그 사람이 자꾸만 너로 보여서

그 사람이 자꾸만 너로 보여서 (Because I Keep Seeing Her as You)

Flashback 7 tahun yang lalu…

HanKyung’s POV

            Hari ini jantungku berdebar dengan kencang. Perasaanku tidak karuan. Pikiranku juga tidak menentu. Aku merasa aku benar-benar gugup. Aku takut berbuat kesalahan. Aku benar-benar khawatir semua yang aku persiapkan akan gagal.

            “Oppa…” terdengar suaranya, sepertinya dia sudah datang.

            Aku pun membalikkan badanku untuk melihatnya. Ini membuatku semakin gugup. Bahkan aku tak sanggup melihatnya tapi aku tidak ingin memejamkan mataku karena aku tidak ingin kehilangan waktu sedetikpun untuk melihat wajahnya.

            “Tidak biasanya Oppa mengajakku bertemu, ada apa?” tanyanya begitu sampai ke hadapanku.

            “Ah, aku…” ucapanku tertahan karena aku terlalu gugup untuk bicara dengannya hari ini.

            “Waeyo, Oppa?” tanyanya sambil menatapku.

            “Ada yang ingin aku bicarakan,” ucapku pada akhirnya.

            “Mwoya?” tanyanya lagi.

            Aku hanya menatapnya sambil mempersiapkan diri mengungkapkan apa yang ada dihatiku.

            “Jihyeon-a…” ucapku.

            Jihyeon hanya menatapku dengan tatapan polosnya.

            “Jihyeon-a, saranghae…” ucapku.

            Jihyeon terlihat terkejut ketika mendengarku mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang selama ini ingin aku ungkapkan. Kata-kata yang merupakan sebuah ungkapan dari perasaanku terhadapnya selama ini.

            “Saranghae, Jihyeon-a…” ucapku lagi.

            “Oppa…” ucap Jihyeon datar.

            Pikiranku mulai menerawang ke segala arah. Aku takut bahwa dia akan membenciku karena aku mengatakan perasaanku padanya.

            “Jihyeon-a, sudah lama aku ingin mengatakannya padamu, hanya saja aku rasa aku belum memiliki kesiapan untuk mengatakan perasaanku ini. Sehingga…” ucapanku tertahan ketika Jihyeon menggenggam tanganku.

            “Na do, Oppa…” ucap Jihyeon.

            “Ne?” tanyaku.

            “Wo ai ni…” ucap Jihyeon.

            Benarkah apa yang aku dengar ini? Jihyeon… Jihyeon juga mencintaiku? Jihyeon juga memiliki perasaan yang sama denganku? Apakah ini benar-benar nyata? Jika ini hanyalah mimpi, aku tidak ingin terbangun lagi karena mimpi ini terlalu indah.

            “Kau mencintaiku?” tanyaku.

            Jihyeon hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku. Akupun menampar diriku sendiri untuk memastikan bahwa ini nyata.

            “Apa yang kau lakukan?” tanya Jihyeon sambil menahan tanganku saat aku hendak menampar wajahku sendiri untuk kedua kalinya. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Aku kira ini hanya mimpi,” ucapku.

            “Ini bukan mimpi, Oppa…” ucap Jihyeon.

            Aku menatap Jihyeon yang tersenyum begitu bersinar. Senyumannya, senyuman yang selama ini aku sukai dan selalu aku rindukan. Karena hanya senyumannya yang bersinar seperti matahari yang perlahan menghangatkan hatiku.

            “Gomawo…” ucapku.

            “Untuk?” tanya Jihyeon.

            “Karena kau memiliki perasaan yang sama denganku,” ucapku sambil memeluknya.

            “Oppa…” ucap Jihyeon.

            Aku benar-benar sangat bahagia hari ini. Bahkan aku masih merasa bahwa ini mimpi. Jihyeon, seorang gadis yang selama ini aku cintai ternyata juga mencintaiku. Aku benar-benar bahagia. Gomawo, Jihyeon-a…

End of flashback…

 

 

Han Kyung’s POV

            “Oppa… Oppa…” terdengar sebuah suara yang membuatku tersadar.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Aniyo… aku hanya heran karena sejak tadi kau terdiam dan melamun,” jawabnya.

            Ah, geurae, sejak tadi aku memang memutar kembali sebuah kenangan yang tersimpan di memoriku dengan baik. Sebuah kenangan yang selalu membayangiku. Sebuah kenangan yang tidak bisa aku lupakan.

            “Apa yang sedang kau pikirkan, Oppa?” tanyanya lagi.

            “Eobseo…” jawabku berbohong.

            “Kalau begitu, sebaiknya kau segera makan. Aku sudah membawakan makan siang untukmu,” ucapnya.

            “Ne… gomawo, Qian-a…” ucapku.

            “Kaja, Oppa…” ucapnya sambil menarik tanganku.

            Song Qian, seorang gadis yang datang dalam kehidupanku sejak 2 tahun yang lalu. Seorang gadis yang sangat ceria dan begitu memperhatikanku. Seorang gadis yang sangat mencintaiku. Juga seorang gadis yang tidak bisa aku cintai hingga saat ini.

            “Aku membuatnya special untuk Oppa,” ucapnya sambil membuka sebuah kotak makanan berwarna merah muda berbentuk hati itu.

            “Ige mwoya?” tanyaku.

            “Ini bakpao strawberry,” jawabnya.

            “Bakpao strawberry?” tanyaku. “Sepertinya aku baru mendengarnya,” ucapku.

            “Cobalah, Oppa…” ucapnya sambil memberikan bakpao berwarna merah muda yang juga berbentuk hati itu padaku.

            Qian menyuapiku bakpao strawberru buatannya itu.

            “Bagaimana kau membuatnya?” tanyaku sambil menelan bakpao itu.

            Qian pun menceritakan bagaimana dia membuat bakpao strawberry itu. Aku hanya menatapnya. Tapi pikiranku sama sekali tidak tertuju pada apa yang Qian katakan. Karena pikiranku justru kembali memutar sebuah kenangan dimana di masa lalu juga Jihyeon selalu menyuapiku ketika dia membuatkan makan siang untukku.

***

 

 

            Malam ini aku sengaja mengurung diriku di dalam kamar. Tidak ada yang ingin aku lakukan. Aku merasa kesepian. Tapi tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah bingkai photo yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Ku ambil bingkai photo itu dan menatapnya. Dalam photo itu ada gambar seseorang yang sangat aku cintai. Seseorang yang terpaksa harus aku lepaskan.

 

 

Flashback 5 tahun yang lalu…

Author’s POV

            Malam itu sangat cerah. Seperti biasa, Jihyeon dan Han Kyung sedang berjalan-jalan di sekitar sungai Han sambil menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang.

            “Oppa, apa kau bahagia?” tanya Jihyeon.

            “Tentu saja,” jawab Han Kyung.

            “Aku juga,” ucap Jihyeon sambil menatap kekasihnya itu.

            “Jihyeon-a, tahukah kau apa yang menjadi keinginan terbesarku?” tanya Han Kyung.

            “Mwoya, Oppa?” tanya Jihyeon.

            “Aku ingin menikah denganmu dan hidup bahagia denganmu,” ucap Han Kyung sambil menggenggam tangan Jihyeon. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Jihyeon tersenyum mendengar ucapan Han Kyung.

            “Would you marry me?” tanya Han Kyung.

            “Ne, Oppa…” jawab Jihyeon sambil memeluk Han Kyung.

            Malam itu sepertinya menjadi malam yang sangat bahagia untuk Jihyeon dan Han Kyung. Namun di saat berbahagia itu, tiba-tiba seorang pria setengah baya dan beberapa orang yang tampaknya adalah anak buahnya datang.

            “Jihyeon-a…” teriak pria setengah baya itu.

            Han Kyung dan Jihyeon terkejut.

            “Appa…” ucap Jihyeon.

            “Menyingkir dari pria itu,” ucap pria yang ternyata adalah Lee Jungkwon, pemilik Lee Corporation.

            “Shirheo, Appa…” ucap Jihyeon sambil menggenggam tangan Han Kyung.

            Lee Jungkwon pun memberikan isyarat kepada anak buahnya untuk memisahkan Jihyeon dan Han Kyung.

            “Jihyeon-a…” ucap Han Kyungsaat anak buah Lee Jungkwon berhasil memisahkannya dengan Jihyeon.

            “Oppa…” ucap Jihyeon saat anak buah Ayahnya itu menyeretnya ke dalam mobil berwarna hitam.

            Setelah memastikan Jihyeon berada di dalam mobil, Lee Jungkwon pun melangkah mendekati Han Kyung yang berada beberapa langkah dihadapannya. Sementara Han Kyung juga kesulitan untuk berkutik karena anak buah Lee Jungkwon memeganginya dengan kuat.

            “Han Kyung-sshi, dengarkan aku baik-baik,” ucap Lee Jungkwon.

            “Tuan, aku dan Jihyeon…” ucapan Han Kyung tertahan.

            “DIAM!” bentak Lee Jungkwon. “Jangan pernah berusaha untuk menemui atau menghubungi Jihyeon lagi,” ucap Lee Jungkwon.

            “Tapi aku dan Jihyeon saling mencintai,” ucap Han Kyung.

            “Ingatlah, siapa kau? Kau tidak pantas bersama puteriku,” ucap Lee Jungkwon.

            “Wae? Karena kewarganegaraanku? Karena kita tidak satu ras?” tanya Han Kyung mulai frontal.

            “Bagus jika kau menyadarinya seperti ini,” ucap Lee Jungkwon.

            “Hanya karena itu kau memisahkanku dengan Jihyeon?” tanya Hankyung.

            “Aku sudah menjodohkan Jihyeon dengan pria yang jauh lebih baik darimu. Geureom, jangan pernah mengganggu Jihyeon lagi atau aku akan membuatmu tidak akan pernah melihat dunia ini lagi untuk selamanya,” ucap Lee Jungkwon.

            Lee Jungkwon pun melangkahkan kakinya untuk pergi sebelum mendengar penyangkalan dari Han Kyung. Anak buah Lee Jungkwon juga mendorong Han Kyung hingga Han Kyung hampir tersungkur. Setelah itu, mobil berwarna hitam yang membawa Jihyeon juga Lee Jungkwon dan anak-anak buahnya pun mulai melaju.

            “Jihyeon-a…” teriak Han Kyung sambil berusaha mengejar mobil-mobil itu.

            “Oppa…” ucap Jihyeon dari dalam mobil sambil berusaha membuka pintu mobil yang tengah melaju itu.

            Sayangnya mobil yang membawa Jihyeon melaju semakin cepat dan Han Kyung juga tidak bisa mengejar mobil itu.

***

 

 

            Setibanya di rumah, Jihyeon masih berusaha untuk melarikan diri. Tapi Lee Jungkwon juga anak buahnya menjaga dan mengawasinya dengan ketat.

            “Berhentilah berusaha melarikan diri demi pria itu!” bentak Lee Jungkwon.

            “Appa, jebal… aku benar-benar mencintainya,” ucap Jihyeon sambil menangis.

            “Mencintainya… Lupakan dia dank au harus mulai hidup baru karena aku sudah menjodohkanmu dengan putera pemilik Kim Coprporation,” ucap Lee Jungkwon.

            Jihyeon terkejut mendengar ucapan Ayahnya itu.

            “Kau akan menikah dengan Kim heechul secepatnya,” ucap Lee Jungkwon.

            “Shirheo…” ucap Jihyeon.

            “Jika kau menolak perjodohan ini dan tetap mengejar pria China itu, maka aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai anakku dan aku juga tidak akan membiarkannya hidup dengan baik,” ucap Lee Jungkwon.

            “Appa, aku sangat mencintainya lebih dari apapun,” ucap Jihyeon sambil berlutut dan memegang kaki Ayahnya. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            Lee Jungkwon pun menatap Jihyeon yang berlutut sambil memegangi kakinya itu. Lee Jungkwon pun segera melepaskan tangan Jihyeon dan melangkah pergi meninggalkan Jihyeon yang masih menangis dan memohon padanya.

***

 

 

            Hari ini ada sebuah pesta besar dihalaman gedung Lee Coprpration. Halaman yang sangat luas yang terletak di samping kanan Lee Corporation itu di tata dengan nuansa warna putih dan dihiasi dengan berbagai bunga berwarna putih juga. Bahkan tepat di salah satu sisi halaman terdapat altar yang menghadap ke meja-meja tamu. Para tamu undangan yang merupakan rekan bisnis Lee Corporation dan Kim Corporation juga sudah datang dan duduk di meja-meja yang sudah dipersiapkan. Bahkan calon pengantin pria, yang tak lain adalah Kim Heechul juga sudah berdiri di depan altar menunggu kedatangan calon pengantin wanitanya, Lee Jihyeon.

            Tak lama kemudian, Lee Jungkwon datang untuk mengantarkan Jihyeon hingga ke depan altar. Sementara Kim Heechul tersenyum begitu cerha ketika Jihyeon datang. Bahkan Heechul segera menyambut tangan Jihyeon ketika Lee Jungkwon memberikan tangan Jihyeon padanya. Kini Heechul dan Jihyeon bersiap untuk bersumpah di depan altar.

            “Heechul-sshi, apakah kau bersedia menerima Lee Jihyeon sebagai istrimu dan bersumpah untuk selalu menjaga, menghormati, mengasihi dan mencintainya dalam keadaan sehat ataupun sakit, senang ataupun susah dan kaya ataupun miskin?” tanya pendeta Shin.

            “Yes, I do,” ucap Heechil mantap sambil tersenyum begitu cerah.

            “Dan kau, Jihyeon-sshi, apakah kau bersedia menerima Kim Heechulsebagai suamimu dan bersumpah untuk selalu menjaga, menghormati, mengasihi dan mencintainya dalam keadaan sehat ataupun sakit, senang ataupun susah dan kaya ataupun miskin?” tanya pendeta Shin.

            Butuh waktu lama bagi Jihyeon untuk menjawab sumpah itu. Karena sumpah itu akan menjadi kontrak hidupnya bersama Heechul untuk selamanya. Hingga tiba-tiba mata Jihyeon tertuju pada seseorang yang bersembunyi di balik pohon yang berada beberapa meter di samping kiri altar. Orang itu memang menutupi sebagian wajahnya, tapi Jihyeon masih bisa mengenalinya bahwa itu adalah Han Kyung.

            Jihyeon ingin sekali melarikan diri bersama Han Kyung, tapi Jihyeon ingat bahwa anak buah Ayahnya tidak akan segan-segan untuk memukuli bahkan membunuh Han Kyung jika Jihyeon berani melarikan diri. Hingga akhirnya…

            “Yes, I do,” ucap Jihyeon dengan cairan bening yang keluar begitu saja saat Jihyeon menjawab sumpah itu sementara matanya masih tertuju pada sosok Han Kyung.

 

 

 

Han Kyung’s POV

            Meskipun ini menyakitkan bagiku, tapi aku ingin melihatnya dalam gaun pengantin sebelum aku tidak bisa melihatnya lagi untuk selamanya. Bahkan aku juga tahu ini sangat berbahaya karena jika anak buah Lee Jungkwon sampai melihatku, mungkin aku akan mati. Tapi ku abaikan semua pikiran buruk itu karena yang aku tahu hanyalah aku ingin melihat Jihyeon, seseorang yang sangat aku cintai menikah dan berharap yang terbaik untuknya meskipun itu menyakitkan bagiku.

            Meskipun dari jarak yang lumayan jauh, tapi aku masih bisa melihat Jihyeon berdiri di depan altar bersama seorang pria yang dalam hitungan detik akan menjadi suaminya secara sah. Sangat ironis, karena seharusnya akulah yang berdiri di sana bersama Jihyeon, bukan pria itu.

            Aku merasa Jihyeon melihatku bersembunyi di sini. Aku bisa merasakan bagaimana dia memintaku untuk membawanya melarikan diri. Karena aku juga ingin membawanya lari. Aku bisa melakukannya. Tapi aku tidak ingin melakukannya. Meskipun dai jauh, aku bisa melihat bibir Jihyeon mengucapkan sesuatu yang sepertinya adalah jawaban untuk sumpah pernikahannya. Dan Jihyeon menjawab sumpah itu sambil menangis.

            Melihat Jihyeon seperti ini, aku merasa aku benar-benar seorang yang sangat bodoh dan aku merasa aku benar-benar seorang pengecut. Karena aku membiarkan begitu saja gadis yang sangat aku cintai berucap sumpah di depan altar bersama pria lain sedangkan aku tahu benar dia tidak menghendaki pernikahan ini. Bahkan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah pernikahan ini. Aku benar-benar bodoh dan pengecut. Jeongmal mianhae, Jihyeon-a…

End of flashback…

 

 

 

Han Kyung’s POV

            Malam ini aku sendirian di rumahnya. Ketika aku baru saja keluar dari kamarnya, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah meja kecil yang terletak di samping sofa besar berwarna hijau tosca itu. Ku buka laci meja itu dan mengambil sebuah bingkai photo yang terletak di dalamnya. Bingkai photo itu masih tersimpan dengan baik dan dalam posisi terbalik. Ku tatap sebuah photo yang terpasang di dama bingkai photo berwarna cream itu.

            “Jihyeon-a…” ucapku sambil terus menatap seseorang yang tergambar dalam photo itu.

            Tanpa bisa ku tahan, butiran bening itu keluar dari mataku yang masih menatap photo Jihyeon, seseorang dari masa laluku yang hingga saat ini masih sangat ku cintai.

            “Jihyeon-a, besok adalah hari ulang tahunku. Dan di ulang tahunku kali ini, tidak ada kau di sampingku. Tidak ada yang menyanyikan lagu ‘Saengil Chukhahamnida’ untukku lagi. Bahkan tidak ada seseorang yang tersenyum begitu cerah yang bisa membuatku seperti terlahir kembali setiap melihat senyumanmu. Aku benar-benar merindukanmu…” ucapku sambil memeluk photo itu.

            Ku pejamkan mataku untuk memutar kembali kenangan bersamanya. Ku ingat hari-hari yang pernah aku lewati bersamanya. Saat otakku memutar semua memori itu, aku menyadari mataku basah karena aku tidak bisa menahan lagi tangisku. Aku tahu, aku seorang pria dan tidak sepantasnya aku menangis seperti ini karena seorang wanita. Aku memang pengecut. Aku memang bodoh. (http://www.facebook.com/ZhyFanfan)

            “Uljima, Oppa…” tiba-tiba ku dengar sebuah suara.

            Ku alihkan pandanganku. Aku sangat terkejut melihat sesosok wanita yang berada dihadapanku dan sedang tersenyum begitu cerah. Apakah benar yang ku lihat ini? Seorang wanita yang sangat aku rindukan kini ada dihadapanku? Apakah ini nyata atau hanya ilusi karena aku terlalu merindukannya?

***

 

 

            “Saengil chukhahamnida, Oppa” terdengar sebuah suara.

            “Jihyeon-a…” ucapku sambil membuka mataku.

            “Ji… Jihyeon…” ucap suara itu.

            Aku terkejut melihat sesosok wanita yang berdiri di sampingku. Song Qian, yang pagi ini ku lihat saat aku membuka mataku, bukan Lee Jihyeon. Ternyata semalam hanya mimpi.

            “Qian…” ucapku.

            “Jihyeon? Nugu, Oppa?” tanya Qian.

            Haruskah aku mengatakan semuanya? Aku tidak sanggup melukai Qian yang selama 2 tahun ini telah mengisi hari-hariku dan berusaha menghangatkan hatiku.

            “Kenapa kau hanya diam, Oppa?” tanya Qian dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

            Aku hanya menatap Qian. Jujur, aku tidak sanggup mengatakan semuanya dalam keadaan seperti ini.

            “Nugu, Oppa?” tanya Qian.

            “Qian-a, dengarkan aku,” ucapku.

            “Mwoya, Oppa?” tanya Qian.

            “Jihyeon adalah seseorang yang sangat aku cintai. Aku sangat mencintainya lebih dari apapun.jujur, bahkan hingga saat ini aku masih mencintainya. Tapi…” ucapanku tertahan mendapati Qian menatapku dengan matanya yang terus mengeluarkan butiran-butiran bening itu.

            “Bagaimana dengan aku?” tanya Qian. “Jika selama ini kau masih mencintai Jihyeon, lalu kau anggap aku ini apa? Kau hanya menganggapku sebagai pelampiasan?,” ucap Qian.

            “Aniyo… bukan begitu…” ucapku.

            “Geurigo, mwoya?” teriak Qian.

            “Selama 2 tahun ini kau memang adalah kekasihku, dan aku juga berusaha untuk mencintaimu. Bahkan aku berusaha melupakan Jihyeon. Namun semua yang ada padamu, mengingatkanku padanya. Aku tahu ini salah, bahkan benar-benar salah. Karena kebodohanku, aku menyakitimu secara tidak langsung. Aku tahu benar akan hal itu. Tapi sekuat apapun aku berusaha menepis perasaan itu, tapi semua yang aku lihat darimu terus mengingatkanku padanya. Bahkan terkadang aku juga merasa kau adalah Jihyeon,” jelasku.

            “Ne???” ucap Qian lemas.

            “Jeongmal mianhae…” ucapku.

            “Ini artinya kau menganggapku selama ini bukan Qian, tapi Jihyeon?” tanya Qian.

            “Jeongmal mianhae...” ucapku sambil memegang tangan Qian, tapi Qian menepis tanganku.

            “Apa kau tahu betapa sakitnya aku mengetahui hal ini?” tanya Qian.

            “Aku tahu. Aku juga menyadarinya,” ucapku.

            “Tapi kenapa kau lakukan ini padaku?” tanya Qian.

            DEG…

            Jantungku seolah berhenti berdetak mendengar pertanyaan Qian. Kenapa aku lakukan ini padanya? Apa yang harus aku katakan? Tidak ada yang bisa aku jelaskan karena memang selama ini aku menganggap Qian adalah Jihyeon.

            “Kenapa kau diam saja?” tanya Qian.

            “Qian-a…” ucapku.

            “Baiklah, mulai saat ini hubungan kita berakhir, Oppa. Lupakan aku. Aku Song Qian, bukan Jihyeon. Aku juga ingin hidup bahagia dan hidup dengan baik sebagai diriku sendiri, bukan sebagai orang lain,” ucap Qian.

            “Qian-a, jeongmal mianhae…” ucapku.

            “Geuman, Oppa…” ucap Qian.

            “Qian-a…” ucapku.

            Qian mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkanku.

            “Kajima…” ucapku.

            “Jangan mencegahku untuk pergi,” ucap Qian.

            “Waeyo?” tanyaku.

            “Kita sudah berakhir,” ucap Qian.

            “Qian-a…” ucapku. (http://www/facebook.com/ZhyFanfan)

            Tapi Qian tetap meninggalkanku. Qian benar-benar kecewa dengan apa yang aku lakukan, aku tahu itu. Bahkan mungkin kini Qian membenciku. Aku merasa aku benar-benar buruk. Aku membenci diriku sendiri. Karena kebodohanku, seseorang yang dengan tulus mencintaiku pergi. Bahkan juga karena kebodohanku di masa lalu, seseorang yang sangat aku cintai juga pergi. Aku benar-benar buruk. Aku membenci diriku sendiri. Jeongmal mianhae, Qian-a…

 

=== THE END ===

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet