The Beginning

Say You Won't Let Go


"Kurasa kau harus pulang sekarang. Kau mabuk." kata Sehun pada gadis itu.

"Tidak. Aku belum mabuk." bantah gadis itu.
Sehun hanya mendesah pelan karena dia tahu gadis itu tidak akan mendengarkan ucapannya. "So you wanna dance?"

Gadis itu tersenyum lebar hingga matanya menghilang di balik kelopak mata. "Of course."

Sehun menggenggam tangan gadis itu dan membawanya ke dance floor. Matanya selalu terfokus pada gadis di depannya tanpa menyembunyikan tatapan mengagumi untuk gadis itu. Sehun selalu mengaguminya. Setiap saat. Apapun yang dilakukan gadis itu selalu membuatnya terpesona. Dia terpesona saat gadis itu berjalan dengan penuh percaya diri, dia terpesona saat gadis itu berbicara dan saat tertawa, dia terpesona saat gadis itu menggerakkan tubuhnya di atas dance floor, dan Sehun paling terpesona pada gadis itu saat berada di atas ranjang. On his bed. When they were ing each other.

"Apa? Kenapa menatapku seperti itu? Apakah aku sangat cantik?"

"Hm." Sehun berguman kecil sambil mengangguk. Tangannya yang berada di pinggang gadis itu menarik si gadis mendekat tanpa menghentikan gerakan tubuhnya yang asik mengikuti lagu.

Gadis itu tertawa sambil mengalungkan tangannya di leher Sehun dan memijatnya pelan. Tubuh mereka berdempetan namun tidak menghentikan mereka untuk menggerakkan tubuh.

"Sehun aku lelah."

Tanpa berkata apa-apa, Sehun menarik tangan gadis itu dan berjalan menuju bar.

"Aku ingin minum." kata gadis itu lalu duduk di samping Sehun.

Sehun memalingkan tatapannya kepada si bartender cantik di depannya. "Satu margarita untuk gadis cantik di sampingku ini." si bartender mengangguk dan segera membuat pesanan Sehun.

"Hey."

Sehun langsung mengalihkan pandangannya kembali pada gadis itu.

"Oh hey, Nicks." gadis itu tersenyum ketika mengenali orang itu. Nicks merangkul bahu gadis itu dan memberi kecupan singkat di pipinya.

"You didn't tell me you're coming to Seoul. What are you doing here anyway?"

"I'm invited to attend my friend's party but I didn't expect you to be here."

"Ahem." Sehun berusaha mencari perhatian dengan berdehem sekencang mungkin.

"Oh, Nicks, this is Sehun. Sehun this is Nicks."

Kedua pria itu saling berjabatan tangan sambil mengangguk kecil.

"I didn't know you have a boyfriend."

Sehun baru saja akan tersenyum, lalu-

"Oh, no. He's not my boyfriend." gadis itu tertawa kencang. "He's a friend. A really close friend." gadis itu mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman yang lebar.

"Oh, I see." Nicks tersenyum. "You wanna dance?"

"Of course." balas gadis itu lalu menggandeng tangan Nicks dan sekali lagi turun ke dance floor.

Sehun mendesis tak suka. "Dasar perempuan. Tadi bilang padaku sudah lelah. Dan sekarang dia ingin dance lagi?"
 

 

 

***

 

 


Gadis itu meletakkan kepalanya di atas dada Sehun yang sangat terasa nyaman baginya. Gadis itu benar-benar sudah mabuk bahkan untuk berjalan pun begitu sulit.

"Apakah kau bersenang-senang?"

"Hm?"

"Tadi. Saat bersama Nicks. Apa kau bersenang-senang?"

"Tidak."

"Tidak? Kenapa?"

"Aku tidak suka dia menyentuhku seolah-olah aku ini miliknya."

Sehun tersenyum. "Jadi kau milik siapa?"

Gadis itu meraung pelan dan mengangkat kepalanya dan menatap Sehun. "Bukankah sudah jelas?" tanya gadis itu dengan alis mengerut. "aku bukan milik siapa-siapa." kata gadis itu lalu kembali mengistirahatkan kepalanya di dada Sehun lalu memeluk perut pria itu.

Senyuman Sehun langsung menghilang dalam sekejap.

"Kurasa kita harus pulang sekarang." kata pria itu.

Sehun berdiri dan menahan tubuh gadis itu yang hampir jatuh. Mereka berjalan menuju parkiran dengan susah payah karena keadaan gadis itu benar-benar buruk. Sehun mengumpat dalam hatinya karena sudah membiarkan gadis itu minum begitu banyak.

 

 

***

 

 


Sehun menatap wajah gadis di sampingnya yang sudah tertidur pulas. Sehun benci ketika mobilnya terasa sangat sepi saat gadis itu ada di dalam mobilnya. Biasanya gadis itu selalu mengoceh tentang apa yang terjadi di kampusnya pada hari itu, atau ada gadis yang berusaha mengganggunya karena mengira bahwa dia adalah pacar Sehun, bahkan gadis itu sering mengganggu konsentrasi Sehun saat menyetir dengan menggoda pria itu. Gadis itu benar-benar liar di depan Sehun. Dia tidak pernah malu mengatakan apapun yang dia inginkan. Dan Sehun merasa ingin tertawa setiap kali gadis itu berubah menjadi seperti gadis remaja pemalu yang masih polos. Menurutnya gadis itu sangat jauh dari kata polos. Dan dia menyukai kenyataan itu.

Mereka bertemu dua tahun lalu di sebuah kelab di Paris. Keduanya sangat mabuk saat itu. Mereka menghabiskan malam dengan minum-minum tanpa mengenal satu sama lain. Dan tanpa mereka sadari, teman-teman merekaㅡlebih tepatnya teman Sehunㅡberusaha 'mendekatkan' keduanya namun Sehun menolak. Apalagi saat dia tahu bahwa gadis itu masih duduk di bangku kuliah. She's just 19 back then. Dan Sehun merasa gadis itu masih terlalu muda untuknya walaupun umur mereka tidak berbeda jauh.

Tapi.... Keesokan paginya Sehun terbangun dan tangannya memeluk pinggang gadis itu dan well, mereka tidak berbusana, as expected.

Sehun baru saja akan bangkit dari tempat tidur saat gadis itu membuka matanya. Tanpa sadar Sehun tidak bisa mengalihkan pandangan dari mata gadis itu. Gadis itu mengenali wajah pria itu tapi dia tidak tahu namanya. Dia juga tahu bahwa pria yang tidur di ranjang yang sama dengannya ini adalah orang Korea. Temannya yang memberitahu di saat mereka minum-minum di kelab malam itu.

Jadi dia bertanya dalam bahasa Korea, "Ehm. Kau..... Siapa?" tanya gadis itu.

"Aku Oh Sehun, teman Sebastian. Kau?"

"Aku Park Jiah. Teman-temanku di sini memanggilku Gia Park."

"Oh."

Sehun begitu terkejut saat gadis itu turun dari ranjang dan memungut pakaiannya satu-persatu seolah-olah dia sedirian di kamar itu. Setelah mengambil semua pakaiannya dia langsung memakainya satu persatu.

"Kau-"

"Kenapa? Kau sudah melihatku sebelumnya, kan? Maksudku... Kita sudah.... Ehm.... Tidur bersama....... Kan?" tanya gadis itu dengan senyuman yang aneh.

"Tapi aku tidak ingat apapun. Itu artinya sama dengan aku belum pernah melihatmu, okay?"

"Hah." gadis itu membuang napas berlebihan. "kenapa kau jadi bertingkah seperti gadis remaja yang pemalu? Walaupun kau belum pernah melihatku seperti tadi bukan berarti kau belum pernah melihat tubuh seorang gadis sebelumnya, kan?"

"Hey! Siapa yang malu? Bukannya kau yang seharusnya malu?"

Awal mereka bertemu adalah pengalaman terburuk bagi keduanya. Mereka membenci satu satu sama lain namun mereka bertemu kembali di Seoul tiga bulan kemudian dan tanpa sadar mereka sudah tiga kali bangun di ranjang yang sama selama satu bulan pertama mereka berada di Seoul.

Sehun kembali menfokuskan pandangannya di jalan yang akan dilewatinya namun suara tertahan di sampingnya membuatnya menoleh dan mendapati gadis itu memandangnya panik dengan tangan menutupi mulut.

"Oh please no. Not in my car!" Sehun meraung pelan dan langsung menepikan mobilnya.

Sehun langsung turun dari mobil dan berlari ke pintu di seberangnya lalu membuka pintu agar gadis itu bisa keluar.

Jiah langsung berlalu menuju tempat sampah di pinggir jalan dan mengeluarkan isi perutnya. Sehun menarik helaian rambut gadis itu dan mengumpulkannya menjadi satu dalam genggaman tangannya. Tangan satunya lagi yang bebas mulai memijit leher gadis itu dengan pelan.

Tampaknya gadis itu sudah selesai maka Sehun berjalan menuju mobilnya untuk mengambil sebotol air mineral untuk gadis itu.

"Minumlah." kata Sehun sambil menyodorkan botol air. "tapi bisakah kita menjauh dari tempat sampah ini?"

Jiah berjalan tanpa berkata apapun. Kepalanya masih pusing. Sehun pun menuntunnya untuk kembali masuk ke dalam mobil.

 

 

***

 

 


Gadis itu hampir tertidur dalam dekapan Sehun.

Sekarang mereka sudah sampai di apartemen gadis itu dan mereka sedang cuddling di tempat tidur gadis itu. Sehun mendekap gadis itu lebih dalam. Rasanya selalu nyaman saat gadis itu berada di pelukannya.

"Sehun..."

"Hm?"

"Kau kenal Baekhyun?"

"Ya. Kenapa?"

"Dia mengajakku ke kelab miliknya besok malam." katanya lalu mengangkat kepala untuk melihat wajah Sehun. "menurutmu dia akan menyatakan perasaanya padaku?"

"Mana ada pria yang menyatakan perasaannya di kelab malam." balas Sehun tak begitu tertarik dengan topik yang diangkat gadis itu.

"Tapi.. Kau tahu? Kita hampir saja bercinta di tempatnya kalau kau tidak menelponku dan memaksaku untuk menghadiri pameran sialan itu bersamamu. Mungkin saja aku dan Baekhyun sudah menjadi pasangan saat ini." Jiah mendesah pelan.

"Dasar gampangan." kata Sehun.

"Diam kau." balas Jiah lalu memukul pelan dada Sehun yang menjadi bantalnya pada saat ini.

"Aku harus pulang." kata Sehun tiba-tiba.

"Kenapa? Kau tidak mau tidur denganku?"

"Kurasa kau butuh istirahat." kata Sehun lalu mulai bangkit dari tempat tidur itu dan membuat Jiah ikut bangun. "lihatlah bibir pucat ini. Kau harus tidur begitu aku pulang."

"Okay." balas Jiah lalu memutar bola matanya meledek Sehun.

"Bye." kata Sehun lalu Jiah berjinjit dan mencium bibir Sehun sekilas.

"Bye." balas Jiah.
















 

Tiga tahun kemudian.....

"Sehun kita mau kemana?"

"Sudah kubilang kita akan ke rumahku."

"Yang benar saja! Kau tidak bilang sebelumnya, Sehun! Aku tidak mau! Aku tidak memakai pakaian yang pantas untuk bertemu keluargamu."

"Tenanglah. Tidak apa-apa, love. Mereka tidak akan menghina pakaianmu. Kau cantik dengan kemeja dan skinny jeans itu."

"Tetap saja!"

"Sudahlah."

Saat ini Sehun membawa Jiah ke rumahnya tanpa memberitahu gadis itu. Tidak heran Jiah benar-benar kesal pada Sehun. Gadis itu benar-benar tidak bisa menyembunyikan wajah malunya di depan orang tua dan adik perempuan Sehun.

"Halo, aku Park Jiah." kata gadis itu untuk memperkenalkan dirinya.

"Oh dear, kau sangat cantik. Pantas saja Sehun tidak pernah bisa melepasmu selama ini." Ibu Sehun langsung mendekati Jiah dan memeluk hangat gadis itu. "aku benar-benar marah karena dia baru membawamu sekarang."

Jiah tidak tahu harus berkata apa dan hanya tersenyum tanpa berhenti meremas tangan Sehun di genggamannya.

Jiah pikir makan malam bersama keluarga Sehun akan terasa awkward mengingat dia belum pernah bertemu anggota keluarga Sehun sebelumnya. Tapi ternyata dugaannya salah. Keluarga Sehun begitu menyenangkan dan mereka menganggap Jiah sebagai anggota keluarga mereka sendiri.

Setelah mereka selesai makan, Sehun mengajak Jiah menuju kamarnya.

"Kurasa mereka menyukaimu." kata Sehun.

"Hm. Aku juga menyukai keluargamu." Jiah tersenyum dan langsung memeluk Sehun yang berdiri di depan pintu balkon kamarnya. "terima kasih, Sehun."

Sehun memutar tubuh gadis itu sehingga dia memeluk kekasihnya dari belakang.

"Jiah, honey."

"Hm."

"Aku tahu aku jatuh cinta padamu sejak dulu. Tapi aku tidak pernah menunjukannya padamu seperti seorang pengecut dan malah membiarkanmu menjadi kekasih orang lain. Aku terlalu terbakar gengsi yang tinggi untuk menyatakan cinta padamu waktu itu."

"Aku tahu." Jiah tersenyum dan meremas lengan Sehun yang melingkar di perutnya.

"Aku sadar aku sangat membutuhkanmu setiap waktu. Tapi aku tidak mernah menunjukkannya di depanmu." Sehun mencium pipi gadis itu sekilas. "tapi aku bersyukur karena aku bisa menyadari bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu saat aku tidak bisa bersamamu waktu itu. Rasanya seperti hidupku hilang dibawa pergi olehmu."

"Sudahlah Sehun, aku juga sakit waktu itu. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa bersama orang lain selain dirimu."

"Please, say you won't let go."

"I won't."

Sehun tersenyum.

"Aku mencintaimu." kata Sehun lalu membalikan tubuh gadis di depannya sehingga pandangan mereka bertemu dengan jarak yang begitu dekat.

"Aku mencintaimu juga." balas gadis itu lalu mengalungkan tangannya di leher Sehun.

Satu detik kemudian Sehun mencium gadis itu penuh sayang seolah dia tidak akan pernah melepaskan ciuman mereka malam itu.

















Hi?😁 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kazenohitori #1
I actually like the description tho :3