. Ya, ia sangat butuh mereka. Hyuna dan Yonggie-lah yang

 

membuat hidupnya berwarna. Namun sisi lain hatinya mengatakan bahwa ia juga menginginkan wanita itu– Hara di hidupnya. Karena Hara membuat diriya

 

merasa tertantang dalam menjalani hidup. Hara yang telah menunjukkan sisi hidupnya yang liar pada Sehun dan membuat Sehun ingin menyelaminya

 

lebih dalam.

"Baiklah." Hyuna membuka suara. "Aku mengerti," lanjutnya

"Hn?" Sehun heran.

"Kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan, Hun-na. Harus." Hyuna menguatkan hatinya.

"Nikahi dia. Aku rela berbagi kasih sayangmu dengan dia. Jika memang harus, kau harus mengubahnya menjadi seorang Oh. Kau telah melakukannya,

 

dan itu tidak menutup kemungkinan akan ada keturunn Oh lain yang lahir darinya." Ujar Hyuna mantap. Hyuna yakin dengan keputusannya.

Hyuna tidak ingin berpisah dengan Sehun. Baginya, Sehun dan Yonggie adalah nafasnya. Jika memang berbagi hati dengan Hara membuatnya tetap bisa

 

bersama Sehun selamanya maka ia rela. Tulus sepenuh hatinya.

"Biar aku yang berbicara dengan Omma nanti," Hyuna mengelus pipi Sehun.

"Na-yaa," Sehun menyela. "Omma mungkin tidak akan menerima Hara begitu saja." Sehu memperjelas.

"Tidak, aku akan menjelaskan semuanya," ujar Hyuna mantap.

"Na-yaa, dengar. Satu hal yang harus kau tahu, Hara–" Sehun menghela nafas.

"Hara adalah seorang wanita menghibur di pub yang aku kunjungi itu." Hyuna menutup mulutnya tak percaya. Benarkah?

Hyuna pikir wanita itu adalah rekan Sehun atau kenalannya. Sungguh ia tidak pernah berpikir bahwa Hara adalah seorang wanita penghibur. Jika memang

 

wanita itu adalah wanita baik-baik maka Hyuna rela berbagi segalanya dengan Hara. Namun, apa ini? Hara adalah wanita penghibur? Hyuna tidak rela,

 

sungguh ia tidak rela berbagi dengan wanita yang melakukan pekerjaan rendah macam itu.

"Sehun! Aku tidak menyangka. Jika memang seperti ini aku tidak rela berbagi dengan wanita rendah seperti dia!" Hyuna geram. Benar-benar geram.

"Hyuna! Jangan menghina Hara seperti itu!" bentak Sehun.

"Oh? Kau bahkan membelanya. Hebat!" cibir Hyuna

"Kau tidak perlu menghinanya seperti itu. Dia juga manusia!" Sehun juga tersulut emosi. Hyuna benar-benar merasa tersinggung disini.

"Manusia? Benar dia memang m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet