One and only chapter

A Letter to Eric

Zahra mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Sambil menggigit bibir, dia memandang layar komputer yang terbuka dihadapannya, kemudian melirik jam di atas meja. Dia mengehmbuskan nafas lalu melirik lagi layar komputernya. Tangannya menggerakkan mouse, membuka lembaran Microsoft Word dan ketika jarinya bergerak hendak mengetik, dia menghentikan tindakannya sambil mengehembuskan nafas lebih keras

Seriously, ada apa dengan dirinya malam ini?

Well, sebenarnya ini sudah tidak bisa dibilang malam lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Dan sejujurnya Zahra juga sudah mengantuk. Namun perasaan yang sudah sejak tadi bergejolak di dalam dirinya menghalanginya untuk segera tidur.

Zahra kembali menatap layar komputernya sambil merenung. Haruskah dia melakukannya?

Sebenarnya, apa yang membuat Zahra bimbang pada saat ini bukanlah suatu hal yang besar. Dia hanya bimbang, haruskah dia menuruti perasaannya yang sejak tadi bergejolak untuk menulis surat untuk Eric atau tidak.

Zahra menyandarkan diri pada kursi komputer,memutarnya pelan,lalu menggesernya menjauh dari meja komputer. Matanya terpejam. Pertama kali dalam sejarah kehidupan fangirlnya dia sampai ingin menulis surat untuk idolanya. Selama ini, Zahra memang hanya sekedar casual fans yang tidak pernah bergabung dalam fandom. Dia menyukai group manapun yang dia suka, dan memutuskan sendiri mau mendukung sebuah grup atau tidak. Kalau terjadi kerusuhan dalam fandom atau ada grup idola yang memiliki masalah, Zahra memilih tidak ingin ikut campur hingga permasalahannya selesai. Terlebih apabila masalah itu menyangkut kehidupan pribadi sang idola.

Halo? Pikir Zahra, kenapa dia harus ikutan repot? I’m just a fan after all!

Tapi sepertinya, pada jam 3 pagi tanggal 24 April ini, semuanya akan berubah.

Layar komputer padam sejenak sebelum akhirnya digantikan oleh screen saver. Foto – foto yang menjadi screen saver bermunculan. Mata Zahra tak sengaja melirik foto Kim Dongwan yang menjadi salah satu foto screen. Dia mendengus dalam hati

Kenapa juga pada akhirnya dia memutuskan untuk mendukung Shinhwa dan bergabung dalam fandomya?

Zahra sebenarnya mengatahui Shinhwa sudah sejak lama. Tapi baru benar – benar memperhatikan mereka pada 2012. Terimakasih tapi tidak terimakasih pada Super Junior oppadeul yang dulu menjadi bintang tamu di Shinhwa Broadcast dan pada akhirnya membuat dia mengenal Shinhwa lebih dekat. Setelah hampir 5 tahun mengobservasi setiap aspek kehidupan(?) Shinhwa, barulah pada 2017 ini Zahra yakin untuk bergabung dalam fandom Shinhwa, Shinhwa Changjo.

Zahra makin yakin dengan keputusannya untuk bergabung dalam fandom ketika pada 17 April, leader Eric Mun memberikan pernyataan di Facebook resmi ShinCom bahwa dia akan segera menikah pada bulan Juli nanti. Membaca banyak komentar yang mendukung Eric membuat dia bahagia karena pada akhirnya dia menemukan fandom yang benar – benar sesuai dengan dirinya.

Zahra tak pernah menyangka bahwa akan terjadi kejadian seperti ini di dalam fandom.

Zahra sampai harus meng-unfollow beberapa orang di twitter karena tak tahan dengan kata – kata yang mereka ucapkan. Dia juga harus memberikan pernyataan dan penjelasan sana sini kepada para  ShinChang lain yang sama – sama bingung dan resah terhadap apa yang terjadi di fandom mereka tercinta. Postingan Facebook Kim Dongwan juga tak membantu meredakan resahnya. Baru kali ini Zahra merasakan kekhawatiran yang sangat terhadap seorang member grup, dan itu membuatnya tak nyaman sekaligus tak percaya pada dirinya sendiri.

Sebelumnya, dia tak pernah membiarkan kehidupan fangirl mengganggu perasaannya. Tapi kenapa kali ini berbeda?

Karena tak tahan, Zahra akhirnya memutuskan untuk kembali ke cara lamanya apabila fandom yang dia ikuti sudah membuatnya tak nyaman. Dia berhenti mengikuti segala update.an dan menjauh dari SNS dan Internet. Cara ini berhasil membuatnya tak memikirkan apapun yang berhubungan dengan Shinhwa

Namun entah kenapa, sore tadi ketika dia tak sengaja menemukan video “Back at one” nya Brian McKnight, timbul perasaan yang kuat untuk menulis surat ke Eric, merekomendasikan lagu ini agar dinyanyikan di hari pernikahannya, sekaligus untuk memberi semangat pada Eric agar bisa menjalani semua ini. Zahra sudah mencoba untuk tidak menghiraukannya, namun perasaan itu terus saja muncul.

Zahra membuka mata dan kembali melirik jam di samping komputernya. Jarum panjangnya sekarang sudah berada di angka 3. Zahra merasa geli dengan dirinya sendiri. 15 menit berlalu hanya untuk memikirkan suatu hal yang sangat trivial seperti ini

Zahra menggelengkan kepala dan tersenyum kecut. Sudahlah, pikirnya. Hal seperti ini memang sudah sering terjadi di dalam fandom. Bahkan untuk fandom yang sudah berumur 19 tahun seperti inipun, tak akan ada pengecualian, pikirnya miris. Dia menegakkan tubuhnya dan menyeret kursinya mendekati meja komputer. Kemudian tangannya menggerakkan mouse dan membuyarkan screen saver. Zahra sempat melirik foto terakhir sebelum screen saver buyar. Foto silly para member Shinhwa untuk majalah GQ pictorial tahun 2013.

 

 

Dalam 1-3 hari ke depan, masalahnya pasti akan mereda sendiri. Toh Eric juga sudah berbicara di fan cafe, dan ada konser anniversary 19 tahun Shinhwa di bulan Juni. Apalagi sepertinya menyenangkan karena tempatnya outdoor, batinnya lagi sambil men shutdown komputernya. Dia teringat kembali teaser konser anniversary ke-19 yang baru dilihatnya tadi. Menguatkan kembali resolusinya dalam hati untuk menabung agar bisa hadir di konser anniversary ke-20 mereka.

Zahra mematikan lampu kamar dan segera naik ke tempat tidur lalu berbaring nyaman dan memejamkan mata. Foto Shinhwa yang terakhir dia lihat tadi berkelebat sebentar dalam pikirannya sebelum akhirnya dia benar – benar terlelap

 

***  

 

Suara alarm membuat Zahra membuka mata. Dengan sedikit menggerutu, Zahra turun dari tempat tidur dan mengambil Hp yang ada di atas meja untuk mematikan alarm. Zahra agak terkejut karena ternyata yang berbunyi adalah alarm yang kedua, menandakan sudah pukul 7 pagi. Zahra meletakkan lagi hp nya dan bergegas merapikan tempat tidur, mengambil baju di lemari dan segera mandi. Hari ini Zahra ada perkuliahan pagi pukul 8. Meskipun sedang diburu waktu, pikiran untuk mengecek lagi keadaan Shinhwa dan fandom masih terlintas di benaknya. Namun Zahra berusaha keras menepisnya dan meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa – apa dengan mereka.

 

Sekuatnya usaha Zahra untuk tak segera mengecek SNS tak dapat membendung perasaannya yang mulai tidak enak. Entah kenapa, sepanjang perjalanan menuju kampus, di kepala Zahra terngiang – ngiang lagu “Once in a lifetime”. Zahra juga hampir tak bisa berkonsentrasi sepanjang perkuliahan karena di kepalanya terngiang lagu “Memory”. Zahra sampai bad mood sendiri karenanya, membuat teman – teman Zahra ikut khawatir.

 

Keadaan itu berlangsung hingga malam hari, sampai akhirnya segala pikiran dan ingatan lagu tentang Shinhwa itu hilang begitu saja. Zahra menghembuskan nafas lega karena pada akhirnya dia bisa mengerjakan tugas dengan tenang.

 

Waktu berlalu, sampai tiba – tiba Zahra kaget sendiri dengan pikirannya

 

 

“Siapa Shinhwa itu?” gumamnya lirih

 

 

***

 

 

Pertanyaan itu terus menghantui Zahra hingga keesokan harinya. Kali ini Zahra benar – benar panik karena dia merasa seperti telah melupakan sesuatu yang sangat penting. Seberapapun keras usahanya untuk mengingat sesuatu yang penting itu, dia tak bisa menemukan sesuatu yang berarti. Hanya sekejap ingatannya menunjukkan Shinhwa adalah grup Korea yang mempunyai anggota bernama Kim Dongwan dan leader bernama Eric Mun. Namun ingatan itu sendiripun timbul tenggelam dalam benaknya. Sampai akhirnya benar – benar menghilang.

 

Zahra tak pernah merasa sepanik itu sebelumnya. Ada separuh dari dirinya yang kosong, namun dia tak tahu penyebabnya. Dia sampai dimarahi dosen 2 kali karena terlihat tak memperhatikan materi. Sampai pada akhirnya, dosen yang memberi materi perkuliahan terakhir mengijinkannya untuk tak mengikuti kelas, karena Dosen berkata bahwa dirinya “terlihat pucat seperti kertas. Badanmu juga terlihat menggigil dan tatapan matamu kosong sekali. Kalau sakit kenapa tidak ijin saja?”

Masalahnya, dia memang tidak sakit. Dia hanya melupakan sesuatu yang penting dan ketidakmampuannya untuk mengingat sesuatu itu membuat hatinya terasa sangat sakit.

 

Malam menjelang ketika akhirnya Zahra sampai di rumah, meskipun dengan susah payah. Tak dihiraukannya pertanyaan bernada khawatir dari ibunya, dia hanya bergegas menuju kamar dan menutup pintunya. Ibunya mengetuk – ngetuk pintu kamarnya dengan gelisah

“Nak! Nak! Ada apa denganmu?! Kau menangis dan wajahmu terlihat pucat sekali! ada apa nak? Tolong buka pintunya!”

 

Zahra yang terduduk di kursi komputer berfikir heran. Menangis? Aku tidak menangis, pikirnya. Diputarnya kursi hingga menghadap layar komputer yang gelap dan terjawablah pertanyaannya. Dia melihat sendiri bayangan wajahnya yang bengkak. Pipi dan matanya sudah sangat basah oleh air mata. Sambil termenung sendiri menatap bayangannya, dia mengusapkan tangan ke matanya yang mulai memburam. Ah... jadi aku memang benar – benar menangis, pikirnya sambil melihat jari tangannya yang basah. Pantas saja di perjalanan pulang ke rumah tadi penglihatanku begitu sering memburam, simpulnya sambil tangannya mengusap sisa air mata ke bajunya dan bergerak menyalakan komputer

Saat ini Zahra sudah merasa benar – benar kosong. Dia mengoperasikan komputernya secara autopilot, dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu mencari jejak sesuatu dari dirinya yang hilang itu.

Namun ternyata nihil. Dia hanya menemukan banyak folder tak bernama. Ketika dibuka satu – satu, folder – folder itu banyak berisi file – file lagu, foto, dan video yang semuanya juga tak bernama. Keheranan, Zahra memutuskan untuk mencoba membuka semua file satu per satu. Dahi Zahra semakin berkerut dan dirinya semakin frustasi ketika mendapati semua file lagu itu tak ada isinya, seperti mendengar rekaman kosong. Semua video juga tak bisa dibaca, walaupun Zahra sudah menggunakan banyak jenis pemutar video.

Pandangan Zahra kembali memburam. Dia bisa merasakan pipinya kembali basah oleh air mata. Ada apa ini?! Kenapa ini bisa terjadi?! Kemana semua ingatan tentang mereka?! Pikirnya, yang membuat Zahra kembali frustasi karena tak bisa mengingat siapa “mereka” itu.

Zahra benar – benar menangis ketika mencoba membuka 1 persatu file foto dan mendapati file – file foto itu juga merupakan file – file rusak yang tak bisa dibaca. Meskipun tahu hasilnya akan nihil, dengan terus menangis, Zahra tetap mencoba membuka satu persatu file – file foto. Bertahan pada harapan bahwa 1 foto saja yang bisa mengingatkannya pada “mereka”

 

Keajaiban terjadi pada 1 foto terakhir. Zahra menghentikan tangisnya dan hampir – hampir tak bisa mempercayai penglihatannya ketika foto terakhir itu bisa terbaca dan memperlihatkan foto hitam putih 6 orang dengan pose jenaka namun berpenampilan formal. Zahra tak tahu mengapa, tapi dengan melihat foto itu ada rasa lega yang menjalar dalam dirinya dan tanpa sadar membuat dirinya tersenyum lebar.

Tak ada yang spesial sebenarnya pada foto itu. Orang – orang dalam foto itu ada yang berpose lucu, ada juga yang saling memasukkan jari telunjuk ke telinga yang lain. Memang tampak agak aneh karena gaya mereka tak sesuai dengan pakaian dan make up formal yang mereka kenakan. Namun yang membuat Zahra benar – benar terpaku adalah ekspresi mereka. Orang – orang di foto itu tampak senang berada dengan satu sama lain. Ada rasa hangat yang menyenangkan memancar dari foto itu

Pada saat itulah, dalam pikirannya yang timbul tenggelam, muncul nama “Shinhwa”

Menyadari hal itu, separuh dirinya yang sedari tadi terasa kosong, seakan terisi kembali

 

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Zahra menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana foto itu perlahan – lahan terhapus, seperti dihapus oleh penghapus. Panik, Zahra menyambar mouse dan keyboardnya, memencet dan mengklik segala macam tombol untuk menghentikan terhapusnya foto itu. Tangis Zahra kembali pecah, kali ini lebih keras, mengetahui bahwa segala usaha yang dilakukannya tak memiliki dampak apapun. Foto itu tetap terhapus, sampai kemudian hilang. Dan Windows Photo Viewer menampilkan pesan bahwa file yang ingin ditampilkan tidak ada

 

Ketukan keras di pintu yang kembali datang tak dihiraukannya. Dengan jari yang gemetar, dia mengarahkan mousenya untuk membuka browser. Nama yang timbul tenggelam dalam pikirannya itu juga perlahan mulai ikut menghilang juga, membuat Zahra dengan sekuat tenaga mempertahankannya dalam pikirannya. Panik yang bercampur frustasi dan sedih membuatnya berkali – kali salah mengetikkan nama di mesin pencari. Sampai pada akhirnya nama itu benar – benar hilang dalam pikirannya, mesin pencari berhasil menampilkan 1 hasil pencarian yang berhubungan dengan nama “Shinhwa”

Sebuah portal berita memuat berita tentang 6 orang member grup Korea bernama “Shinhwa” yang mendadak hilang secara misterius pada tanggal 24 April, hanya sehari sebelum hari ini. Tidak ada yang tahu kemana mereka semua pergi. Di atas tempat tidur di dalam kamar sang leader, Eric Mun, ditemukan selembar surat yang berbunyi :

 

“Pada akhirnya, semua yang berawal pasti akan memiliki akhir. Begitu pula kami. Janji kami untuk selalu tetap bersama sudah kami tepati. Janji kami untuk selalu tetap berkarya agar tetap menjadi yang terbaik sudah kami jalani. Sekarang saatnya menepati janji kami yang terakhir, yaitu kami akan pergi ketika sudah tidak ada yang menginginkan kami. Terimakasih untuk 19 tahun terakhir. Kami akan pergi dengan membawa segala kenangan tentang kami. Jangan sedih ketika pada akhirnya kalian tak bisa mengingat kami.

Tertanda dari kami,

Eric Mun/Mun Junghyuk; Lee Minwoo; Kim Dongwan; Shin Hyesung/Jung Pilkyo; Park Junjin/Park Choongjae; Andy Lee/Lee Sunho “

 

Zahra terduduk lemas di kursinya. Dia hanya duduk terdiam ketika tiba – tiba berita di mesin pencarian itu juga perlahan terhapus. Menyisakan kalimat “tak ada pencarian terkait” di mesin pencari. Perlahan tangannya menggerakkan mouse lalu menutup browser. Dibukanya folder yang berisi musik – musik instrumen. Pointer bergerak, lalu menunjuk sebuah file lagu berjudul “ Tchaikovsky – Swan Lake “

Lagu itu diklik 2 kali dan suara musik instrumental segera terdengar memenuhi seisi kamar.

Zahra menidurkan kepalanya diatas meja lalu memejamkan mata. Sebutir air mata jatuh membasahi pipi.

 

Jika saja... pikirnya. Jika saja waktu itu ada yang masih bertahan walau satu orang saja, semua tidak akan berakhir seperti ini

 

 

Jika saja.... jika saja waktu itu aku mengirimkan suratku...

 

 

 

***

 

 

Zahra membuka mata

 

Sunyi

 

Zahra memeriksa tubuhnya dan menyadari bahwa dia masih duduk bersandar di kursi komputer

Dengan cepat dia memutar kursinya dan melihat jam di samping komputernya

 

Pukul 03.15

 

Matanya mengarah menuju layar komputer yang gelap. Tanpa sadar, Zahra menahan nafas

 

Foto konyol GQ Pictorial tahun 2013 muncul di layar komputernya tak lama kemudian. Disusul foto screenshot pose konyol Kim Dongwan di ShinBang

 

Zahra menghembuskan nafas lega. Rasa lega yang amat sangat dalam dirinya membuat badannya sejenak merasa lemas. Tangan kanannya bergerak memegang mouse dan menggesernya sedikit

Screen saver menghilang, digantikan dengan lembar Microsoft Word yang masih terbuka. Di sudut kanan bawah komputer tertera tanggal hari ini

23 April

Zahra kembali menghembuskan nafas lega. Tak lama kemudian dia mulai tertawa kecil sambil menggelengkan kepala tak percaya. Untunglah semua itu hanya mimpi, pikirnya. Aku hanya tertidur selama 15 menit, tapi rasanya lama sekali. Perasaannya bercampur antara lega dan geli. Ini juga akan menjadi pengalaman pertamanya benar – benar terpengaruh sebuah grup sampai terbawa mimpi segala.

Zahra mencabut kabel speaker portabelnya dan memasukkan kabel headphonenya. Setelah headphone terpasang menutupi telinganya, dia menggerakkan mouse dan pointer bergerak menuju folder musik

Di kliknya 2 kali folder itu dan Zahra tersenyum dan tak bisa menahan diri kembali menghembuskan nafas lega melihat deretan file – file lagu di dalamnya. Jari tangannya meng-scroll deretan file lagu itu sampai akhirnya pointer menunjuk lagu yang sangat ingin didengarnya saat ini

Selagi intro “On the Road” mengalun memenuhi telinganya, dia kembali membuka lembaran word yang masih kosong itu. Dia kembali tersenyum geli sambil menggelengkan kepala, bergerak meregangkan tangannya. Kantuknya menghilang. Lalu dia mulai mengetik

Untuk Eric Oppa, dan Shinhwa Oppadeul yang lain

Annyeonghaseyo!^^

Seruan semangat dari fansmu yang berada nun jauh disana.....

 

 

***

Fin   

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet