You Are Not Alone

You Are Not Alone

 

Lampu-lampu jalanan disepanjang jalan kota Seoul nampak berkerlip indah. Menerangi setiap sudut kota yang masih ramai walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

 

Junho berjalan perlahan memasuki gedung baru JYP. Kacamata hitam nampak bertengger apik dihidung mancungnya, menyembunyikan mata sipit yang nampak lelah dibalik kaca mata hitam itu.

 

Baru semalam ia pulang dari Jepang setelah mengadakan konser solo tournya di Tokyo. Dan tadi pagi ia sudah disibukkan dengan syuting sebuah acara variety show. Belum lagi beberapa wawancara yang harus ia lakukan setelahnya. Salahkan kekeras kepalaan Junho yang memaksakan diri untuk terus bekerja walau tubuhnya telah meronta meminta jatah untuk diistirahatkan.

 

Junho membuka pintu yang mengarah pada salah satu ruang tunggu. Disana ia mendapati kelima member 2PM tengah sibuk pada kegiatannya masing-masing sehingga tak menyadari kedatangannya. Wooyoung dan Nichkhun nampak tengah larut dalam obrolan mereka, Taecyeon juga nampak sedang mencari sesuatu di laptopnya, sedangkan Chansung dengan iseng terus mengganggu Taecyeon sembari memakan sebuah pisang yang kini hampir tersisa kulitnya saja. Hanya Minjun yang tadinya mengutak-atik ponselnya akhirnya mengangkat kepalanya dan melihat kearah pintu saat ia mendengar suara pintu terbuka.

 

"Oh, kau sudah datang Junho?" Minjun berdiri dari duduknya kemudian berjalan perlahan kearah Junho dan memeluknya singkat. Member lain segera mengalihkan fokusnya pada Junho saat mendengar ucapan Minjun.

 

"Maaf aku sedikit terlambat. Jalanan agak sedikit padat di jam-jam seperti ini." Ucap Junho tersenyum meminta maaf.

 

"Tak apa Junho-ya. Kami juga belum memulainya." Kali ini Taecyeon yang membalas ucapan Junho. Ia menutup laptopnya sebelum berjalan kearah Junho dan ikut memeluknya. Tapi ia tak segera melepaskan pelukannya saat ia merasa ada yang aneh. "Kau kehilangan berat badanmu lagi Nuneo?" Tanyanya saat masih memeluk tubuh Junho.

 

"A-ah. I-ini karena aku sedang diet Hyung. Aku ingin mengembalikan berat badan idealku seperti dulu." Dengan segera Junho melepaskan pelukan Taecyeon. Tak ingin Taecyeon menanyainya lebih lanjut.

 

"Kau tidak sedang berbohong kan Nuneo?" Taecyeon menatap Junho dengan pandangan menyelidik. Junho yang ditatap Taecyeon dengan pandangan seperti itu segera mengalihkan pandangannya. Ia terlihat berdiri dengan gelisah. Beruntung Jun.k segera merangkulnya dan mengajaknya untuk duduk disofa putih panjang yang terletak ditengah ruangan. Wooyoung dan Nichkhun yang juga tengah duduk disana segera melemparkan senyumnya pada Junho dan memeluknya singkat secara bergantian. Chansung yang baru saja membuang kulit pisang ketempat sampah juga segera menghampiri Junho dan memeluknya.

 

"Taec-hyung benar. Kau kehilangan berat badanmu lagi Junho." Ucapnya tiba-tiba.

 

"Aku sedang diet Chan. Jadi wajar kalau aku kehilangan berat badan!" Junho membalas ucapan Chansung dengan nada yang sedikit ketus, tanpa melihat kearah Chansung.

 

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Junho." Ucapan Chansung hanya dibalas dengan sebuah dengusan oleh Junho.

 

"Guys, sebaiknya kita segera mulai saja VLivenya. Ini sudah cukup malam. Aku takut semua Hottest yang sudah menunggu akan kecewa kalau kita tidak segera memulainya." Ucap Minjun tiba-tiba saat ia merasa Junho kembali merasa tidak nyaman dengan perkataan Chansung.

 

"Minjun-hyung benar. Sebaiknya kita segera memulainya." Wooyoung yang sejak tadi diam segera menimpali ucapan Minjun. Ia juga bisa merasakan Junho mulai merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Ia tahu betul bagaimana sifat Junho yang sangat keras kepala itu.

 

V Live berlangsung kurang lebih 45 menit. Dan respon dari Hottest terlihat sangat baik. Mereka terlihat sangat antusias melihat semua member 2PM berkumpul dan mengadakan Live terakhir mereka sebelum Taecyeon memasuki wajib militer. Tapi tak sedikit juga dari mereka yang menanyakan keadaan Junho karena ia terlihat semakin kurus dan tak terlalu banyak bicara pada Live kali ini. Biasanya ia selalu bertengkar dengan Taecyeon mengenai hal-hal kecil saat mengadakan Live seperti ini. Maka dari itu banyak Hottest yang mempertanyakan keadaan Junho, yang hanya dijawab Junho dengan ucapan 'aku hanya sedikit lelah karena mempersiapkan solo tour ku di Jepang' yang langsung saja dibalas oleh Hottest dengan memberikan dukungan dan semangat serta mengingatkannya untuk beristirahat yang cukup.

 

Tepat setelah Live berakhir, Junho segera pamit. Ia ingin segera pulang untuk mengistirahatkan badannya yang terus meminta jatah untuk diistirahatkan. Baru saja ia hendak keluar dari pintu ruangan tersebut, tangannya ditarik oleh seseorang dari belakang.

 

"Biar kuantarkan kau pulang Nuneo. Rumah kita berdekatan." Minjun masih menggenggam lengan Junho saat mengatakannya.

 

"Terimakasih Hyung. Tapi aku membawa mobilku sendiri." Junho dengan hati-hati melepaskan genggaman Minjun di lengannya.

 

"Lihat kondisimu Nuneo. Aku tidak yakin kau bisa selamat sampai dirumah saat mengemudi sendiri dengan kondisi seperti ini." Minjun bersikeras.

 

"Aku tidak sedang dalam keadaan sekarat atau semacamnya Hyung!" Nada bicara Junho terdengar sedikit meninggi, hingga membuat member lain mengarahkan pandangan mereka pada Junho.

 

"Aku tidak mengatakan kau dalam keadaan sekarat atau semacamnya Junho. Aku hanya mengkhawatirkanmu!" tanpa sadar Minjun ikut meninggikan suaranya.

 

"Ada apa ini?" Taecyeon bertanya dengan pandangan penuh tanya saat mendengar keributan kecil antara Minjun dan Junho.

 

"Bukan apa-apa Hyung." Setelah itu Junho keluar dari ruangan tersebut. Tak lupa menutup pintu dengan sedikit keras sehingga menimbulkan suara debuman yang sedikit keras. Minjun hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan teman satu grupnya tersebut.

 

~ 2PM ~

  

Junho akhirnya memanggil jasa seorang supir bayaran untuk mengantarkannya kerumah. Jujur saja, badannya sudah tidak kuat kalau harus mengemudi sendiri kerumahnya. Dengan berat hati ia membenarkan apa yang dikatakan Minjun tadi, bahwa mungkin ia tak akan selamat sampai dirumah kalau ia mengemudi sendiri dalam keadaan seperti ini. Ia bahkan setengah tertidur saat diperjalanan menuju rumahnya, sebelum sang sopir membangunkannya untuk memberikan kunci mobil dan berterimakasih karena telah menggunakan jasanya.

 

Junho berjalan dengan gontai memasuki apartemennya. Menjatuhkan tas ransel yang dibawanya sembarangan, dan akhirnya menjatuhkan dirinya di sofa putih yang terletak di depan televisi. Ia bahkan tak menghidupkan lampu untuk menerangi ruangan tersebut. Hanya cahaya rembulan yang masuk melalui jendela kaca yang memberi penerangan pada ruangan tersebut. Junho mengangkat kakinya dan memeluknya didepan dada, ia kemudian membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Beberapa menit berlalu dalam kesunyian, hingga terdengar sebuah isakan kecil yang meluncur dari bibir penuh Junho.

 

~ 2PM ~ 

 

Minjun telah sampai didepan rumahnya. Ia hanya berhenti disana, diam, dengan mesin mobil yang masih menyala. Ia masih mengkhawatirkan keadaan Junho. Ia tahu Junho memang sangat keras kepala. Mengenalnya lebih dari sepuluh tahun membuatnya kurang lebih mengerti seperti apa sosok Junho sebenarnya. Junho memang terlihat sangat keras diluar, tapi Minjun tahu, ia sebenarnya sangat rapuh. Minjun segera menginjak pedal gasnya dan menuju ke apartemen Junho. Ia yakin, sangat yakin Junho tengah dalam keadaan tidak baik-baik saja sekarang.

 

~ 2PM ~

 

Minjun menekan serangkaian kode untuk membuka pintu apartemen Junho saat pintu itu tak juga terbuka walau ia telah menekan bel secara berulang ulang. Minjun memang mengetahui password rumah Junho karena ia sangat sering berkunjung kesana untuk masalah pekerjaan atau hanya sekedar berkunjung untuk menghabiskan waktu.

 

Minjun memasuki apartemen tersebut dan mendapati apartemen tersebut dalam keadaan masih gelap. Ia bahkan sempat mengira Junho belum sampai dirumahnya karena terlibat masalah atau sesuatu saat dijalan. Tapi ia segera menepis semua fikiran itu saat ia mendengar suara isakan kecil yang berasal dari ruang tengah. Ia segera beranjak kesana dan menghampiri Junho yang masih duduk dengan memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya disana. Bahunya terlihat bergetar dan suara isakan masih terdengar jelas ditelinga Minjun.

 

Minjun segera merengkuh tubuh yang kini terasa jauh lebih kecil tersebut. Ia mengusap rambutnya dan menyandarkan kepala Junho dibahunya. Ia telah mempunyai firasat akan mendapati Junho dalam keadaan seperti ini sebelumnya. Tapi hatinya tetap saja terasa sakit saat benar-benar melihat Junho dalam keadaan seperti ini.

 

Hampir 10 menit berlalu dalam keadaan seperti itu. Hanya isakan Junho, satu-satunya suara yang mengisi ruangan yang masih dalam keadaan gelap tersebut. Minjun hanya diam, sambil mengusap punggung Junho dengan perlahan, karena ia tahu hanya itu yang dapat ia lakukan saat ini.

 

Saat Junho sudah mulai tenang, ia menarik kepala Junho dari bahunya dan memandang wajah Junho yang masih dihiasi dengan sisa-sisa air matanya. Matanya yang kecil terlihat semakin kecil karena sedikit bengkak akibat terus saja menangis sedari tadi. 

 

"Ada apa Junho?" tanya Minjun dengan lembut.

 

Junho menghapus jejak air matanya menggunakan punggung tangannya sebelum menggeleng menjawab pertanyaan Minjun.

 

"Kau tahu kau tak akan pernah bisa menyembunyikan sesuatu dariku Nuneo." Minjun menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada di pipi Junho dengan ibu jarinya.

 

"Tidak ada apa-apa Hyung." Junho masih saja berkeras, walau suaranya terdengar bergetar.

 

"Kau tidak akan menangis seperti ini kalau tidak ada apa-apa Nuneo. Kita sudah seperti keluarga bukan? Bukankahkah keluarga membagi masalah mereka? Katakan apa yang mengganggu pikiranmu Nuneo."

 

Junho sempat terdiam sesaat. Ia ragu untuk mengatakan apa yang tengah dirasakannya. "Apakah aku memang tak pantas mendapatkan pengakuan Hyung? Apakah kerja kerasku selama ini memang tak pantas untuk dihargai?"

 

"Apa yang kau katakan Junho? Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?!" Nada bicara Minjun sedikit meninggi, tapi ia segera menyesalinya saat melihat Junho kembali tertunduk dan sebulir air mata kembali jatuh dari mata sipitnya.

 

"A-aku telah berusaha sekuat mungkin Hyung. Tapi mengapa? Mengapa orang-orang masih mempertanyakan kemampuanku?! Mengapa semua masih meragukanku?! Apa lagi yang harus kutunjukkan agar mereka menghargai semua jerih payah yang telah aku lakukan Hyung!!" Junho berseru meluapkan semua yang ada dalam hatinya.

 

"Jadi karena itu kau memaksakan dirimu untuk mengambil semua pekerjaan yang ditawarkan padamu? Karena itu kau menyembunyikan semua rasa lelah yang kau rasakan dihadapan penggemar bahkan dihadapanku dan member lainnya?" tanya Minjun dengan nada tidak percaya. Ia tak habis fikir dengan jalan fikiran teman satu grup yang telah ia anggap seperti adik sendiri tersebut.

 

"Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membuktikan kemampuanku Hyung!" Junho membalas pertanyaan Minjun dengan nada tinggi.

 

"Kau bahkan hampir pingsan setelah menyelesaikan konser hari keduamu di Tokyo kemarin Junho!!" Minjun membalas ucapan Junho dengan nada tak kalah tinggi. Tapi Junho dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan Minjun.

 

"Bagaimana kau bisa-"

 

"Tidak penting bagaimana aku bisa tahu tentang itu Junho. Yang terpenting disini adalah jangan memaksakan dirimu hanya untuk mendapatkan semua pengakuan itu Junho. Kau hanya menyiksa dirimu sendiri. Katakan lelah kalau kau memang lelah. Katakan berat kalau memang semua ini sangat berat untukmu Nuneo. Kita ini keluarga, jangan memendam semua yang kau rasakan sendirian." Minjun mengusap bahu Junho lembut, sebelum melanjutkan ucapannya. "Mereka yang berkomentar negatif sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dirimu. Jadi untuk apa kau membuktikan diri pada orang-orang seperti itu? Orang-orang yang mendukungmu dengan tulus akan selalu ada untukmu. Percayalah."

 

"Mengapa semua terasa sangat berat Hyung? Mengapa jalan kita tak semudah orang lain? Mengapa semua perjuangan melelahkan ini seakan tak pernah menuai hasil seperti yang diharapkan Hyung?" Junho bertanya disela-sela isakannya yang masih belum sepenuhnya reda.

 

"Hasil apa yang kau harapkan Junho? Menjadi terkenal dan mendapatkan popularitas yang melebihi batas? Untuk apa semua itu kalau akhirnya mereka hanya akan meninggalkan kita saat kita mulai redup? Perjuangan kita memang melelahkan, tapi semua itu terbayar dengan adanya orang-orang yang mendukung kita dengan tulus dan sepenuh hati mereka. Itulah hasil terbaik dari sebuah perjuangan Junho." Minjun mengusap kepala Junho dengan penuh kelembutan sembari menjelaskan.

 

Sebulir air mata kembali meluncur bebas dari mata sipit Junho. Ia terharu dengan apa yang diucapkan Minjun. Ia kemudian menunduk, merasa malu pada dirinya sendiri, sekaligus menyembunyikan wajahnya yang mulai kembali dihiasi dengan air mata yang kembali membasahi pipinya. Ia merasa sangat malu karena ia sempat mengabaikan semua membernya hanya untuk membuktikan pada orang lain tentang kemampuannya. Minjun kembali merengkuh tubuh yang terlihat sangat rapuh itu kedalam dekapannya.

 

Sebuah perjuangan mungkin tidak akan menghasilkan sesuatu yang kita selama ini kita harapkan. Tapi sebuah perjuangan pasti menghasilkan hasil yang tepat dan terbaik walau hasil tersebut terkadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

 

 

~The End~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dehana
#1
Chapter 1: Permisi thor, mau mampir yaaa...
eyessmile14
#2
Chapter 1: Bhaaak sedih ini mah:(
Junho my babyku.. siapa yg blg kau tak dapat pengakuan? Aku mengakuimu sebagai pacarku haha *plak

Even it is kinda short *slap*, but it is so touching and heartbreaking to see our lovely beloved Junho is crying because of his job :(
I hope he is doing okay rightnow in Japan:*
NAnuneo #3
Chapter 1: Eonn kok sedih ya