Chapter 1

Our Love

............

.......

"CHANSUNG POV"

Dulu, aku tinggal di daerah kecil di pinggiran kota Seoul. Aku memiliki dua orang sahabat bernama Junho dan Jo Kwon, aku paling bungsu diantara mereka. Jokwon yg paling tua, dia selalu menjaga aku dan Nuneo.

Nuneo? Haha itu panggilan sayang kami untuk Junho, namja keras kepala tapi hatinya lembut. Dan aku sendiri Chansung, Hwang Chansung, seorang namja biasa yg saat ini ingin berbagi sedikit cerita dengan kalian, cerita tentang sahabat ku, sahabat karib yg aku kenal sejak kecil. 

Aku menghabiskan hampir separuh hidupku bersama mereka, saat kami masih kecil, Junho pernah berkata

"Kata orang-orang gedung sekolah di kota itu besar dan halamannya luas, aku akan kesana saat besar nanti".

Aku tersenyum dan mengatakan padanya "kita akan kesana bersama-sama".

Kami berasal dari keluarga biasa, sekolah juga biasa jadi jangan heran kenapa junho sangat ingin pergi ke kota. 

Kalian tau bagaimana gambaran kehidupan orang biasa seperti kami yg tinggal di pinggiran kota besar dan modern? Sebenarnya tidak buruk bagiku karena aku memiliki sahabat yg selalu bersamaku, kami memiliki satu mimpi dan berusaha bersama untuk meraihnya. Mimpi untuk tinggal di kota, bersekolah, bekerja untuk memperbaiki kehidupan dan membalas kerja keras orang tua kami. 

Dari mimpi itu jg saat duduk di bangku SMP aku dan dua sahabatku meminta ijin pada orang tua kami untuk bekerja paruh waktu. Meski orang tua kami sempat menolak, pada akhirnya mereka mengijinkan untuk bekerja dengan perjanjian bahwa sekolah harus tetap menjadi prioritas yg utama.

Jo Kwon hyung bekerja mengantarkan susu di pagi hari dan mencuci piring di restoran saat malam. Junho bekerja sebagai penjaga petshop di sore hari lalu malam hari dia biasa mengajar anak-anak di sekitar rumah kami walaupun sebenarnya itu bukan pekerjaan karena Junho tidak pernah memasang tarif hanya jika di beri baik uang maupun barang dia akan menerimanya.

Aku sendiri ada di pasar menjadi salah satu pegawai di toko bahan pangan yg cukup besar. Bukan hanya melayani pembeli di toko aku juga biasa membawakan barang belanjaan para pembeli, bisa dari toko sampai tempat parkir lalu kembali lagi ke toko.

Seperti itulah kehidupan kami sejak kecil, berteman dengan lelah. Jangan bayangkan kami baik-baik saja saat itu hanya karena kami punya pekerjaan. Cacian, hukuman, dan perlakuan buruk yg lain menjadi makanan kami setiap hari.

Lalu bagaimana dengan sekolah? dulu kami sekolah mulai pukul 8 sampai pukul 2 siang. Jangan tanya kenapa karena itu hanya sekolah biasa yg didirikan oleh para relawan bukan seperti sekolah yg kalian bayangkan, hari-hari kami selalu sama sampai kami duduk di bangku SMA.

"Hyung apa kita akan sekolah di kota ?" junho bertanya pada Jo Kwon hyung yg baru selesai bicara dengan pengurus sekolah, saat itu tahun terakhir kami di SMA dan berarti mimpi yg selama ini kami dambakan sudah semakin dekat. 

"Ne,, kita akan mengikuti ujian masuk Universitas di kota" Ujar Jo Kwon hyung tersenyum pada junho. Terpancar kebahagiaan di wajah Junho dan itu terlihat dari matanya yg berbinar. 

Penasaran bagaimana murid dari sekolah "relawan" seperti kami bisa mengikuti ujian masuk Universitas? para guru lah yg merekomendasikan kami.

Mereka berasal dari kalangan guru dan mahasiswa yg mengajar suka rela di sekolah kami. Di banding dengan murid yg lain, kami bertiga bisa di bilang memiliki kemampuan dan semangat belajar yg bagus, jadi dengan mengandalkan jaringan yg mereka punya sebisa mungkin membantu kami untuk mendaftar dan mengikuti ujian masuk Universitas.

Aahh aku lupa menceritakan tentang orang tua kami. Sedikit informasi ayah jo Kwon hyung bekerja sebagai pekerja kasar di sebuah proyek, dan ibunya menjadi pengasuh bayi. Lalu ayah junho bekerja di sebuah pabrik sedangkan ibunya tidak bekerja. Yg terakhir ayahku bekerja sebagai montir di bengkel kecil dan ibu ku bekerja di toko swalayan. 

................

.........

"AUTHOR POV"

Hari berlalu begitu cepat sampai tak terasa sudah hampir waktunya untuk ujian masuk perguruan tinggi. Ketiga sahabat itu belajar sangat rajin setiap hari baik di rumah atau saat bekerja. Kenapa ? itu karena mimpi sederhana mereka yg sangat berharga.

Jauh sebelum hari yg di tunggu tiba, ketiga orang sahabat ini membuat harapan untuk satu mimpi mereka yg indah sambil berbaring di taman menatap bintang-bintang

"Aku harap kita mampu meraih mimpi itu dan bahagia". Jo Kwon memulai dgn senyum di bibirnya

"Aku harap sekalipun berada di sekolah yg berbeda kita akan tetap seperti ini, saling menyayangi". sebuah harapan yg tulus dari Junho

"Aku berharap kebahagiaan dan keberuntungan akan selalu ada untuk kita setelah ini" harapan si bungsu Chansung 

Harapan-harapan yg terucap membuat mereka kuat meskipun ada rasa perih di hati masing-masing. Bertahun-tahun bersama dan sekarang mereka harus berpisah meski masih ada di satu kota yg sama itu terasa cukup berat.

Ya, mereka mengikuti ujian masuk di Universitas yg berbeda sesuai minat masing-masing. Bukan universitas yg mahal karena bagi ketiga sahabat itu yg penting saat ini adalah pendidikan yg lebih layak dari sebelumnya. 

..............

......

"CHANSUNG POV"

"Nuneo cepatlah, kita harus menyiapkan segalanya untuk besok lusa".

"Ne,, sebentar Chan",,

"Kalian sudah mencatat apa saja yg harus di bawa? ",,,

"Sudah hyung, aku juga sudah memesan tiket kereta",,,

"baguslah, kau sudah siap Chan? Ah, lalu nuneo ?",,

"Aku disini,, fiuh melelahkan" junho jg baru selesai berkemas

"Yaakh kau ini mau kemana ?",,, Teriak Jo Kwon melihat barang bawaan Junho. 

"Mau kabur dari rumah eoh ?",,, Chansung terkejut bukan main karena Junho membawa dua tas besar sedangkan dia dan Jo Kwon hanya membawa satu tas berukuran sedang. 

"Aiissh jincha kau ini nuneo, untuk apa membawa barang sebanyak ini eoh?" Jo Kwon mendesah frustasi karena Junho

"Wae ? Apa yg salah ?",,, Si pembuat ulah malah memasang tampang polosnya. 

"Nuneo, kita hanya pergi dua hari untuk ujian bukan berlibur, dan jika barang bawaan mu sebanyak inii------" Chansung menjeda kalimatnya sambil memandang barang bawaan Junho

"Ne ne ne arraseo,,, jadi apa aku harus ulang mengemas semuanya dari awal ?",,,

"Demi tuhan",,, Jo Kwon menghela nafas panjang "Baiklah, kajja aku akan membantu mu uri hwangjae",,,

Seperti itulah junho selalu membuat kehebohan saat akan pergi kesuatu tempat. Pikirnya harus membawa segala jenis barang padahal itu belum tentu terpakai.

Malam ini kami akan pergi ke Seoul untuk melihat lokasi ujian dan mengenal tempat-tempat disana agar saat hari ujian besok lusa kami tidak tersesat. Kereta menuju Seoul akan berangkat pukul 9 malam tapi karena kehebohan Junho tadi memakan waktu yg cukup lama, hampir satu jam Jo Kwon membantunya berkemas ulang, jadi kami sedikit terlambat.

Dan disinilah kami sekarang belarian di sepanjang koridor stasiun menuju gerbong kereta yg tertera pada tiket kami

"Ahjushiiii,, tunggu hah.. hah.. apa ini kereta menuju Seoul ?" Chansung bertanya pada penjaga dengan nafas yg terengah-engah dan beruntungnya itu benar kereta yg akan membawa mereka ke Seoul. 

Setidaknya mari bersyukur karena kami masih berada di jalan yg lurus dan benar #haha.

Tidak banyak penumpang saat itu jadi mereka bisa duduk dengan nyaman dan setelah hampir setengah jam menunggu, kereta kami akhirnya berangkat.

.........

"CHANSUNG POV"

Jujur saja jantungku tak bisa berdetak dengan tenang sejak kereta kami mulai melaju, tapi aku berusaha diam dan menutup mata disertai dgn mengatur nafas. Aku tau dua sahabatku juga merasakan hal yg sama karena wajah mereka sangat tegang. Tapi tak banyak yg bisa dilakukan, jadi kami memilih untuk tidur selama perjalanan.

Akhirnya Pukul 12 malam kami sampai di Seoul, sudah ada Jung ajushi pengurus sekolah 'relawan' yg menunggu dan akan mengantarkan ke tempat kami akan tidur malam ini. 

Diingatkan kembali, kami berhasil mendaftar untuk ujian masuk universitas karena bantuan para pengajar, dan sekarang tempat tinggal sementara kami selama tes di Seoul adalah rumah lama milik Jung ajushi pengurus sekolah 'relawan'.

Kami berhutang budi pada mereka yg sudah membantu sampai sejauh ini. Begitu sampai di rumah lawas itu, Jung ajushi segera memberikan kunci rumah pada Jo Kwon hyung lalu berpesan agar kami segera tidur dan mengunci pintu juga jendela sebelum dia pergi.

Tunggu, lalu Jung ajushi ? dia sudah pindah dari rumah lawas ini sejak lama, hanya saja dia masih belum mau menjual rumah lamanya ini karena rumah ini memiliki sejarah dan kenangan sendiri katanya. Kami langsung tidur setelah menata barang-barang dan membersihkan diri. 

'Semoga besok pagi akan menjadi hari yg indah' ..... doaku dalam hati mengingat besok pagi aku dan dua sahabatku akan berkeliling kota Seoul. 

.................

...........

"AUTHOR POV"

"KRIIIIING..... KRIIIING... " bunyi nyaring alarm terdengar dari kamar ketiga sahabat itu

"Eemmhh berisik sekali, hoaam" Junho membuka matanya pelan ekspresi bingung yg pertama kali muncul di wajahnya

'Dimana? ini bukan kamarku' .. Gumam Junho dalam hati dan sedetik kemudian dia melompat bangun dari tempat tidurnya

"Huwaaahhhhh,, pagi hari di kota Seoul" Junho berteriak dengan lantang

"Hyung bangun hyung",,

"Yakh Chanie banguuuun",,

"Aiish ayo bangun,,  bangun bangun,, banguuuuuuuuunn"...

Junho mengguncang tubuh dua sahabatnya yg masih terlelap, dan teriakan terakhir Junho yg sampai di oktaf ke-7 sukses membuat dua sahabatnya menutup telinga dan membuka mata dgn terpaksa.

"Apa kau sudah gila Nuneo? Kenapa berteriak seperti itu eoh? " protes Jokwon dengan matanya yg masih tertutup

"Wae nuneo wae?" sekarang Chansung yg bicara dengan suara berat dan serak khas orang bangun tidur sambil mengusap matanya yg masih mengantuk. 

"Apa kalian lupa? kita ada di Seoul, PUSAT KOTA.... Aakkhhhhhhh" Junho sengaja menekankan kalimat terakhir sambil berteriak lantang. 

"Dan itu artinya hari ini kita akan berkeliling dan melihat calon sekolah kita,,, ayolah cepat banguuunnnnnn" Junho menarik-narik tangan sahabatnya agar mereka benar-benar bangun dan segera bersiap

..................

"CHANSUNG POV"

"apa kalian lupa? kita ada di Seoul, PUSAT KOTA" 

"itu artinya hari ini kita akan berkeliling dan melihat calon sekolah kita",,

Junho membangunkan ku dan Jokwon hyung dengan teriakannya. Dia berbicara panjang lebar entah apa yg dia bicarakan karena nyawaku belum terkumpul saat itu. Mendengar kata-kata yg di ucapkan Junho barusan mataku sedikit terbuka dan mulai berpikir apa yg Junho katakan? 

'Seoul ? berkeliling ? calon sekolah ?' semua kata itu berputar dalam otakku sampai.... 

"Yakh,, yakh Chansung-ahhhh ayo bangun kita bisa kesiangan nantiiii...." itu suara Jokwon hyung yg sudah lebih dulu sadar dan dia menepuk pipinya. 

"Mianhe hyung, karena lelah aku jadi lupa rencana kita pagi ini",,,

"Ckk~ tak apa, karena ini masih pagi, jd ayo kita bersiap",,,

Pagi itu aku, Jokwon hyung dan Junho memulai perjalanan kami di kota Seoul dari kedai dekat rumah tempat kami tidur. Mencari sarapan sederhana.

Setelah sarapan, tempat tujuan kami selanjutnya adalah universitas tempat masing-masing dari kami akan melakukan ujian masuk besok. Menghafal bus mana yg menuju ke arah universitas, jalanan yg kami lewati, dan sesampainya di universitas kami mencari ruangan mana yg akan digunakan untuk ujian. 

Berkeliling kota Seoul yg luas di tambah dengan mengunjungi tiga universitas sekaligus dalam sehari membuatku sangat lelah. Hari sudah mulai sore saat kami selesai mengunjungi universitas terakhir, universitas yg menjadi tujuan Junho. Dari kami beriga, universitas Junho yg jaraknya cukup jauh dari rumah sementara kami. Sebelum kembali, kami memutuskan untuk makan malam di kedai jajangmyeon.

Begitu sampai kembali di rumah, kami langsung membersihkan diri dan belajar untuk ujian masuk besok. Sampai hampir tengah malam kami baru selesai balajar. Mengingat besok pagi kami harus berangkat pagi-pagi sekali dan harus tetap bertenaga, maka dari itu setelah selesai belajar dan menyiapkan segala keperluan untuk besok kami bergegas tidur. 

.......................

..............

"CHANSUNG POV"

Hari yg di nantikan tiba, hari dimana mimpi kami di pertaruhkan. Pagi-pagi sekali aku, Jokwon hyung dan Junho sudah bersiap. Sebenarnya kami hanya tidur sekitar 4 jam karena kami tak mau terlambat datang di hari ujian masuk hari ini. Jadi kami memutuskan untuk bersiap lebih awal.

Setelah siap dan sarapan kami berangkat menuju halte bus. Di Bus pertama kami masih bertiga, setelah itu baru berpisah di bus selajutnya.

Aku yg sampai lebih dulu di universitas tujuanku, Kemudian bus berjalan untk mengantar Jokwon hyung ketempat tujuannya. Junho ikut turun dengan Jokwon hyung karena dia harus berganti bus yg menuju ke universitas tempatnya melakukan ujian. 

Singkat cerita, berjam-jam kami mengikuti ujian masuk. Begitu selesai kami kembali ke rumah secara terpisah karena waktu selesai ujian kami berbeda.

Dan hari itu juga kami memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mengingat masih memiliki tanggung jawab pekerjaan yg sudah dua hari ini kami tinggalkan. 

Menyelesaikan satu tahap untuk meraih mimpi memang melegakan tapi disisi lain juga membawa kecemasan. Apakah kami akan berhasil ? atau kami harus mengubur mimpi itu ? harapan paling rendah yg terlintas di pikiran adalah setidaknya salah satu dari kami bisa berhasil itu sudah cukup. 

.....................

.........

"CHANSUNG POV"

Seminggu sudah sejak ujian masuk dilaksanakan, dan sejak hari itu pula hidup kami bertiga tak tenang, sampai hari ini tepat seminggu waktunya hasil ujian di umumkan.

Siang itu aku dan dua sahabatku baru selesai mengajar adik-adik kelas kami di sekolah 'relawan'. Ya mengisi waktu luang sebelum kembali bekerja di sore hari nanti. Tapi ada yg aneh, saat kami keluar kelas dan berjalan menuju ke ruang kantor sekolah tempat pengajar berkumpul aku melihat orang tuaku dan juga orang tua dari dua sahabatku sedang menangis.

"Eoma-Appa,,, " suara Junho bergetar saat menyebut nama orang tuanya

Kami benar tidak tau kenapa orang tua kami tiba-tiba datang ke sekolah dan menangis seperti itu. 

"Wa-wae eoma ?" Jo Kwon hyung mengusap lembut pipi eomanya yg basah karena air mata. 

Sedangkan Aku hanya bisa memeluk kedua orang tuaku menenangkan mereka meski hatiku sendiri tak tenang.

Setelah tangisan orang tua kami mulai terkendali, pihak sekolah memberikan sebuah surat pada kami bertiga, kami saling memandang sambil memegang surat itu.

Dan saat membaca bagian depan surat yg tertera nama universitas tujuanku, jantungku serasa melompat dari tempatnya aku melihat kedua sahabatku membatu. 'apa itu juga surat dari universitas mereka? ' pikirku. 

Dengan tangan bergetar dan jantung yg berdegup tak terkendali aku memberanikan diri membuka suratnya, membaca perlahan sambil mengatur nafas. Pandanganku mulai mengabur saat membaca satu kalimat yg ada dalam surat itu. Hatiku serasa di hantam cukup keras 'apa ini yg membuat orang tua ku menangis ?' aku tak bisa mengatakan apapun dan kakiku serasa tak memiliki tulang. 

#BUUUGH

suara itu berasal dari benturan tubuh Junho dengan lantai. Saat aku sadar dari lamunanku aku melihat Junho yg sudah terduduk di lantai dengan tangan kiri menopang beban tubuhnya, sedangkan tangan kanannya memegang dada sambil memejamkan mata, lalu aku menangkap sesuatu yg semakin membuatku lemas saat Jo Kwon hyung juga terduduk dilantai bersandar pada tembok ruang guru yg ada di belakangnya. 

Lidah ku kelu, aku merasa mataku basah, baru aku sadari kalau aku sudah menangis sejak tadi, Junho dan Jo Kwon hyung juga menangis tapi aku menangkap sebuah senyuman kecil yg di berikan Jo Kwon hyung. Aku menarik nafas dalam lalu membaca surat itu sekali lagi, aku menatap Jo Kwon hyung dan Junho lalu membaca isi surat yg mereka terima. Kakiku benar-benar sudah tak bisa menahan beban tubuhku, aku jatuh bersimpuh dan terisak bersama mereka dan orang tua kami. 

Taukah kalian saat menggantungkan impian setinggi langit perhitungkan juga seberapa sakit nanti jika impian itu jatuh begitu saja. Bukannya pesimis, tapi menyiapkan diri untuk segala sesuatu yg buruk akan sedikit mengurangi rasa sakit.

Tp Sayangnya, aku dan sahabatku selama ini hanya menatap keatas, berbicara tentang impian dan impian tanpa menyingung tentang kegagalan sedikitpun. 

Apa ini artinya kami gagal ? tidak, keberuntungan sekali lagi berpihak pada kami. "DITERIMA" kata itu ada di setiap surat yg kami pegang. 

Bukankah seharusnya kami menangis bahagia ? aku sangat bahagia lebih dari apapun, aku hanya tak percaya tuhan benar-benar memberi kami jalan. Hatiku serasa di hantam sangat keras saat mengingat bagaimana aku dan dua sahabatku ini berjuang sejak kecil dan baru menyadari bahwa kami tak pernah menyiapkan hati untuk hal buruk yg mungkin terjadi. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kegagalan yg datang hari ini.

Tapi setelah ini kami tak akan menyia-nyiakan jalan yg di berikan tuhan. Ini sebuah kesempatan yg berharga, satu lagi jalan terbuka untuk menuju mimpi kami. Semakin yakin melangkah kedepan dengan berpijak pada pondasi kegagalan agar tak terlalu sakit jika nanti keberuntungan tak lagi berpihak pada kami. 

.................

........

"CHANSUNG POV"

Sekarang aku akan masuk pada cerita dimana hidup benar-benar mempermainkan persahabatanku. Aku hanya akan bercerita sedikit di awal karena nanti kalian bisa tanyakan sendiri pada sahabatku tentang apa yg sebenarnya terjadi. Aku berbagi cerita ini agar semua orang bisa menghargai setiap orang yg sedang berada di sisinya. 

Kalian hanya tau nama sahabatku tanpa tau bagaimana karakter dan sifat mereka. Seiring berjalannya waktu kalian akan tau bagaimana tingkah dua sahabatku itu. Aku akan mulai dari Junho atau Nuneo.

Hahaha jangan panggil dia nuneo jika kalian baru mengenalnya atau dia akan marah. Nuneo, dia sering bersikap seperti anak kecil di banding aku yg lebih muda darinya. Usia kami hanya terpaut 15 hari saja. 

Saat kecil dia sering sekali di ganggu oleh teman-teman yg lain tapi nuneo kecil tak pernah takut. Dia akan melawan meski ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari teman yg lain tapi mulutnya sangat banyak, dia akan berteriak mengeluarkan semua kata-kata indah dan sekuat tenaga memukul atau mencubit anak-anak yg mengganggunya. Tentu saja teriakan Junho sangat menyakitkan di telinga jadi tak jarang teman-teman yg selalu menganggunya akan menutup telinga saat mereka melangsungkan aksinya. 

Namanya juga anak kecil pasti ada sedikit pertengkarang fisik. Jika sudah begitu bukan Junho yg maju tapi aku dan Jo Kwon hyung. Tatapan membunuh dari Jo Kwon hyung ditambah besar badan ku sudah cukup membuat anak-anak yg suka menganggu Junho menciutkan nyali. 

Ya memang aku paling bungsu tapi sepertinya Junho yg pantas disebut si bungsu, dia sangat manja, kami akan menghabiskan waktu bersama setiap akhir pekan dengan menginap di rumah salah satu dari kami secara bergantian. Tidur bersama, berpelukan, kami benar-benar tumbuh besar bersama. 

Pernah satu hari terjadi pertengkaran hebat antara Jo Kwon hyung dengan seorang anak yg tinggal di sekitar rumah kami. Penyebabnya karena dia berani melukai Junho. Junho kecil saat itu sedang berjalan menuju ke taman dimana kami janji akan bertemu. Junho melambaikan tangannya memberi tanda bahwa dia sudah datang aku membalas dengan melambaikan tanganku.

#BRAAAK,,

"Aauwh..... hiiikzz... "

"Nuneoooo,,, " aku menjerit saat melihat nuneo tersungkur. Jo Kwon hyung jg langsung berlari dan aku menyusul di belakangnya. 

"Apa yg kau lakukan hah ?!" dengan berani Jo Kwon hyung memarahi anak yg menabrak Junho dengan sepedanya itu. Aku membantu Junho berdiri lalu berusaha menenangkan Jo Kwon hyung. 

Si pelaku tak mau meminta maaf malah menyalahkan Junho dan itu membuat Jo Kwon hyung semakin marah. Berawal dari saling salah menyalahkan dan berakhir dengan luka di sekujur badan. Orang tua kami marah dan menghukum kami tak boleh keluar rumah selama tiga hari. Apa itu berhasil ? tentu saja tidak, tolong di ingat Junho kecil tergolong anak yg tidak bisa diam dan mengurungnya bukanlah hal yg benar. Ada saja ide untuk keluar diam-diam dari rumah dan bertemu di taman dengan kami. Aku dan Jokwon hyung belajar teknik melarikan diri dari Junho #haha

Junho selalu ceria, dia memberikan kebahagiaan padaku dan Jo Kwon hyung. Junho selalu baik pada semua orang, tapi entahlah terkadang aku tak suka dengan sifatnya itu. Jika kalian melihatnya sekilas akan muncul persepsi bahwa Junho adalah orang yg sombong karena wajahnya sedingin es saat dia diam tapi cobalah untuk dekat kalian akan tau bagaimana hangatnya hati Junho. 

Tidak semua orang bisa menyentuh hatinya atau minimal dekat dengannya. Bukan soal Junho tak mau bergaul hanya saja Junho tipe orang yg akan menilai dari cara orang melihat dan bicara padanya di awal pertemuan. Jika respon yg di berikan lawannya kurang baik maka Junho akan menarik dirinya bukan berarti menutup diri ya. Junho akan sangat terbuka dan menunjukkan sisi asli dirinya pada orang-orang yg juga mau terbuka dan menerimanya. Dia selalu mengatakan jika sudah seperti itu terserah pada mereka masih mau berteman dengannya atau tidak setidaknya Junho sudah di beri kesempatan dan menggunakan kesempatan itu dengan baik.

Setelah di terima di univeraitas tujuan kami masing-masing, beberapa hari sebelum perkuliahan dimulai kami sudah berada di Seoul untuk mencari tempat tinggal yg dekat dengan universitas tempat kami akan belajar. Kami benar-benar dipisahkan oleh jarak, namun komunikasi antara kami bertiga masih baik.

............

.......

"CHANSUNG POV"

Tak terasa sudah menginjak akhir semester tiga. Selama ini selain kuliah aku juga bekerja paruh waktu begitu juga dua sahabatku. Kami sudah jarang bertemu tapi komunikasi tetap terjalin meskipun tidak sesering saat masih awal kuliah dulu. 

Ah aku lupa memberi tau di jurusan apa kami kuliah. Jo Kwon hyung memilih sastra jepang, Junho mengambil kelas akting, dan aku memilih berada di bidang ekonomi. Saat kami masih sering bertemu dulu, tiap kali bicara Jo Kwon hyung akan menggunakan bahasa Jepang, dan tolong jangan tanya bagaimana dengan Junho. Junho selalu menggunakan ekspresi wajah yg aneh, gaya bicara yg di buat-buat membuat aku sangat gemas, bhaakkkss.. 

Aku selalu tersenyum jika mengingat hal-hal konyol tentang mereka. Seperti magic, rasa lelahku akan berkurang saat mengingat senyum dua sahabatku itu meskipun air mata selalu mengalir menggantikan rasa lelahku setelahnya. Kenapa ? Tentu Karena aku merindukan mereka

"Hai nuneo, apa kabar mu ?",,

"Aku merindukanmu, kapan kita akan bertemu? ",,,

"Kenapa kau tidak membalas pesanku dan tidak menjawab telpon ku ?",,

"Nuneo kau sedang apa ?",,

"Hei bocah kecil balas pesan ku atau akan aku buat kecil hobutt mu itu",,

Itu sebagian dari pesan-pesan yang aku kirimkan pada Junho. Sudah seminggu ini dia tak memberi kabar, biasanya dia akan membuat ponselku terus berbunyi. Seminggu ini Junho bak hilang di telan bumi, tak memberi kabar, tak menjawab telfon dan pesan ku membuat hati ku gelisah takut terjadi sesuatu padannya

Hari ini adalah hari yg sangat melelahkan bagiku setelah ujian dadakan, aku harus mengerjakan tumpukan tugas lalu bergegas menuju tempat aku bekerja dengan beban pikiran yg di sebabkan oleh Junho karena dia belum juga memberi kabar membuat rasa lelah ku benar-benar bertambah

Selesai dengan semua pekerjaanku aku kembali ke tempatku tinggal. Berantakan ? ya kalian pasti tau bagaimana kamar seorang namja bukan. Tapi aku sangat lelah untuk membersihkan itu semua. Aku langsung menuju kamar mandi. Segar rasanya berada di bawah guyuran shower, setelah mandi aku ingin cepat tidur dan mimpi indah. 

"Ooooh astaga,,,," aku terkejut setengah mati saat mendekat kearah ranjang. Aku ingin tidur tapi ada sesuatu di atas ranjangku.

'tunggu, seperti manusia, tapi siapa yg..... '

'apa aku salah masuk rumah?'   batinku sambil melihat kesekeliling.

Tapi detik berikutnya aku sudah terduduk di lantai. Aku tidak bisa merasakan kakiku, pandanganku mengabur aku tak percaya dengan apa yg aku lihat sekarang. 

'a-apa ini ?'

'Kenapa ?' 

hanya kata itu yg muncul di benakku. Rasa lelah td sudah berganti dengan rasa sakit sekarang. Tanganku meremas dada yg terasa sakit sambil memejamkan mata untuk menahan rasa perih. 

Melihat duniamu hancur dan rasa sakit yg menghujam jantung secara bersamaan itu sangat menyiksa. Sekarang aku seperti kembali kemasa lalu dimana tidak ada senyuman, yg ada hanya air mata. Rasa sakit yg selalu menghantui selama ini kembali datang. Aku sangat merindukannya tapi bukan seperti ini. Tak ku sangka aku harus melihatnya lagi dengan keadaan sehancur ini. Aku hanya bisa bertanya dalam hati mengapa seperti ini dan apa yg sebenarnya terjadi?

Aku hanya memandangnya, membiarkan dia tetap disana. Jujur saja aku sudah tak punya kekuatan untuk mengusiknya, jangankan untuk menyentuhnya hanya menatapnya seperti sekarang saja sudah membuat tubuhku serasa tak memiliki tulang. Sekuat tenaga aku menahan diri agar tak meneteskan air mata tapi ini benar-benar sakit. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan telapak tangan agar suara isakanku tidak terdengar. 

...............

"hiikz,,,," tak lama suara isakan terdengar.

Tunggu itu bukan suara tangisan ku. Aku mengangkat kepala ku yg sejak tadi tertunduk. Bagai tersengat listrik tubuhku langsung menegang. Mata ku menatap sebuah rasa sakit yg terpancar dengan jelas. Air mata yg menetes benar-benar menyakiti hatiku. Dan dengan sekuat tenaga aku mendekat, mengusap pipi dan menghapus air mata itu. 

"Wae ?" tanyaku hampir seperti berbisik 

Hanya air mata yg terus mengalir sebagai jawabannya. Tak ada suara lain selain suara isakan, aku terus mengusap pundaknya pelan.

Tatapan lemah yg di berikan membuatku tak bisa berkata-kata lagi. Tak lama kedua tangan itu terulur meminta sebuah pelukan. Aku tersenyum dan mengangguk lalu membaringkan tubuhku di sebelahnya memberi apa yg dia inginkan. Dekapan, sebuah dekapan untuk menyalurkan rasa rindu dan sakit

'ini seperti menggoreskan luka baru di atas luka lama'

 

.

.

.

.

.

END OR TBC?

.... 

ANYEONG READERS SEKALIAN, PERKENALKAN SAYA AUTHOR PENDATANG BARU. 

KALI INI SAYA AKAN MEMBAWAKAN FF TENTANG PERSAHABATAN, DAN FF KALI INI ADALAH HASIL COLLABS DGN AUTHOR @HOTTEST2PMINDO. 

SEMOGA SUKA YA. 

JGN LUPA TINGGALKAN JEJAK D KOLOM KOMEN. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Amaliaambar
#1
Chapter 1: Ituuuu nuguyaaa??? Apaaa yang terjadi?? Siapa yg nangis ituu???
Lumayan seru sihh bikin penasaran jg, kalo boleh saran banyakin dialognya ya author biar lebih greget jadi ga monoton dgn bnyk kata2 gitu
lanjutkaann authornim fighthing^.^
Woonilynnelle
#2
Chapter 1: Penasaran sih sma ceritanya...
Btw, penyusunan ktany mnding rada di persingkat tpi jelas, biar ga rda ribet sih... Pnggunaan bhsa nya jga krng santai, , maaf sblmnya aku cma kasih saran aja...
Di tunggu ya next chap nya... Ganbate,,
cnnisleal
#3
Chapter 1: Wae wae wae?? What happened??
Ini siapa, kenapa dan apa yg terjadi??hehe
Ditunggu lanjutannya yakk author-nim
Semangaat :))