Do You Really Like that Person?

정말 그 사람이 좋니? (Do You Really Like that Person?)

Author’s POV

                Tampak seorang gadis tengah berjalan keluar dari sebuah kelas yang membuatnya begitu kesal karena materi tambahan yang membuat jam istirahat sedikit terlambat. Begitu ia keluar dari ruangan kelas bernuansa cream itu, raut wajah manis gadis itu yang semula menampakkan kekesalan, kini perlahan menyunggingkan kembali senyuman yang mulai mengembalikan semangatnya. Dengan langkah pasti, ia terus berjalan menelusuri koridor untuk menuju ke sebuah ruangan yang memang terpisah dari jajaran ruangan kelas. Di genggamnya sebuah kertas origami berwarna biru muda yang kini dengan sempurna membentuk sebuah burung. Ia kini memasuki sebuah taman yang menjadi pemisah ruang ganti dengan jajaran ruangan kelas itu. Sebuah senyuman terus tersungging dari bibir tipisnya.

 

                Ketika gadis itu baru saja sampai di sebuah ruangan yang menjadi tujuan awalnya, senyuman manis itu perlahan menghilang dari raut wajahnya. Senyuman itu tergantikan oleh sebuah rasa terkejut. Rasa sesak kini mendominasi perasaan gadis manis itu hingga ia menghentikan langkahnya sejenak.

 

                “Sudah ku duga…” gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

 

                Raut wajah yang menampakkan sebuah kesedihan semakin jelas terlihat dari wajah yang semula di hiasi senyuman itu. Mata mungilnya mulai berkaca-kaca, namun ia masih tak menghendaki untuk mulai menangis. Perlahan ia mulai berbalik arah dan mengurungkan niatnya menuju ke sebuah tempat yang menjadi tujuan awalnya, yaitu ruang ganti. Seiring dengan langkahnya, burung origami yang semula di genggamnya itupun terjatuh dan tergeletak di tanah. Ya, semula gadis itu bermaksud untuk meletakkan burung origami itu di sebuah loker milik seseorang yang ia sukai. Namun begitu melihat sebuah pemandangan yang membuatnya sesak, ia membatalkan niatnya hingga akhirnya burung origami itupun terbuang begitu saja tanpa ia pedulikan lagi dan bahkan burung origami itu tidak sampai pada orang yang ia tuju. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                Seorang pemuda keluar dari persembunyiannya, ia berjalan ke arah gadis itu pergi. Ia menghentikan langkahnya tepat di dekat burung origami itu terjatuh. Ia memandangi gadis manis yang kini terus menjauh dari jarak pandangnya itu. Setelah gadis itu benar-benar pergi, ia memungut burung origami itu. Di bukanya dengan hati-hati rangkaian origami yang membentuk burung itu hingga kembali ke bentuk semula, sebuah kertas berbentuk persegi.

 

                “Tetaplah tersenyum cerah, karena senyumanmu cerahkan hariku… ~J~”

 

                Setelah membaca isi yang tertulis dalam kertas origami itu, pemuda itu hanya menatap kosong ke arah lain sementara tangannya perlahan meremas kertas itu. Ada sebuah rasa sakit yang menjalar di hatinya, namun ia tak kuasa menampakkannya, selain ia hanya mampu memendamnya.

 

 

Meoreojilkkabwa, naega shirheojilkkabwa…

Jika kau pergi menjauh, jika kau mungkin tidak menyukaiku…

Marhago sipheottneunde, ibi ddeoreojijiga anhasseo…

Aku ingin mengatakannya padamu, tetapi bibirku tak dapat bergerak…

 

                “Ji Hyeon-a…” terdengar sebuah suara yang membuat seorang gadis yang tengah duduk menyendiri di halaman belakang sekolah itupun mengalihkan pandangannya sejenak untuk mengetahui pemilik suara yang memanggil namanya itu.

 

                Gadis bernama Ji Hyeon itu hanya menatap sejenak sesosok pemuda yang berdiri di belakangnya itu dan tanpa sepatah katapun, ia kembali mengarahkan pandangannya pada hamparan rumput hijau yang membentang dihadapannya.

 

                “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya pemuda itu seraya duduk di samping gadis bernama Ji Hyeon itu.

 

                “Eobseo¹… ” jawab Ji Hyeon datar.

 

               “Aku…” ucapan pemuda itu tertahan begitu Ji Hyeon mengalihkan pandangannya dan menatap wajahnya sejenak.

 

                “Aku hanya sedang mencari udara segar di sini…” ujar Ji Hyeon seraya memeluk lututnya.

 

                Dalam hati pemuda itu sebenarnya sangat berkecamuk sebuah perasaan yang sebenarnya tak ia mengerti juga. Dalam hatinya kini ada perasaan sakit, cemburu, terluka dan bahagia.

 

                “Kenapa kau ada di sini?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Ji Hyeon-a… aku… pasti sesuatu telah terjadi, bukan?” tanya pemuda itu balik.

 

                “Min Woo-ya, apa maksudmu?” tanya Ji Hyeon dengan sebuah tawa kecil mencoba menyembunyikan perasaan yang tengah berkecamuk dalam batinnya di hadapan pemuda bernama Min Woo itu.

 

                “Aku sudah lama mengenalmu dan aku tahu jika kau menyendiri seperti ini, pasti sesuatu tengah terjadi,” jawab Min Woo.

 

                “Itu hanya hipotesamu,” ujar Ji Hyeon.

 

                “Ji Hyeon-a, aku sangat mengenalmu. Satu hal yang tidak pernah kau sadari adalah matamu menceritakan apa yang tengah terjadi padamu, matamu tidak pernah bisa menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya,” ujar Min Woo tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Ji Hyeon.

 

                “Min Woo-ya…” ucap Ji Hyeon setengah berbisik.

 

                “Mwoya²?” tanya Min woo datar.

 

                “Kau tahu, seharusnya aku tidak memaksakan diri,” ujar Ji Hyeon seraya memalingkan wajahnya ke arah berlawanan. “Min Woo-ya, aku merasa sejak awal memang akan seperti ini akhirnya, tapi kenapa aku tetap memaksakan diri? Aku bodoh, kan?” tanya Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ji Hyeon-a…” Min Woo tahu benar, jika Ji Hyeon memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan ketika ia berbicara, itu artinya Ji Hyeon sedang menutupi tangisnya.

 

                “Wae ireohke³?” tanya Ji Hyeon pelan.

 

                “Arasseo⁴…” hanya itu kata-kata yang sanggup meluncur dengan lancar dari mulut Min Woo.

 

                Min Woo pun menarik Ji Hyeon ke dalam pelukannya demi membiarkan agar Ji Hyeon bisa melepaskan semua beban di dadanya. Hal itu membuat semua kata-kata yang sudah ia rangkai, terhapus begitu saja sebelum sanggup ia ungkapkan. Dalam hatinya, ia ingin sekali membuat Ji Hyeon berhenti menyukai pemuda yang jelas-jelas tidak merespon perasaannya sedikitpun. Lebih tepatnya lagi, seorang pemuda yang kini sepertinya akan kembali memulai sebuah hubungan dengan seorang gadis yang sempat bersamanya dulu. Seorang pemuda yang tidak peka bahwa di satu sisi ada Ji Hyeon yang selalu memperhatikannya dan menyukainya.

***

 

 

I don’t know, I don’t know, nado moreugesseo ireon gamjeong…

Aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang aku rasakan…

I don’t know, I don’t know, naega museum jiseul haneun geonji…

Aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang aku lakukan…

 

                Saat itu, Ji Hyeon tengah berjalan menuju ke kelasnya. Namun Ji Hyeon menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pemuda yang begitu ia kenali tengah duduk di bawah pohon besar yang tumbuh tepat beberapa meter dari gedung ruangan kelas itu. Meskipun hatinya ragu dan mengatakan ‘tidak’, tapi langkah kakinya tetap membawanya untuk mendekat pada pemuda itu.

 

                “Ji Hyeon-a…” ternyata pemuda tersebut melihat Ji Hyeon melangkah ke arahnya.

 

                “Joheun achim⁵…” sapa Ji Hyeon dengan sebuah senyuman kecil yang ia perlihatkan seperti biasanya ketika mereka bertemu.

 

                “Tidak biasanya kau datang sedikit terlambat,” ujar pemuda itu.

 

                “Aku sedikit terlambat bangun pagi,” Ji Hyeon mencoba menetralkan perasaan yang kini berkecamuk di hatinya.

 

                “Duduklah…” pemuda itu mempersilakan Ji Hyeon untuk duduk di sampingnya, di atas rerumputan hijau.

 

                “Hyun Il-a…” terdengar suara seorang gadis  yang dengan ceria memanggil nama pemuda itu.

 

                Dari kejauhan, Ji Hyeon bisa melihat pemilik suara itu tengah berjalan sambil melambai-lambaikan tangannya dengan ceria ke arahnya dan Hyun Il. Kedatangannya membuat Ji Hyeon urung duduk di samping pemuda bernama Hyun Il itu.

 

                “Ji Hyeon-a, rupanya kau juga ada di sini,” ujar gadis itu ketika melihat Ji Hyeon.

 

                “Sebaiknya aku ke kelas sekarang,” Ji Hyeon hendak melangkahkan kakinya, namun gadis itu menahan tangan Ji Hyeon.

 

                “Kenapa terburu-buru?” tanya gadis itu.

 

                “Ji Eun-a, mianhae⁶… aku baru ingat tugasku belum sepenuhnya selesai,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Aigoo⁷, mengapa kau begitu rajin?” tanya Ji Eun dengan nada sedikit menyindir.

 

                “YA!⁸ Ji Hyeon-a, rupanya kau di sini, aku mencarimu…” ujar sebuah suara yang sangat Ji Hyeon kenali.

 

                “Min Woo-ya, kau membuatku terkejut…” ucap Ji Eun sedikit terkejut dengan kedatangan Min Woo yang memang muncul dari belakangnya itu.

 

                “Ji Hyeon-a, bukankah kau kemarin berjanji untuk menjelaskan ulang materi yang disampaikan Young Min Seonsaengnim⁹?” tanya Min Woo. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ah, iya…” jawab Ji Hyeon tanggap dengan pertanyaan Min Woo yang sebenarnya berusaha menyelamatkannya dari situasi yang sebenarnya tidak menyenangkan itu.

 

                “Sebaiknya kita ke kelas sekarang…” ajak Min Woo seraya menarik tangan Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon hanya menatap Hyun Il yang ternyata tengah menatapnya itu sekilas, dan tanpa banyak bicara ia pun melangkah kemana Min Woo membawanya. Di satu sisi, ia merasa ingin bersama Hyun Il lebih lama, namun di sisi lain, perasaannya tidak menghendaki jika ia harus lebih lama melihat Hyun Il bersama Ji Eun lebih lama.

 

 

Jeongmal geu sarami johni?

Apakah kau benar-benar menyukai orang itu?

Geu namjan neol saranghal jul molla

Pria yeng tidak tahu bagaimana mencintaimu

Ni yeope geu saramboda naega deo jal eoullil tende

Aku akan lebih cocok di bandingkan dengan pria di dekatmu

 

Jeongmal geu sarangi johni?

Apakah kau benar-benar menyukai cinta itu?

Ni nunmul naega daeshin dakkajulkke

Aku akan menghapus air matamu

Ulji malgo naegero, But I know

Jangan menangis dan datanglah padaku, tapi aku tahu

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                “Gomawo, ¹⁰Min Woo-ya…”

 

                Ji Hyeon pun masuk ke dalam ruangan kelas yang saat itu masih sepi. Sementara Min Woo hanya menatap Ji Hyeon dari bibir pintu. Setiap hari, Min Woo hanya bisa menyaksikan bagaimana perasaan gadis yang ia cintai itu terluka. Dalam pikiran Min Woo, hanya ada Ji Hyeon dan perasaannya terhadap Hyun Il. Tak jarang bahkan Min Woo tidak pernah memikirkan perasaannya sendiri.

 

                “Ji Hyeon-a…” ucap Min Woo seraya duduk di samping Ji Hyeon yang saat itu sedang menatap ke arah luar. “Sejujurnya aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiranmu, kenapa kau masih menyukai pria yang jelas-jelas dia tidak menanggapi perasaanmu sedikitpun? Apa kau merasa nyaman perasaanmu terus tersiksa seperti ini?”

 

                Ji Hyeon tidak bergeming.

 

                “Aku tahu kau sangat menyukainya, bahkan mungkin kau mencintainya, tapi aku juga tidak bisa melihatmu seperti ini. Lihatlah, sedikitpun dia tidak pernah menghiraukanmu apalagi menghiraukan perasaanmu. Setiap pertemuanmu dengannya, aku bisa melihat bagaimana matamu memancarkan kesedihan yang selalu kau tutupi dengan senyumanmu. Apa kau tidak merasa lelah dengan semua ini?”

 

                Ji Hyeon masih tidak bergeming.

 

                “Tidak bisakah kau melihat bahwa di sampingmu ada seorang pria yang bisa lebih mencintaimu?” gumam batin Min Woo.

 

                “Ya, terkadang aku memang terpikir merasa lelah seperti ini. Benar apa yang kau katakan bahwa aku memang menutupi kesedihanku di balik sebuah senyuman. Tapi apa yang bisa ku lakukan? Aku hanya bisa mencintainya. Tolong, mengertilah…” pada akhirnya Ji Hyeon buka suara.

 

                “Ji Hyeon-a, tapi aku tidak mau kau terus seperti ini. Pikirkanlah perasaanmu juga. Jangan hanya memikirkannya yang bahkan mungkin dia tidak pernah memikirkanmu seperti kau memikirkannya. Seharusnya…”

 

                “Geumanhae¹¹, Min Woo-ya!”

 

                Ji Hyeon pun beranjak dari duduknya dan kemudian berlari meninggalkan Min Woo yang hanya bisa tertegun ketika melihat Ji Hyeon pergi. Dalam batinnya, ia merasa bersalah karena mungkin ia terlalu kasar dan bahkan egois. Tapi apa yang bisa Min Woo lakukan? Selama ini ia sudah cukup puas memendam perasaannya terhadap Ji Hyeon, namun ia juga tidak bisa menyatakan perasaannya begitu saja pada Ji Hyeon mengingat Ji Hyeon masih sangat menyukai Hyun Il. (http://jh-nimm.blogspot.com)

***

 

               

Jeongmal dabdabhae niga banghwangdoeneuge boyeo

Aku sangat frustrasi, aku bisa melihatmu menghilang

Nan neowa danduri ittadaneun sangsange

Pemikiran bahwa aku akan sendirian tanpamu

Gibun johajwo sireun nollaseo

Aku akan bahagia – tapi sebenarnya aku sangat terkejut

Nae yeopjarien naeoga gyeote eobseottdan geol mollasseo

Aku tidak tahu bahwa kau tidak pernah di sini di sampingku

(Ni yeope maeil ittgo sipheunde, Everyday, ni moksori ga deutgo sipheunde)

(Aku ingin berada di sampingmu setiap hari, setiap hari, aku ingin mendengar suaramu)

Amudo moreuge dagawaseo naui soneul jabwajwo

Tanpa di ketahui, datanglah padaku dan genggam tanganku

 

                Hari-hari menjadi sangat berat bagi Min Woo. Karena selama beberapa hari terakhir semenjak perdebatan kecilnya dengan Ji Hyeon, Ji Hyeon mulai menjauh. Ji Hyeon marah pada Min Woo dan Min Woo mengerti akan hal itu. Min Woo benar-benar merasa bersalah. Ketika mereka bertemu, Min Woo ingin sekali meminta maaf, namun Ji Hyeon kini selalu menghindarinya. Bahkan ketika mereka bertemu muka, Ji Hyeon hanya memalingkan wajahnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Itu benar-benar menyakitkan bagi Min Woo.

 

                “Ji Hyeon-a…” panggil Min Woo seraya mengejar Ji Hyeon yang terus berlalu tanpa menghiraukannya.

 

                “Ji Hyeon-a…” ucap Min Woo seraya meraih tangan Ji Hyeon untuk menahan langkah Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon menepis tangan Min Woo.

 

                “Ku mohon, dengarkan aku… mianhae…” ucap Min Woo.

 

                Ji Hyeon menatap Min Woo tajam, kemudian berlalu tanpa menghiraukan Min Woo lagi.

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

 

Nado moreuge neol bulleo

Tanpa di ketahui, aku memanggil namamu

Neol bomyeo nae gaseumi ddeollyeo

Ketika aku melihatmu, hatiku bergetar

Cheombutheo ni nunbiche kkeullyeo

Semenjak awal, aku tertarik pada matamu

Orae dwaesseo neoreul johahage dwaesseo

Sudah semenjak lama sejak aku mulai menyukaimu

 

                Saat itu, Ji Hyeon tengah menyendiri di ruang musik. Perlahan jemarinya menyentuh tuts-tuts piano dan memainkan sebuah lagu yang cukup mewakili perasaannya saat ini. Bagi Ji Hyeon, keadaan ini benar-benar sulit. Karena seseorang yang ia pikir adalah sahabatnya sendiri, tidak cukup mengerti bagaimana perasaannya terhadap Hyun Il. Ingin sekali Ji Hyeon menangis untuk melepaskan semua kepenatan dalam batinnya itu, namun seolah ada sesuatu yang menahan air matanya.

 

                Ketika Ji Hyeon tengah memainkan piano itu, ternyata ada seorang pemuda yang sejak tadi mendengarkan permainannya. Pemuda itu hanya tersenyum tanpa melepaskan tatapannya pada Ji Hyeon yang tengah memainkan piano itu.

 

                “Permainan yang bagus…” ujar pemuda itu seraya bertepuk tangan dan melangkah mendekat pada Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon terkejut. Ia pun segera mencari pemilik suara yang sangat ia kenali itu.

 

                “Hyun Il-a, sejak kapan kau di sini?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Cukup lama,” jawab Hyun Il seraya menyandarkan tubuhnya pada piano berwarna cokelat tua itu. “Permainan pianomu sangat baik, tapi kenapa kau memainkan lagu yang sedih?” tanya Hyun Il.

 

                “Aku hanya sedang ingin memainkannya,” jawab Ji Hyeon asal. (http://jh-nimm.blogpsot.com)

 

                “Geojitmal¹²…” ucap Hyun Il yang membuat Ji Hyeon sedikit tersentak.

 

                “Apa maksudmu?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Lagu itu mewakili perasaanmu, bukan?” tanya Hyun Il balik.

 

                “Aniyo¹³…” jawab Ji Hyeon datar.

 

                “Ji Hyeon-a…”

 

                “Sebaiknya aku kembali ke kelas,” ucap Ji Hyeon seraya beranjak dan hendak melangkahkan kakinya namun Hyun Il meraih tangannya dan menahannya.

 

                “Wae¹⁴? Kenapa kau selalu seolah-olah menghindariku?” tanya Hyun Il.

 

                “Aku tidak menghindarimu, itu hanya perasaanmu saja,” jawab Ji Hyeon sembari berusaha melepaskan tangan Hyun Il dari tangannya.

 

                “Apa aku bersalah padamu?” tanya Hyun Il.

 

                “Bersalah?” tanya Ji Hyeon balik.

 

                “Beberapa hari ini kau terlihat seperti sedang menghindariku. Sejujurnya aku merasa tidak nyaman kau seolah-olah menghindariku seperti ini,” ucap Hyun Il.

 

                “Sudah ku katakan, itu hanya perasaanmu saja,” ujar Ji Hyeon.

 

                Hyun Il hanya menatap Ji Hyeon, begitupun sebaliknya. Secara perlahan, Hyun Il mendekatkan wajahnya pada wajah Ji Hyeon.

 

                “Aku tidak sedang menghindari siapapun,” ucap Ji Hyeon seraya melangkah mundur.

 

                 “Eung… ku dengar dari Ji Eun, kau bertengkar dengan Min Woo. Benarkah?”

 

                “Eum? Tidak, aku dan Min Woo hanya terlibat perdebatan kecil,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Ji Hyeon-a, kau menyukai Min Woo?” tanya Hyun Il secara tiba-tiba.

 

                “Aniya¹⁵, Min Woo adalah sahabatku sejak kecil,” jawab Ji Hyeon cepat.

 

                “Jika hanya pertengkaran kecil, kenapa kau begitu bersedih seperti ini?” tanya Hyun Il.

 

                “Aku…” ucapan Ji Hyeon tertahan karena Hyun Il melingkarkan tangannya di leher Ji Hyeon dan dengan cepat mendaratkan bibirnya di bibir Ji Hyeon.

 

                Sontak Ji Hyeon terkejut dengan perlakuan Hyun Il itu. Ternyata pada saat itu, ada seorang pemuda yang secara tersembunyi melihat kejadian itu. Pemuda itu tak lain adalah Min Woo.

***

 

 

Author’s flashback

Move now sarajyeo bogido neomu himdeuljyo

Move now, menghilang begitu saja karena terlalu sulit bagiku untuk melihatmu

Idaero neol bondamyeon pyeongsaeng hagetjjyo

Jika aku meninggalkanmu seperti ini, aku akan menyesal selamanya

Geu namja nugabwado neol himdeulkke haneun Bad boy

Setiap orang bisa melihat pria itu adalah bad boy yang akan membuatmu berjuang

Naega deo jalhaejulkke, Baby

Aku akan menjagamu lebih baik, baby

Meoreojyeo gandaneun saenggage meongi deureoga nae mame

Hatiku memar memikirkanmu yang semakin menjauh

Ajikdo neoui nun gae dareun namjaga noine

Tapi di dalam matamu, di sana ada pria lain

I wanna break down, I wanna break down

Ingin ku hancurkan, ingin ku hancurkan

Mianhae…

Maafkan aku…

 

                Ketika Ji Hyeon keluar dari ruangan kelas setelah perdebatan kecilnya dengan Min Woo, ternyata ada seorang pemuda dan seorang gadis yang melihatnya berlari.

 

                “Hyun Il-a, kejarlah…” ujar gadis itu.

 

                “Mothae¹⁶…” jawab Hyun Il.

 

                “Wae? Bukankah kau menyukainya?” tanya gadis itu.

 

                “Ji Eun-a, bukankah kau juga mengerti bahwa ini tidak mudah bagiku?” tanya Hyun Il balik.

 

                “YA! Hubungan Ji Hyeon dan Min Woo hanya sebatas sahabat. Mereka sangat dekat karena memang mereka bersahabat sejak kecil,” bentak Ji Eun.

 

                “Tidak bisakah kau melihat dari mata Min Woo tersimpan sebuah perasaan yang lebih dari sekedar sahabat untuk Ji Hyeon?” tanya Hyun Il.

 

                “Tapi tidak ada salahnya jika kau memperjuangkan Ji Hyeon,” balas Ji Eun. “Apa kau nyaman melihat gadis yang kau sukai, ah ani¹⁷, gadis yang kau cintai bersedih?” tanya Ji Eun.

 

                “Lalu bagaimana denganmu sendiri? Apa kau nyaman melihat seseorang yang kau cintai, kini mencintai gadis lain da kau tahu benar akan hal itu?” tanya Hyun Il balik. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Berhentilah memikirkan perasaanku, Hyun Il-a… Aku memang sangat mencintaimu, tapi kali ini aku bisa membatasi perasaan cintaku padamu hanyalah sebatas perasaan cinta seorang sahabat pada sahabatnya, bukan seperti setahun yang lalu,” jelas Ji Eun.

 

“Hyun Il-a, sekarang yang perlu kau lakukan adalah buat Ji Hyeon bahagia. Buat dia tersenyum dan genggamlah tangannya ketika ia merasa takut. Peluklah dia ketika ia merasa sedih. Tetaplah berada di samping Ji Hyeon untuk menjaga Ji Hyeon semampu yang bisa kau lakukan,” ujar Ji Eun seraya menepuk bahu Hyun Il lalu melangkah meninggalkan Hyun Il yang tertegun melihatnya.

 

                “Kau sudah berubah banyak. Gomawo, Ji Eun-a…” gumam batin Hyun Il.

Flashback END

 

 

Soljikhi niga naegen neomu gwabunhan geo ara

Sejujurnya, aku tahu kau terlalu baik untukku

Neo malgo dareun yeojaneun pilo eobseo, Baby

Tapi jika bukan kau, aku tidak butuh gadis lain, baby

 

Naneun neo hanabakke molla

Aku hanya tahu kau seorang

Jigeum neo animyeon na michilji molla

Jika itu bukanlah kau, aku mungkin akan menjadi gila

 

                Min Woo sangat terpukul dengan apa yang baru saja di lihatnya. Ia pun memutuskan untuk segera meninggalkan tempat yang baru saja ia pijak itu dengan pergi ke tempat lain yang mungkin akan membantunya melupakan sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat itu.

 

                “Aaaarrrggghhhh!!!” teriak Min Woo.

 

                Kali ini, Min Woo tak sanggup lagi menahan rasa sesak yang menjalar di hatinya. Wajah Min Woo memerah, rahangnya mengeras dan matanya memanas. Tanpa Min Woo kehendaki, cairan bening itu keluar dari pelupuk matanya.

 

                “Wae? Wae ireohke?” teriak Min Woo.

 

                “Nan mothae… jebal…¹⁸” ucap Min Woo di sela tangisnya.

***

 

 

Meoreojilkkabwa na geobi nanabwa

Jika kau pergi menjauh, aku takut

Hokshirado neowa naui saiga jeongmal eosaekhaejyeo meoreojilkkabwa?

Bagimana jika hubungan kita menjadi sangat aneh dan kita menjadi semakin jauh?

 

Oenureun naege malhago sipheo

Hari ini, aku ingin mengatakannya padamu

(Malhago sipheo keuge jal andoe)

(Aku ingin mengatakannya padamu tapi ini tidaklah mudah)

Oneureun naege malhago sipheo

Hari ini, aku ingin mengatakannya padamu

I want to just say it but I know I can’t do it

Aku ingin mengatakannya tapi aku tahu aku tak bisa melakukannya

 

                Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi Min Woo. Dengan sebucket mawar putih dan sebuah kalung berbentuk kunci yang ia bungkus rapi dengan kado berwarna putih itu, ia melangkah dengan pasti menuju ke sebuah taman. Meskipun dalam pikirannya masih terbayang kejadian yang seharusnya tak ia lihat itu, namun ia mencoba untuk melupakannya dan fokus dengan tujuannya saat ini.

 

                “Bagaimanapun caranya, entah itu kau akan menerimanya atau tidak, yang jelas aku ingin menyatakan perasaanku selama ini. Kau harus mengetahuinya…” gumam batin Min Woo.

 

                Beberapa meter lagi, Min Woo sampai di sebuah taman yang memang selalu ia kunjungi bersama Ji Hyeon itu. Seperti yang Min Woo duga, dari kejauhan pun Min Woo dapat melihat Ji Hyeon tengah duduk di bangku taman berwarna putih itu. Taman itu memang adalah tempat kesukaan Ji Hyeon. Namun saat Min Woo hampir sampai, Min Woo menghentikan langkahnya ketika melihat sesosok pemuda yang jelas-jelas sangat ia kenali itu menghampiri Ji Hyeon.

 

                “Hyun Il-a, bagaimana kau bisa berada di sini?” tanya Ji Hyeon ketika melihat pemuda yang menghampirinya itu.

 

                “Hatiku yang menuntunku untuk selalu tertuju padamu,” jawab Hyun Il.

 

                Ji Hyeon tersenyum mendengar kata-kata Hyun Il. Senyuman yang bagi Min Woo selalu Ji Hyeon sembunyikan di balik tangisnya.

 

                “Saengil chukhae¹⁹…” ucap Hyun Il seraya menyerahkan sebucket bunga lily pada Ji Hyeon.

 

                “Bagaimana bisa kau tahu hari ini aku berulang tahun?” tanya Ji Hyeon terkejut.

 

                “Aku akan menjawabnya setelah kau membuka kotak kecil dalam bunga ini,” jawab Hyun Il.

 

                Ji Hyeon pun menerima bunga lily yang dibawakan Hyun Il dan membuka kotak kecil berwarna putih yang ada dalam bucket bunga itu.

 

                “Ige mwoya²⁰?” tanya Ji Hyeon ketika membuka kotak kecil itu.

 

                “Sebuah kalung,” jawab Hyun Il santai.

 

                “Aku tahu, tapi apa maksudnya?” tanya Ji Hyeon penasaran.

 

                Hyun Il pun mengambil sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit itu dan memakaikannya di leher Ji Hyeon.

 

                “Kau lihat, aku memakai pasangan dari kalung ini,” ucap Hyun Il seraya menunjukkan kalungnya dengan liontin berbentuk bintang. “Kau adalah bulan yang selalu menerangiku dan aku adalah bintang yang akan selalu menjagamu,” lanjut Hyun Il.

 

                “Geurigo²¹?” tanya Ji Hyeon yang masih tampak sedikit bingung.

 

                “Aku rasa tanpa aku perlu mengatakannya, kau akan mengerti perasaanku,” jawab Hyun Il.

 

                Hyun Il pun meraih Ji Hyeon ke dalam pelukannya.

 

                “Andwae… andwaeyo…²²” teriak batin Min Woo.

 

                Ternyata Ji Hyeon membalas pelukan Hyun Il dan tepat pada saat itu juga bunga mawar dan kado yang sengaja ia bawa terlepas begitu saja dari genggamannya. Seluruh perasaan Min Woo saat ini di penuhi rasa sesak. Min Woo pun membalikkan badannya dan dengan langkah yang lemah, ia mencoba untuk pergi meninggalkan tempat yang awalnya adapah puncak kebahagiaan baginya itu kini berubah menjadi saksi bisu dimana ia harus terluka melihat gadis yang sangat ia cintai itu bersama dengan pria lain.

 

                Sementara itu di sisi lain taman, tampak seorang gadis juga menyaksikan apa yang Min Woo lihat. Gadis itu tak lain adalah Ji Eun, mantan kekasih Hyun Il. Meskipun bagi Ji Eun, ini juga sangat menyakitkan, tapi bagaimanapun ia juga ingin melihat Hyun Il bahagia meskipun bukan karenanya.

 

                “Semoga kalian selalu bahagia…” gumam batin Ji Eun.

 

                Ji Eun mencoba untuk tersenyum dan bahagia dengan melihat Hyun Il dan Ji Hyeon bersama. Namun matanya tak bisa berbohong bahwa cairan bening yang kini sukses mengalir matanya mewakili apa yang sejatinya ia rasakan. Akhirnya Ji Eun pun memilih untuk meninggalkan tempat itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

Jeongmal geu sarangi johni?

Apakah kau benar-benar menyukai cinta itu?

Neon haengbokhae boijiga anhae

Kau terlihat tidak bahagia

Jamkkanirado niga haengbokhaesseumyeon johgesseo

Aku ingin kau bahagia meskipun hanya sekejap

 

Jeongmal geu sarami johni?

Apakah kau benar-benar menyukai orang itu?

Ni nunmul naega daeshin dakkajulkke

Aku akan menghapus air matamu

Ulji malgo naegero, But I know

Jangan menangis dan datanglah padaku, tapi aku tahu

 

 

= THE END =

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet